• Tidak ada hasil yang ditemukan

buku panduan penyusunan data terpilah kemenkeu 12673

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "buku panduan penyusunan data terpilah kemenkeu 12673"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PANDUAN

PENYUSUNAN

DATA

TERPILAH

KEMENTERIAN

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... 2

BAB I Pendahuluan ... 5

1. Latar belakang ... 5

2. Pengertian Data Terpilah/Statistik Gender ... 6

3. Tujuan Penyusunan Buku Panduan ... 6

BAB II Tata Cara Penyusunan Data Terpilah dan Kesenjangan Gender ... 7

1. Penentuan Jenis Data ... 7

a. Pengarusutamaan Gender ... 7

b. Visi/misi/kebijakan/program/kegiatan Kementerian Keuangan ... 7

2. Sumber data ... 8

a. Biro Pusat Statistik ... 8

b. Kementerian Keuangan ... 9

c. Kementerian dan Lembaga lain-lain... 9

3. Menghitung kesenjangan gender ... 9

a. Indikator ... 9

b. Rasio ... 10

c. Analisis isi ... 10

BAB III Data Terpilah Pelaku Pembangunan secara Umum ... 11

BAB IV Indikator Kinerja Kementerian sebagai Dasar Penentuan Data Terpilah Pelaku dan Pemanfaat Pembangunan ... 12

BAB V Penyajian Data Terpilah ... 23

1. Penyajian Data Terpilah Dalam Bentuk Tabel ... 23

2. Penyajian Data Terpilah Dalam Bentuk Narasi ... 23

3. Penyajian Data Terpilah Dalam Bentuk Gambar ... 23

BAB VI Penutup ... 24

(4)

DAFTAR TABEL

DUMMY

Tabel 1 Data/Indikator Terpilah Yang Dapat Diturunkan Dari Indikator Kinerja Terpilih Berdasarkan Matriks Rencana Kerja Kementerian Keuangan Tahun 2013 ... 12 TABEL 2 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2 dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX... 25 TABEL 3 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Status (struktural/fungsional) dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX ... 26 TABEL 4 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Eselon dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX ... 27 TABEL 5 Jumlah dan Persentase SDM Kemenkeu menurut Eselon 2, Jabatan Fungsional Tertentu dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX ... 28 TABEL 6 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX ... 29 TABEL 7 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX ... 30 TABEL 8 Jumlah dan Persentase SDM menurut Wilayah Kerja (Provinsi) dan Jenis Kelamin,

(5)
(6)
(7)

BAB I

Pendahuluan

1.

Latar belakang

Masih adanya isu gender yaitu permasalahan yang disebabkan oleh adanya kesenjangan atau ketimpangan gender serta banyaknya upaya untuk menghilangkan kesenjangan tersebut di Indonesia maupun berbagai belahan dunia telah mendorong banyak pihak yang ingin mengetahui kondisi terkini dan memantau perkembangannya. Karena adanya kesenjangan gender ini berimplikasi terhadap adanya diskriminasi terhadap salah satu pihak, laki-laki atau perempuan. Karena itu, perlu adanya upaya untuk mengevaluasi manfaat hasil pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan.

Pada tataran internasional upaya menghilangkan isu gender tercermin dari berbagai kesepakatan seperti:

a) Convention of The Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW)

Keputusan pimpinan dunia dalam CEDAW ini telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia sebagai Undang-undang No. 7 Tahun 1984.

b) Beijing Platform of Actions (BPA)

Berdasarkan kesepakatan dalam konferensi di Beijing ada dua belas isu gender yang perlu diperhatikan antara lain bidang pendidikan/pelatihan, ekonomi, dan ketenagakerjaan

c) Millenium Development Goals (MDGs)

Ada tiga bidang utama yang digunakan untuk menilai pencapaian salah satu sasaran pembangunan milenium yang terkait dengan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, yaitu bidang pendidikan, ketenagakerjaan, dan peran serta di bidang pengambilan keputusan publik. Dalam Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan, pencapaian seluruh sasaran MDGs (ada delapan sasaran) menjadi salah satu penekanan.

Secara berkala kondisi di Indonesia yang berkaitan dengan tiga hal di atas dilaporkan pada tingkat internasional dalam bentuk antara lain laporan data terpilah.

Pada tataran nasional upaya untuk menghilangkan kesenjangan gender ditempuh melalui berbagai cara, antara lain:

a) Affirmative action, suatu strategi pembangunan untuk memberikan perlakuan khusus kepada kelompok tertentu, dalam hal ini perempuan, pada bidang tertentu untuk menutup perlakuan yang diskriminatif di masa-masa silam.

b) Inpres No 9 Tahun 2000 Tentang PUG, suatu strategi pembangunan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dengan mengintegrasikan kepentingan, aspirasi, dan kondisi laki-laki dan perempuan dalam setiap tahapan manajemen pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemantauan dan evaluasi.

(8)

manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan dengan mewujudkan anggaran yang berkeadilan. Petunjuk penyusunan PPRG dirangkum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112/PMK.02/2012.

2.

Pengertian Data Terpilah/Statistik Gender

a) Data adalah kumpulan nilai variabel yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif. Ringkasan data kuantitatif dinamakan statistik

b) Data terpilah adalah nilai variabel-variabel yang terpilah menurut berbagai jenis ciri atau karakteristik. Pada umumnya, pemilahan ini dilakukan apabila kita akan melokalisasi atau mempersempit ruang pemecahan masalah pembangunan di suatu bidang tertentu. Data dapat dipilah menurut berbagai ciri atau karakterisrik tergantung pada jenis analisis yang akan dilakukan. Bila akan melakukan analisis gender, data perlu dipilah menurut jenis kelamin. Untuk melakukan analisis tentang kesenjangan alokasi pembangunan atau analisis spasial, data perlu dipilah menurut wilayah. Begitu pula analisis dapat dilakukan berdasarkan umur atau waktu kejadian seperti analisis kohort dan analisis deret waktu atau analisis time series.

c) Data gender adalah data mengenai hubungan relasi dalam status, peran, dan kondisi antara laki-laki dan perempuan.

Data terpilah menurut jenis kelamin dapat membuka wawasan tentang adanya kesenjangan gender. Pemilahan menurut jenis kelamin di berbagai bidang dapat menunjukkan status, peran, kondisi dan kebutuhan masyarakat perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan, serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya mengurangi kesenjangan. Pemilahan data menurut jenis kelamin merupakan prasyarat utama dilakukannya analisis gender yang bermanfaat dalam penyusunan analisis kebijakan dan penyusunan anggaran yang responsif gender.

3.

Tujuan Penyusunan Buku Panduan

Buku panduan ini disusun dengan maksud agar dapat dihasilkan data terpilah yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui kesetaraan dan keadilan gender di bidang pembangunan keuangan. Secara rinci tujuan penyusunan buku panduan ini adalah agar dapat digunakan untuk:

a) sebagai acuan setiap unit kementerian dalam menyusun data terpilah secara baku dan seragam sehingga ada konsistensi metodologi penyusunan unit kerja dan antar-waktu,

b) menjaga agar komparabilitas data komposisi dan partisipasi laki-laki dan perempuan dalam pembangunan keuangan antar-unit karja dan antar waktu selalu dapat dilakukan, c) sebagai dokumentasi untuk dasar perbaikan metodologi penyusunan data terpilah di

(9)

BAB II

Tata Cara Penyusunan Data Terpilah dan

Kesenjangan Gender

Beberapa hal perlu ditentukan sebelum menyusun data terpilah/gender, yaitu jenis data yang perlu dipilah menurut jenis kelamin, sumber data yang dipakai, dan cara menyajikan data terpilah serta cara menghitung kesenjangan gender. Dalam bab ini masing-masing hal akan dijelaskan secara umum dan singkat, sedangkan penjelasan rinci dari komponen-komponen yang penting akan pada bab-bab berikutnya.

