• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tetang gambaran umum obyek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu

”Optimalisasi Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Bagi Awak Kapal untuk Menghindari Kecelakaan Kerja di Kapal AHTS Transko Celebes”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas kapal AHTS Transko Celebes.

AHTS. Transko Celebes adalah sebuah kapal Offshore Support Vessel yang di kelola oleh PT. Pertamina Trans Kontinental yang berkantor di Jl.

Kramat Raya No.29, Jakarta Pusat 10450. Kapal AHTS Transko Celebes memiliki nama panggilan (Call Sign) Papa Oscar Papa Lima (POPL) Port Of Registry Jakarta IMO No. 9644914, dan memiliki Dead Weight Tonnage (DWT) 1350 Ton. Ukuran –ukuran pokok kapal diantaranya : panjang kapal / Length Over All (LOA) 60.5 meter dan lebar kapal 14.5 meter.

Dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian taruna yaitu diatas kapal AHTS Transko Celebes PT. Pertamina Trans Kontinental, jenis kapal Offshore Support Vessel. Berikut Ship Particular kapal AHTS Transko Celebes:

(2)

SHIP’S PARTICULAR

1. Ship’s name : AHTS Transko Celebes 2. Nationality : Indonesia

3. Year Built : 2012

Hangdong Shipbuilding & Shipping Co.Ltd Guangzhou, China

4. Call Sign : POPL

5. INM-C No. (1) : 452502437 6. INM-C No. (2) : 452502438 7. Class Symbols : I Hull Mach

8. Service Notations : Tug ; Supply Vessel ; Fire fighting ship 1 – water spraying ; Special service ; - Anchor handling 9. Navigation Notation : Unrestricted Navigation

10. Additional Class Notation : DYNAPOS – AM/AT

11. Equipment : 2 Main anchors, chain diameter 40 mm, steel quality Q2 ( High tensile strength steel ), Grade AM2, Material M20Mn, Chain Breadth 144 mm, Length of Chain Link 240 mm, Total length of Chain 275 meter, Total Weight of Chain 10.330 kg, Total Shots of Chain 10 Shots, Length of Chain 27,5 meter

(3)

Fire Monitor ( Water / Foam )

Data sheet FF1200LB ; Connection ND200 Rotation ± 180 degrees ;

Material Stainless steel/bronze/composites ; Monitor inlet pressure Aprox.10.5 bar Capacity : Water/Foam 1200 / 300 m3h Throw length/height 120 m fro monitor/50m

at 70m Distance Principal Dimensions

1. Gross Tonnage 69 / GRT : 1575 rt 2. Net tonnage 69 / NRT : 472 rt 3. Deadweight / DWT : 1350 rt 4. Length over all / LOA : 60.5 meters 5. Length Between

Perpendicular / LBP : 55 meters

6. Breadth : 14.6 meters

7. Depth : 5.5 meters

8. Draught : 4.5 meters

9. Max. draught amidships : 4.75 meters ( From Base line ) 10. Freeboard : 762 milimeters

11. Hull Material : Steel

12. Hull Info : Double Hull ; 30 Watertight compartments 2 continous deck ( s )

13. Winch Max. Brake Load : 200 Tonns 14. Bollard Pull : 65 Tonns

(4)

15. Accomodation : 42 Men

16. Fuel Oil : 520 M³

17. Fresh Water : 213 M³ 18. Drill Water : 463 M³ 19. Mud ( S.G. – 2.5 ) : 253 M³

20. Dry Bulk Tanks : 187 M³ ( 4 x 1650 FT³ = 6600 FT³ ) 21. Clear deck area : 370 M² ( Deck Loading = 7 T/M² )

22. Towing Wire : Steelwire Rope of Zinc Coating ; Serial No.

408-1151 Diameter 32 mm ; Construction 6 x 36 + IWR ; Length 1200 meters ; Tensile 20’ength of Steel Wire 1770N/mm² Breaking strength of Steel Wire rope 680 KN

23. Work Wire : Steelwire Rope of Zinc Coating ; Serial No.

408-1 Diameter 26 mm ; Construction 6 x 36 + IWR ; Length 1200 meters ; Tensile 20’ length of Steel Wire 1770/mm² Breaking strength of Steel Wire Rope 395 KN

24. Spare Wire : Steelwire Rope of Zinc Coating ; Serial No.

408-1 Diameter 24 mm ; Construction 6 x 36 + IWR ; Tensile 20’ length of Steel wire 1770N/mm² Breaking strength of Steel Wire Rope 330 KN

