Apa Kewaspadaan Standar Itu?
Ada berbagai macam infeksi menular yang terdapat dalam darah dan cairan tubuh lain seseorang, di antaranya hepatitis B dan C - dan HIV. mungkin juga ada infeksi lain yang belum diketahui – harus diingat bahwa hepatitis C baru ditemukan pada 1988. Sebagian besar pasien dengan infeksi tersebut belum tahu dirinya terinfeksi.
Dalam semua sarana kesehatan, termasuk Rumah Sakit, Puskesmas dan praktek dokter gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau penggunaan alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan terjadi.
Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan standar (dulu kewaspadaan universal). Harus ditekankan bahwa pedoman tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV, tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih mudah menular.
Bagaimana Kewaspadaan Standar Diterapkan?
Karena akan sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan standar secara penuh dalam hubungan dengan SEMUA pasien, dengan melakukan tindakan berikut:
Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung tangan
Segera cuci tangan setalah ada hubungan dengan cairan tubuh
Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh
Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang
Bersihkan dan disenfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok
Patuhi standar untuk disinfeksi dan steriilisasi alat medis
Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur
Buang limbah sesuai prosedur
A. Penataalaksanaan Linen
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengeloaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia
1. Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan dibilas dengan air.Linen kotor tersebut kemudian langsung di masukkan ke dalam kantong linen
2. Hilangkan bahan padat (missal, feses) dari linen yang sangat kotor (menggunakan APD yang sesuai)dan buang limbah padat tersebut ke dalam toilet sebelum linen di masukkan kekantong cucian.
3. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati - hati untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang - orang di sekitarnya.
4. Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien. Masukan linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang isolasi dengan memanipulasi minimal.
5. Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur pencucian biasa.
6. Cuci dan keringkan linen sesuai dengan standard dan prosedur tetap fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk pencucian air panas,cuci linen menggunakan detergen / desinfektan dengan air 70°C selama minimal 25 menit
B. Perlindungan Kesehatan Petugas
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang melakukan tindakan kerja yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan, meliputi dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, teknisi laboratorium, teknisi kesehatan, teknisi medis dan non medis, tenaga perawatan pribadi, tenaga kesehatan masyarakat, tabib. dan praktisi pengobatan tradisional. Istilah ini juga mencakup pekerja manajemen dan pendukung kesehatan seperti petugas kebersihan, pengemudi, administrator rumah sakit, manajer
kesehatan distrik dan pekerja sosial, serta kelompok pekerjaan lainnya dalam kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan sebagaimana didefinisikan oleh Klasifikasi Pekerjaan Standar Internasional (ISCO-08).
Petugas kesehatan adalah tulang punggung sistem kesehatan yang berfungsi. Selain memberikan kontribusi terhadap penikmatan hak atas kesehatan bagi semua orang, pekerja kesehatan juga harus menikmati hak atas kondisi kerja yang sehat dan aman untuk menjaga kesehatan mereka sendiri.
Petugas kesehatan menghadapi berbagai risiko pekerjaan yang terkait dengan infeksi, penanganan pasien yang tidak aman, bahan kimia berbahaya, radiasi, panas dan
kebisingan, bahaya psikososial, kekerasan dan pelecehan, cedera, penyediaan air bersih, sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai.
Perlindungan kesehatan dan keselamatan pekerja kesehatan harus menjadi bagian dari bisnis inti sektor kesehatan: melindungi dan memulihkan kesehatan tanpa menimbulkan kerugian pada pasien dan pekerja.
Menjaga kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kesehatan dapat mencegah penyakit dan cedera akibat kerja, sekaligus meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan, sumber daya manusia kesehatan dan kelestarian lingkungan di bidang kesehatan.
Adapun perlindungan petugas Kesehatan di lingkungan kerja masing – masing sebaiknya menerapkan prosedur dibawah ini :
1. Semua petugas kesehatan menggunakan APD saat memberi pelayanan yang berisiko terjadi paparan darah, produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius atau bahan berbahaya lainnya.
2. Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas kesehatan terutama pada area risiko tinggi (misalnya: ruang TB, ruang VCT, dll) yang dapat terpapar penyakit menular infeksi sehingga perlu diberikan immunisasi sesuai risiko paparan kinerja petugas yang dihadapi dan hasil konsultasi professional kesehatan misalnya immunisasi Hepatitis B.
