• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Bahagia itu dekat, ada pada setiap hati yang bersyukur”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "“Bahagia itu dekat, ada pada setiap hati yang bersyukur”"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kelancaran membaca dengan metode pengajaran ACM (membaca cepat) pada siswa kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN

Hasil Penelitian yang Relevan

Pengertian Membaca

Sesuai dengan pendapat di atas, membaca merupakan suatu kegiatan kompleks yang mencakup sejumlah besar tindakan tersendiri. Apalagi menurut Soedarso (dalam Aizid, membaca merupakan kegiatan kompleks yang mencakup sejumlah besar tindakan tersendiri).

Manfaat Membaca

Membaca merupakan kebutuhan manusia pada saat ini karena seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, masyarakat perlu membaca. Kegiatan ini dengan demikian merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena melibatkan kerja fisik dan mental. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan menyerap atau menangkap gagasan pokok atau pesan moral secara tersirat dan tersurat dalam suatu tulisan, yang dilakukan atas dasar kerjasama beberapa kemampuan yaitu mengamati, memahami dan berpikir. . serta wawasan-wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mampu lebih baik dalam menyikapi tantangan hidup di masa depan. 1996), (dalam Rahim, 2007: 1) menyatakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang krusial dalam masyarakat terpelajar.

Belajar membaca merupakan suatu upaya yang berkelanjutan, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam aktivitas pribadinya akan belajar lebih aktif dibandingkan anak-anak yang tidak merasakan manfaat dari kegiatan membaca. Pengusaha katering tidak perlu pergi ke pasar untuk mengetahui harga bahan yang dibutuhkan. Membaca masih memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak semua informasi dapat diperoleh dari media televisi dan radio.

Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan bersikap terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru akan membantu mengembangkan sisi kreatif otak, karena otak kita akan menyerap inovasi-inovasi tersebut ke dalam proses berpikir kita.

Tujuan Membaca

Membaca tentang keberagaman kehidupan dan bersikap terbuka terhadap ide dan informasi baru akan membantu mengembangkan sisi kreatif otak karena otak kita akan menyerap inovasi-inovasi tersebut ke dalam proses berpikir kita. H. Membaca dapat dijadikan salah satu kegiatan untuk mengisi waktu luang, karena dengan membaca kita akan menjelajahi dunia baru dan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan.

Komponen Kegiatan Membaca

Proses membaca diawali dengan indra penglihatan yang diperoleh melalui pendeteksian simbol-simbol grafis yang dimulai dari indra pertama.Anak belajar membaca untuk membedakan secara visual simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mewakili bahasa lisan. Aspek sekuensial dalam proses membaca adalah kegiatan mengikuti rangkaian teks yang tersusun secara linier, yang umumnya muncul pada satu halaman dari kiri ke kanan atau atas ke bawah (Burns et al., 1996), (dalam Rahim, 2007: 12) . Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca, anak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan pemahamannya terhadap kosa kata dan konsep.

Komunikasi dalam membaca bergantung pada pemahaman, yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca. 1996), (Rahim menyatakan dalam Rahim bahwa strategi pengenalan kata sebagai bagian dari aspek asosiasi dalam proses membaca sangatlah penting. Selain keterampilan yang diperlukan dalam melakukan aktivitas, berbagai aspek proses membaca juga harus dipenuhi oleh pembaca. Aspek kesembilan (aspek ide) diperoleh apabila aspek-aspek lain dalam proses membaca telah berjalan secara harmonis.

Oleh sebab itu, guru sekolah rendah memainkan peranan penting dalam membimbing murid supaya mereka dapat menguasai aktiviti dalam proses membaca.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Jika menemukan siswa seperti di atas, sebaiknya guru menyarankan orang tua untuk membawa anak ke dokter spesialis mata. Semakin cepat guru menyadari hal ini maka semakin cepat pula permasalahan anak terselesaikan, sebaiknya anak memeriksakan matanya terlebih dahulu sebelum mulai membaca (Lamb dan Arnold, 1976), (dalam Rahim, 2007: 16). Guru harus mengetahui perkembangan setiap siswa, termasuk perkembangan intelektual setiap siswa.

