• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar Geografi Pedesaan untuk Mendukung Perkuliahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Buku Ajar Geografi Pedesaan untuk Mendukung Perkuliahan"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Tujuan Perkuliahan

Setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis konsep geografi pedesaan, pendekatan geografi pedesaan, sejarah pedesaan Indonesia berdasarkan tahapan pemerintahan, unsur-unsur pedesaan, jumlah penduduk dan pekerjaan di pedesaan, struktur tata ruang dan pertanahan. menggunakan pedesaan, pola permukiman pedesaan, interaksi desa-kota dan dampaknya terhadap wilayah pedesaan, pola pembangunan pedesaan dunia ketiga, modernisasi masyarakat pedesaan serta dampaknya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ruang Lingkup

Manfaat Bahan Ajar

HAKIKAT, RUANG LINGKUP, DAN SEJARAH GEOGRAFI PEDESAAN

  • Ruanglingkup Geografi Pedesaan
  • Sejarah Perkembangan Geografi Pedesaan
  • Hubungan Antara Region, Geographyc Region dengan Desa
  • Hubungan Geografi Pedesaan dengan Cabang Ilmu Lain
  • Pendekatan Geografi Pedesaan

Dalam geografi tradisional, pandangan terhadap ruang lingkup kajian geografi pedesaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pandangan (Clout, 1972; Johnston, 1981). Clout merupakan orang yang pertama kali memaparkan kerangka dasar kajian geografi pedesaan agar dapat berdiri sendiri sebagai subdisiplin ilmu geografi.

Tabel 1. Ruang Lingkup Penelitian Geografi Pedesaan
Tabel 1. Ruang Lingkup Penelitian Geografi Pedesaan

TIPOLOGI DESA DAN SEJARAH PERKEMBANGAN DESA DI INDONESIA

Karakteristik Umum Desa

Perbedaan-perbedaan yang kontradiktif inilah yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren yang membedakan karakteristik masyarakat pedesaan dan perkotaan, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat pedesaan lebih statis dan perubahannya lebih lambat. Perbedaan yang mencolok antara masyarakat pedesaan dan perkotaan dapat ditandai tidak hanya oleh perbedaan umum tetapi juga oleh hubungan sosial mereka.

Tabel 3. Perbedaan Karakteristik Sosial Gemeinschaft dengan Gesellschaft
Tabel 3. Perbedaan Karakteristik Sosial Gemeinschaft dengan Gesellschaft

Sejarah Desa di Indonesia

Maka tak heran jika ada yang berpendapat bahwa desa di Jawa itu buatan India. Perdebatan nyata atau tidaknya desa-desa di Jawa tidak lepas dari pentingnya desa bagi kepentingan Belanda pada masa penjajahan.

Pedesaan Indonesia Berdasarkan Fase Pemerintahan

  • Pengaturan desa di masa Hindia Belanda
  • Pengaturan desa di masa Jepang
  • Pengaturan desa pada tahun 1945-1965
  • Pengaturan desa di masa orde baru
  • Pengaturan desa di masa reformasi

Keterbelakangan pedesaan juga berkontribusi terhadap migrasi penduduk dari desa ke kota. Kondisi perekonomian masyarakat pedesaan yang kurang beruntung mendorong penduduk pedesaan untuk berpindah dari pedesaan ke kota.

Gambar 8. Desa Langsung di Bawah Kabupaten
Gambar 8. Desa Langsung di Bawah Kabupaten

Desa Sebagai Kesatuan Hukum dan Administrasi

Tipologi Desa di Indonesia

Tipologi desa didasarkan pada pandangan teoritis, desa dapat digolongkan menjadi tipologi berdasarkan hukum adat, kondisi sosial budaya, mata pencaharian sebagian besar penduduk desa dan juga berdasarkan perkembangan desa. Jadi tipologi desa ada beberapa macam diantaranya (1) persawahan, (2) pertanian, (3) perkebunan, (4) peternakan, (5) nelayan, (6).