3. Tersedia kebijakan penatalaksanaan akibat tusukan jarum/benda tajam bekas 4. Tata laksana paska pajanan
5. Tersedia sistem atau skema pembiayaan yang disediakan o l e h p u s k e s m a s bagi petugas kesehatan yang memerlukan perawatan kesehatan.
C. Penempatan Pasien
a. Penempatan pasien tidak infeksius :
Menggunakan kewaspadaan standar :
Penempatan Pasien : pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang Isolasi.
Kebersihan Tangan : Lakukan lima saat kebersihan tangan dan gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan sabun antiseptik untuk kebersihan tangan
Sarung Tangan. Pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka (non-intact skin).
Ganti sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme. Lepas sarung tangan
b. Penempatan pasien infeksius Transmisi Airborne
Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan halus di udara. Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara, baik yang berupa bintik percikan di udara (ariborne droplet nuclei, ukurran 5 µm atau lebih kecil) atau partikel debu yang berisi agen infeksi. Organisme yang ditularkan dengan cara ini dapat menyebar secara luas bersama dengan aliran udara.
Penempatan Pasien :
1) Tempatkan pasien di ruang isolasi : Pintu harus selalu tertutup.
2) Bila ruang isolasi penuh / tidak tersedia, tempatkan pasien bersama dengan pasien lain yang terinfeksi aktif dengan (dugaan) mikroorganisme yang sama, kecuali bila ada rekomendasi lain.
Dilarang menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain.
3) Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan petugas pengendalian infeksi sebelum menempatkan pasien.
Perlindungan Pernafasan (Masker) : Gunakan masker bila memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne disease (TBC, Varicela, rubella dll). Orang-orang yang sensitif dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai menderita airborne disease.
Transmisi Droplet.
Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan partikel besar. Transmisi percikan terjadi bila partikel percikan yang besar (diameter ˃5 µm) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan mukosa hidung, mulut atau konjungtiva
mata orang yang rentan. Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi atau bronkoskopi.
Penempatan Pasien :
1) Pasien dengan droplet diseases diupayakan ditempatkan di kamar tersendiri
2) jika tidak memungkinkan, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang dugaan terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama, tetapi
3) bila tidak memungkinkan ditempatkan dengan pasien kasus yang sama maka tempatkan pasien bersama dengan pasien dengan kasus yang lain tetapi dengan jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 m) dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi yang khusus, dan pintu boleh tetap terbuka
Gunakan masker bedah bila bekerja dalam jarak kurang dari satu meter dari pasien. Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran droplet dengan memakaikan masker bedah pada pasien, bila memungkinkan.
Transmisi kontak
Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung (misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit) yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak langsung (persinggungan) dengan benda di lingkungan pasien
Penempatan Pasien :
1) Pasien upayakan ditempatkan di kamar tersendiri.
2) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan penyakit yang sama. tetapi
3) bila tidak memungkinkan dengan jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira satu meter) dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus dan pintu boleh tetap terbuka.
Sarung Tangan dan Cuci Tangan. Pakailah sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki kamar dan merawat pasien, ganti sarung tangan setelah menyentuh bahan-bahan terinfeksi yang kira-kira mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (faeces dan drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan lingkungan pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan atau handrub. Pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki kamar pasien
Pemindahan Pasien : Batasi pemindahan dan transportasi pasien hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan kewaspadaan tetap terjaga untuk meminimalkan kemungkinan penyebaran mikroorganisme ke pasien lain dan kontaminasi permukaan lingkungan dan peralatan.
Peralatan Perawatan Pasien. Penggunaan peralatan non-kritikal hanya untuk satu pasien saja untuk mencegah penggunaan bersama dengan pasien lain. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari, maka bersihkan dan desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan oleh pasien lain.
D. Etika Batuk dan Bersin
Penyakit bisa dengan mudah menginfeksi melalui udara. Tanpa sadar, bersin dan batuklah yang bisa menyebarkan virus penyakit. Oleh karena itu, jangan asal batuk dan bersin, kenali beberapa etika yang harus dilakukan. Hal ini menjadi bentuk pencegahan penularan penyakit.
Etika saat bersin dan batuk menurut kesehatan
Saat ingin bersin atau batuk, sangat penting untuk mengetahui etika. Hal ini dilakukan agar penularan virus tida terjadi. Selain itu, menghindarkan infeksi terjadi. Mungkin, kebanyakan dari kita saat ingin bersin atau batuk, refleks menggunakan tangan untuk menutupinya. Namun cara ini belum sepenuhnya benar.