(5)

Machinery

25. Propelling type : Diesel

26. Total power : 3840 kW ( 5218 HP )

27. Propelling Machinery : 2 CATERPILLAR 3516B 3516 4T, 16 cyl, 1600 rpm

28. Builder : Caterpillar, inc

29. Propeller : 2 Controlable pitch Screw Propeller LB10, 215 rpm

30. Speed : 13.5 knot

31. Electric installation : 2 Main engine driven generators 1265 kVA ( 1012 kW ), 415 V, 50 Hz 2 Diesel generators

563 kVA ( 450 kW ), 415 V, 50 Hz 1 Emergency generator

81 VA ( 65 kW ), 415 V, 50 Hz 32. Thruster ( s ) : 2 forward thrusters 515 kW

Gambar 4.1 Kapal AHTS Transko Celebes

Sumber: Gambar Kapal AHTS Transko Celebes

(6)

Kapal AHTS Transko Celebes melaksanakan operasi offshore di Blok Mahakam milik Pertamina Hulu Mahakam. Kapal ini beroperasi sebagai Watcdog Standby Fifi, Rig Mover, Anchor job vessel dan bongkar muat.

Dalam pengoperasiannya, setiap kegiatan yang akan dilaksanakan harus melalui inspeksi dan safety briefing terlebih dahulu oleh percharter yaitu dari pihak Pertamina Hulu Mahakam. Pihak pencharter yang diwakili oleh salah satu atau beberapa orang yang dating ke kapal AHTS Transko Celebes untuk memberikan arahan keselamatan secara langsung sebelum memulai operasi di area Blok Mahakam. Hal tersebut dilaksanakan berulang kali sebelum kapal memulai operasi di area Blok Mahakam

B. HASIL PENELITIAN 1. PENYAJIAN DATA

Sesuai dengan masalah yang diangkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, berdasarkan standar keselamatan perusahaan yang ada di kapal.

Pada tanggal 3 Mei 2018 AHTS Transko Celebes melaksanakan anchor job backdown bouy Apexindo Tasha tepatnya di area East Mandu MD 1. Saat proses anchor job salah satu jurumudi akan memasang shackle pada kentle link menggunakan palu berukuran 5 kg pada saat bersamaan ibu jari jurumudi tersebut terkilir saat akan mengayunkan palu tersebut karena sarung tangan yang digunakan licin dan tidak sesuai standar yang ada.

Pada saat itu sesuai arahan dari mualim 1 pemasangan shackle dilakukan oleh jurumudi yang lain dengan sarung tangan yang

(7)

sesuai standar dan kegiatan anchor job kembali dilanjutkan. Dikejadian itu kegiatan anchor job sempat mengalami keterlambatan. Berdasarkan kejadian di atas terdapat peraturan standar tentang keselamatan di atas kapal oleh Pertamina Hulu Mahakam

Tabel 4.3

Berikut aturan dasar Pertamina Hulu Mahakam : 1 Persiapan yang baik

2 Pelaksanaan yang sesuai prosedur 3 Selesai melaksanakan pekerjaan Sumber : Pertamina Hulu Mahakam (2016)

a. Pada kapal AHTS persiapan sebelum melaksanakan pekerjaan sangatlah penting. Persiapan mutlak dilakukan sebelum kita melakukan suatu pekerjaan yaitu kita harus mengetahui lingkup dan tujuan pekerjaan sehingga dapat mempersiapkan peralatan yang tepat.

Persiapan dapat berupa safety meeting, mempersiapkan alat yang akan digunakan dan mempersiapkan awak kapal. Persiapan di kapal AHTS Transko Celebes sebagai berikut :

1. Melaksanakan safety briefing sebelum melakukan pekerjaan agar awak kapal mengerti hal yang akan dikerjakan. Safety briefing juga dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan akan pencegahan bahaya – bahaya yang akan terjadi sehingga meminimalisir kecelakaan kerja. Adapun isi dari safety briefing yaitu :

a. Perwira kapal harus menjelaskan prosedur keselamatan kerja.

(8)

b. Dalam safety briefing juga dijelaskan tentang bagaimana cara pencegahan terhadap kecelakaan kerja.

c. safety briefing dilakukan oleh seluruh awak kapal yang akan melakukan pekerjaan di atas kapal dan dipimpin oleh mualim kapal.

d. Dalam safety briefing juga di utarakan apa saja kendal – kendal yang bisa saja timbul dan mengakibatkan kecelakaan kerja.