Gambar 15. Desa Swadaya Kampung Naga       Gambar 16. Desa Swasembada Jagung                    Tasikmalaya Jawa Barat          Di Ciamis Jawa Barat
Gambar 15. Desa Swadaya Kampung Naga Gambar 16. Desa Swasembada Jagung Tasikmalaya Jawa Barat Di Ciamis Jawa Barat

Tipologi Desa dan Manfaatnya

Faktor penyebab terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota bersumber dari kondisi internal daerah pedesaan itu sendiri. Kondisi ini memicu perpindahan penduduk dari desa ke kota dalam jumlah yang cukup besar.

Gambar 17. Unsur wilayah pedesaan
Gambar 17. Unsur wilayah pedesaan

UNSUR-UNSUR DAN POTENSI DESA

Fungsi Desa

Desa sebagai daerah pedalaman, dalam kaitannya dengan kota, kota sebagai daerah pedalaman bagi kota atau daerah penunjang yang berfungsi sebagai penyedia atau. Kota sebagai bahan baku dan tenaga kerja, kota dilihat dari potensi ekonominya, berfungsi sebagai gudang bahan baku dan tenaga kerja (manpower) yang tidak sedikit, namun mempunyai tingkat unskilled labor atau tenaga kerja tidak terampil yang tinggi.

Potensi Desa

Koentjaraningrat menyatakan bahwa lembaga sosial adalah suatu sistem perilaku dan hubungan yang memusatkan perhatian pada kegiatan untuk memenuhi kebutuhan khusus yang kompleks dalam kehidupan masyarakat, termasuk di pedesaan. Secara singkat dapat diartikan bahwa pranata sosial merupakan kumpulan norma atau adat istiadat untuk menjaga nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat.

Gambar 20. Panorama keindahan alam di Desa Sawarna Kecamatan Bayah         Lebak, salah satu potensi fisik desa bidang pariwisata
Gambar 20. Panorama keindahan alam di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Lebak, salah satu potensi fisik desa bidang pariwisata

Klasifikasi Desa

Namun sangat disayangkan kelembagaan yang merupakan potensi non fisik desa yang sampai saat ini terdapat di sebagian besar wilayah pedesaan Indonesia masih belum optimal dan hanya rambu-rambu kelembagaan tersebut yang terlihat di kantor desa. Jumlah penduduk desa di pulau jawa umumnya antar orang, sehingga jika desa digolongkan berdasarkan jumlah penduduknya maka desa-desa di pulau jawa adalah sebagai berikut. Dibandingkan dengan pandangan Kolb & Brunner, terdapat perbedaan klasifikasi antara desa di negara industri/maju dengan desa di negara agraris/berkembang.

Masyarakat Pedesaan

  • Kehidupan sosial masyarakat pedesaan
  • Kehidupan budaya masyarakat pedesaan

Perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan tidak hanya disebabkan oleh daya tarik kota saja, ada pula faktor lain. Ironisnya, sebagian warga di pedesaan bahkan tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Sebagian masyarakat di pedesaan mempunyai kesadaran untuk mendidik anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Hingga saat ini, sektor usaha pertanian masih mendominasi lapangan kerja yang tersedia di pedesaan. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah dampak negatif migrasi penduduk dari desa ke kota. Dengan demikian, kota sebagai pusat pemerintahan menjadi salah satu daya tarik penduduk pedesaan untuk bermigrasi ke perkotaan.

Dengan demikian, kota sebagai pusat perkembangan peradaban menjadi salah satu faktor yang menarik minat masyarakat pedesaan untuk pindah ke perkotaan.

Gambar 22. Upacara Seren Taun Di Desa Cisungsang Lebak Banten        Bentuk Kebudayaan Turun-temurun
Gambar 22. Upacara Seren Taun Di Desa Cisungsang Lebak Banten Bentuk Kebudayaan Turun-temurun

TENAGA KERJA PEDESAAN

Masalah Tenaga Kerja Indonesia

Masalah Tenaga Kerja di Pedesaan

INTERAKSI DESA DAN KOTA

Interaksi dalam Sosiologi dan Geografi

Interaksi dapat diartikan sebagai hubungan yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kejadian, atau permasalahan baru. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, manifestasi dan permasalahan baru, baik positif maupun negatif. Pada prinsipnya interaksi spasial merupakan hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih, tempat berlangsungnya pergerakan atau mobilitas orang (penduduk), barang dan jasa, gagasan dan informasi.

