• Tidak ada hasil yang ditemukan

bimbingan kelompok agentik - Repository UNP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bimbingan kelompok agentik - Repository UNP"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

Diperlukan inovasi untuk menciptakan model-model tertentu bagi pengembangan perilaku prososial siswa dalam layanan kelompok. Bertentangan dengan harapan ideal, data di lapangan menunjukkan bahwa perilaku prososial siswa belum berkembang secara maksimal.

Bimbingan Kelompok dalam Pelayanan BK

Upaya peningkatan perilaku prososial siswa melalui kegiatan bimbingan kelompok sejalan dengan perspektif representasi diri teori kognitif sosial. Berdasarkan pembahasan yang disampaikan, penulis berpendapat bahwa perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan perilaku prososial siswa dengan bantuan bimbingan kelompok.

KONSEP

PERILAKU PROSOSIAL

Definisi

Dalam Cambridge Dictionary of Psychology (Matsumoto, 2009), perilaku prososial diartikan sebagai tindakan untuk memberikan manfaat atau membantu orang lain. Perkembangan terkini menunjukkan minat baru dalam mengonsep dan mempelajari berbagai bentuk perilaku prososial (Carlo, 2014; Carlo & Pierotti, 2020).

Jenis-Jenis Perilaku Prososial

Ketiga, perilaku prososial emosional didefinisikan sebagai tindakan yang bermanfaat bagi orang lain yang berada dalam keadaan terangsang secara emosional (Carlo & Randall, 2002). Keempat, perilaku prososial publik diartikan sebagai tindakan yang bermanfaat bagi orang lain yang dilakukan di depan pengamat lain (Carlo & Randall, 2002).

Motif dan Faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial

Sedangkan empati kognitif adalah kesadaran dan pemahaman terhadap emosi orang lain (Van der Graaff dkk, 2018). Pada tahap keempat, penekanan penalaran moral adalah pada kepedulian empatik terhadap orang lain dan mengambil sudut pandang mereka.

Urgensi Perilaku Prososial Bagi Siswa SMP

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial berhubungan secara negatif dan disertai dengan beberapa perilaku sosial yang negatif. Seperti yang telah dibahas, perilaku prososial melindungi pertumbuhan dan perkembangan perilaku sosial negatif beberapa siswa.

KONSEP AGENSI DIRI

Agensi dalam Pandangan Teori Kognitif Sosial

Hasil penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa efikasi diri empatik mempunyai hubungan positif dengan perilaku prososial (Caprara & Steca, 2005; Eklund et al., 2012). Selain itu, pengalaman perwakilan juga melibatkan perbandingan sosial yang dapat berdampak kuat pada efikasi diri individu.

Jenis-Jenis Agensi Diri

Keadaan ini mendorong masyarakat untuk beralih ke agen yang dimediasi secara sosial, yaitu agen proksi, melalui proses interaksi dengan individu dan kelompok individu lain (Walborn, 2014; Zimmerman & Schunk, 2003). Individu juga beralih ke kontrol proksi ketika mereka tidak dapat memberikan pengaruh langsung karena mereka belum mengembangkan cara untuk melakukannya, karena mereka yakin orang lain dapat melakukannya dengan lebih baik, atau tidak ingin membebani diri mereka sendiri dengan aspek kontrol langsung yang memberatkan (Bandura, 1999b). .

Karakteristik Agensi Diri

Pemikiran antisipatif dipengaruhi oleh konsekuensi eksternal, dimana tindakan yang berpotensi menimbulkan konsekuensi positif lebih besar kemungkinannya untuk digunakan. Beberapa tindakan yang mungkin mempunyai konsekuensi positif diadopsi secara langsung (Bandura, 1999a), namun sebagian besar dimodifikasi atau disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan (Bandura, 1999b).

KONSEP BIMBINGAN KELOMPOK AGENTIK

Menurut Brown (2011), konseling kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang fokus utamanya pada pendidikan tentang konsep atau topik psikologi, dengan klasifikasi berdasarkan tujuan utamanya yaitu pendidikan, pelatihan keterampilan atau pemahaman/pengetahuan diri. Menurut Prayitno (1995), konseling kelompok adalah kegiatan pemberian informasi kepada anggota kelompok untuk kebutuhan tertentu dengan menggunakan dinamika kelompok. Menurut Gladding (2015), konseling kelompok adalah suatu kegiatan pelayanan kelompok yang dilakukan dengan cara menyampaikan informasi dan/atau mendiskusikan nilai-nilai.

