A. Defenisi mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian konflik di mana seorang pihak ketiga yang netral, yang disebut mediator, membantu para pihak yang terlibat dalam konflik untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Mediator bertindak sebagai fasilitator yang membantu para pihak berkomunikasi, memahami perspektif satu sama lain, dan bekerja bersama untuk menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak yang terlibat. Proses mediasi bersifat sukarela, rahasia, dan sering kali lebih cepat serta biaya yang lebih rendah daripada peradilan formal, sehingga banyak digunakan dalam berbagai konteks, termasuk sengketa keluarga, sengketa komersial, sengketa pekerjaan, dan lainnya. Kesepakatan yang dihasilkan melalui mediasi umumnya harus diterima secara sukarela oleh semua pihak yang terlibat.
1. Pihak Ketiga Netral: Mediator adalah pihak yang netral dan tidak memihak kepada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan hasil dari konflik; mereka hanya bertindak sebagai fasilitator untuk membantu para pihak mencapai kesepakatan.
2. Sukarela: Proses mediasi biasanya bersifat sukarela, yang berarti bahwa para pihak yang terlibat harus setuju untuk mengikuti mediasi. Tidak ada pihak yang dapat dipaksa untuk berpartisipasi dalam mediasi jika mereka tidak ingin melakukannya.
3. Rahasia: Mediasi dilakukan dalam suasana yang rahasia dan konfidensial. Hal ini memungkinkan para pihak untuk berbicara terbuka tentang masalah mereka tanpa takut bahwa informasi yang mereka berikan akan digunakan melawan mereka di masa depan.
4. Proses Struktured: Mediasi biasanya melibatkan serangkaian pertemuan di mana mediator akan bekerja dengan para pihak untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, memfasilitasi komunikasi antara para pihak, dan membantu mereka untuk mencapai kesepakatan.
5. Kesepakatan Bersama: Hasil yang diharapkan dari mediasi adalah kesepakatan yang dihasilkan oleh para pihak yang terlibat. Kesepakatan ini harus diterima secara sukarela oleh semua pihak, dan biasanya dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis.
6. Fleksibel: Mediasi memungkinkan para pihak untuk merancang proses penyelesaian sengketa sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Ini membuat mediasi menjadi pilihan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan proses peradilan formal.
7. Biasanya Cepat dan Biaya Lebih Rendah: Mediasi seringkali lebih cepat daripada proses peradilan, dan biaya yang terlibat biasanya lebih rendah. Hal ini membuat mediasi menjadi pilihan yang menarik untuk menyelesaikan sengketa yang relatif sederhana.
Mediasi dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam sengketa keluarga, sengketa komersial, sengketa pekerjaan, sengketa properti, dan banyak lagi. Proses ini mendorong komunikasi yang efektif, kolaborasi, dan penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.
B. Unsur-unsur dan prinsip mediasi
Mediasi adalah proses yang melibatkan sejumlah unsur dan prinsip yang mendasar. Berikut adalah beberapa unsur dan prinsip utama dalam mediasi:
Unsur-Unsur Mediasi:
1. Mediator: Mediator adalah pihak ketiga yang netral dan terlatih dalam mengelola konflik. Tugas utama mereka adalah memfasilitasi proses mediasi, membantu para pihak berkomunikasi, dan memandu mereka menuju solusi yang dapat diterima.
2. Para Pihak: Para pihak adalah individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik.
Mereka adalah pihak yang memiliki perbedaan atau sengketa yang perlu dipecahkan melalui mediasi.
3. Sukarela: Mediasi biasanya bersifat sukarela, artinya para pihak setuju untuk berpartisipasi dalam proses mediasi. Tidak ada paksaan untuk mengikuti mediasi.
4. Rahasia: Proses mediasi dijalankan dalam kerahasiaan, sehingga para pihak dapat berbicara terbuka tanpa takut informasi yang mereka bagikan akan digunakan melawan mereka di masa depan.
5. Kesepakatan: Hasil yang diharapkan dari mediasi adalah kesepakatan yang dihasilkan oleh para pihak yang terlibat. Kesepakatan ini harus diterima secara sukarela oleh semua pihak.
Prinsip-Prinsip Mediasi:
1. Netralitas: Mediator harus tetap netral dan tidak memihak kepada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Mereka tidak memiliki kepentingan pribadi dalam hasil mediasi.
2. Keterbukaan dan Komunikasi: Para pihak diharapkan untuk berbicara terbuka dan jujur selama mediasi. Proses komunikasi yang efektif adalah kunci untuk memahami perspektif masing-masing dan mencapai kesepakatan.
3. Kebebasan Berpendapat: Para pihak harus merasa bebas untuk menyampaikan pandangan mereka tanpa takut reprisal atau penilaian negatif.
4. Kreativitas: Mediasi mendorong pencarian solusi yang kreatif. Para pihak diizinkan untuk berpikir di luar kotak dalam mencari solusi yang memadai.
5. Kesepakatan Bersama: Hasil mediasi harus mencerminkan kesepakatan bersama antara para pihak. Ini berarti bahwa solusi yang ditemukan harus diterima oleh semua pihak yang terlibat.
6. Kepastian Hukum: Kesepakatan mediasi biasanya dihormati oleh hukum. Ini berarti bahwa jika salah satu pihak melanggar kesepakatan, maka kesepakatan tersebut dapat ditegakkan melalui jalur hukum.
7. Pribadi dan Dapat Disesuaikan: Mediasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi para pihak. Ini memungkinkan fleksibilitas dalam proses penyelesaian sengketa.
Prinsip-prinsip dan unsur-unsur ini membentuk dasar dari mediasi sebagai alat yang efektif dalam menyelesaikan konflik. Dengan memahami dan mengikuti prinsip-prinsip ini, mediasi
dapat membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan yang adil dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam sengketa.
Sandjaja, I. M. (2015). Mediasi: Penyelesaian Sengketa Secara Damai. Pustaka Detik.
Wijaya, D. (2012). Mediasi dalam Hukum Perdata Indonesia. Sinar Grafika.
Luhulima, S. (2018). Mediasi dalam Hukum Pidana. Kencana.
Nasution, A. (2016). Konsep Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Hukum Bisnis. Citra Aditya Bakti.