• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BELIS DALAM ADAT PERKAWINAN LARI DI DESA NUCA MOLAS KECAMATAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BELIS DALAM ADAT PERKAWINAN LARI DI DESA NUCA MOLAS KECAMATAN"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pernikahan sering disebut sebagai perjanjian suci antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia (sakinah mawaddah warahmah). Hal ini terjadi ketika permintaan belis terlalu tinggi melebihi kemampuan ekonomi seorang laki-laki dan keluarganya, demikian pula yang terjadi pada masyarakat Desa Nuca Molas. Ada budaya (lokal), sebelum akad dilaksanakan, pihak laki-laki harus membayar atau menyerahkan belis sesuai dengan permintaan pihak perempuan, yang berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Dalam adat perkawinan Desa Nuca Molas, pihak laki-laki sangat keberatan karena dalam menentukan belis yang diminta pihak perempuan terlalu berat atau terlalu tinggi yang tidak sesuai dengan pendapatan pihak laki-laki sehingga pada akhirnya banyak laki-laki yang pantas keputusan untuk menikahi pasangannya untuk melarikan diri.8. Alasan lain adalah ketidakmampuan suami untuk membayar mahar atau uang dan biaya pernikahan yang sangat mahal.

Rumusan Masalah

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Telaah Pustaka

Namun dalam kehidupan sehari-hari, tradisi sebambangan pada masyarakat adat Lampung Saibatin sudah mulai jarang dilaksanakan, karena sebambangan merupakan penyimpangan dari adat. Proses sebambangan pada masyarakat Lampung Saibatin tentunya memiliki aturan penyelesaian tersendiri sesuai dengan hukum adat yang berlaku. 14Ratih Okta Pramudita, “Penempatan Kawin Kawin (Sebambangan) Masyarakat Adat Lampung Saibatin di Kabupaten Gunung Alip Tanggamus”. Skripsi, Universitas Lampung Bandar Lampung 2017), hal.

Hasil penelitian tentang sebambangan dan pendiriannya pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kabupaten Gunung Alip Tanggamus menunjukkan bahwa terdapat faktor penyebab sebambangan yaitu faktor internal (faktor mufakat, pendidikan dan umur) dan faktor eksternal (ekonomi, restu orang tua, sosial ), menghindari biaya yang besar dan terpaksa). Sebagai masyarakat adat yang patriarki, muli berpindah kedudukan atau status dari hak ulayat keluarga orang tuanya pindah atau masuk ke dalam hak ulayat suami (keluarga laki-laki).

Kerangka Teori

Ketika keluarga wanita mengetahui mengapa dan siapa yang mengambil putrinya, pasangan pria biasanya akan meninggalkan wanita yang diambilnya. Pihak mempelai laki-laki harus memberikan belis, karena mempelai perempuan akan menjadi bagian dari adat keluarga laki-laki. Akibat pengalihan adat ini, pihak mempelai pria harus membayar sejumlah hewan atau uang dan barang kepada keluarga mempelai wanita.

Demikian pula, hadiah yang diberikan oleh mempelai pria pada saat pernikahan, tetapi tidak kepada mempelai wanita, disebut mahar. Dengan demikian, pemberian yang diberikan oleh suami pada saat akad nikah, tetapi tidak kepada mempelai wanita, tidak disebut mas kawin.

Metode Penelitian

Kehadiran peneliti di lapangan sebagai instrumen sentral dan sebagai pengumpul data, peneliti berusaha mengumpulkan data yang diperoleh baik dari hasil wawancara (interview) maupun dengan metode dokumentasi. Lokasi penelitian yang dipilih berada di Desa Nuca Molas, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, NTT. Alasan penulis memilih lokasi ini karena penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang praktik penentuan belis pada adat kawin lari di Desa Nuca Molas. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama baik dari individu maupun perseorangan, seperti hasil wawancara.

Peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui praktik penentuan belis dalam tradisi perkawinan masyarakat Desa Nuca Molas. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti bertanya kepada pendamping/Kepala Desa Nuca Molas, Manggarai, NTT, tentang praktik penentuan belis dalam perkawinan kawin lari masyarakat Desa Nuca Molas. Merupakan suatu cara pengumpulan data yang diperlukan dalam masalah penelitian dan kemudian mempelajarinya secara intensif sehingga dapat mendukung dan menambah keyakinan dan bukti suatu kejadian.

