• Tidak ada hasil yang ditemukan

BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA TERHADAP KEBUTUHAN RUANG SEBAGAI PENYEDIA FASILITAS PENUNJANG

N/A
N/A
Kebumen Sepuluh

Academic year: 2023

Membagikan "BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA TERHADAP KEBUTUHAN RUANG SEBAGAI PENYEDIA FASILITAS PENUNJANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA TERHADAP KEBUTUHAN RUANG SEBAGAI PENYEDIA FASILITAS PENUNJANG

Sumayya Nur Hanifah

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Demografi memberikan informasi kependudukan terutama jumlah, struktur, dan dinamika penduduknya. Ada fenomena-fenomena yang ditimbulkan dari demografi, salah satunya ialah bonus demografi. Bonus demografi atau yang juga dikenal dengan istilah ledakan penduduk adalah fenomena kependudukan yang terjadi saat jumlah penduduk usia produktif melonjak lebih tinggi dibandingkan dengan usia nonproduktif. Fenomena bonus demografi memberikan dampak terhadap permasalahan kebutuhan dan ketersediaan ruang sebagai fasilitas pelayanan, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik. Untuk menyongsong bonus demografi, dibutuhkan ketersediaan fasilitas yang mencukupi.

Penambahan penyediaan fasilitas dalam menanggapi era bonus demografi tentu akan menambah kebutuhan ruang. Pemanfaatan dan pola ruang saat ini perlu direncanakan sesuai kebutuhan penduduk di masa yang akan datang. Kebutuhan akan fasilitas penunjang juga dapat diprediksi ketersediaannya melalui proyeksi penduduk dan proyeksi fasilitas.

Kata kunci: Bonus Demografi, Fasilitas, Kebutuhan Ruang, Produktif.

PENDAHULUAN

Bonus Demografi dan Kebutuhan Ruang

Penting bagi kita untuk mempelajari kependudukan. Kependudukan mempelajari jumlah, persebaran territorial, dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut, yang biasanya timbul karena fertilitas, mortalitas, gerak teritorial, dan

(2)

mobilitas sosial (Philip M. Hauser dan Dudley Duncan, 1959). Studi kependudukan membahas tentang demografi yang juga disertai sebab akibatnya. Dalam artian, kependudukan merupakan interdisciplinary science atau antardisiplin ilmu pasti.

Di dalam studi kependudukan, dibahas tentang demografi. Demografi mempelajari secara statistik dan matematik tentang besaran, komposisi, dan distribusi penduduk beserta perubahan- perubahannya sepanjang masa melalui kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Donald J. Bogue, 1969). Demografi memberikan informasi kependudukan terutama jumlah, struktur, dan dinamika penduduknya. Ada fenomena-fenomena yang ditimbulkan dari demografi, salah satunya ialah bonus demografi. Bonus demografi atau yang juga dikenal dengan istilah ledakan penduduk adalah fenomena kependudukan yang terjadi saat jumlah penduduk usia produktif lebih tinggi dibandingkan dengan usia nonproduktif. Fenomena kependudukan ini akan berdampak pada aspek lain, seperti kesejahteraan, kesehatan, dan kebutuhan ruang serta fasilitas penunjang.

Fenomena bonus demografi yang ditandai dengan melonjaknya jumlah penduduk secara drastis memberikan efek terhadap permasalahan kebutuhan dan ketersediaan ruang sebagai fasilitas pelayanan, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik. Untuk menyongsong bonus demografi, dibutuhkan ketersediaan fasilitas yang mencukupi. Jika dihitung melalui proyeksi penduduk dan proyeksi kebutuhan fasilitas, akan didapati fasilitas apa saja yang perlu ditambah hingga jumlahnya mencukupi. Menurut perhitungan proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, pada tahun 2035 Indonesia akan memiliki penduduk sejumlah 300 juta jiwa dengan persentase usia produktif yang meningkat.

Argumentasi

Saat ini hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia sedang menghadapi fenomena bonus demografi.

