Bimbingan Perkawinan Sebagai Upaya Mencegah Perceraian; Studi Kasus Kantor Urusan Agama (KUA) Kraksaan
Marriage Guidance as an Effort to Prevent Divorce; Case Study Office of Religious Affairs (KUA) Kraksaan
Bashori Alwi
Universitas Nurul Jadid, Indonesia E-mail: [email protected]
Ni’matus Sholihah Universitas Nurul Jadid, Indonesia E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Divorce in KUA Kraksaan District is relatively high. Responding to this problem, KUA Kraksaan District carried out Marriage Guidance (Bimwin) activities. These activities are expected to prevent divorce. This study aims to describe the urgency of Marriage Guidance (Bimwin) in preventing divorce in KUA Kraksaan District. This study uses qualitative methods that describe the urgency of Marriage Guidance as an effort to prevent divorce. This research is a type of field research that focuses on cases in KUA Kraksaan District. Primary data sources were obtained through observations and interviews with couples of guidance actors and related parties in KUA Kraksaan District. This research is also supported by secondary sources from various related documents. The results showed that Marriage Guidance (Bimwin) has a positive influence on divorce prevention. Marital guidance helps couples to understand each other, solve problems in a more effective way, and helps establish better communication.
Keywords: Marriage Guidance, Divorce, Office of Religious Affairs Mercury ABSTRAK
Perceraian di KUA Kecamatan Kraksaan relatif tinggi. Merespon problem tersebut, KUA Kecamatan Kraksaan melaksanakan kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin). Kegiatan tersebut diharapkan mampu mencegah perceraian. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan urgensi Bimbingan Perkawinan (Bimwin) dalam mencegah terjadinya perceraian di KUA Kecamatan Kraksaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mendeskripsikan urgensi Bimbingan Perkawinan sebagai upaya mencegah perceraian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang berfokus pada kasus di KUA Kecamatan Kraksaan. Sumber data primer didapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap pasangan pelaku bimbingan dan pihak-pihak terkait di KUA Kecamatan Kraksaan. Penelitian ini juga didukung sumber sekunder dari berbagai dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bimbingan Perkawinan (Bimwin) memiliki pengaruh positif terhadap pencegahan perceraian. Bimbingan perkawinan membantu pasangan untuk memahami satu sama lain, memecahkan masalah dengan cara yang lebih efektif, dan membantu membangun komunikasi yang lebih baik.
Kata Kunci: Bimbingan Perkawinan, Perceraian, Kantor Urusan Agama Kraksaan
PENDAHULUAN
Perkawinan dalam Islam ialah sesuatu yang suci, agung, sakral bahkan bagian dari peribadatan seorang hamba kepada tuhannya, sebab itu dalam perkawinan tidak
boleh dilakukannya setengah hati, karena perkawinan merupakan suatu yang sakral.
Dengan sahnya hubungan antara laki-laki dan perempuan secara terhormat, merupakan bentuk dari kedudukan manusia menjadi makhluk yang memiliki martabat, selain juga Untuk menjadi keluarga yang tentram dan damai serta mengurangi angka perceraian yang menjadi resah karena semakin meningkat tiap tahunnya, oleh karena itu supaya rumah tangga kokoh, maka calon pengantin atau calon pasangan suami istri hendaknya dan harus di bekali mengenai tentang kekeluargaan melalui bimbingan pra nikah sebelum menikah.1
Bimbingan tersebut biasanya di laksanakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) berbagai materi yang di sampaikan dengan tujuan agar memperoleh rumah tangga yang kokoh dan tidak terjadi kerusuhan yang sehingga menyebabkan perceraian.
Upaya ini sangatlah bagus untuk memperluas pengetahuan kita sebelum terjun dalam menjalankan rumah tangga dan juga bekal untuk menjadi keluarga yang harmonis dan tentram sehingga bisa meciptakan kader yang baik, dengan keluarga yang tentram dan damai sangatlah penting bagi proses pertumbuhan keturunan keturunannya nanti.