1.

Penentuan Jenis Data

Beberapa dasar pertimbangan dapat dipakai untuk menentukan jenis data terpilah yang perlu disajikan. Terdapat 2 (dua) komponen dasar terpenting yang harus kita ketahui, yaitu:

a.

Pengarusutamaan Gender (PUG)

PUG dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Oleh karena itu dalam upaya untuk mengetahui apakah PUG sudah benar-benar dilakukan di kementerian ada beberapa hal yang perlu ditanyakan. Pertama, sudahkah laki-laki dan perempuan mempunyai akses dan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan serta mempunyai kontrol terhadap sumber daya dan menikmati manfaat hasil pembangunan yang sama. Kemudian yang ke dua, sudahkah laki-laki dan perempuan berpartisipasi dalam seluruh tahapan manajemen pembangunan dan sudahkah aspirasi, kondisi dan kepentingan laki-laki dan perempuan terintegrasi dalam seluruh tahapan tersebut. Oleh karena itu pertanyaan kunci untuk menentukan jenis data terpilah adalah:

i. Siapa yang terlibat sebagai pelaku kegiatan pembangunan keuangan? Pelaku kegiatan pembangunan keuangan dapat secara kasar dibagi dua, yaitu pelaku pembangunan yang secara umum tercatat di unit kepegawaian dan pelaku pembangunan yang secara khusus menangani kegiatan pembangunan keuangan tertentu yang administrasinya tidak dikelola oleh unit kepegawaian.

ii. Apakah aspirasi, kondisi dan kepentingan laki-laki dan perempuan terintegrasi dalam seluruh tahapan manajemen pembangunan keuangan. Bila pengintegrasian ini sudah dilakukan dengan baik, laki-laki dan perempuan akan memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan. Oleh karena itu, butir ini dapat diubah menjadi pertanyaan kunci sebagai berikut: siapa yang menerima manfaat hasil pembangunan keuangan? Data mengenai hasil pembangunan keuangan ini dapat dilihat dari jenis kegiatan yang dilakukan oleh kementerian.

b.

Visi/Misi/Kebijakan/Program/Kegiatan Kementerian Keuangan

(10)

program dan kegiatan. Dari visi, misi dan kebijakan belum secara jelas dan rinci dapat dilihat siapa pelaku dan pemanfaat pembangunan keuangan, oleh karena itu data terpilah yang akan disusun sebaiknya didasarkan pada program dan kegiatan kementerian dan lembaga. Bila kementerian dan lembaga sudah menentukan indikator kinerja, jenis data terpilah dapat diturunkan dari indikator kinerja tersebut. Hasil pembangunan suatu kementerian dan lembaga pemerintah dapat berupa:

i. Dokumen/peraturan

Dokumen atau peraturan dibuat untuk mengatur dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dokumen dan peraturan yang dibuat ini perlu diperiksa apakah terdapat keberpihakan yang tidak berimbang bagi salah satu kelompok laki-laki atau perempuan.

ii. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dapat berupa pembangunan kapasitas SDM internal kementerian maupun pemberdayaan masyarakat. Dari kegiatan peningkatan kapasitas SDM internal seperti pendidikan dan pelatihan, pemanfaat atau kelompok sasaran kegiatan perlu dipilah menurut jenis kelamin. Demikian pula peserta kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan pendidikan formal perlu dipilah menurut jenis kelamin. iii. Bangunan fisik

Bangunan fisik yang dibuat perlu diperiksa apakah sudah mengakomodasi kebutuhan laki-laki atau perempuan atau belum. Ruang khusus untuk merokok yang biasanya dilakukan oleh laki-laki dan ruang ASI untuk perempuan yang menyusui perlu dicatat. Demikian pula jumlah kamar mandi dan volume air perlu disesuaikan dengan para pengguna gedung.

iv. Hasil pengawasan pelaksanaan pembangunan

Pemeriksaan kegiatan pengawasan pembangunan perlu didasarkan pada aspirasi, kondisi dan kepentingan laki-laki dan perempuan. Karena hasil pengawasan ini pada umumnya berupa dokumen, cara memeriksa adanya kecenderungan keberpihakan terhadap laki-laki atau perempuan dapat dilakukan sebagaimana pemeriksaan terhadap dokumen peraturan.

Empat kelompok hasil pembangunan bidang keuangan tersebut di atas perlu diteliti apakah memberikan manfaat yang sama terhadap laki-laki dan perempuan. Hasil pengamatan tersebut disajikan sebagai data terpilah.

2.

Sumber Data

Ada tiga sumber data penting yang biasanya dapat dimanfaatkan untuk menyusun data terpilah. Sumber data tersebut adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Keuangan, dan kementerian/lembaga lainnya.

a.

Badan Pusat Statistik

(11)

data terpilah bidang keuangan, BPS memproduksi data tentang ketenagakerjaan di bidang keuangan.

b.

Kementerian Keuangan

Seperti telah disebutkan di atas, unit kerja kepegawaian kementerian memiliki data tentang karakteristik pegawai sebagai pelaku pembangunan keuangan secara umum. Sementara itu, setiap unit kerja teknis mempunyai catatan tentang peran pegawai laki-laki maupun perempuan dalam kegiatan teknis pembangunan keuangan. Data-data tersebut dapat disajikan secara kuantitatif. Di samping itu data kualitatif yang menjelaskan adanya isu kesenjangan, penjelasan mengenai penyebab terjadinya kesenjangan dan bagaimana isu kesenjangan tersebut terjadi yang dikumpulkan di unit kerja penelitian di kementerian juga perlu disajikan.

c.

Kementerian dan Lembaga lain-lain

Kementerian dan lembaga lain juga dapat menghasilkan data dan hasil penelitian yang terkait dengan pembangunan bidang keuangan. Data ini dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.

3.

Manfaat Data Terpilah

Data terpilah sangat bermanfaat untuk menyusun analisis gender dalam penyusunan penganggaran yang reponsif gender (PPRG) yang ditunjukkan dalam Gender Budget Statement (GBS) dan penyusunan reformulasi kebijakan agar responsif gender dengan menggunakan alat analisis antara lain Gender Analysis Pathway (GAP).

4.

Menghitung Kesenjangan Gender

Setelah jenis data dan indikator kinerja ditentukan, perbedaan peran laki-laki dan perempuan dapat dilihat dengan menghitung kesenjangan gender. Data pelaku pembangunan dan indikator kinerja dipilah menurut laki-laki dan perempuan. Kemudian, kesenjangan gender dapat diukur dengan cara membandingkan indikator kuantitatif seperti rasio dan persentase serta dengan cara melakukan analisis isi secara kualitatif terhadap dokumen hasil kegiatan pembangunan.

a.

Indikator

(12)

b.

Rasio

Rasio nilai indikator untuk perempuan dengan nilai indikator untuk laki-laki atau yang biasa disebut dengan indeks paritas gender digunakan untuk membandingkan kesenjangan gender.

c.