Sebagaimana diketahui, ketika peneliti memulai penelitian tentu akan mendapatkan data yang banyak dan relatif beragam bahkan sangat rumit. Keabsahan atau validitas data merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk membuktikan data yang diperoleh di tempat penelitian dengan keadaan yang sebenarnya. Kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang terkumpul, yang menggambarkan kesesuaian konsep peneliti dengan hasil penelitian 36.

Dalam hal ini, kegigihan atau keseriusan penelitian ini dapat dilakukan ketika mengamati proses penetapan adat beli di Desa Nuca Molas Manggarai, NTT. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu selain data itu untuk keperluan pemeriksaan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik ini digunakan peneliti untuk membandingkan data observasi dengan data wawancara sehingga peneliti dapat memperoleh data yang benar-benar valid.

Sistematika Pembahasan

Bab ini merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran yang berisi kontribusi yang dapat diambil dari skripsi ini. Jadwal kegiatan penelitian memuat informasi tentang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses penelitian, mulai dari pengajuan proposal hingga penyusunan laporan.

PAPARAN DAN TEMUAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Para laki-laki harus menyiapkan uang untuk membayar para pemuka adat karena di Desa Nuca Molas setiap perkataan pemuka adat selalu membutuhkan uang. Di desa Nuca Molas tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan diperhatikan, sehingga penentuan belis dapat disesuaikan dengan pendapat laki-laki. Karena itu, biasanya ada perbedaan antara desa Nuca Molas dan desa lain yang para lelakinya melarikan diri.

Dalam perkawinan masyarakat Desa Nuça Molas, banyak perkawinan yang dibatalkan karena pihak laki-laki merasa terbebani dengan ketetapan belis pihak perempuan yang begitu besar sehingga pihak laki-laki mengambil tindakan dengan melarikan diri. Menurut masyarakat di Desa Nuça Molas, laki-laki merasa terbebani karena penentuan lingkar pinggang oleh perempuan terlalu besar. Pernikahan Bahriu dengan kawin lari disebabkan perselisihan antara suami istri.

Pada pernikahan yang dilangsungkan di desa Nuca Molas dimana Jakaria mengambil perempuan dari desa yang berbeda, wanita dari desa yang berbeda meminta belis yang terlalu tinggi, sehingga pihak laki-laki mengambil tindakan dengan melarikan diri. Dengan cara ini, laki-laki di Desa Nuca Molas cenderung mengambil perempuan karena belis yang janggal. Yang memberatkan pihak laki-laki dalam menegakkan belis dalam perkawinan masyarakat Desa Nuca Molas adalah pihak laki-laki mengambil tindakan dengan cara melarikan diri.

Banyak masyarakat Desa Nuca Molas yang batal menikah karena pihak laki-laki merasa terbebani karena pemberian belis oleh pihak perempuan terlalu besar, sehingga pihak laki-laki bertindak dengan melarikan diri. Hibah ini untuk memenuhi persyaratan yang timbul dari kesepakatan antara keluarga laki-laki dan perempuan. Jawab: Di Desa Nuca Molas yang sedang diamati, tingkat pendidikannya antara laki-laki dan perempuan, sehingga penentuan belis bisa disesuaikan dengan pendapat laki-laki.

Belis dalam Adat Perkawinan Lari di Desa Nuca Molas

Nilai-Nilai Sosiologi Kemasyarakatan Dalam Praktek Belis

Karena secara tidak langsung, sosok masyarakat ini harus berada di tengah-tengah laki-laki dan perempuan. Dan dengan adat seperti itu, banyak orang mengeluh, terutama pria yang ingin menikah, membatalkannya, karena tekad keputihan terlalu besar dan akhirnya terjadi kawin lari. Begitu banyak keluarga yang merasa tertekan oleh kebiasaan seperti itu, sehingga laki-laki menerimanya dengan melarikan diri."

Perkawinan dimana pihak laki-laki merasa terbebani dengan tekad pihak perempuan yang terlalu besar, sehingga pihak laki-laki mengambil tindakan dengan melarikan diri. Dengan adat seperti itu, para anggota keluarga dayat mengeluh, terutama bagi laki-laki yang ingin menikah, tetapi menyerah karena tekad belis terlalu besar, dan pada akhirnya dilakukan kawin lari. Kasus ini terjadi karena perselisihan antara kedua belah pihak, laki-laki dan perempuan, namun setelah kejadian tersebut diselesaikan secara adat yang dihadiri oleh banyak kepala desa Nuca Molas.