Bonus demografi ini dapat dikatakan sebagai masalah atau keuntungan, hal tersebut tergantung bagaimana kita menanganinya. Jika fenomena demografi ini tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan kerugian besar bagi Indonesia. Permasalahan-permasalahan kependudukan lain akan bermunculan seperti meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, dan kesejahteraan penduduk. Akan tetapi, jika penanganan bonus demografi ini dilakukan dengan baik dan komprehensif, justru akan memberikan keuntungan karena memiliki jumlah penduduk usia

(3)

produktif yang tinggi. Penduduk usia produktif dapat dimanfaatkan untuk membangun dan memajukan Indonesia, contohnya dalam bidang ekonomi, industri, dan teknologi. Untuk mendapat keuntungan dari bonus demografi, negara juga harus memberikan bekal dan asupan, yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Perlu adanya fasilitas-fasilitas dalam menunjang tingginya penduduk usia produktif tersebut, terutama perihal lapangan pekerjaan. Kebutuhan lapangan pekerjaan saat ini sangatlah penting untuk mewadahi fenomena bonus demografi. Selain kebutuhan lapangan pekerjaan, fasilitas-fasilitas umum juga tidak kalah penting, seperti fasilitas penunjang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan umum.

PEMBAHASAN

Kondisi Demografi Indonesia

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Dukcapil seri semester II 2021 jumlah penduduk Indonesia adalah 273 juta jiwa. Jumlah penduduk ini bertambah setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2010 hingga 2020, laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,25% per tahun. Persentase tersebut menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk 10 tahun sebelumnya, yaitu dari tahun 2000 hingga 2010 yang mencapai rata-rata 1,49%. Data-data tersebut diambil dari data BPS yang didapati dari hasil sensus penduduk ataupun survei penduduk.

Untuk mendapati informasi data kependudukan di masa yang akan datang, kita dapat menghitungnya melalui proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk dilakukan untuk mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang melalui asumsi yang berkaitan dengan jumlah penduduk. Dengan proyeksi penduduk, kita mendapati prediksi jumlah penduduk sehingga dapat mempersiapkan fasilitas yang menunjang kebutuhan penduduk. Melalui perhitungan metode proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS, didapati data yang terangkum dalam Tabel 1.

Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035.

(Tabel)

(4)

Data proyeksi penduduk di atas hanya data keseluruhan jumlah penduduk dan belum diolah berdasarkan komposisi penduduknya. Untuk memudahkan dalam penyampaian informasi sekaligus memperlihatkan bahwa adanya bonus demografi penduduk Indonesia, di bawah ini dilampirkan gambar piramida penduduk berdasarkan kelompok usia hasil proyeksi penduduk pada Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035.

(Gambar)

Dari gambar di atas, dapat kita lihat bahwa kelompok penduduk usia 0-14 semakin menurun jumlahnya dan terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia 14+. Meningkatnya jumlah penduduk usia 15-64 (usia produktif) secara besar-besaran dibandingkan dengan usia nonproduktif ini menggambarkan fenomena bonus demografi.

Bonus Demografi

Bonus demografi merupakan fenomena kependudukan yang terjadi saat jumlah penduduk usia produktif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usia nonproduktif. Indonesia diprediksi mengalami fenomena ini pada tahun 2020-2030. Pada periode tahun tersebut, rasio ketergantungan penduduk Indonesia berada di antara 40-50 % yang berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif menanggung 40 hingga 50 orang usia nonproduktif (Falikhah, 2017). Sedangkan Berdasarkan data hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2000, rasio ketergantungan penduduk Indonesia mencapai angka 53,76 %, dapat dilihat dalam Gambar 2. Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia 2000-2015.

(Gambar)

Dari gambar trend kecenderungan tersebut, didapati bahwa rasio ketergantungan penduduk Indonesia menurun dan menandakan bahwa saat ini Indonesia berada pada era bonus demografi.

Rasio ketergantungan menjadi salah satu faktor penanda keadaan bonus demografi karena hasil perhitungan usia nonproduktif per usia produktif.

Dampak dan Upaya Menanggapi Bonus Demografi

Fenomena bonus demografi menandakan jumlah penduduk usia produktif yang melonjak tinggi.

Dengan demikian, tentunya akan menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun negatif.

(5)

Menanggapi bonus demografi ini tentu saja tergantung bagaimana kita menangani dan memanfaatkannya karena bonus demografi dapat menjadi potensi atau masalah.

Di era bonus demografi, jika memanfaatkan dengan baik potensi sumber daya manusia yang ada, bangsa Indonesia memiliki kesempatan untuk peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Indonesia harus berani mengambil peluang dengan memanfaatkan bonus demografi.