Analisis Isi

(13)

BAB III

Data Terpilah Pelaku Pembangunan secara Umum

Secara umum seluruh staf jajaran Kementerian Keuangan terlibat dalam kegiatan pembangunan keuangan. Tingkat keterlibatan ini berbeda-beda untuk setiap golongan kepangkatan, eselon, dan pendidikan yang berbeda. Dengan merinci karyawan dan karyawati menurut ciri-ciri di atas maka dapat diketahui pula kelompok mana yang berperan dalam pengambilan keputusan di kementerian. Dengan keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam setiap tahapan manajemen kementerian, maka diharapkan aspirasi, kebutuhan, dan kondisi laki-laki dan perempuan akan terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan.

Daftar Data Terpilah Pelaku Pembangunan Keuangan Umum (untuk Setiap Satuan Kerja Setingkat Eselon 1):

1. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2 dan Jenis Kelamin, Tahun ...

2. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Status (struktural/fungsional) dan Jenis Kelamin, Tahun ...

3. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Eselon dan Jenis Kelamin, Tahun ...

4. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Jabatan Fungsional Tertentu dan Jenis Kelamin, Tahun ...

5. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin, Tahun ...

6. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun ...

7. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Wilayah Kerja (Provinsi) dan Jenis Kelamin, Tahun ...

8. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2, Jenis Kajian/Penelitian dan Jenis Kelamin, Tahun ...

9. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Satuan Kerja Setingkat Eselon 2 Jenis Kajian/Penelitian dan Jenis Kelamin, Tahun ....

(14)

BAB IV

Indikator Kinerja Kementerian sebagai Dasar

Penentuan Data Terpilah Pelaku dan Pemanfaat

Pembangunan

Untuk mengetahui siapa pemanfaat hasil pembangunan keuangan, terlebih dulu perlu diketahui apa saja hasil pembangunan keuangan. Oleh karena itu indikator kinerja Kementerian Keuangan menjadi kunci penting. Butir-butir program dan kegiatan yang indikatornya dapat disajikan secara terpilah dari Matriks Rencana Kerja (Renja) Kementerian Keuangan Tahun 2013, dapat dipakai sebagai dasar penyusunan data terpilah . Tabel 1 berikut adalah contoh kelompok indikator terpilah yang dapat diturunkan dari matriks Renja tersebut. Kelompok indikator ini dapat dipecah lagi menjadi data/indikator tunggal terpilah yang lebih sederhana dan mudah dihitung.

Tabel 1 Data/Indikator Terpilah Yang Dapat Diturunkan Dari Indikator Kinerja Terpilih Berdasarkan Matriks Rencana Kerja Kementerian Keuangan Tahun 2013

A. Sekretariat Jenderal

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Keuangan

1. Rasio realisasi dari janji layanan quick win ke pihak eksternal

2. Persentase pejabat yang telah

memenuhi standar kompetensi jabatannya

3. Persentase penyelesaian SOP

4. Persentase Pencapaian Service Level Agreement (SLA)

Jumlah dan persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

2. Pembinaan dan

Penataan Organisasi, Tata Laksana dan Jabatan Fungsional

1. Persentase penyelesaian

penataan/modernisasi organisasi Kementerian Keuangan

2. Persentase penyelesaian SOP

3. Persentase pengembangan

jabatan fungsional

Jumlah dan persentase pejabat fungsional tertentu menurut jenis kelamin

3. Pembinaan dan

Koordinasi Pemberian Bantuan Hukum

1. Persentase penyelesaian

penanganan perkara hukum

2. Waktu rata-rata penyelesaian

konsep jawaban perkara perdata di pengadilan tingkat pertama

3. Persentase pendampingan

secara fisik yang dapat dilakukan terhadap pejabat pegawai, mantan pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan, eks

Jumlah dan persentase pejabat mendapat dan mantan pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan, eks BPPN dan eks BDL yang mendapat

(15)

BPPN dan eks BDL

4. Pembinaan dan

Koordinasi Pengelolaan SDM

1. Persentase Jumlah Pegawai Baru

sesuai Kebutuhan

2. Persentase Pejabat yang Telah

Memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya

1. Jumlah dan Persentase

Pegawai Baru pada tahun terakhir menurut jenis kelamin

2. Jumlah dan Persentase

Pejabat yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya menurut jenis kelamin

5. Membangun

Kepercayaan dan Meningkatkan Dukungan Publik Terhadap

Kebijakan di Bidang Keuangan Negara

1.Persentase ketepatan waktu

pelaksanaan kegiatan komunikasi publik

2. Jumlah hasil monitoring publik

3. Jumlah kegiatan pembinaan

hubungan dengan stakeholders

Jumlah dan persentase stakeholders yang mendapat pembinaan menurut jenis kelamin

6. Pembinaan Teknis dan

Layanan Pengadaan Secara Elektronik

1.Jumlah paket pengadaan

barang/jasa secara elektronik

2.Pengguna LPSE Kementerian

Keuangan oleh Lembaga Pemerintah NonKementerian/ Sekretariat Lembaga Tinggi Negara/Komisi Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa

3.Tercapainya peningkatan indeks

kepuasan pengguna layanan LPSE Kemenkeu (skala 4)

4.Tercapainya layanan dan

dukungan bagi proses penyempurnaan manajemen keuangan pemerintah serta terlaksananya pengembangan sistem manajemen keuangan pemerintah (grant dan loan akan berakhir tahun 2013)

1. Jumlah dan persentase

Pengguna LPSE

Kementerian Keuangan oleh Lembaga Pemerintah NonKementerian/ Sekretariat Lembaga Ti nggi Negara/Komisi Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa menurut jenis kelamin

2. Jumlah dan persentase

pengguna LPSE menurut indeks tingkat kepuasan layanan dan lenis kelamin

7. Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Pelaksanaan Tugas Komite Pengawas Perpajakan

1.Persentase pengaduan yang

ditindaklanjuti dari jumlah pengaduan yang telah diverifikasi

2.Persentase rekomendasi/bahan

masukan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan dari jumlah bahan masukan yang disampaikan ke komite

Jumlah dan persentase klien yang mengajukan

pengaduan yang

ditindaklanjuti dari jumlah pengaduan yang telah diverifikasi menurut jenis kelamin

B. Direktorat Jenderal Anggaran

(16)

1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya DJA

Terlaksananya dukungan manajemen dalam pelaksanaan tugas DJA

1.Jumlah dan persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

2.Jumlah dan persentase pegawai yang mengikuti diklat menurut jenis kelamin.