Gambar 4.2 Safety Briefing

Sumber : Pertamina Hulu Mahakam

2. Mempersiapkan perlalatan yang digunakan sebelum memulai pekerjaan. Alat pelindung diri sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan. Pengecekan terhadap alat pelindung diri juga harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh peralatan yang tidak layak pakai. Mempersiapkan peralatan yang adigunakan dapat dilakukan dengan hal – berikut :

a. Mengecek kelayakan alat kerja dan alat pelindung diri pengecekan dilakukan secara berkala sebelum memulai pekerjaan. Adapun alat yang harus di uji kelayakannnya yaitu :

(9)

1. Coverall di cek dengan benar apakah masih layak atau ada bagian yang sobek sebelum melaksanakan pekerjaan anchor job diatas kapal

2. Safety gloves di cek apakah masih bagus apakah ada bagian yang rusak, karena dalam melakukan pekerjaan diatas kapal, khususnya anchor job memerlukan peralatan yang sesuai standar offshore.

3. Safety shoes di pastikan kenyamanan dalam pemakaiannya dan di cek kondisinya apakah masih layak pakai atau tidak.

Karena pada saat anchor job safety shoes sangatlah penting.

4. Safety helmet di pastikan keadaanya apakah masih layak pakai dan masih dapat melindungi kepala. Mengingat pekerjaan anchor job yang ada diatas kapal merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi.

5. Safety glasses di cek apakah kondisinya masih layak pakai atau tidak. Selain itu juga dapat melindungi mata selama pekerjaan anchor job berlangsung.

Gambar 4.3 Mempersiapkan peralatan

Sumber : Pertamina Hulu Mahakam

(10)

3. Memberikan pengetahuan tentang prosedur pekerjaan yang akan dilakukan. Agar awak kapal siap pada tugasnya masing – masing mulai dari juru mudi hingga bosun.

Gambar 4.4 memberikan pengetahuan prosedur kerja

Sumber : Pertamina Hulu Mahakam

b. Pelaksanaan pekerjaan di atas kapal harus dilakukan sesuai dengan prosedur arahan dari perwira maupun kapten kapal. Pelaksanaannya juga harus dilakukan dengan hati – hati dan di bawah pengawasan mualim kapal. Dalam melaksanakan pekerjaan di atas kapal dengan safety meeting yang di lakukan pada saat sebelum melakukan pekerjaan. Kerjasama juga diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut ketika sedang bekerja awak kapal juga dilarang bergurau agar tidak terjadi kecelakaan kerja karena kurangnya kewaspadaan. Pada saat pekerjaan sedang berlangsung berikut yang harus dilakukan : 1. Pada saat melakukan pekerjaan tersebut tidak ada awak kapal yang

bergurau mengingat konsentrasi sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

(11)

2. Membangun kerjasama yang baik antar awak kapal, agar pekerjaan cepat selesai sehingga waktu yang diperlukan tidak terlalu lama dan tidak memerlukan banyak tenanga. Kerjasama juga sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan awak kapal.

3. Perwira kapal melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan awak kapalnya untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah di jelaskan pada saat safety briefing. Pengawasan juga dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja.

c. Setelah pekerjaan selesai seluruh peralatan yang digunakan juga harus di kembalikan ketempat semula agar tidak ada peralatan yang berserakan. Setelah pekerjaan selesai juga dilaksanaan evaluasi dari pekerjaan yang telah dilaksanakan mulai dari berapa lama waktu yang telah dilewati pada saat melakukan pekerjaan tersebut dan bagaimana kerjasama antar awak kapal pada saat melakukan pekerjaan tersebut.

Ketika pekerjaan sudah selesai dilaksanakan hal – hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi dilaksanakan oleh perwira kapal kepada awak kapalnya setelah selesai melaksanakan pekerjaan tersebut. Evaluasi juga mencakup hal – hal apa saja yang sudah terjadi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan bagaimana cara penanggulangannya agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

(12)

2. Peralatan yang telah digunakan dikembalikan ke tempat semula agar tidak berserakan dan tetap menjaga kondisi kelayakan peralatan tersebut.

2. ANALISIS DATA

Dari beberapa data diatas dapat dianalisis sebagai berikut :

a. Salah satu jurumudi AHTS Transko Celebes cidera di jari tangannya.