Tiga Unsur Interaksi Keruangan

Keterhubungan antar wilayah menimbulkan suatu proses perpindahan atau perpindahan, yang dapat berupa perpindahan orang, informasi atau gagasan, atau perpindahan atau perpindahan bahan atau barang; Peluang Intervensi, merupakan peluang terjadinya intervensi yang dapat diartikan sebagai kemungkinan perantara yang dapat mencegah timbulnya interaksi antar wilayah. Jadi ketiga unsur interaksi tersebut dapat memperkuat interaksi regional dan juga dapat melemahkan interaksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya tergantung pada tingkat kelebihan atau kekurangan sumber daya atau kebutuhan daerah.

Gambar 27. Wilayah yang saling melengkapi
Gambar 27. Wilayah yang saling melengkapi

Zona Interaksi Desa Kota

Menurut Bintarto, zona interaksi antara perkotaan dan pedesaan membentuk pola konsentris, dimana setiap zona mencerminkan jenis penggunaan lahan yang berbeda. Kawasan ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian paling tengah (jantung kawasan) yang disebut RBD (Retail Business District). Zona 1 pada zona interaksi desa-kota merupakan zona pusat kota atau sering disebut Central Business District (CBD). Zona ini terdiri dari pusat kegiatan ekonomi dan juga pusat pelayanan.

Gambar 30. Teori model konsentrik (Burgess)
Gambar 30. Teori model konsentrik (Burgess)

Teori Interaksi Desa dan Kota

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa interaksi yang paling besar terjadi antara Kota Yogyakarta dengan Kota Surakarta yang berarti interaksi sosial ekonomi dan sejenisnya antara kedua kota tersebut paling tinggi dibandingkan dengan interaksi antar kota lainnya. empat kota. Ia mengatakan, kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk masing-masing wilayah dan jarak absolut antar wilayah tersebut. Inti dari teori ini adalah jarak titik pemberhentian atau titik pemisah dari pusat perdagangan yang lebih kecil berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan tersebut, dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk kota atau wilayah tersebut. dengan jumlah penduduk yang lebih besar, dibagi dengan jumlah penduduk suatu kota atau wilayah yang kurang padat penduduknya.

Pengaruh Interaksi Desa Kota

Dengan berkembangnya infrastruktur dan sarana transportasi yang menghubungkan kota dengan desa, maka pedesaan akan semakin terbuka. Gejala dan permasalahan sosial yang sering terjadi pada masyarakat pedesaan, terutama yang berada di dekat kota, akibat interaksi antara kota dan desa, sebagaimana diungkapkan Bintarto dalam bukunya Geografi Kota dan Desa (1987), antara lain (1) persaingan, (2) konflik , (3), konflik (4), hubungan penguasa dan rakyat, (5) masyarakat mulai terbuka, dan (6) keseragaman dan keberagaman. Dampak negatif dari interaksi perkotaan-pedesaan meliputi (1) perpindahan penduduk, yang sering disebut dengan aliran urbanisasi dari desa ke kota, yang dapat mengurangi jumlah penduduk pedesaan usia produktif yang diperkirakan akan berkembang.

Migrasi dan Urbanisasi

Secara umum faktor penyebab atau pendorong perpindahan penduduk dari desa ke kota dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: (1). Dengan demikian, kota sebagai pusat industri jasa dan hiburan juga menjadi salah satu faktor yang menarik minat masyarakat pedesaan untuk pindah ke perkotaan. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan lembaga pendidikan di perkotaan jauh lebih cepat dan maju dibandingkan di pedesaan.

Perpindahan penduduk pedesaan ke perkotaan didorong oleh keterbelakangan pedesaan dalam berbagai aspek kehidupan. Kegiatan perekonomian yang dilakukan masyarakat di pedesaan sangat rentan terhadap ketidakstabilan harga.