Kemampuan seorang anak dalam memahami materi pelajaran berbeda-beda, ada anak yang memahami pelajaran dengan cepat sehingga mudah memahami pelajaran. Ada pula anak yang kekuatan genggamannya lambat sehingga membuat proses pemahaman pelajaran menjadi lama dan sering disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak-anak yang hidup dalam rumah tangga harmonis, rumah yang penuh kasih sayang, tidak akan menemui kendala berarti dalam membaca.

Membaca harus menjadi aktivitas yang bermakna; pengalaman masa lalu anak-anak membantu anak-anak lebih memahami apa yang mereka baca.

Metode ACM (Aku Cepat Membaca)

Pembelajaran membaca didominasi oleh indera penglihatan dan pendengaran, membaca dan mendengarkan cerita yang dibacakan. Berbeda dengan pendekatan metode edukasi atau pembelajaran membaca dan menulis yang pada umumnya menempatkan pengenalan huruf sebagai langkah awal dalam mengenalkan anak pada membaca, metode ACM justru menempatkan pengenalan huruf pada akhir pembelajaran. ACM mengajarkan membaca secara keseluruhan, meliputi kata institusi, perubahan bunyi a, i, u, e, o, bunyi peralihan (sulit), bunyi nga, bunyi mati, bunyi –ng, latihan membaca dan pengenalan huruf.

Pembelajaran ini mencoba menggunakan metode yang saat ini sedang dikembangkan oleh berbagai ahli untuk pembelajaran membaca dan menulis dalam berbagai bahasa, yang dikenal dengan pendekatan global, yaitu analisis sintetik atau disebut juga struktur analitik sintetik (SAS). Oleh karena itu, ketika belajar membaca dan menulis harus menggunakan metode pembelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu. Sangat inovatif dan kreatif sehingga semua siswa akan ketagihan dalam belajar membaca dan menulis.

Mereka tidak hanya menguasai kemampuan membaca dan menulis saja, namun yang lebih penting adalah mereka memahami konsep dasar membaca dan menulis itu sendiri.

KerangkaPikir

Berhasil tidaknya proses pembelajaran metode ACM tergantung pada kedisiplinan instruktur dalam menggunakan metode atau petunjuk penggunaan buku ini. Hal ini menjadikan siswa malas untuk berlatih membaca, sehingga memerlukan proses yang lama bagi siswa untuk dapat membaca. Salah satu metode yang dianggap berhasil adalah metode ACM yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa.

HipotesisTindakan

METODE PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Sekolah ini dipilih karena ditemukan adanya permasalahan pada kemampuan membaca siswa kelas I yang masih kurang. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Inpres Bontobila Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 anak yang terdiri dari 10 laki-laki dan 20 perempuan, dengan kondisi siswa yang berbeda-beda. dan 1 guru..

Fokus Penelitian

Fokus hasil adalah melihat hasil belajar bahasa Indonesia khususnya kefasihan membaca siswa setelah menerapkan pembelajaran dengan metode ACM (I'm Quick to Read).

Prosedur Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan penilaian hasil belajar siswa pada siklus I dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksikan. Pada tahap observasi siklus II sama dengan kegiatan yang dilakukan guru pada siklus I. Berdasarkan tabel 4.1 lembar observasi siswa pada siklus I yang dilakukan selama proses pembelajaran diperoleh data hasil observasi siswa pada siklus I. diperoleh aktivitas pembelajaran dalam satu siklus yaitu frekuensi dan persentase siswa yang hadir dan menghadiri kelas adalah 95,45%.

Hasil belajar pada Siklus I memerlukan peningkatan pembelajaran, oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada Siklus II. Berdasarkan Tabel 4.5 lembar observasi siswa pada siklus I yang dilakukan selama proses pembelajaran diperoleh data aktivitas belajar siswa dalam satu siklus, dimana frekuensi dan persentase siswa menghadiri dan mengikuti kelas adalah sebesar 98,86%. ke. Rendahnya hasil belajar siswa pada Siklus I disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mappin kurang dipahami siswa sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa II. derajat, yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada derajat pertama. hasil 8 siswa menyelesaikan siklus pertama. Kemudian, pada tahap kedua, rata-rata prestasi akademik siswa meningkat menjadi 71,36 dan 10 siswa menyelesaikan studinya.

Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan dan Kategorisasi Hasil Belajar Murid
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan dan Kategorisasi Hasil Belajar Murid

Instrument Penelitian

Hasil Penelitian

Pembelajaran tatap muka dilaksanakan pada siklus I sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari Jumat tanggal 5/12/2014, pertemuan kedua pada hari Senin tanggal 8/12/2014, pertemuan ketiga pada hari Rabu tanggal 12/10/2014. pertemuan keempat pada hari Jumat, 12/12/2014 Pada siklus I pertemuan pertama, siswa yang aktif dalam proses pembelajaran masih lebih sedikit dibandingkan siswa yang hanya bermain-main dan tidak memperhatikan pelajaran. Berdasarkan hasil refleksi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I, diharapkan motivasi belajar siswa semakin meningkat pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.

Pada siklus II juga dilaksanakan 4 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Sabtu tanggal 20 Desember 2014, pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 24 Desember 2014, pertemuan ketiga pada hari Jumat tanggal 26 Desember 2014 dan pertemuan keempat pada hari Sabtu tanggal 27 Desember 2014 Desember. 2014. Seperti yang dilakukan pada siklus I, analisis data juga dilakukan pada siklus II seperti yang telah dijelaskan di atas. Jika skor kemampuan siswa pada siklus I dikelompokkan menjadi lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti terlihat pada tabel berikut.

Jika skor kemampuan siswa pada siklus II dikelompokkan menjadi lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti terlihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I

Analisis Data

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya perubahan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Mind Mapping pada akhir pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata skor Tes Hasil Belajar IPS Kelas VB di SDN Limbung Putera Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dan peningkatan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan setelah penerapan model pembelajaran Mind Mapping. Setelah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa, terjadi pula peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian hanya dilakukan selama dua siklus.

Untuk merangsang minat belajar siswa kelas V SDN Limbung Putera Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa untuk belajar IPS, hendaknya pembelajaran dirancang menghubungkan materi yang dipelajari dengan model pembelajaran mind map. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran mind map dapat mengubah sikap siswa dalam model pembelajaran IPS dan meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh dari analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Limbung Putera Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa melalui Kegiatan Pembelajaran. dilakukan di dalam kelas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa Kelas V SDN Limbung Putera Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa mengalami peningkatan.

Tabel  4.9  Gambaran  Peningkatan  Hasil  Belajar  Murid  Kelas  V  SDN Limbung Putera Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Tabel 4.9 Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Murid Kelas V SDN Limbung Putera Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

  • Statistik Skor Hasil Belajar Murid Siklus I
  • Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar pada Siklus I
  • Distribusi Frekuensi, Persentase, dan Kategori Ketercapaian
  • Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus II
  • Statistik Skor Hasil Belajar Murid Siklus II
  • Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar pada Siklus II

Guru hendaknya selalu memotivasi siswa untuk giat belajar dan menciptakan interaksi yang harmonis antara guru dan siswa, serta selalu memberikan penguatan kepada siswa yang selalu aktif atau pasif dalam mengikuti perkuliahan. Khusus untuk model pembelajaran Mind Mapping, guru perlu mengembangkan model pembelajaran ini agar siswa lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan. Meningkatkan Keterampilan Membaca Melalui Metode Structural Synthetic Analysis (SAS) Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SDS To Iporannu Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Gambar

Gambar Halaman
Gambar  2.1.    Desain  PTK  Model  Lewin  yang  ditafsirkan  Kemmis.
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan dan Kategorisasi Hasil Belajar Murid
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

KISTI Data Insights 검색과 쇼핑 데이터는 WHO 팬데믹 선언의 효과는 물론 발표 시기나 각국의 대중 인 식 제고 활동에 대한 평가를 가능하게 해주었고, 우리나라 젊은 세대의 코로나19에 대 한 대응의 재평가가 필요할 수 있음을 보였으며, 자기 주도적 야외 활동을 중심으로 한 레저 산업의 변화를 실시간으로 관찰할