Hal ini terjadi dikarenakan alat pelindung diri yang tidak sesuai standar. Yang saya amati disini berkenaan dengan aturan undang - undang keselamatan kerja no 1 tahun 1970 yaitu memenuhi atau mentaati semua syarat – syarat keselamatan kerja dan memahami alat – alat pelindung diri.

Penggunaan peralatan yang tepat dan sesuai standar adalah titik aman sebelum memulai pekerjaan. Dalam hal ini Pertamina Hulu Mahakam mempunyai standar yang cukup baik dalam optimalisasi penerapan keselamatan kerja.

Ketika pekerjaan akan dimulai, seluruh crew bertugas sesuai tugasnya masing-masing dan harus memakai alat keselamatan sesuai standar yang telah ditentukan.

Tugas Mualim jaga di anjungan adalah membantu kapten dan awak kapal dalam melakukan komunikasi. Mualim jaga selalu memantau keadaan sekitar. Mualim jaga selalu waspada terhadap bahaya – bahaya yang terjadi pada saat pekerjaan sedang berlangsung.

Begitu juga cadet juga selalu stand by di dekat mualim jaga, cadet juga memiliki tugas mencatat log book.

(13)

b. Perwira jaga beserta awak kapal saling mengingatkan tentang penggunaan alat keselamatan yang sesuai standar.

Hal ini merupakan salah satu contoh optimalisasi penerapan K3 yang baik sesuai dengan yang telah tertulis dalam teori – teori keselamatan pada Bab II karya ilmiah terapan ini dimana berbunyi

”Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaan”. Dimana pada umumnya hal yang sederhana ini sudah banyak dilanggar oleh para awak kapal yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja di kapal maupun bahaya yang lain.

Di AHTS Transko Celebes seluruh crew tidak pernah mengabaikan standar alat pelindung diri. Dikarenakan seluruh awak kapal merasa memiliki tanggung jawab. Hal yang selalu dilakukan di AHTS Transko Celebes adalah saling mengingatkan antar awak kapal dan saling mengecek alat keselamatan diri yang digunakan sebelum memulai pekerjaan. Biasanya hal ini dilakukan cadet dengan cara melakukan panggilan radio ke awak kapal apakah alat pelindung diri sudah sesuai standar ke masing-masing awak kapal. Dikarenakan perlu adanya pengecekan berulang – ulang untuk memastikan semuanya siap dan aman, seperti laporan apakah ada yang sakit, cidera, atau alat pelindung diri yang sudah tidak layak pakai maupun alat komunikasi yang rusak.

(14)

Selama taruna melaksanakan praktek berlayar, taruna belum pernah mendapatkan awak AHTS Transko Celebes yang terluka serius ketika melaksanakan kegiatan anchor job.

3. PEMBAHASAN

Untuk memecahkan masalah-masalah mengenai kejadian buruk yang pernah penulis alami selama praktek laut di AHTS Transko Celebes adalah sebagai berikut:

a. Upaya Pemecahan Masalah Untuk jurumudi AHTS Transko Celebes yang cidera pada saat melaksanakan kegiatan anchor job karena sarung tangan yang digunakan tidak sesuai standar.

1. Wajib melakukan pengecekan alat pelindung diri dengan seksama Pengecekan sangat penting untuk dilakukan apalagi pada saat pekerjaan di atas kapal yang beresiko terhadap kecelakaan kerja untuk mencegah hal yang tidak diingikan, sesuai dengan aturan aturan tentang peralatan keselamatan kerja “memahami alat – alat pelindung diri dan memenuhi atau mentaati semua syarat – syarat keselamatan kerja”. Berikut peralatan alat pelindung diri yang harus dilakukan pengecekan :

a. Coverall di cek dengan benar apakah masih layak atau ada bagian yang sobek sebelum melaksanakan pekerjaan anchor job diatas kapal

b. Safety gloves di cek apakah masih bagus apakah ada bagian yang rusak, karena dalam melakukan pekerjaan diatas kapal,

(15)

khususnya anchor job memerlukan peralatan yang sesuai standar offshore.

c. Safety shoes di pastikan kenyamanan dalam pemakaiannya dan di cek kondisinya apakah masih layak pakai atau tidak. Karena pada saat anchor job safety shoes sangatlah penting.

d. Safety helmet di pastikan keadaanya apakah masih layak pakai dan masih dapat melindungi kepala. Mengingat pekerjaan anchor job yang ada diatas kapal merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi.

e. Safety glasses di cek apakah kondisinya masih layak pakai atau tidak. Selain itu juga dapat melindungi mata selama pekerjaan anchor job berlangsung.