C. Direktorat Jenderal Pajak

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Terpilih Indikator Terpilah

1. Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya DJP

1. Persentase penyelesaian

penyempurnaan organisasi hukuman disiplin berat atau sedang

2. Persentase penyerapan DIPA

(non Belanja Pegawai)

1. Jumlah dan persentase

pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

2. Jumlah dan persentase

pegawai yang mendapat hukuman disiplin menurut jenis kelamin dan jenis hukuman

2. Peningkatan Pelayanan

serta Efektivitas Penyuluhan dan Kehumasan

1. Indeks tingkat kepercayaan masyarakat dari hasil survei

2. Persentase realisasi sosialisasi dan kehumasan

3. Persentase jumlah Wajib Pajak

yang komplain

1. Jumlah dan persentase

responden menurut nilai indeks kepercayaan dan jenis kelamin

2. Jumlah dan persentase

peserta sosialisasi menurut jenis sosialisasi dan jenis kelamin

3. Jumlah dan jenis

kelamin WP yang mengadukan komplain

3. Pembinaan Pemantauan

dan Dukungan Teknis di Bidang Teknologi, Komunikasi dan Informasi Perpajakan

Penurunan jumlah pengaduan Jumlah dan persentase WP

(17)

4. Peningkatan, Pembinaan dan Pengawasan SDM

1. Persentase pegawai yang dijatuhi

hukuman disiplin berat atau sedang

2. Persentase pejabat yang telah

memenuhi standar kompetensi jabatannya

1. Jumlah dan persentase

pegawai yang mendapat hukuman disiplin menurut jenis kelamin dan jenis hukuman

2. Jumlah dan persentase

pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

D. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Perumusan Kebijakan

dan Peningkatan Pengelolaan Penerimaan Bea dan Cukai

1. Persentase penyelesaian

peraturan pelaksanaan UU Kepabeanan dan UU Cukai

2. Persentase penanganan

bantuan hukum dan perkara di bidang kepabeanan dan cukai

3. Persentase realisasi kegiatan sosialisasi, publikasi dan kehumasan

Jumlah dan persentase peserta kegiatan sosialisasi, publikasi dan kehumasan menurut jenis kelamin

E. Direktorat Jenderal Perbendaharaan

1. Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal

Perbendaharaan

1. Persentase jumlah pejabat

yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya

2. Persentase penyelesaian SOP

3. Persentase penyerapan DIPA

(Non belanja pegawai)

4. Persentase Penyediaan

Operasional Kantor serta Dukungan Sarana dan Prasarana

Jumlah dan persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

2. Pembinaan Sistem dan

Dukungan Teknis Perbendaharaan

1. Persentase sistem basis data yang terintegrasi pada KPPN dan Kantor Pusat DJPBN

2. Persentase (%) jumlah

peraturan yang dihasilkan melalui harmonisasi

3. Persentase (%) jumlah sistem

perbendaharaan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan stakeholders

4. Persentase (%) jumlah

penyuluh perbendaharaan yang lulus ujian sertifikasi rekomendasi perbaikan sistem perbendaharan yang

ditindaklanjuti

(18)

F. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1.

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

1. Persentase pejabat yang telah

memenuhi standar kompetensi jabatannya

2. Persentase penyelesaian

modernisasi organisasi

3. Persentase penyerapan DIPA

(non belanja pegawai)

Jumlah dan persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

G. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Perumusan Kebijakan,

Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi di Bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Persentase Perda PDRD yang Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

Jumlah dan persentase peserta Sosialisasi

Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) – Perkotaan dan Perdesaan menurut jenis kelamin dan profesi

H. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya DJPU

1. Rasio beban kerja unit yang

efisien

2. Persentase pejabat yang

memenuhi standar kompetensi jabatannya

3. Persentase ketepatan waktu

rekonsiliasi keuangan dan BMN

4. Persentase pengembangan

database utang yang terintegrasi

Jumlah dan persentase data pejabat yang terpilah menurut jenis kelamin, golongan, eselon dan jabatan

I. Inspektorat Jenderal

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Pelaksanaan Audit

Investigasi dan Edukasi Anti KKN

Persentase investigasi yang terbukti

(19)

kasus

J. Badan Kebijakan Fiskal

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya BKF

1. Tingkat kepuasan pegawai

2. Persentase user access per laporan/kajian yang

dipublikasikan dalam web BKF

3. Persentase publikasi humas

yang disampaikan tepat waktu

Jumlah dan persentase data pegawai yang terpilah menurut jenis kelamin, golongan, eselon dan jabatan

K. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

No Program/Kegiatan Indikator Kinerja Terpilih Indikator Terpilah

1. Pendidikan dan

Pelatihan Aparatur Keuangan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

1. Jumlah dan persentase

pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya menurut jenis kelamin

2. Jumlah dan persentase

lulusan diklat

Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

2. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan diklat kepemimpinan dan manajemen serta pendidikan pascasarjana bagi Pegawai

Departemen Keuangan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

Jumlah dan persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

3. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan diklat teknis dan

fungsional di bidang ang garan dan

perbendaharaan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

(20)

4. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan

fungsional di bidang perpajakan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

Jumlah dan persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan bidang

perpajakan dengan predikat minimal Baik

5. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan diklat teknis dan

fungsional di bidang kepabeanan dan cukai

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

Jumlah dan persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan kepabeanan dan cukai dengan predikat minimal Baik

6. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan diklat teknis dan

fungsional di bidang kekayaan negara dan perimbangan keuangan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal baik

Jumlah dan persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan bidang kekayaan negara dan perimbangan keuangan dengan predikat minimal Baik

7. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan diklat teknis dan

fungsional di bidang selain anggaran, perbendaharaan, perpajakan, kepabeanan, cukai, kekayaan negara dan perimbangan keuangan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

Jumlah dan persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan bidang selain anggaran, perbendaharaan, perpajakan, kepabeanan, cukai, kekayaan negara dan perimbangan keuangan dengan predikat minimal Baik

8. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan keuangan negara di daerah

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

Jumlah dan persentase lulusan diklat keuangan di daerah dengan predikat minimal Baik

9. Pengembangan SDM

melalui penyelenggaraan pendidikan program Diploma Keuangan

1. Persentase program diklat yang

berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

2. Persentase jam pelatihan

(21)

terhadap jam kerja pegawai Kementerian Keuangan

3. Persentase lulusan diklat Kementerian Keuangan dengan predikat minimal Baik

Baik

Agar mudah dihitung dan dipahami, kelompok data/indikator terpilah di atas perlu dijabarkan lagi menjadi data terpilah yang lebih sederhana. Berikut adalah daftar tabel yang dapat dijabarkan dari matriks di atas dan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data terpilah pelaku pembangunan khusus dan pemanfaat pembangunan. Secara rinci daftar jenis data terpilah per satuan kerja setingkat eselon I adalah sebagai berikut:

KELOMPOK 1: DATA TERPILAH PELAKU PEMBANGUNAN KHUSUS

a. DirektoratJenderal Kekayaan Negara

1. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan Anggota Tim Layanan Informasi menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun...

2. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan Anggota Panitia Lelang menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun...

3. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan Anggota Panitia Lelang menurut Jenis Kelamin dan Golongan, Tahun...

b. Direktorat Jenderal Pajak

1. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan dalam Kegiatan Pengumpulan Data tentang Kepercayaan Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun... 2. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan dalam Kegiatan Sensus Pajak

menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun ...

3. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan dalam Kegiatan Sensus Pajak menurut Jenis Kelamin dan Golongan, Tahun ...

c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

1. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan sebagai Asisten Pengawas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun...

2. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan sebagai Asisten Pengawas dalam Operasi yang Menghasilkan Penindakan Barang Larangan dan Pembatasan menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun...

3. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan dalam Kegiatan Pengumpulan Data tentang Kepuasan Pelanggan menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun ....

d. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

(22)

2. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan Sebagai Pengajar/Tutor menurut Jenis Diklat Teknis Keuangan dan Jenis Kelamin, Tahun....

3. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan Sebagai Pengajar/Tutor menurut Jenis Diklat Administrasi dan Jenis Kelamin, Tahun....

4. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan Sebagai Pengajar/Dosen STAN menurut Program/Jurusan dan Jenis Kelamin, Tahun....

e. Direktorat Jenderal Bea cukai

1. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan dalam Kegiatan Investigasi yang Terbukti menurut Jenis Kelamin, Tahun ....