Sebagai suami istri haruslah memiliki bekal untuk mengarungi samudra kehidupan bersama nantinya.2
Bimbingan Perkawinan (Bimwin) merupakan peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor 373 Tahun 2017 tentang petunjuk teknis Bimbingan Perkawinan bagi calon pengantin, hal biasa di lakukan sebelum melaksanakan perkawinan. Bimwin merupakan suatu kebutuhan yang urgent bagi calon pengantin baik itu pria maupun Wanita.3 Ketika calon pengantin kurang dalam memahami apa itu arti dari sebuah pernikahan ini sangat berpengaruh pada pernikahan nya dan dapat di katakan Pengetahuan mereka tentang dasar dasar pernikahan masih sangat kurang, dalam memahami makna perkawinan nya dengan segala permasalahannya. Dalam hal ini banyak sekali terjadi kasus dan konflik dalam
1 Wahyu Ziaulhaq, “Bentuk Komunikasi Bimbingan Perkawinan (Binwin) Terhadap Calon Pengantin,” SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, Dan Budaya Nusantara 1, no. 1 (2022): 13–
19.
2 Muhammad Ridho, “Urgensi Bimbingan Pra Nikah Terhadap Tingkat Pencerian,” JIGC (Journal of Islamic Guidance and Counseling) 2, no. 1 (2018): 63–78, https://doi.org/10.30631/jigc.v2i1.8.
3 Arditya Prayogi, “Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin: Upaya Mewujudkan Ketahanan Keluarga Nasional,” Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam 5, no. 2 (2021): 223–42.
keluarga antara suami dan istri, untuk menyikapi hal tersebut ialah dengan memperbanyak ilmu sehingga Ketika terjadi masalah dalam keluarga ialah bisa membicarakan dengan baik.
Menghadapi angka perceraian yang semakin tinggi di Indonesia, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Kementrian Agama membuat perturan nomor 379 tahun 2018, dalam hal ini mengintruksikan kepada seluruh catin baik laki- laki dan perempuan yang akan melangsungkan pernikahan harus mengikuti bimbingan perkawinan sebelum melaksanakan pernikahan dengan tujuan untuk mengetahui kehidupan pernikahan dan mempersiapkan diri menuju kehidupan rumah tangga nantinya. Pembinaan bagi calon pengantin merupakan suatu bentuk kepedulian pemerintah dalam hal perkawinan.
Dalam hal ini mengindikasikan bahwa di lapangan masih sangat banyak pasangan pengantin yang tidak sepenuhnya mengatahui tentang apa yang harus di lakukan dalam sebuah perkawinan. Dalam upaya meningkatkan kualitas perkawinan yang baik dan mulia sesuai ajaran Islam, KUA Kecamatan Kraksaan menyelenggarakan bimbingan perkawinan (Bimwin). Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka mencegah tingginya tingkat perceraian di KUA Kecamatan Kraksaan. Kasus perceraian di KUA Kecamatan Kraksaan dinilai relatif tinggi. Data Dari jumlah jenis perkara yang masuk ke PA Kraksaan di tahun 2022 perkara perceraian mendominasi sejumlah 2.639 perkara.4
Berdasarkan Penelitian terdahulu, penelitian yang mengkaji topik bimbingan perkawinan telah dilakukan oleh beberapa pihak. Muhammad Ridho Iskandar tahun 2018 meneliti
Urgensi Bimbingan Pra Nikah Terhadap Tingkat Perceraian.
Penelitian ini menyimpulkan bahwasanya bimbingan pra nikah bisa mengurangi tingkat perceraian, karena difasilitasi dengan baik, seperti mengadakan bimbingan nikah di KUA.5 Penelitian lain di lakukan oleh Rasta Kurniawati Br Pinem, Nur Rahmah Amini, Dan Ina Zainah Nasution tahun 2021 dengan judulBimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Usia Remaja dalam Upaya Mencegah Pernikahan Anak.