Namun, sebelum memanfaatkannya, sumber daya manusia tersebut juga perlu dibekali dengan kemampuan yaitu dengan cara meningkatkan kualitasnya. Menyikapi era bonus demografi, pemerintah meningkatkan kualitas sumber daya manusianya melalui intervensi kesehatan dan pendidikan. Kesehatan anak telah diperhatikan sejak dalam kandungan, seperti pemberian dan pemantauan gizi, hingga balita.

Intervensi di bidang pendidikan sangat gencar dilakukan, ditandai dengan adanya kebijakan wajib belajar 12 tahun dan bantuan-bantuan pemerintah dalam menunjang pendidikan masyarakatnya, seperti adanya program Kartu Indonesia Pintar, dana BOS sekolah, serta revitalisasi kurikulum yang digunakan. Setelah melalui pendidikan 12 tahun, pemerintah juga telah memberikan upaya bantuan untuk lulusan perguruan tinggi yaitu dengan program Kartu Prakerja. Perhatian terhadap pendidikan sangatlah penting. Hal itu dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat berpotensi dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara.

“Jumlah penduduk yang besar memang merupakan potensi pembangunan yang besar, tapi juga harus disadari bahwa hanya dengan jumlah yang besar saja, bukanlah jaminan bagi berhasilnya pembangunan. Peningkatan penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru dapat merupakan bencana. Dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang kita laksanakan bersama, dan dapat pula menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi generasi-generasi yang akan datang” (Burhan, 2017:8).

Di sisi lain, jika fenomena bonus demografi tidak diimbangi dengan upaya-upaya dan kesiapan, lonjakan penduduk ini hanya akan menjadi masalah. Tingginya jumlah penduduk usia produktif menyebabkan persaingan dalam lapangan pekerjaan. Jika lapangan pekerjaan yang ada tidak dapat menampung semua kelompok penduduk angkatan kerja, akan meningkatkan angka pengangguran.

Tingginya angka pengangguran juga dapat mengakibatkan permasalahan lain, seperti

(6)

meningkatnya angka kemiskinan, kriminalitas, serta menandakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduknya rendah. Penanganan bonus demografi sangat penting dilakukan sejak awal. Jika tidak teratasi, akan menyebabkan masalah baru yaitu badai bom demografi yang diartikan ketika jumlah penduduk usia produktif yang melonjak tidak dimanfaatkan dan disertai kurangnya lapangan pekerjaan maka akan kehilangan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan. Terlebih lagi, 20 tahun setelahnya akan memasuki era ageing population atau bonus demografi kedua yang merupakan fenomena peningkatan penduduk usia median. Dengan artian, rasio ketergantungan akan kembali meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya kesiapan kualitas sumber daya manusianya dan lapangan pekerjaannya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga dilakukan guna mengimbangi kemajuan teknologi yang ada saat ini dan di masa yang akan datang.

Kebutuhan Fasilitas Era Bonus Demografi

Era bonus demografi membutuhkan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan. Berdasarkan data BPS tahun 2020, dari jumlah angkatan kerja sebesar 140 juta jiwa, 9 juta orang di antaranya terdeteksi pengangguran. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam Kongres Gerakan Nasional Indonesia Kompeten mengatakan bahwa setiap tahunnya harus ada lapangan kerja baru sekitar 3,6 juta (Ramadhan, 2021). Hal itu diupayakan guna mengatasi fenomena bonus demografi. Pembukaan lapangan kerja baru ini menandakan bahwa adanya kebutuhan ruang untuk tempat kerja.

Tidak hanya untuk lapangan kerja, kebutuhan ruang juga diperlukan untuk pembangunan fasilitas- fasilitas penunjang lonjakan penduduk usia produktif. Fasilitas-fasilitas yang dimaksud contohnya adalah fasilitas ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan umum. Kebutuhan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat berdaya saing dengan global. Bersumber dari data BPS Susenas Maret 2019-2021 persentase penduduk usia produktif yang memiliki keluhan kesehatan mencapai angka 80-90 %. Terlebih lagi saat ini gaya hidup anak muda yang berdampak pada menurunnya angka kesehatan seperti merokok, minum minuman keras, dan kurang memperhatikan kesehatan fisik dan mentalnya.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut akan berpengaruh ketika menginjak usia menua. Oleh karena itu, dapat diprediksikan bahwa kebutuhan fasilitas kesehatan akan meningkat. Meningkatnya jumlah

(7)

penduduk terutama usia produktif yang positif juga akan menciptakan pertumbuhan ekonomi terlebih lagi jika fasilitas ekonominya mendukung.