KELOMPOK 2: DATA TERPILAH DAN PEMANFAAT PEMBANGUNAN a. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

1. Jumlah dan Persentase Pengguna Layanan Informasi menurut Jenis Kelamin, Tahun... 2. Jumlah dan Persentase Pengguna Jasa Lelang menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun

...

b. Direktorat Jenderal Pajak

1. Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun.... 2. Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun.... 3. Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur,

Tahun....

4. Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Pekerjaan ,Tahun.... 5. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin dan Indeks Kepercayaan,

Tahun ....

6. Jumlah dan Persentase Peserta Sosialisasi menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun .... 7. Jumlah dan Persentase Wajib Pajak yang Mengajukan Komplain menurut Jenis Kelamin

dan Provinsi, Tahun ....

c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

1. Jumlah dan Persentase Peserta Sosialisasi menurut Jenis Kelamin dan Jenis Sosialisasi (Teknis Kepabeanan, Fasilitas Kepabeanan, Pengelolaan Penerimaan Bea Cukai, Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai, Penyidikan Tindak Kepabeanan dan Bea Cukai) , Tahun ...

2. Jumlah dan Persentase Peserta Pertemuan/Diskusi menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pertemuan/Diskusi (Sosialisasi, Workshop, Asistensi), Tahun

(23)

d. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

1. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Status Tugas Belajar S1/S2/S3 Di Dalam Negeri, Asal Unit Kerja Setingkat Eselon 2 dan Jenis Kelamin, Tahun.... 2. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Keikutsertaan dalam Tugas Belajar S1/S2/S3 Di Luar Negeri, Asal Unit Kerja Setingkat Eselon 2 dan Jenis Kelamin, Tahun....

3. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Teknis menurut Jenis Kelamin, Tahun....

4. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Administrasi menurut Jenis Kelamin, Tahun ....

5. Jumlah dan Persentase SDM Kementerian Keuangan menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Penjenjangan Tk 1/2/3/4 menurut Jenis Kelamin, Tahun....

6. Jumlah dan Persentase Anggota Masyarakat menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Keuangan menurut Jenis Kelamin, Tahun....

7. Jumlah dan Persentase Anggota Masyarakat menurut Kelulusan/Peringkat dalam Berbagai Jenis Diklat Keuangan dan Jenis Kelamin, Tahun....

8. Jumlah dan Persentase Calon Mahasiswa STAN menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Asal, Tahun ....

9. Jumlah dan Persentase Calon Mahasiswa STAN yang Diterima menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Asal, Tahun ....

10. Jumlah dan Persentase Calon Mahasiswa STAN yang Mendaftar menurut Jenis Kelamin dan Program/Jurusan, Tahun ....

11. Jumlah dan Persentase Mahasiswa STAN menurut Kelulusan/Peringkat dan Jenis Kelamin dan Program/Jurusan, Tahun ...

12. Jumlah dan Persentase Calon Mahasiswa STAN yang Mendaftar menurut Jenis Kelamin dan Program/Jurusan, Tahun ....

13. Jumlah dan Persentase Mahasiswa STAN yang Diterima menurut Jenis Kelamin pada Tiga Tahun Terakhir (Tahun ..., ..., dan ... )

14. Jumlah dan Persentase Mahasiswa STAN menurut Kelulusan/Peringkat dan Jenis Kelamin pada Tiga Tahun Terakhir (Tahun ..., ..., dan ... )

e. Inspektorat Jenderal

1. Jumlah dan Persentase Obyek Investigasi Kasus yang Terbukti menurut Jenis Kelamin, dan Jenis Kasus, Tahun....

2. Jumlah dan Persentase Obyek Investigasi Kasus yang Terbukti menurut Jenis Kelamin, dan Jabatan/ Eselon, Tahun....

(24)

f. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

(25)

BAB V

Penyajian Data Terpilah

Buku panduan ini merupakan langkah dasar disusunnya buku laporan tentang data terpilah di bidang pembangunan keuangan. Buku laporan tersebut berisi fakta tentang kesetaraan dan keadilan gender di bidang pembangunan keuangan. Oleh karena itu, terdapat kesenjangan gender di suatu segmen pembangunan keuangan, kesenjangan tersebut akan disajkan baik berupa data kuantitatif dalam bentu tabel-tabel, data kualitatif berupa uraian atau narasi, maupun dalam bentuk sajian gambar agar lebih menarik dan dimengerti oleh pembaca.

1.

Penyajian Data Terpilah Dalam Bentuk Tabel

Penyajian tabel sangat bermanfaat untuk menggambarkan ada tidaknya kesenjangan gender. Kesenjangan ini dapat digambarkan sebagai perbedaan keterwakilan laki-laki dan perempuan atau perbedaan peran yang mutually exclusive atau digambarkan sebagai perbedaan tingkat atau angka partisipasi relatif.

a. Komposisi keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengkonversikan jumlah laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam kegiatan tersebut dengan 100 persen atau dengan kata lain, menghitung masing-masing persentase laki-laki atau perempuan yang terlibat terhadap jumlah laki-laki dan perempuan tersebut.

b. Tingkat atau angka partisipasi relatif yaitu perbandingan partisipasi dalam suatu kegiatan antara laki-laki dan perempuan secara relatif di antara kelompoknya masing-masing. Ini dilakukan dengan mengkonversikan jumlah tiap kelompok laki-laki atau perempuan dengan 100 persen.

2.

Penyajian Data Terpilah Dalam Bentuk Narasi

Penyajian data dalam bentuk narasi atau uraian ringkas dalam buku data terpilah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada pembaca tentang cara membaca tabel, arti data yang mungkin dapat menggambarkan isu gender, dan sepanjang memungkinkan mencari faktor-faktor yang terkait isu tersebut.

3.

Penyajian Data Terpilah Dalam Bentuk Gambar

(26)

BAB VI

Penutup

Mengingat bahwa Kementerian Keuangan membawahi organisasi satuan kerja yang luas dan besar baik di pusat maupun di daerah, peran buku panduan ini menjadi sangat penting. Dengan mengacu pada buku paduan ini, masing-masing satuan kerja di pusat dan di daerah akan mempunyai pemahaman yang sama terhadap data terpilah yang akan disusun. Tanpa menggunakan konsep dan definisi operasional yang sama, data terpilah tidak akan dapat digabungkan atau diperbandingkan.

Walaupun jenis data pelaku pembangunan secara umum tidak banyak berubah, dokumen ini perlu dimodifikasi setiap tahun. Modifikasinya disesuaikan dengan rencana kerja kementerian, sehingga jika ada perubahan kebijakan dan program/kegiatan pembangunan keuangan, jenis data terpilah pelaku pembangunan yang khusus serta jenis data terpilah pemanfaat pembangunan dapat disesuaikan.

(27)

Lampiran

TABEL 2 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2 dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No.