Penelitian ini menjelaskan bahwa4Cerai Gugat Masih Mendominasi Perkara Pa Kraksaan Tahun 2022; https://pa- kraksaan.go.id/berita-seputar-peradilan/772-cerai-gugat-masih-mendominasi-perkara-pa- kraksaan-tahun-2022
5 Ridho, “Urgensi Bimbingan Pra Nikah Terhadap Tingkat Pencerian.” JIGC Volume 2 Nomor 1 Juni 2018 (63-78).
demi mencegah adanya pernikahan anak ialah dengan diadakannya kerja sama dengan orgaisasi kegamaan, instansi terkait, yaitu dengan mengadakan bimbingan perkawinan.6 Nely Farihatul Wahidah dan Mayrina Eka Prasetyo Budi tahun 2022 menguraikan penelitian dengan menyimpulkan bimbingan pranikah di KUA Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo cukup berhasil dalam meminimalisir perceraian ditunjukkan dengan adanya penurunan angka perceraian setelah terdapat program bimbingan pranikah.7
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut, beberapa persoalan berkaitan dengan bimbingan perkawinan masih menyisakan berbagai persoalan. Salah satu persoalan bimbingan perkawinan di KUA Kraksaan belum diteliti. Penelitian di KUA Kraksaan relevan untuk diteliti. Hal itu dikarenakan kasus perceraian di KUA Kraksaan relatif tinggi. Untuk itu penelitian ini fokus mengkaji urgensi bimbingan perkawinan di KUA Kraksaan sebagai upaya mencegah terjadinya perceraian. Penelitian ini secara khusus bertujuan mendeskripsikan dan mengetahui lebih jauh bagaimana urgensi bimbingan perkawinan (bimwin) dalam rangka mewujudkan keluarga sakinah sehingga angka perceraian di kecamatan Kraksaan dapat di cegah.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mendeskripsikan urgensi Bimbingan Perkawinan (Bimwin) sebagai upaya mencegah perceraian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang berfokus pada kasus di KUA Kecamatan Kraksaan. Sumber data primer penelitian ini didapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap pasangan pelaku bimbingan dan pihak-pihak terkait di KUA Kecamatan Kraksaan. Penelitian ini juga didukung sumber sekunder dari berbagai dokumen tertulis dari penelitian terdahulu, dokumen KUA Kraksaan serta karya tertulis lainnya yang terkait topik penelitian.
6 Rasta Kurniawati Br Pinem, Nur Rahmah Amini, and Ina Zainah Nasution, “Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Usia Remaja Dalam Upaya Mencegah Pernikahan Anak,” Maslahah:
Jurnal Pengabdian Masyarakat 2, no. 3 (2021): 138–50,
https://doi.org/10.56114/maslahah.v2i3.174.
7 Nely Farihatul Wahidah dan Mayrina Eka Prasetyo Budi “Keberhasilan Program Bimbingan Pra Nikah dalam Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo”
Proceeding of The 2nd Conference on Strengthening Islamic Studies in the Digital Era, Vol 2 No 1 (2022); https://prosiding.iainponorogo.ac.id/index.php/ficosis/article/view/681
PEMBAHASAN
Tingkat Perceraian di KUA Kraksaan
Perceraian dapat terjadi dengan berbagai factor. Beberapa faktor tersebut meliputi; 1). pernikahan usia muda, menikah di usia dini dapat memicu tingginya angka perceraian karna melihat dari segi pemikiran masih kurang dan belum terbentuk pemikiran pendewasaan dalam dirinya, 2). faktor ekonomi, faktor tersebut juga berpengaruh pada berbagai Kasur perceraian di berbagai KUA di Indonesia, dan yang ke 3). faktor belum memiliki keturunan dan juga terjadinya KDRT dalam rumah tangga tersebut, hal ini sangat lumrah dan merupakan faktor terbanyak yang menyebabkan terjadinya perceraian.8 Kasus perceraian di KUA Kecamatan Kraksaan juga relatit banyak disebabkan oleh berbagai faktor-faktor tersebut.
Tingkat perceraian di KUA Kecamatan Kraksaan relatif sangat tinggi.