Kejadian ini terjadi karena pihak perempuan meminta belis yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan ekonomi pihak laki-laki. Pada hakekatnya adat perkawinan Desa Nuca Molas yang terjadi pada Suratman berawal dari perselisihan pihak pihak perempuan sehingga antara pihak laki-laki dan perempuan berencana untuk kawin lari, karena tingginya keteguhan belis mengapa pihak perempuan meminta. Oleh karena itu, pihak laki-laki keluarga mengeluh karena ketentuan belis terlalu besar dan akhirnya terjadi kawin lari, namun bedanya saudara Suratman menikah dengan seorang janda.

Jadi konflik adat Sumba dan Nuca Molas harus disesuaikan dengan kemampuan laki-laki. Dengan banyaknya orang yang merasa terbebani oleh tingginya keputihan dari kewajiban normal yang membebani laki-laki dalam menentukan keputihan, laki-laki bertindak dengan cara melarikan diri. Demikian pula, laki-laki dan perempuan harus bisa menegosiasikan tingginya permintaan belis dari perempuan sehingga perempuan bisa mengecilkan permintaan tersebut.

PEMBAHASAN

Belis dalam Adat Perkawinan Lari di Desa Nuca Molas

  • Tinjauan belis dalam adat perkawinan
  • Tahapan belis dalam perkawinan
  • Praktik penentuan belis dalam perkawinan

Perkawinan Lari Dalam Struktur di Desa Nuca Molas

  • Perkawinan Lari
  • Belis

Perspektif Kajian Sosiologi Kemasyarakatan

PENUTUP

Kesimpulan

Praktek penentuan belis berdasarkan kemampuan status ekonomi yang cukup tinggi berarti nilai belinya juga tinggi, sedangkan bagi mereka yang status ekonominya lemah, harga beli yang ditetapkan tidak mengikat laki-laki. Berdasarkan perspektif dalam kajian sosiologi sosial, proses penentuan belis di Desa Nuca Molas dapat dilihat dari segi status sosial, misalnya seperti penentuan belis bagi masyarakat yang berstatus pendidikan dengan masyarakat yang tidak berstatus pendidikan. tidak punya .

Saran

Yang menjadi dominan ketika terjadi praktik penentuan belis di Desa Nuca Molas. Bagaimana Anda berani membawa perempuan dari desa lain ke Desa Nuca Molas? Apa yang paling dominan seperti adanya praktik penentuan belis di Desa Nuca Molas.

Jawab: Menurut saya, cara belis di Desa Nuca Molas terlalu tinggi, sehingga saya mengambil perempuan dari luar Desa Nuca Molas. Jawab: Saya membawanya pergi karena wanita itu meminta belis yang terlalu tinggi, sehingga saya bertekad untuk membawanya pergi. Jawab: Alasan yang mendasari adalah saya merasa terlalu terbebani dengan penetapan belis yang ditentukan oleh pihak perempuan.

Maka saya mengambilnya dengan kawin lari agar penetapan belis yang telah ditetapkan dapat memudahkan keluarga saya, namun kami tetap melakukan pernikahan sesuai dengan penetapan yang biasa dilakukan di desa Nuca Molas. Sementara belis tersebut sangat tinggi, saya berencana untuk membawa wanita itu dalam pelarian. Jawaban: Saya membawanya pergi karena perempuan itu janda dan harga belinya tidak sesuai dengan penghasilan orang tua saya.

Jawab : Saya mengambilnya karena tekad belis yang diberikan kepada saya sangat tinggi karena dilihat dari tingkat pendidikannya, maka saya mengambilnya dengan cara kawin lari. Karena belis yang diminta istri terlalu tinggi, maka saya berencana mengambilnya dengan cara kawin lari. Bagaimana tekad Anda untuk membawa perempuan dari desa lain ke Desa Nuca Molas?

Gambar 1: Wawancara Dengan Tokoh Agama Da’ali, Pada Tanggal 02-06-2019
Gambar 1: Wawancara Dengan Tokoh Agama Da’ali, Pada Tanggal 02-06-2019

Gambar

Gambar 1: Wawancara Dengan Tokoh Agama Da’ali, Pada Tanggal 02-06-2019
Gambar 2 : Wawancara Dengan Tokoh Adat H. Idrus, Pada Tanggal 26-05-2019
Gambar 3 : Wawancara Dengan Kepala Desa Nuca Molas Burhima. Pada Tanggal  18-05-2019
Gambar 4 : Wawancara Dengan Pelaku Saudara Darman, Pada Tanggal 10-06-  2019
+5

Referensi

Dokumen terkait

& Wu (2020) emphasized that programs with English language learning should be based on the role of the language and the understanding of subject content.. This study is