Pasalnya, bisa saja virus dan bakteri berpindah pada telapak tangan. Setelah itu, menular pada orang lain saat bersalaman. Oleh karena itu, etika saat bersin dan batuk sangat perlu diperhatikan. Pertama, saat Anda merasa ingin bersin dan batuk segera ambil tisu untuk menutup hidung dan mulut. Setelah itu, buang tisu tersebut.
Bagi yang tidak membawa tisu, jangan menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan.
Namun gunakan lengan atas Anda. Selalu cuci tangan Anda dengan sabun dan air mengalir. Apabila tidak ada hand sanitizer dengan bahan alkohol sangat diperlukan.
Tujuan melakukan etika saat bersin dan batuk
Tujuan dari melakukan etika saat bersin dan batuk adalah menghindarkan penyebaran virus. Mungkin, beberapa bersin dan batuk tidak mengandung kuman berbahaya. Namun, kuman dan virus bisa berasal dari rongga mulut yang dikeluarkan saat bersin dan batuk dilakukan.
Hal ini kemungkinan besar membentuk koloni yang menyebabkan infeksi. Bagi Anda yang sedang menderita batuk, sebaiknya menggunakan masker. Bila perlu sedikit jauhkan diri agar orang lain tidak terkena infeksi.
Namun alangkah baiknya lagi, Anda istirahat di rumah hingga batuk benar – benar sembuh. Terlebih, jika batuk disebabkan karena suatu penyakit. Penularan penyakit dari
bersin dan batuk bisa terjadi dimana saja, seperti sekolah, kantor, pusat keramaian hingga rumah sekalipun. Sangat penting untuk memperhatikan etika dalam bersin dan batuk.
Etika batuk/bersin yang benar
1. Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu atau lengan baju dalam. Hal ini agar virus tidak menyebar ke udara dan menular ke orang lain.
2. Segera buang tisu yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol.
4. Gunakan masker.
Kebiasaan batuk/bersin yang salah
1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk/bersin.
3. Membuang ludah batuk di sembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tisu yang sudah dipakai di sembarang tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk E. Praktik Menyuntik Yang Aman
Memberikan obat suntik adalah menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien melalui intra vena dan intra muskular, atau subkutan, atau intra kutan. Adapun Langkah – Langkah untuk penyuntukan yang ama nada sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Trolly / nampan
b. Obat yang akan diberikan
c. Spuit disposible sesuai kebutuhan d. Kapas alkohol
e. Tourniquet (bila diperlukan) f. Bengkok
g. Bak spuit
h. Sarung tangan/handscoon 2. Pelaksanaan
a. Baca program pengobatan dengan teliti b. Pastikan bahwa instruksi benar dan legal
c. Bertahukan pasien tentang tujuan pemberian obat serta prosedur yang akan dilakukan
d. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan
e. Cuci tangan, pakai sarung tangan / handscoon
f. Baca etiket obat, pastikan tanggal kadaluarsa obat, dosis obat, cara pemberian obat, waktu pemberian dan nama pasien
g. Hapuskan tutup obat dengan kapas alkohol, bila obat dalam bentuk ampul, potong ampul dengan kikir ampul kemudian patahkan dengan mengoleskan leher ampul dengan kapas alkohol terlebih dahulu.
h. Masukkan obat ke dalam spuit, kemudian keluarkan udara yang ada dalam spuit
i. Tentukan daerah yang akan disuntik
j. Lakukan desinfeksi pada daerah penyuntikan dengan kapas alkohol k. Masukkan jarum dengan posisi sesuai cara penyuntikan dan melakukan
aspirasi untuk mengetahui terkena pembuluh darah atau tidak l. Masukkan obat secara perlahan-lahan
m. Perhatikan reaksi pasien
n. Cabut jarum suntik dengan perlahan-lahan dan buang spuit/jarum bekas ke bengkok, buang spuit ke safety box.
o. Usap kulit dengan kapas alkohol
p. Tidak merecapping jarum suntuk, kalaupun terpaksa lakukan dengan satu tangan (teknik one hand)
q. Tidak menekuk atau mematahkan jarum yang telah dipakai r. Jarum dibuang langsung oleh si pemakai
s. Cuci tangan setelah tindakan
t. Catat dalam formulir waktu, nama obat, dosis, cara pemberian obat, dan nama perawat yang menyuntik.