Selain itu, Gibson & Mitchell (2003) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah kegiatan kelompok yang berfokus pada pemberian informasi atau pengalaman melalui kegiatan yang terencana dan terorganisir. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan bimbingan dan konseling berupa pemberian dan penyampaian informasi kepada sejumlah besar siswa melalui diskusi mengenai topik-topik tertentu dengan menggunakan dinamika kelompok. Kegiatan pengelolaan kelompok yang efektif berusaha mengaktifkan dinamika kelompok dengan tujuan pengembangan diri anggota kelompok.

Landasan Teoretis

Menggunakan istilah yang dipopulerkan oleh Plato, Meichenbaum (1977) menamakan proses ekspresi dan deskripsi diri sebagai dialog internal, yaitu proses berbicara pada diri sendiri dan mendengarkan diri sendiri. Meminjam istilah yang dikemukakan Tsang (2005), proses terjadinya kedua dialog tersebut disebut dialog reflektif, yaitu berbicara kepada diri sendiri dan orang lain secara individu maupun kelompok. Kesalahan kognitif dipandang sebagai konsekuensi dari struktur kognitif atau keyakinan awal, skema, kekhawatiran, dan asumsi yang diperkuat oleh perilaku.

Individu dipandang sebagai arsitek pengalaman pribadi yang dapat mempengaruhi data yang telah dibuat dan dikumpulkan. Implikasi teoretis dari narasi konstruktif dalam kerja kelompok adalah bahwa setiap anggota kelompok secara kolektif dipandang sebagai konstruktivis yang membantu, membentuk dan mengubah narasi, mengkonsep ulang apa yang terjadi dan mengapa, serta membangun dunia asumsi dan cara baru dalam memandang diri sendiri dan diri sendiri. lingkungan. . Upaya bersama dimaknai sebagai kerja bersama, artinya pelanggan tidak dipandang sebagai objek melainkan sebagai agen.

Komponen Penyelenggara

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemimpin mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam kegiatan bimbingan kelompok. Pada prinsipnya tidak ada proses penyaringan terhadap anggota kelompok untuk pelaksanaan konseling kelompok dan jumlah anggota bisa banyak (Brown, 2011). Kemudian Prayitno (2017) mengatakan bahwa jumlah anggota kelompok kurang dari 4 orang atau lebih dari 10 orang akan menurunkan efektivitas konseling kelompok.

Sedangkan kegiatan konseling kelompok model standar menggunakan empat tahapan yaitu awal, transisi, kerja dan akhir (Gladding, 2003). Tahap ketiga adalah tahap keagenan yang merupakan bagian inti dari keseluruhan kegiatan bimbingan kelompok lembaga. Tahap akhir dari model konseling kelompok merupakan tahap akhir yang merupakan waktu persiapan bagi seluruh anggota kelompok untuk mengakhiri kegiatan konseling kelompok.

RANCANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK

AGENTIK

Dalam hal ini produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model konseling kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP. Terkait upaya peningkatan perilaku prososial siswa melalui layanan bimbingan dan konseling, konselor dapat melakukannya dengan menyelenggarakan kegiatan konseling kelompok. Upaya peningkatan perilaku prososial siswa melalui layanan bimbingan dan konseling pada penelitian ini dilakukan melalui penerapan model konseling kelompok agenik.

Secara umum operasionalisasi model konseling kelompok agen untuk meningkatkan perilaku prososial dilakukan melalui tiga tahap yaitu kegiatan pra kelompok, konseling kelompok agen dan pasca kelompok. Pengoperasian fase aktivitas model bimbingan kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa dilakukan berdasarkan prinsip mengubah perilaku individu menurut perspektif self-agency. Model konseling kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa dirancang untuk dilaksanakan dalam empat pertemuan.