Gambar 33. Push - Pull Factors Theory (Everett Lee)
Gambar 33. Push - Pull Factors Theory (Everett Lee)

STRUKTUR KERUANGAN KOTA

Penggunaan Lahan Pedesaan

Kegiatan Ekonomi Mempengaruhi Tata Guna Lahan di Pedesaan

Selain karena daya tarik kota seperti yang telah diuraikan di atas, perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan juga disebabkan oleh faktor lain. Kondisi infrastruktur pendidikan seperti lembaga pendidikan berkualitas dan gedung sekolah di pedesaan relatif terbatas. Keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan di pedesaan mendorong sebagian masyarakat di pedesaan untuk menyekolahkan anaknya di luar desa, khususnya ke perkotaan.

Gambar 35. Mesin penanam padi pada pertanian maju
Gambar 35. Mesin penanam padi pada pertanian maju

Pola Pemukiman Pedesaan

Keadaan Perkampungan di Pedesaan

Mereka yang bekerja di sektor ini tidak hanya masyarakat yang aslinya tinggal di perkotaan, namun juga masyarakat yang berasal dari pedesaan. Kota sebagai pusat industri sehingga menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk pedesaan untuk pindah ke perkotaan untuk mengadu nasib bekerja di sektor industri. Sebaliknya, hal ini akan mendorong sebagian penduduk pedesaan untuk melakukan migrasi atau pindah ke daerah lain, terutama perkotaan, yang dianggap menawarkan masa depan yang lebih baik.

Gambar  44.  Kampung  berbentuk  pita  (ribbon  development)
Gambar 44. Kampung berbentuk pita (ribbon development)

MODEL PEMBANGUNAN PEDESAAN

Beberapa Teori pembangunan

Jika tabungan dan investasi masyarakat rendah, maka pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga akan rendah. Rostow mengatakan jika negara melindungi kepentingan pengusaha untuk mengakumulasi modal, maka negara akan mulai bergerak menuju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor ekonomi sangatlah penting dalam proses pembangunan, namun faktor lingkungan seperti perubahan kelembagaan yang terjadi di masyarakat dapat mempersiapkan kondisi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Gambar 52. Alih fungsi lahan pertanian menjadi industri
Gambar 52. Alih fungsi lahan pertanian menjadi industri

Fenomena Pembangunan Desa

Fenomena pembangunan masyarakat desa pada masa lalu khususnya pada era Orde Baru, pembangunan desa merupakan metode dan pendekatan pembangunan yang diprogram secara terpusat oleh negara. Pembangunan desa pada masa Orde Baru dikenal dengan Pembangunan Desa (PMD) dan Pembangunan Desa (Bangdes). Pada masa Orde Baru, pemerintah pusat sebagian besar melaksanakan pembangunan desa secara seragam.

Pembangunan Desa

Perpindahan penduduk dari desa ke kota tidak terjadi begitu saja, namun didorong oleh berbagai faktor baik dari perkotaan maupun pedesaan. Faktor yang berasal dari perkotaan disebut sebagai faktor penarik, dimana perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan disebabkan oleh daya tarik perkotaan. Cara dan cara hidup seperti ini pun telah memasuki dan melanda kehidupan serta pergaulan masyarakat di pedesaan.

Mereka yang bekerja di sektor industri jasa dan hiburan tidak hanya berasal dari masyarakat yang awalnya tinggal di perkotaan, namun juga berasal dari pedesaan. Meskipun sebagian besar masyarakat di pedesaan bermata pencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani di pedesaan memiliki lahan pertanian yang cocok.

Tabel 14. Pendekatan Pembangunan Perdesaan Komponen Pendekatan Pasar Pendekatan
Tabel 14. Pendekatan Pembangunan Perdesaan Komponen Pendekatan Pasar Pendekatan

Pendekatan Pembangunan Pedesaan di Indonesia

Pemberdayaan Lingkungan Hidup dan Kemandirian Desa

Berkurangnya kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian mengakibatkan banyak buruh tani yang tidak mendapatkan pekerjaan setiap harinya. Para pekerja pertanian yang tenaga kerjanya tidak lagi dibutuhkan dalam jumlah besar, termasuk petani kecil, mulai meninggalkan lahan pertaniannya. Dengan demikian akan tercipta sistem produksi yang menghasilkan produk pertanian dan hasil samping pertanian yang berkualitas, sekaligus menjaga kesejahteraan petani dan buruh tani disekitarnya.