Satuan Kerja Setingkat

Eselon 2

Komposisi Angka Partisipasi

Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A NlkA (...%) NpA (...%) NlkA+NpA (100%) NlkA/ (NlkA+NpA) NpA/ (NlkA+NpA) (NlkA+NpA)/ (NlkA+NpA)= (100%)

2. Satuan Kerja B NlkB (...%) NpB (...%) NlkB+NpB (100%) NlkB/ (NlkB+NpB) NpB/ (NlkB+NpB) (NlkB+NpB)/ (NlkB+NpB)= (100%)

3. Satuan Kerja C NlkC (...%) NpC (...%) NlkC+NpC (100%) NlkC/ (NlkC+NpC) NpC/ (NlkC+NpC) (NlkC+NpC)/ (NlkC+NpC)= (100%)

4. Satuan Kerja D NlkD (...%) NpD (...%) NlkD+NpD (100%) NlkD/ (NlkD+NpD) NpD/ (NlkD+NpD) (NlkD+NpD)/ (NlkD+NpD)= (100%) 5. Dst. Satuan Kerja E NlkE (...%) NpE (...%) NlkE+NpE (100%) NlkE/ (NlkE+NpE) NpE/ (NlkE+NpE) (NlkD+NpD)/ (NlkD+NpD)= (100%) (Jumlah) Irjen/Setjen/Ditjen Nlkj (...%) Npj

(...%) (100%) (100%) (100%) (100%)

Ket : Nlki = jumlah pegawai laki-laki satuan kerja i, Npi = jumlah pegawai perempuan satuan kerja i

Tabel I A 1 adalah contoh bentuk tabel eselon II yang dapat menggambarkan tingkat atau angka partisipasi per masing-masing jenis kelamin dalam berbagai satuan kerja atau kegiatan. Indikator ini telah dipakai untuk berbagai upaya memantau partisipasi laki-laki atau perempuan di berbagai bidang.

Contoh interpretasi/narasi pada Tabel I A 1:

(28)

TABEL 3 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Status (struktural/fungsional) dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No. Satuan Kerja Setingkat Eselon 2/ Status

Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Pejabat struktural ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%) ... ... ...

Pejabat fungsional tertentu

(...%) (...%) (100%)

Pejabat fungsional umum

(...%) (...%) (100%)

Sub-jumlah

(...%) (...%) (100%) 100% 100% 100%

2. Satuan Kerja B

Pejabat struktural (100%)

Pejabat fungsional tertentu (100%)

Pejabat fungsional umum (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

3. Satuan Kerja C

Pejabat struktural (100%)

Pejabat fungsional tertentu (100%)

Pejabat fungsional umum (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

4. Satuan Kerja D

Pejabat struktural (100%)

Pejabat fungsional tertentu (100%)

Pejabat fungsional umum (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

5.

dst...

Satuan Kerja E

Pejabat struktural (100%)

Pejabat fungsional tertentu (100%)

Pejabat fungsional umum (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

Irjen/Setjen/Ditjen

Pejabat struktural (100%)

Pejabat fungsional (100%)

Pejabat fungsional umum (100%)

(29)

TABEL 4 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Eselon dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No. Satuan Kerja Setingkat Eselon 2/ Eselon

Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Eselon 1 ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%)

... ... ...

Eselon 2 ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%)

Eselon 3

(...%) (...%) (100%)

Eselon 4

(...%) (...%) (100%)

Non-eselon

(...%) (...%) (100%)

Sub-jumlah

(...%) (...%) (100%) 100% 100% 100%

2. Satuan Kerja B

Eselon 1 (100%)

Eselon 2 (100%)

Eselon 3 (100%)

Eselon 4 (100%)

Non-eselon (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

3.

dst...

Satuan Kerja C

Eselon 1 (100%)

Eselon 2 (100%)

Eselon 3 (100%)

Eselon 4 (100%)

Non-eselon (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

Irjen/Setjen/Ditjen

Eselon 1 (100%)

Eselon 2 (100%)

Eselon 3 (100%)

Eselon 4 (100%)

Non-eselon (100%)

(30)

TABEL 5 Jumlah dan Persentase SDM Kemenkeu menurut Eselon 2, Jabatan Fungsional Tertentu dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No.

Satuan Kerja Setingkat Eselon 2/ Jabatan Fungsional

Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Jabatan Fungsional A 100%

Jabatan Fungsional B 100%

Jabatan Fungsional C 100%

Jabatan Fungsional D 100%

Sub-jumlah 100%

2. Satuan Kerja B 100%

Jabatan Fungsional A

Jabatan Fungsional B 100%

Jabatan Fungsional C 100%

Jabatan Fungsional D 100%

Sub-jumlah 100%

3. Satuan Kerja C 100%

Jabatan Fungsional A 100%

Jabatan Fungsional B

Jabatan Fungsional C 100%

Jabatan Fungsional D 100%

Sub-jumlah 100%

4. Satuan Kerja D 100%

Jabatan Fungsional A 100%

Jabatan Fungsional B 100%

Jabatan Fungsional C

Jabatan Fungsional D 100%

Sub-jumlah 100%

5.

dst...

Satuan Kerja E 100%

Jabatan Fungsional A 100%

Jabatan Fungsional B 100%

Jabatan Fungsional C 100%

Jabatan Fungsional D

Sub-jumlah 100%

Irjen/Setjen/Ditjen 100%

Jabatan Fungsional A 100%

Jabatan Fungsional B 100%

Jabatan Fungsional C 100%

Jabatan Fungsional D 100%

(31)

TABEL 6 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No.

Satuan Kerja Setingkat Eselon 2/ Golongan

Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Golongan IV ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%) ... ... ...

Golongan III ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%)

Golongan II

(...%) (...%) (100%)

Golongan I

(...%) (...%) (100%)

Sub-jumlah

(...%) (...%) (100%) 100% 100% 100%

2. Satuan Kerja B

Golongan IV (100%)

Golongan III (100%)

Golongan II (100%)

Golongan I (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

3. Satuan Kerja C

Golongan IV (100%)

Golongan III (100%)

Golongan II (100%)

Golongan I (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

4.

dst....

.

Satuan Kerja D

Golongan IV (100%)

Golongan III (100%)

Golongan II (100%)

Golongan I (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

Irjen/Setjen/Ditjen

Golongan IV (100%)

Golongan III (100%)

Golongan II (100%)

Golongan I (100%)

(32)

TABEL 7 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No.

Satuan Kerja Setingkat Eselon 2/ Pendidikan

Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

S3 ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%) ... ... ...

S2 ...

(...%)

...

(...%)

...

(100%)

S1/D4

(...%) (...%) (100%)

Diploma 1, 2, 3

(...%) (...%) (100%)

SMK/SMU dan kurang

(...%) (...%) (100%)

Sub-jumlah

(...%) (...%) (100%) 100% 100% 100%

2. Satuan Kerja B

S3 (100%)

S2 (100%)

S1 (100%)

Diploma (100%)

SMK/SMU dan kurang (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

3.

dst....

.

Satuan Kerja C

S3 (100%)

S2 (100%)

S1 (100%)

Diploma (100%)

SMK/SMU dan kurang (100%)

Sub-jumlah (100%) 100% 100% 100%

Irjen/Setjen/Ditjen

S3 (100%)

S2 (100%)

S1 (100%)

Diploma (100%)

SMK/SMU dan kurang (100%)

(33)

TABEL 8 Jumlah dan Persentase SDM menurut Wilayah Kerja (Provinsi) dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No. Provinsi Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1.

2. (100%)

3. (100%)

4. (100%)

5. (100%)

6. (100%)

7. (100%)

8. (100%)

9. (100%)

10. (100%)

11. (100%)

12. (100%)

13. (100%)

14. (100%)

15. (100%)

16. (100%)

17. (100%)

18. (100%)

19. (100%)

20. (100%)

21. (100%)

22. (100%)

23. (100%)

24. (100%)

24. (100%)

25. (100%)

26. (100%)

27. (100%)

28. (100%)

29. (100%)

30. (100%)

31. (100%)

32. (100%)

(34)

TABEL 9 Jumlah dan Persentase SDM yang Baru Diterima menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin pada Tiga Tahun Terakhir (Tahun XXX1 XXX2 dan XXX3)

No.