Penambahan penyediaan fasilitas dalam menanggapi era bonus demografi tentu akan menambah kebutuhan ruang. Pemanfaatan dan pola ruang saat ini perlu direncanakan sesuai kebutuhan penduduk di masa yang akan datang. Kebutuhan akan fasilitas penunjang juga dapat diprediksi ketersediaannya melalui proyeksi penduduk dan fasilitas sebagaimana yang telah disampaikan pada pembahasan kondisi demografi Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga sejalan dengan upaya mengatasi kebutuhan ruang sebagai fasilitas penunjang. Dengan sumber daya manusianya yang berkualitas, akan didapati solusi-solusi baru yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah kebutuhan ruang di era bonus demografi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Fenomena kependudukan yang terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif melonjak lebih tinggi dibandingkan dengan usia nonproduktif merupakan pengertian dari bonus demografi. Bonus demografi dapat dikatakan sebagai potensi ataupun bencana. Apabila fenomena ini dimanfaatkan dengan baik dan ditangani secara komprehensif, bonus demografi dapat menjadi peluang peningkatan dan pertumbuhan ekonomi negara. Akan tetapi, apabila penanganan bonus demografi tidak dianggap serius maka akan menjadi bencana yang berkelanjutan. Akan muncul banyak masalah, masalah yang terjadi saat ini dan juga di masa yang akan datang. Bonus demografi erat kaitannya dengan lapangan pekerjaan. Apabila lapangan pekerjaan yang ada tidak dapat mewadahi seluruh angkatan kerja, akan terjadinya persaingan dan meningkatkan angka pengangguran.

Meningkatnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan hingga kriminalitas, serta menurunnya angka kesejahteraan. Oleh karena itu, hal penting dalam menyikapi bonus demografi salah duanya yaitu dengan menambah lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Bonus demografi yang berarti tingginya jumlah penduduk usia produktif juga menandakan bahwa kebutuhan ruang akan fasilitas meningkat.

(8)

Fasilitas-fasilitas yang dimaksud contohnya seperti fasilitas ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan umum.

Rekomendasi

Dalam menyikapi bonus demografi, pemerintah telah menerapkan program-program sebagai upaya dalam menghadapi tantangan bonus demografi. Dua fokus terbesar dalam meningkatkan kualitas penduduk yaitu dengan intervensi kesehatan dan pendidikan. Menambah upaya pemerintah dalam menanggapi bonus demografi, penulis memiliki beberapa rekomendasi.

Pertama ialah memperluas dan mengembangkan model pekerjaan yang ada. Terkadang, ada beberapa pekerjaan yang terbilang sangat berat untuk dilakukan satu orang. Oleh karena itu, pembagian pekerjaan dirasa dapat mengurangi masalah pengangguran yang ada. Meskipun memiliki penghasilan yang tidak besar, setidaknya penduduk angkatan kerja dapat produktif dan roda perekonomian dapat berputar. Kedua, untuk mengatasi kebutuhan ruang akan fasilitas penunjang era bonus demografi, dapat dilakukan revitalisasi ruang-ruang yang terbengkalai atau sudah tidak terpakai. Proses pembangunan fasilitas tersebut juga akan membuka lapangan pekerjaan baru.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2016). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.

Bogue, D. J. (1969). Principle of Demography. New York: John Wiley and Son.

Burhan, L. (2017). Buku Sumber Pendidikan Kependudukan. Yogyakarta: Deepublish.

Falikhah, N. (2017). Bonus Demografi Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia. Al Hadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 16(32).

http://dx.doi.org/10.18592/alhadharah.v16i32.1992

Hauser, P. M. dan Duncan, D. (1959). The Study of Population: An Inventory and Appraisal.

Chicago: The University of Chicago Press.

Ramadhan, A. (2021, Februari). Pemerintah Jalankan Lima Strategi untuk Memanfaatkan Bonus Demografi. Antara. https://www.antaranews.com/berita/1982235/pemerintah-jalankan- lima-strategi-untuk-memanfaatkan-bonus-demografi

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya, saya bisa menyelesaikan penulisan Tugas Akhir saya yang berjudul

• Uniform software for all States • On selection of an area, software should decide on STCR or STCR-FYM or STFRS • Multiple options for collection of data soil samples and record •