Berdasarkan data dari pengadilan agama (PA) Kraksaan bahwa jumlah 2.639 perkara perceraian yang di terima di PA Kraksaan tahun 2022 (64,39% perkara selain nya 35,61%), perkara Cerai Gugat berjumlah 1.743 perkara (66,05%) masih lebih tinggi di bandingkan dengan jumlah perkara Cerai talak sebanyak 896 perkara (33,95%). Data tersebut juga menunjukkan bahwa perkara cerai gugat yang diajukan perempuan jauh lebih tinggi jika dibandingkan perkara cerai talak yang diajukan oleh laki-laki. Dengan demikian perempuan yang mengajukan perceraian mendominasi perkara perceraian jika dibandingkan dengan perkara perceraian yang diajukan laki-laki di kecamatan KUA Kraksaan. Jumlah angka perceraian sebanyak 2.639 perkara ditahun 2022 ini mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan jumlah angka perceraian di tahun 2021 sebanyak 2.221 perkara dengan rincian perkara Cerai Talak sejumlah 896 perkara dan perkara Cerai Gugat sejumlah 1.743 perkara, meningkat 418 perkara atau meningkat 15,83 %.9 Data ini juga menunjukkan bahwa kasus cerai gugat mendominasi sebagai penyebab tingginya tingkat perceraian di Indonesia.10
8 Tasya Ramadhini et al., “Perceraian Era Pandemi Covid-19: Aanalisis Meningkatnya Perceraian Di Kota Tangerang,” Jurnal Bimbingan & Konseling Keluarga 5 (2023): 204–15, https://doi.org/10.47476/as.v5i2.2116.
9 Cerai Gugat Masih Mendominasi Perkara Pa Kraksaan Tahun 2022; https://pa- kraksaan.go.id/berita-seputar-peradilan/772-cerai-gugat-masih-mendominasi-perkara-pa- kraksaan-tahun-2022
10 Nibras Syafriani Manna dkk, Cerai Gugat: Telaah Penyebab Perceraian Pada Keluarga di Indonesia; Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021, 11-21.
Peran Bimbingan Perkawinan dalam Mencegah Perceraian
Bimbingan perkawinan (Bimwin) merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perceraian. Bimwin membantu pasangan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri, serta membantu mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi masalah yang mungkin timbul dalam hubungan mereka. Dengan mengikuti bimbingan perkawinan, pasangan memiliki kesempatan untuk membahas masalah mereka sebelum terjadi perselisihan yang berlarut-larut. Ini juga membantu pasangan untuk membangun keterampilan komunikasi dan memecahkan masalah yang efektif, yang merupakan dasar dari setiap hubungan yang sukses. Bimwin membantu pasangan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri, serta membantu mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi masalah yang mungkin timbul dalam hubungan mereka.11
Bimbingan perkawinan (Bimwin) diakui sebagai persyaratan untuk mendapatkan izin pernikahan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah menganggap bimwin sebagai hal yang penting dalam membangun hubungan yang sukses dan mencegah terjadinya perceraian. Selain itu, Bimwin sebagai alternatif untuk Mediasi dan Konseling: Undang-Undang juga mengakui bahwa bimwin dapat digunakan sebagai alternatif untuk mediasi dan konseling dalam menyelesaikan masalah dalam hubungan suami istri. Ini menunjukkan bahwa bimwin dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk membantu pasangan memahami dan mengatasi masalah dalam hubungan mereka.12
Bimbingan perkawinan (Bimwin) juga dinilai dapat membentuk mental pasangan untuk membina rumah tangga yang Bahagia. Hasil layanan bimbingan perkawinan memberikan pengetahuan bagi pasangan dalam mewujudkan perkawinan yang bahagia. Peran bimbingan ini dapat dilihat dalam beberapa kasus layanan di berbagai KUA di Indonesia seperti layanan bimbingan perkawian KUA Cileunyi.13 Selain
11 Wahyu Ziaulhaq, “Bentuk Komunikasi Bimbingan Perkawinan (Binwin) Terhadap Calon Pengantin,” SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, Dan Budaya Nusantara 1, no. 1 (2022): 13–
19.
12 Kurniawati Br Pinem, Rahmah Amini, and Zainah Nasution, “Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Usia Remaja Dalam Upaya Mencegah Pernikahan Anak.”
13 Fithri Laela Sundani, Layanan Bimbingan Pra Nikah dalam Membentuk Kesiapan Mental Calon Pengantin, Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Volume 6, Nomor 2, 2018, 165-184.
itu, bimbingan perkawinan juga memiliki peran dalam membentuk keluarga sakinah.