Tahun Perekrutan/ Pendidikan yang

Ditamatkan

Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

1. Tahun 2011

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Sub Jumlah 100%

2. Tahun 2010

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Sub Jumlah 100%

3. Tahun 2009

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Sub Jumlah 100%

dst

Jumlah 100%

TABEL 10 Jumlah dan Persentase SDM Anggota Tim Layanan Informasi menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun XXXX

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

(35)

TABEL 11 Jumlah dan Persentase SDM Anggota Panitia Lelang menurut Jenis Kelamin, Tahun XXXX (DJKN)

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Jumlah 100%

TABEL 12 Jumlah dan Persentase SDM Anggota Panitia Lelang menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan, Tahun XXXX (DJKN)

No. Golongan

kepangkatan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Golongan IV 100%

Golongan III 100%

Golongan II atau

kurang

100%

Jumlah 100%

TABEL 13 Jumlah dan Persentase SDM dalam Kegiatan Pengumpulan Data tentang Kepercayaan Pelanggan menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun XXXX (DJKN)

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Jumlah 100%

TABEL 14 Jumlah dan Persentase SDM dalam Kegiatan Sensus Pajak menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun XXX (DJP)

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

(36)

TABEL 15 Jumlah dan Persentase SDM dalam Kegiatan Sensus Pajak menurut Jenis Kelamin dan Golongan, Tahun XXXX (DJP)

No. Golongan

kepangkatan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Golongan IV 100%

Golongan III 100%

≤ Golongan II 100%

Jumlah 100%

TABEL 16 Jumlah dan Persentase SDM sebagai Asisten Pengawas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun XXXX (DJBC)

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Jumlah 100%

TABEL 17 Jumlah dan Persentase SDM sebagai Asisten Pengawas dalam Operasi yang Menghasilkan Penindakan Barang Larangan dan Pembatasan menurut Jenis Kelamin dan

Pendidikan, Tahun XXXX (DJBC)

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Jumlah 100%

TABEL 18 Jumlah dan Persentase SDM dalam Kegiatan Pengumpulan Data tentang Kepuasan Pelanggan menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun XXXX

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Jumlah 100%

(37)

TABEL 19 Jumlah dan Persentase SDM Sebagai Pengajar/Tutor menurut Jenis Diklat Penjenjangan Tingkat 1/2/3 dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX (BPPK)

No. Diklat Penjejangan Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Tingkat 1 100%

Tingkat 2 100%

Tingkat 3 100%

Jumlah 100%

TABEL 20 Jumlah dan Persentase SDM Sebagai Pengajar/Tutor menurut Jenis Diklat Teknis Keuangan dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX (BPPK)

No. Diklat Teknis

Keuangan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Jenis 1 100%

Jenis 2 100%

Jenis 3 100%

dst 100%

Jumlah 100%

TABEL 21 Jumlah dan Persentase SDM Sebagai Pengajar/Tutor menurut Jenis Diklat Administrasi dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX (BPPK)

No. Diklat Administrasi Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Jenis 1 100%

Jenis 2 100%

Jenis 3 100%

dst 100%

Jumlah 100%

TABEL 22 Jumlah dan Persentase SDM Sebagai Pengajar/Dosen STAN menurut Program/Jurusan dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX (BPPK)

No. Program/Jurusan Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Program A 100%

Program B 100%

Program C 100%

dst 100%

(38)

TABEL 23 Jumlah dan Persentase SDM dalam Kegiatan Investigasi yang Terbukti menurut Jenis Kelamin, Tahun XXXX (ITJEN)

No. Jenis Kegiatan Investigasi yang Terbukti

Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Kegiatan 1 100%

Kegiatan 2 100%

Kegiatan 3 100%

dst 100%

Jumlah 100%

TABEL 24 Jumlah dan Persentase Pengguna Layanan Informasi menurut Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No. Jenis Kegiatan

Layanan Informasi Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Jenis Informasi 1 100%

Jenis Informasi 2 100%

Jenis Informasi 3 100%

dst 100%

Jumlah 100%

TABEL 25 Jumlah dan Persentase Pengguna Jasa Lelang menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun XXXX (DJKN)

No. Jenis Jasa Lelang Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Jenis Jasa Lelang 1 100%

Jenis Jasa Lelang 2 100%

Jenis Jasa Lelang 3 100%

dst 100%

(39)

TABEL 26 Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun XXXX (DJP)

No. Provinsi Komposisi Angka Partisipasi

Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1.

2. (100%)

3. (100%)

4. (100%)

5. (100%)

6. (100%)

7. (100%)

8. (100%)

9. (100%)

10. (100%)

11. (100%)

12. (100%)

13. (100%)

14. (100%)

15. (100%)

16. (100%)

17. (100%)

18. (100%)

19. (100%)

20. (100%)

21. (100%)

22. (100%)

23. (100%)

24. (100%)

24. (100%)

25. (100%)

26. (100%)

27. (100%)

28. (100%)

29. (100%)

30. (100%)

31. (100%)

32. (100%)

(40)

TABEL 27 Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan, Tahun XXXX (DJP)

No. Pendidikan yang

Ditamatkan Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

S3 100%

S2 100%

D4/S1 100%

D1-D3 100%

SLTA atau kurang 100%

Jumlah 100%

TABEL 28 Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tahun XXXX (DJP)

No. Kelompok Umur Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

Kurang dari 20 Tahun 100%

21-29 Tahun 100%

30-39 tahun 100%

40-49 Tahun 100%

50-59 Tahun 100%

60-69 Tahun 100%

70 Tahun ke Atas 100%

Jumlah 100%

TABEL 29 Jumlah dan Persentase Wajib Pajak menurut Jenis Kelamin dan Pekerjaan (=Profesi?), Tahun XXXX (DJP)

No. Jenis

Pekerjaan/Profesi Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

? 100%

? 100%

? 100%

? 100%

Jumlah 100%

TABEL 30 Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin dan Indeks Kepercayaan, Tahun XXX

No. Indeks Kepercayaan Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

? 100%

? 100%

? 100%

? 100%

(41)

TABEL 31 Jumlah dan Persentase Peserta Sosialisasi menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun XXXX (ROCANKEU)

No. Provinsi Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1.

2. (100%)

3. (100%)

4. (100%)

5. (100%)

6. (100%)

7. (100%)

8. (100%)

9. (100%)

10. (100%)

11. (100%)

12. (100%)

13. (100%)

14. (100%)

15. (100%)

16. (100%)

17. (100%)

18. (100%)

19. (100%)

20. (100%)

21. (100%)

22. (100%)

23. (100%)

24. (100%)

24. (100%)

25. (100%)

26. (100%)

27. (100%)

28. (100%)

29. (100%)

30. (100%)

31. (100%)

32. (100%)

(42)

TABEL 32 Jumlah dan Persentase WP yang Mengajukan Komplain menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun XXXX (DJP)

No. Provinsi Komposisi Angka Partisipasi Lk Pr Lk+Pr Lk Pr Lk+Pr

1.