Gambar 53. Petani tradisional  Gambar 54. Petani moderen
Gambar 53. Petani tradisional Gambar 54. Petani moderen

Pedesaan Gugus Nusa Tenggara dab Sulawesi

Perkembagan Desa Berdasarkan Pembangunan

MODERNISASI PEDESAAN DAN DAMPAKNYA

Modernisasi Pedesaan

Pengaruh Modernisasi Terhadap Kehidupan Petani di Pedesaan

Karena keluarga tidak lagi menjadi unit produksi, maka satu atau lebih anggota keluarga meninggalkan keluarga untuk mencari pekerjaan di pasar tenaga kerja. Tidak lagi dirawat oleh unit kekerabatan yang melindungi mereka, orang-orang lanjut usia ini semakin banyak yang mendapat perhatian dari masyarakat atau negara sebagai wali. Seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas penduduk dari desa ke kota dan semakin tingginya tingkat pendidikan, banyak anak-anak petani saat ini yang tidak lagi melanjutkan usaha orang tuanya.

Pengaruh Modernisasi Pertanian Bagi Kesejahteraan Masyarakat

Namun di sisi lain, keberadaan teknologi dan benih unggul memberikan dampak negatif terhadap kehidupan para petani, khususnya buruh tani, yang penghidupannya bergantung pada pihak lain yang membutuhkan jasanya. Namun, dengan teknologi tersebut, penghidupan para buruh tani bisa terancam. . Dengan demikian, tenaga kerja pertanian yang perannya digantikan oleh teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap manajemen pasca panen atau ke bagian pemasaran, sehingga penerapan modernisasi pertanian tidak lagi mengurangi lapangan kerja, tetapi dapat menciptakan lapangan kerja baru. lapangan kerja yang juga membantu petani mendistribusikan hasil panennya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan modernisasi pertanian perlu juga dicermati kemana perginya tenaga kerja pertanian, siapa saja yang perannya digantikan oleh teknologi tepat guna, serta solusi permasalahan yang ada, oleh karena itu dalam pelaksanaan modernisasi pertanian. pertanian maka perlu dilakukan perluasan cakupan produksi yang sebelumnya hanya menghasilkan bahan baku, dengan adanya penerapan modernisasi pertanian maka proses produksi untuk menghasilkan produk yang siap dipasarkan menjadi meningkat, sehingga dalam proses ini terjadi perluasan lapangan kerja yang nantinya akan diisi oleh para pekerja pertanian yang kehilangan pekerjaan akibat penggunaan teknologi.

Gambar 55. Modernisasi pengolalan lahan pertanian
Gambar 55. Modernisasi pengolalan lahan pertanian

Pengaruh Modernisasi Terhadap Ketersediaan Lapangan

Hubungan Antar Petani Sebagai Pengaruh Adanya Modernisasi

Berdasarkan hasil penelitian Scott, hubungan antara petani dengan petani lainnya dapat menjadi renggang akibat penggunaan mesin pertanian.Hasil penelitian di Malaysia ini menunjukkan bahwa hubungan antara petani dan petani menjadi terganggu dengan hadirnya padi. perontok yang menggantikan peran buruh tani. Dengan demikian, pemanfaatan modernisasi dapat memberikan dampak negatif maupun positif, tergantung bagaimana negara melakukan pendekatan atau mulai bekerjasama dengan petani dalam menyelesaikan setiap permasalahan pertanian, khususnya dalam pemanfaatan pertanian berbasis teknologi. Pembangunan perdesaan dengan desentralisasi tata ruang melalui pembangunan agropolitan yang mencerminkan kota menengah dan kecil.

Gambar

Gambar 1. Desa identik dengan pertanian
Gambar 2. Hubungan Geografi Pedesaan dengan ilmu lainnya
Gambar 5. Hubungan Sosial Masyarakat Kota      Gambar 6. Hubungan Sosial Masyarakat Desa
Gambar 17. Unsur wilayah pedesaan
+7

Referensi

Dokumen terkait