Pelaksanaan bimbingan perkawinan yang telah di berikan oleh penyuluh dan fasilitator memberikan pengetahuan bagi pasangan untuk menjalankan masing-masing perannya sebagai suami dan istri sehingga bisa saling berikhtiar untuk bisa mewujudkan keluarga sakinah. Peran bimbingan ini juga dapat dilihat di berbagai KUA di Indonesia.14
Perceraian membawa dampak negatif terhadap anak. Dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi, mempunyai resiko yang lebih besar untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya (misal, kepribadian anti sosial) dibandingkan anak- anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan utuh atau sakinah. Salah satu ciri disfungsi adalah perceraian orang tuanya. Perceraian tersebut ternyata memberi dampak yang kurang baik terhadap perkembangan kepribadian anak. Selain itu menurut pendapat umum pada broken home ada kemungkinan besar bagi terjadinya kenakalan remaja, dimana terutama perceraian atau perpisahan orang tua mempengaruhi perkembangan si anak. Baik
broken home
atauquasi broken home
(kedua orang tua masih hidup, tetapi karena kesibukan masing-masing orang tua, maka tidak sempat memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya).15 Oleh karena itu, terdapat korelasi positif antara bimbingan perkawinan (Bimwin) dan perceraian. Bimwin membantu mencegah terjadinya perceraian dengan membantu pasangan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri dan mempersiapkan diri menghadapi masalah yang mungkin timbul dalam hubungan mereka.Urgensi yang berarti pentingnya dalam Bimbingan perkawinan (Bimwin) adalah program pelatihan yang ditujukan untuk membantu pasangan mempersiapkan diri untuk hidup bersama sebagai suami istri. Bimwin biasanya dilakukan sebelum pernikahan, dan dapat membantu pasangan untuk memahami hak dan kewajiban mereka, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah yang mungkin timbul
14 Alifah Nurfauziyah, Bimbingan Pranikah bagi Calon Pengantin dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah, Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Volume 5, Nomor 4, 2017, 449-468.
15 Juliana Assa, Riswan., Kawung E.J.R., Lumintang, “Dampak Perceraian Terhadap Kepribadian Anak (Studi Pada Keluarga Yang Bercerai Di Desa Melong Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud,” Journal Ilmiah Society 2, no. 1 (2022): 1–10.
dalam hubungan mereka. Bimbingan perkawinan sangat berpengaruh positif bagi pasangan yang ingin menikah.
Urgensi Bimbingan Perkawinan dalam Mencegah Angka Perceraian di KUA Kraksaan
Dengan mengacu pada data dan hasil wawancara dengan pasangan yang pernah mengikuti bimbingan perkawinan dan pasangan yang tidak pernah mengikuti bimbingan perkawinan, penulis melakukan analisis tentang bagaimana bimbingan perkawinan mempengaruhi tingkat perceraian. Penulis mengevaluasi apakah pasangan yang pernah mengikuti bimbingan perkawinan memiliki tingkat perceraian yang lebih rendah dibandingkan pasangan yang tidak pernah mengikuti bimbingan perkawinan.16
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasangan yang pernah mengikuti bimbingan perkawinan, mereka menyatakan bahwa bimbingan perkawinan memiliki dampak yang positif dalam pernikahan mereka. Mereka mengatakan bahwa bimbingan perkawinan membantu mereka untuk lebih memahami satu sama lain, memecahkan masalah dengan cara yang lebih efektif, dan membantu mereka untuk membangun komunikasi yang lebih baik. Sementara itu, pasangan yang tidak pernah mengikuti bimbingan perkawinan, tidak memberikan pernyataan yang jelas mengenai pengaruh bimbingan perkawinan terhadap pernikahan mereka.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada pasangan yang mengikuti bimbingan pranikah di KUA Kecamatan Kraksaan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa bimbingan pranikah berjalan dengan baik. Dari ketiga pasangan sampel yang diamati, selama lebih dari 2 tahun mereka membangun rumah tangga, tidak ada masalah besar yang dialami, hanya pertengkaran kecil yang dapat diselesaikan.
Bimbingan pranikah membantu calon pengantin untuk mempersiapkan diri sebelum menjalani kehidupan rumah tangga, baik secara fisik maupun psikis.
Kematangan jiwa dan kedewasaan dalam menjalani pernikahan juga sangat penting dalam membentuk keluarga sakinah. Namun, jika kematangan jiwa tersebut belum terpenuhi, maka akan menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga.