3. Hal yang perlu diperhatikan
a. Bekerja dengan teknik aseptik, reaksi atau keluhan pasien setelah disuntik b. Tanggal kadaluarsa obat
F. Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman Pengertian Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi kesehatan tertentu. Tindakan ini dilakukan pada punggung bawah di area lumbar.
Hal ini dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam ruang antara dua tulang lumbal untuk mengambil sampel cairan serebrospinal. Ini adalah cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang untuk melindunginya dari cedera.
Tujuan Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dapat membantu mendiagnosis infeksi serius, seperti meningitis. Bahkan, tindakan ini juga dapat mendeteksi gangguan lain pada sistem saraf pusat, seperti:
Sindrom Guillain-Barre.
Multiple sclerosis.
Perdarahan.
Kanker otak atau sumsum tulang belakang.
Kadang-kadang pungsi lumbal digunakan untuk menyuntikkan obat anestesi atau obat kemoterapi ke dalam cairan serebrospinal.
Manfaat Pungsi Lumbal
Tindakan yang disebut juga dengan spinal tap ini dapat dilakukan untuk:
Mengumpulkan cairan serebrospinal untuk memeriksa infeksi, peradangan, atau penyakit lainnya.
Mengukur tekanan cairan serebrospinal.
Menyuntikkan anestesi spinal, obat kemoterapi, atau lainnya.
Menerapkan mielografi atau cisternography ke dalam cairan serebrospinal untuk melakukan diagnostik.
Selain itu, informasi yang dikumpulkan dari tindakan ini dapat membantu untuk mendiagnosis beberapa hal, seperti:
Infeksi bakteri, jamur dan virus yang serius lainnya, termasuk meningitis, ensefalitis, dan sifilis.
Perdarahan di sekitar otak (perdarahan subarachnoid).
Kanker yang menyerang otak atau sumsum tulang belakang.
Kondisi peradangan tertentu pada sistem saraf, seperti multiple sclerosis dan sindrom Guillain-Barre.
Gangguan autoimun neurologis.
Penyakit Alzheimer dan bentuk lainnya dari gangguan demensia.
Kapan Harus Melakukan Pungsi Lumbal?
Tindakan ini dilakukan pada saat seperti:
Untuk mengambil sampel cairan dari sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal) atau mengukur tekanan cairan, guna membantu mendiagnosis kondisi tertentu.
Untuk menyuntikkan obat, seperti obat penghilang rasa sakit, antibiotik atau kemoterapi.
Untuk menyuntikkan anestesi tulang belakang, guna mematikan bagian bawah tubuh sebelum operasi.
Untuk mengeluarkan beberapa cairan guna mengurangi tekanan di tengkorak atau tulang belakang.
Prosedur Pungsi Lumbal
Sebelumnya, tes darah mungkin dilakukan untuk memastikan jika seseorang alami penggumpalan darah. Selain itu, beritahu dokter tentang obat yang dikonsumsi dan suplemen terkini. Berhenti untuk mengonsumsi minum obat pengencer darah.
Tergantung pada situasinya, tindakan ini dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan atau rawat inap. Prosedur ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk dilakukan.
Awalnya, ahli medis meminta seseorang untuk berbaring miring ke kiri dengan lutut ditarik ke atas dagu. Posisi alternatifnya adalah duduk dan bersandar ke depan dengan tangan dan kepala bersandar ke meja.
Urutan untuk melakukan tindakan ini, yaitu:
Area kulit dibersihkan dengan antiseptik.
Menyuntikkan anestesi lokal ke punggung bawah agar mati rasa.
Memasukkan jarum tipis berongga di antara dua tulang belakang di bagian bawah.
Pada proses ini, kamu mungkin merasakan tekanan.
Menarik cairan ke dalam jarum atau menyuntikkan obat atau zat tertentu.
Menarik jarum dengan lembut.
Bersihkan kulit lagi dengan antiseptik dan menutup tempat tusukan dengan perban.
Setelah prosedur selesai, seseorang tetap harus berada dalam posisi awal paling tidak satu jam. Lalu, pastikan untuk perbanyak istirahat dan mengonsumsi lebih banyak cairan.
Hindari aktivitas berat selama 24 hingga 48 jam.