LANGKAH-LANGKAH M ENGEMBANGKAN MODEL

BIMBINGAN KELOMPOK AGENTIK

Menganalisis Dimensi-dimensi yang Dibutuhkan

Kemudian pengukuran gambaran perilaku prososial siswa dilakukan dengan menggunakan Prosocial Tendencies Measures (PTM – Carlo & Randall, 2002) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun secara keseluruhan perilaku prososial berada pada kategori tinggi, namun analisis spesifik pada masing-masing dimensi menunjukkan bahwa perilaku prososial yang berorientasi pada kepedulian terhadap sesama belum berkembang secara optimal (Hariko et al., 2021, untuk ulasan lebih lengkap). Analisis data PTM menunjukkan bahwa perilaku prososial siswa belum berkembang secara maksimal, terutama untuk jenis perilaku prososial yang berorientasi pada kepedulian terhadap orang lain, yaitu perilaku prososial altruistik, anonim, emosional, dan emerging (Hariko dkk, 2021).

Selanjutnya informasi tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan Skala Perilaku Prososial Siswa (SPPS) pada tahap desain dan pengembangan. Selanjutnya SPPS akan digunakan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi efektivitas model dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SMA. Sistem penyajian model kepemimpinan kelompok agen adalah pertemuan tatap muka dengan 10 orang siswa dan seorang konselor dalam suasana kelompok untuk mendiskusikan topik-topik yang sedang menjadi perhatian sekaligus mengintegrasikan perspektif self-agency guna meningkatkan perilaku prososial siswa. .

Merancang Desain Prototipe

Menghasilkan model bimbingan kelompok agenik yang mampu mengakomodasi pengembangan keterampilan sosial, mekanisme menghargai diri sendiri, serta pemahaman dan ekspresi perilaku prososial siswa terhadap orang lain yang membutuhkan. Mahasiswa mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang perilaku prososial serta menguasai keterampilan sosiokognitif dan sosioemosional yang diperlukan untuk berperilaku prososial terhadap orang lain yang membutuhkan. Perancangan model dituangkan dalam bentuk buku yang berisi dua bagian, yaitu konseptualisasi model bimbingan kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP dan desain penerapan model bimbingan kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. siswa sekolah menengah.

Rancangan awal model konseling kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMA ditunjukkan pada gambar berikut. Instrumen evaluasi yang dihasilkan dimaksudkan untuk menilai proses dan hasil kegiatan serta mengukur perkembangan perilaku prososial siswa. Kini telah dirancang alat ukur tersendiri berupa Skala Perilaku Prososial Siswa (SPPS) dan menjadi lampiran pada model.

Mengembangkan Hasil Desain Prototipe

Tingkat kejelasan komponen sistem sosial model bimbingan kelompok agenik terhadap peningkatan perilaku prososial siswa SMA. Tingkat kejelasan instrumen (Student Prosocial Behavior Scale) untuk bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SMA. Tingkat kemudahan pelaksanaan kegiatan pada model bimbingan kelompok agenik dapat dipahami meningkatkan perilaku prososial siswa sekolah menengah.

Tingkat akurasi materi yang digunakan pada model agentic group instruction untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMA. Tingkat kemenarikan gaya bahasa yang digunakan pada model kepemimpinan kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMA. Tingkat daya tarik citra suportif digunakan pada model pembelajaran kelompok agen untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMA.

Hasil Akhir Produk

Dasar pemikiran model kepemimpinan kelompok agenik memuat tinjauan literatur mengenai perilaku prososial sebagai objek kajian model yang memerlukan intervensi khusus melalui layanan bimbingan dan konseling kegiatan kelompok. Tujuan khusus model kepemimpinan kelompok agen adalah untuk membantu konselor dalam merangsang siswa untuk: (1) mengembangkan keterampilan sosialisasi siswa melalui diskusi topik tertentu secara kolektif, (2) rasa percaya diri terhadap kemampuannya berdiskusi, memahami dan menguasai topik yang dibahas. , (3) mengaktifkan kemampuan mengendalikan dan mengarahkan pikiran, perasaan, emosi dan tindakan melalui upaya individu, perwakilan atau kolektif, (4) mengembangkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan prososial melalui kegiatan manajemen kelompok agen, (5) mengembangkan keterampilan empati , simpati, pengambilan perspektif dan penalaran moral prososial siswa melalui berbagai aktivitas kolektif dalam aktivitas pengelolaan kelompok agen, dan (6) pengembangan keyakinan pribadi dan kolektif terhadap kemampuan mewujudkan perilaku prososial dalam kehidupan sosial saat ini. Perancangan aplikasi ini merupakan panduan bagi konselor dalam mempraktekkan model bimbingan kelompok agenik yang dihasilkan dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa SMA.