Perselisihan dan pertengkaran seringkali disebabkan oleh pengabaian tugas oleh salah
16 Armansyah Matondang, “Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Perceraian Dalam Perkawinan,”
Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik 2, no. 2 (2014): 141–50.
satu pihak. Kehadiran BP4 di KUA Kecamatan Kraksaan sebagai lembaga penasihat dalam melestarikan pernikahan memiliki peran besar dalam membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh keluarga. Modul Bimbingan Teknis (BIMTEK) Bimbingan Perkawinan (BIMWIN) diterbitkan oleh Pimpinan Pusat 'Aisyiyah pada tahun 2020 membantu para pembimbing dalam memahami permasalahan pernikahan dini dan bagaimana membantu pihak yang terkena dampak.
Menjalani kehidupan rumah tangga tidak akan pernah mulus, pasti ada masalah-masalah kecil yang muncul. Namun, dengan adanya bimbingan pranikah sebelum melaksanakan pernikahan, pasangan akan lebih memahami bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut tanpa emosi. Keberhasilan dalam menjalani kehidupan rumah tangga harus didukung oleh kematangan jiwa dan kedewasaan dari kedua belah pihak. Apabila seorang pengantin belum memiliki kematangan jiwa, maka mereka akan kesulitan dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai suami istri, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam hidup berumah tangga.17
Salah satu penyebab terjadinya masalah dalam rumah tangga adalah pengabaian tugas seorang kepada orang lain. Oleh karena itu, keberadaan BP4 di KUA Kecamatan Kraksaan memainkan peran yang sangat besar dalam membantu pasangan atau keluarga yang mengalami masalah. BP4 akan memberikan konsultasi dan nasehat untuk membantu pasangan atau keluarga dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Dengan adanya bimbingan pranikah, calon pengantin akan lebih siap dalam menghadapi kehidupan baru sebagai suami istri. Materi yang diterima dalam bimbingan pranikah akan menjadi bekal bagi calon pengantin dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, sangat penting bagi calon pengantin untuk mengikuti bimbingan pranikah sebelum melaksanakan pernikahan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa bimbingan perkawinan memiliki pengaruh positif terhadap pernikahan. Hal ini didukung oleh beberapa studi, seperti "The Effect of Pre-Marital Counseling on Marital Satisfaction and Longevity"
(Markman, Stanley, & Blumberg, 1994) dan "The Impact of Pre-Marital Education on
17 Nisaâ, Fitriani, and Novitasari, “Peran Bimbingan Pra Nikah Seksi Bimas Islam Kementerian Agama Kota Surakarta Dalam Menekan Angka Perceraian Pada Tahun 2016-2018.”
Marital Satisfaction and Communication" (Hendrick & Hendrick, 1986). Kedua studi tersebut menunjukkan bahwa bimbingan perkawinan memiliki dampak positif pada tingkat kepuasan dan komunikasi dalam pernikahan. Dengan demikian, bimbingan perkawinan dapat dianggap sebagai upaya yang efektif dalam mencegah terjadinya perceraian dan membantu membangun pernikahan yang lebih kuat dan stabil.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil peneltian yang telah penulis teliti, dapat dikatakan bahwa bimbingan perkawinan (Bimwin) di KUA Kecamatan Kraksaan memiliki pengaruh positif terhadap pernikahan. Bimbingan perkawinan membantu pasangan untuk memahami satu sama lain, memecahkan masalah dengan cara yang lebih efektif, dan membantu membangun komunikasi yang lebih baik. Hal ini didukung oleh beberapa studi yang menunjukkan bahwa bimbingan perkawinan memiliki dampak positif pada tingkat kepuasan dan komunikasi dalam pernikahan untuk mengurangi angka perceraian.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pembina Hukum Nasional (BPHN). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Alifah Nurfauziyah, Bimbingan Pranikah bagi Calon Pengantin dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah, Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Volume 5, Nomor 4, 2017, 449-468.
Ariana, Riska. “PERCERAIAN DALAM ISLAM DAN KRISTEN” 5 (2022): 1–23.
Assa, Riswan., Kawung E.J.R., Lumintang, Juliana. “Dampak Perceraian Terhadap Kepribadian Anak (Studi Pada Keluarga Yang Bercerai Di Desa Melong Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.”