2. Pentingnya mengoptimalkan penerapan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja)

Hal ini wajib diperhatikan saat melaksanakan pekerjaan di atas kapal. Dalam bab II pada karya ilmiah ini sudah dijelaskan dalam teori aturan-aturan peralatan keselamatan kerja no. 1 tahun 1970 pasal 12 b dan pasal 12 c, bahwa tenaga kerja diwajibkan

“Memahami alat – alat pelindung diri dan memenuhi atau mentaati semua syarat – syarat keselamatan kerja”.

3. Pihak pencharter perlu melakukan koordinasi dengan awak kapal Koordinasi antara pihak pencharter dan awak kapal wajib dilakukan ketika akan memulai operasi offshore guna mencegah hal yang tidak diingikan. Dikarenakan Pihak pencharter yang

(16)

sangat mengerti kondisi di area offshore tersebut. Selain mengadakan koordinasi, pencharter atau yang mewakili selaku pemegang wewenang di area offshore tersebut. Dikarenakan perlu adanya satu koordinasi di area offshore tersebut, agar crew kapal tidak merasa bingung dalam melaksanakan perintah. Hal ini dijelaskan didalam aturan undang undang no 1 tahun 1970 yang berbunyi “memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan, produksi, dan produktifitas”. Selain itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Di AHTS Transko Celebes seluruh crew tidak pernah mengabaikan standar alat pelindung diri. Dikarenakan seluruh awak kapal merasa memiliki tanggung jawab. Hal yang selalu dilakukan di AHTS Transko Celebes adalah saling mengingatkan antar awak kapal dan saling mengecek alat keselamatan diri yang digunakan sebelum memulai pekerjaan. Biasanya hal ini dilakukan cadet dengan cara melakukan panggilan radio ke awak kapal apakah alat pelindung diri sudah sesuai standar ke masing-masing awak kapal. Dikarenakan perlu adanya pengecekan berulang – ulang untuk memastikan semuanya siap dan aman, seperti laporan apakah ada yang sakit, cidera, atau alat pelindung diri yang sudah tidak layak pakai maupun alat komunikasi yang rusak.

(17)

Gambar 4.5 Evaluasi

Sumber : Pertamina Hulu Mahakam

(18)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan analisa data yang tertulis, penulis menyimpulkan :

1. Penerapan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) perlu di optimalkan dengan cara melakukan pengecaken yang maksimal mengingat kejadian yang pernah terjadi di kapal AHTS Transko Celebes.

B. SARAN

1. Untuk Penulisan Karya Ilmiah Terapan

Penulisan karya ilmiah terapan ini tidak terlepas dari kekurangan.

Kurangnya penelitian terkait serta literatur terkait membuat penelitian ini sulit dalam mencari acuan sesuai dengan tema penelitian.

2. Untuk Instansi

Politeknik Pelayaran Surabaya merupakan instansi yang memiliki tujuan bibit-bibit taruna unggul yang akan menjadi perwira transportasi laut. Oleh sebab itu, diharapkan instansi politeknik pelayaran surabaya menanamkan ilmu mengenai karakter dan sikap yang akan membekali taruna saat bekerja, sehingga akan menjadi perwira yang profesional dan berintegeritas

(19)

3. Untuk Perusahaan

Berdasarkan kesimpulan yang ada, dari masalah – masalah penelitian tentang optimalisasi penerapan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) bagi awak kapal untuk menghindari kecelakaan kerja di kapal AHTS Transko Celebes penulis memberikan beberapa saran untuk pihak perusahaan dan pihak awak kapal demi mendukung pelaksanaan alternatif pemecahan masalah ini sebagai berikut :

a. Pihak kapal perlu berkoordinasi dengan pihak pencharter sebelum melaukakan pekerjaan.

b. Perwira harus senantiasa melakukan pengamatan serta komunikasi antar awak kapal, agar situasi tetap aman.

c. Perwira yang bertindak sebagai atasan harus menjadi contoh yang baik untuk anak buahnya, khususnya dalam hal penerapan keselamatan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Several conditions that are regarded as risk factors for inflammation in the development of cardiovascular disease, include dyslipidemias, comprising increased total cholesterol, low

Pengaruh money ethics terhadap tax evasion dengan intrinsic religiosity, materialism dan gender sebagai Moderating Regression Analysis MRA Teknik moderated regression analysis adalah