Penerapan model agen manajemen kelompok melalui tiga fase, yaitu fase pra-kelompok, aktivitas kelompok, dan fase pasca-kelompok. Fase inti merupakan waktu pelaksanaan serangkaian kegiatan bimbingan kelompok agenik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Lebih spesifiknya, tujuan bimbingan kelompok agenik adalah agar siswa mampu: (a) berkomunikasi dengan baik dalam suasana kelompok yang dinamis dan kohesif, (b) mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan pribadi dan kelompoknya dalam berdiskusi dan menguasai topik, (c ) mengendalikan dan mengarahkan pikiran, perasaan, emosi dan tindakannya untuk membahas topik melalui upaya individu, mediasi dan kolektif, (d) memiliki wawasan dan pengetahuan tentang perilaku prososial dan menguasai keterampilan sosiokognitif dan sosioemosional yang diperlukan untuk perilaku prososial terhadap orang lain yang membutuhkan dan (e) percaya pada kemampuan mereka untuk mengekspresikan perilaku prososial terhadap orang lain yang membutuhkan dalam lingkungan sosial yang nyata.

BIBLIOGRAFI

Baumeister (Eds.), Reconstructing “Free Will” from the Agentic Perspective of Social Cognitive Theory (pp. 86–127). Bidirectional relationships between different forms of prosocial behaviors and substance use among female college student athletes”. Incorporating prosocial behavior to promote physical activity in older adults: Rationale and design of the Program for Active Aging and Community Engagement (PACE)”.

Trajectories of prosocial behavior and physical aggression in middle childhood: Associations with adolescent school dropout and physical violence. Empathy and self-regulation as mediators between parenting and adolescent prosocial behavior toward strangers, friends, and family. The oxytocin receptor gene and prosocial behavior interact to moderate the association between stress and physical health.

TENTANG PENULIS

Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan program diploma bimbingan dan konseling (S-1 BK), tahun 2010 pendidikan profesi konselor (PPK) dan tahun 2012 program magister bimbingan dan konseling (S-2 BK) di Universitas Negeri Padang. Kemudian penulis memanfaatkan dana Beasiswa Dosen Unggul Indonesia (BUDI) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2020 pada program doktor bimbingan dan konseling Universitas Negeri Malang. Awal karirnya, penulis pernah bekerja sebagai konselor di SMA Adabiah Padang, dosen perguruan tinggi swasta di beberapa kota di Sumatera Barat, dan asisten dosen di Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Padang.

Sejak April 2014, penulis diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sebagai dosen di Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Padang. Saat ini penulis aktif mengajar beberapa mata kuliah, seperti Praktik Pelayanan Bimbingan dan Konseling Kelompok; Pendekatan dan Teknik Konseling; Diagnosis Kesulitan Belajar, Remedial.

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik problem-solving.. dalam mengembangkan konsep diri siswa kelas VII SMP Nurjamilah Kota. Bekasi. Tujuan khusus

Tujuan : Perubahan sikap pada anggota kelompok hasil dari bimbingan kelompok.. ¡ Is a problem oriented and

Bimbingan Kelompok adalah manfaat dinamika untuk mencapai tujuan-. tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok

Tujuan khusus layanan bimbingan adalah membantu konseli agar mampu: (1) memahami dan meneria diri dan lingkungannya; (2) merencanakan kegiatan penyelesaian

Dalam bimbingan kelompok menjadi akrab satu sama lain merupakan salah satu tujuan dari bimbingan kelompok, sehingga bimbingan kelompok dapat dijadikan sebagai media untuk

Untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dapat digunakan teknik ice breaking yang mengutamakan suasana bimbingan kelompok yang ceria, semangat dan tidak

peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan.. berkembang optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan

Dokumen ini membahas tentang tujuan dan fungsi bimbingan kelompok berdasarkan pendapat Prayitno dan Dewa Ketut