Journal Ilmiah Society
2, no. 1 (2022): 1–10.Azizah, Linda. “ANALISIS PERCERAIAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM,” 2022, 415–
22.
Dahwadin, Dahwadin, Enceng Iip Syaripudin, Eva Sofiawati, and Muhamad Dani Somantri. “Hakikat Perceraian Berdasarkan Ketentuan Hukum Islam Di Indonesia.”
YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam
11, no. 1 (2020): 87. https://doi.org/10.21043/yudisia.v11i1.3622.Djazimah, Siti, and Muhammad Jihadul Hayat. “Pelaksanaan Kursus Pranikah Di Kota
Yogyakarta: Urgensitas, Efektivitas Hukum, Dan Tindakan Sosial.”
Al-Ahwal:
Jurnal Hukum Keluarga Islam
11, no. 1 (2019): 59–68.Fithri Laela Sundani, Layanan Bimbingan Pra Nikah dalam Membentuk Kesiapan Mental Calon Pengantin, Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Volume 6, Nomor 2, 2018, 165-184.
Kurniawati Br Pinem, Rasta, Nur Rahmah Amini, and Ina Zainah Nasution. “Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Usia Remaja Dalam Upaya Mencegah Pernikahan Anak.”
Maslahah: Jurnal Pengabdian Masyarakat
2, no. 3 (2021): 138–50.https://doi.org/10.56114/maslahah.v2i3.174.
Lestari, Sanistya Ardi, Listyarini Dyah, and Arikha Saputra. “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN DARI PERCERAIAN ORANG TUA DI KOTA SEMARANG.”
Jurnal Komunikasi Hukum
9 (2023): 880–92.Matondang, Armansyah. “Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Perceraian Dalam Perkawinan.”
Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik
2, no. 2 (2014): 141–50.
Nisaâ, Izza Nur Fitrotun, Febbi Fitriani, and Ashita Novitasari. “Peran Bimbingan Pra Nikah Seksi Bimas Islam Kementerian Agama Kota Surakarta Dalam Menekan Angka Perceraian Pada Tahun 2016-2018.”
Academica: Journal of Multidisciplinary Studies
3, no. 2 (2019): 189–204.Nibras Syafriani Manna dkk, Cerai Gugat: Telaah Penyebab Perceraian Pada Keluarga di Indonesia; Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021, 11-21.
Nely Farihatul Wahidah dan Mayrina Eka Prasetyo Budi “Keberhasilan Program Bimbingan Pra Nikah dalam Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo” Proceeding of The 2nd Conference on Strengthening Islamic Studies in the Digital Era, Vol 2 No 1 (2022);
https://prosiding.iainponorogo.ac.id/index.php/ficosis/article/view/681
Prayogi, Arditya. “Bimbingan Perkawinan Calon Pengantin : Upaya Mewujudkan Ketahanan Keluarga Nasional.”
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam
5, no. 2 (2021): 223–42.Ramadhini, Tasya, Isra Islamiyah, Ridho Bayu Samudra, Toddy Aditya, Prodi Ilmu Pemerintahan, and Universitas Muhammadiyah Tangerang. “Perceraian Era Pandemi Covid-19 : Aanalisis Meningkatnya Perceraian Di Kota Tangerang.”
Jurnal Bimbingan & Konseling Keluarga
5 (2023): 204–15.https://doi.org/10.47476/as.v5i2.2116.
Ridho, Muhammad. “Urgensi Bimbingan Pra Nikah Terhadap Tingkat Pencerian.”
JIGC (Journal of Islamic Guidance and Counseling)
2, no. 1 (2018): 63–78.https://doi.org/10.30631/jigc.v2i1.8.
Ziaulhaq, Wahyu. “Bentuk Komunikasi Bimbingan Perkawinan (Binwin) Terhadap Calon Pengantin.”
SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, Dan Budaya Nusantara
1, no.1 (2022): 13–19.
Cerai Gugat Masih Mendominasi Perkara Pa Kraksaan Tahun 2022; https://pa-
kraksaan.go.id/berita-seputar-peradilan/772-cerai-gugat-masih-mendominasi- perkara-pa-kraksaan-tahun-2022