2. (100%)

3. (100%)

4. (100%)

5. (100%)

6. (100%)

7. (100%)

8. (100%)

9. (100%)

10. (100%)

11. (100%)

12. (100%)

13. (100%)

14. (100%)

15. (100%)

16. (100%)

17. (100%)

18. (100%)

19. (100%)

20. (100%)

21. (100%)

22. (100%)

23. (100%)

24. (100%)

24. (100%)

25. (100%)

26. (100%)

27. (100%)

28. (100%)

29. (100%)

30. (100%)

31. (100%)

32. (100%)

(43)

TABEL 33 Jumlah dan Persentase Peserta Sosialisasi menurut Jenis Kelamin dan Jenis Sosialisasi (Teknis Kepabeanan, Fasilitas Kepabeanan, Pengelolaan Penerimaan Bea Cukai, Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai, Penyidikan Tindak Kepabeanan dan Bea Cukai) ,

Tahun XXXX

No. Jenis Sosialisasi Lk Pr Lk+Pr Komposisi Lk Pr Lk+Pr

1. Teknis Kepabeanan 100%

2. Fasilitas Kepabeanan 100%

3. Pengelolaan Penerimaan

Bea Cukai 100%

4. Penyelenggaraan

Kepabeanan dan Cukai 100%

5.

Penyidikan Tindak

Kepabeanan dan Bea

Cukai)

100%

Jumlah 100%

TABEL 34 Jumlah dan Persentase Peserta Pertemuan/Diskusi menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pertemuan/Diskusi (Sosialisasi, Workshop, Asistensi), Tahun XXXX

No. Jenis Pertemuan Lk Pr Lk+Pr Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

1. Sosialisasi 100%

2. Workshop 100%

3. Asistensi 100%

4. Dst.... 100%

Jumlah 100%

TABEL 35 Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin dan Indeks Kepuasan Pengguna Jasa, Tahun XXXX

No. Indeks Kepuasan

Pengguna Jasa Lk Pr Lk+Pr

Komposisi

Lk Pr Lk+Pr

? 100%

? 100%

? 100%

? 100%

? 100%

(44)

TABEL 36 Jumlah dan Persentase SDM menurut Status Tugas Belajar S1/S2/S3 Di Dalam Negeri, Asal Eselon 2, dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX (BPPK)

No. Nama Eselon 2/ Jenis

Tugas Belajar Lk Pr Lk+Pr

Komposisi Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1 100%

Sub Jumlah 100%

2. Satuan Kerja B

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub Jumlah 100%

3. Satuan Kerja C

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub Jumlah 100%

4. Satuan Kerja D

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub-jumlah 100%

5. dst Satuan Kerja E

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub-jumlah 100%

Irjen/Setjen/Ditjen

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

(45)

TABEL 37 Jumlah dan Persentase SDM menurut Keikutsertaan dalam Tugas Belajar S1/S2/S3 Di Luar Negeri, Asal Eselon 2 dan Jenis Kelamin, Tahun XXXX (BPPK/SDM)

No.

Satuan Kerja Setingkat Eselon 2/ Jenis Tugas Belajar

Lk Pr Lk+Pr Komposisi Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub Jumlah 100%

2. Satuan Kerja B

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub Jumlah 100%

3. Satuan Kerja C

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub Jumlah 100%

4. Satuan Kerja D

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub-jumlah 100%

5. dst Satuan Kerja E

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

Sub-jumlah 100%

Irjen/Setjen/Ditjen

Pendidikan S3 100%

Pendidikan S 2 100%

Pendidikan S1/D 100%

(46)

TABEL 38 Jumlah dan Persentase SDM menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Teknis menurut Asal Eselon 2

No. Nama Eselon II/ Jenis

Diklat Lk Pr Lk+Pr

Komposisi Lk Pr Lk+Pr

1. Nama Eselon II A

Diklat Teknis 1 100%

Diklat Teknis 2 100%

Diklat Teknis 3 100%

Sub Jumlah 100%

2. Nama Eselon II B

Diklat Teknis 1 100%

Diklat Teknis 2 100%

Diklat Teknis 3 100%

Sub Jumlah 100%

3. Nama Eselon II C

Diklat Teknis 1 100%

Diklat Teknis 2 100%

Diklat Teknis 3 100%

Sub Jumlah 100%

4. Nama Eselon II D

Diklat Teknis 1 100%

Diklat Teknis 2 100%

Diklat Teknis 3 100%

Sub-jumlah 100%

5.

....dst

Nama Eselon II E

Diklat Teknis 1 100%

Diklat Teknis 2 100%

Diklat Teknis 3 100%

Sub-jumlah 100%

Irjen/Setjen

Diklat Teknis 1 100%

Diklat Teknis 2 100%

Diklat Teknis 3 100%

(47)

TABEL 39 Jumlah dan Persentase SDM menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Administrasi menurut Jenis Kelamin, Tahun XXXX (SDM)

No. Satuan Kerja/ Jenis

Diklat Lk Pr Lk+Pr

Komposisi Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Diklat Administrasi 1 100%

Diklat Administrasi 2 100%

Diklat Administrasi 3 100%

Sub Jumlah 100%

2. Satuan Kerja B

Diklat Administrasi 1 100%

Diklat Administrasi 2 100%

Diklat Administrasi 3 100%

Sub Jumlah 100%

3. Satuan Kerja C

Diklat Administrasi 1 100%

Diklat Administrasi 2 100%

Diklat Administrasi 3 100%

Sub Jumlah 100%

4. Satuan Kerja D

Diklat Administrasi 1 100%

Diklat Administrasi 2 100%

Diklat Administrasi 3 100%

Sub-jumlah 100%

5.

....dst

Satuan Kerja E

Diklat Administrasi 1 100%

Diklat Administrasi 2 100%

Diklat Administrasi 3 100%

Sub-jumlah 100%

Irjen/Setjen/Dijen

Diklat Administrasi 1 100%

Diklat Administrasi 2 100%

Diklat Administrasi 3 100%

(48)

TABEL 40 Jumlah dan Persentase SDM menurut Keikutsertaan dalam Berbagai Jenis Diklat Penjenjangan Tingkat 1/2/3/4 menurut Jenis Kelamin, Tahun XXXX

No. Satuan Kerja/ Jenis Diklat

Lk Pr Lk+Pr Komposisi Lk Pr Lk+Pr

1. Satuan Kerja A

Penjenjangan Tk 4 100%

Penjenjangan Tk 3 100%

Penjenjangan Tk 2 100%

Penjenjangan Tk 1 100%

Sub Jumlah 100%

2. Satuan Kerja B

Penjenjangan Tk 4 100%

Penjenjangan Tk 3 100%

Penjenjangan Tk 2 100%

Penjenjangan Tk 1 100%

Sub Jumlah 100%

3. Satuan Kerja C

Penjenjangan Tk 4 100%

Penjenjangan Tk 3 100%

Penjenjangan Tk 2 100%

Penjenjangan Tk 1 100%

Sub Jumlah 100%

4. Satuan Kerja D

Penjenjangan Tk 4 100%

Penjenjangan Tk 3 100%

Penjenjangan Tk 2 100%

Penjenjangan Tk 1 100%

Sub-jumlah 100%

Irjen/Setjen/Dijen

Gambar

TABEL 5 Jumlah dan Persentase SDM Kemenkeu menurut Eselon 2, Jabatan Fungsional Tertentu dan Jenis Kelamin,  Tahun XXXX
TABEL 6 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin,  Tahun XXXX
TABEL 7 Jumlah dan Persentase SDM menurut Eselon 2, Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin,  Tahun XXXX
TABEL 8 Jumlah dan Persentase SDM menurut Wilayah Kerja (Provinsi)  dan Jenis Kelamin,  Tahun XXXX
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan apabila kita membuat variabel dengan ‘tipe data’, maka variabel tersebut hanya boleh diisi dengan nilai yang sesuai dengan tipe data yang diberikan... \nUmur :$umur

Menurut Sugiyono dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Bisnis” 2003:11 bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,