• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU JAWABAN TUGAS (UNIVERSITAS TERBUKA)

N/A
N/A
keranjang tik

Academic year: 2023

Membagikan "BUKU JAWABAN TUGAS (UNIVERSITAS TERBUKA)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU JAWABAN TUGAS TUGAS 3

Nama Mahasiswa : JULIO REYNALDI EKA PRATAMA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042269688

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU 4335

Kode/Nama UPBJJ : 77/UPBJJ UT DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA

(2)

1. Jelaskan ruang lingkup dan dasar hukum peralihan hak atas tanah!

Peralihan hak atas tanah merujuk pada proses atau peristiwa hukum yang menyebabkan hak atas tanah berpindah dari satu pihak ke pihak lain. Ruang lingkup peralihan hak atas tanah mencakup berbagai transaksi atau kejadian hukum yang dapat mengubah kepemilikan atau hak-hak tertentu terkait tanah. Dasar hukum peralihan hak atas tanah dapat berbeda-beda di setiap negara, namun umumnya mencakup prinsip-prinsip berikut:

A. Jual Beli (Alih Hak):

Peralihan hak atas tanah seringkali terjadi melalui transaksi jual beli. Pada transaksi ini, pemilik tanah (penjual) sepakat untuk mentransfer hak kepemilikan kepada pembeli dalam pertukaran atas pembayaran tertentu.

B. Warisan (Pewarisan):

Hak atas tanah dapat berpindah secara otomatis melalui hukum warisan ketika pemilik tanah meninggal dunia. Peralihan ini terjadi berdasarkan hukum waris dan pembagian harta warisan.

C. Pemberian (Hibah):

Peralihan hak atas tanah dapat terjadi melalui pemberian, di mana pemilik tanah secara sukarela dan sah memberikan hak kepemilikan kepada pihak lain tanpa pertukaran nilai ekonomi.

D. Lelang (Eksekusi Lelang):

Dalam beberapa kasus, terutama yang terkait dengan penyelesaian utang atau eksekusi lelang, hak atas tanah dapat berpindah melalui proses lelang di mana tanah dilelang kepada pihak tertinggi yang memberikan penawaran tertinggi.

(3)

E. Gadai (Pembebanan Hak Tanggungan):

Peralihan hak atas tanah dapat terjadi melalui gadai atau pembebanan hak tanggungan. Ini terjadi ketika pemilik tanah memberikan hak tanggungan atas tanahnya sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman atau utang.

F. Perjanjian Sewa-menyewa (Kontrak Sewa-menyewa):

Hak atas tanah dapat dialihkan sementara melalui perjanjian sewa-menyewa, di mana pemilik tanah memberikan hak penggunaan tanah kepada pihak lain untuk jangka waktu tertentu.

Dasar hukum peralihan hak atas tanah biasanya diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku di suatu negara. Contohnya, di Indonesia, dasar hukum peralihan hak atas tanah termasuk dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok- Pokok Agraria dan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Adapun di negara lain, peraturan hukum yang mengatur peralihan hak atas tanah mungkin berbeda sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di masing- masing negara.

Adapun penjelasan lebih lanjut tentang konsep dan prinsip-prinsip hukum yang mengatur peralihan hak atas tanah, serta menunjukkan relevansi dasar hukum tersebut dalam konteks tertentu. Sebagai contoh:

A. Konsep Alih Hak Tanah:

Alih hak tanah merupakan suatu proses hukum yang melibatkan transfer hak kepemilikan atau hak-hak tertentu atas tanah dari satu pihak ke pihak lain. Proses ini dapat melibatkan berbagai instrumen hukum seperti akta jual beli, akta waris, akta hibah, dan lain sebagainya.

(4)

B. Peran Dasar Hukum:

Dasar hukum peralihan hak atas tanah menjadi landasan yang memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang terlibat. Dasar hukum ini mencakup prinsip-prinsip legalitas, kebebasan berkontrak, serta hak dan kewajiban yang melekat pada setiap transaksi.

C. Relevansi UU Agraria dan UU Perjanjian Pengikatan Jual Beli di Indonesia:

UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria dan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Perjanjian Pengikatan Jual Beli memiliki peran penting dalam mengatur peralihan hak atas tanah di Indonesia. Kedua undang-undang tersebut memberikan ketentuan-ketentuan yang mengatur jenis-jenis peralihan hak, persyaratan sahnya, dan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat.

D. Konteks Penegakan Hukum dan Sanksi:

Dalam konteks penegakan hukum terkait peralihan hak atas tanah, penting untuk menyoroti bagaimana aturan-aturan tersebut memberikan landasan bagi penegakan hukum dan sanksi terhadap pelanggaran. Ini mencakup penerapan sanksi administratif, pidana, atau lainnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

E. Dampak Peralihan Hak atas Tanah:

Pernyataan dapat menekankan dampak dari peralihan hak atas tanah terhadap pemilik tanah, pihak yang memperoleh hak, dan masyarakat luas. Peralihan hak dapat memengaruhi tata ruang, pemakaian lahan, dan aspek-aspek lainnya yang relevan.

(5)

2. Jelaskan kebijakan-kebijakan penggunaan tanah!

Kebijakan penggunaan tanah merujuk pada seperangkat aturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga terkait untuk mengatur cara tanah dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam suatu wilayah. Kebijakan-kebijakan ini biasanya dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan, pemerataan pemanfaatan lahan, dan kepentingan publik lainnya. Berikut beberapa contoh kebijakan penggunaan tanah:

A. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW):

RTRW adalah dokumen perencanaan yang menetapkan arah kebijakan penggunaan tanah dalam suatu wilayah. Dokumen ini mencakup zonasi untuk berbagai kegiatan, seperti pemukiman, pertanian, industri, dan konservasi, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

B. Izin Pemanfaatan Ruang (IPR):

Pemberian izin pemanfaatan ruang adalah salah satu kebijakan yang menetapkan syarat-syarat dan prosedur untuk memperoleh hak untuk menggunakan suatu lahan sesuai dengan peruntukannya. Pemberian izin ini dapat melibatkan evaluasi dampak lingkungan dan pertimbangan kepentingan masyarakat.

C. Penetapan Kawasan Lindung:

Kebijakan ini mengidentifikasi dan menetapkan kawasan-kawasan tertentu yang memiliki nilai konservasi atau keberlanjutan tinggi. Kawasan lindung ini dapat mencakup hutan, daerah aliran sungai, dan ekosistem lain yang perlu dilindungi.

D. Pembatasan Pemanfaatan Lahan Tertentu:

Kebijakan ini dapat mencakup pembatasan pemanfaatan lahan tertentu untuk tujuan tertentu, seperti larangan membangun di daerah rawan bencana atau melindungi lahan pertanian produktif.

(6)

E. Program Pemukiman Berimbang:

Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan pemukiman yang berimbang antara pemukiman perumahan, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau. Hal ini dapat membantu mencegah pembangunan yang tidak terkendali dan menjaga keseimbangan antara lingkungan dan pembangunan.

F. Rehabilitasi Lahan dan Restorasi Ekosistem:

Kebijakan ini fokus pada upaya memulihkan lahan yang telah terdegradasi atau ekosistem yang rusak, termasuk penghijauan, reforestasi, dan proyek-proyek restorasi lainnya.

G. Pajak Properti dan Incentif Pemanfaatan Lahan:

Pajak properti dapat digunakan sebagai alat kebijakan untuk mendorong pemanfaatan lahan yang sesuai dengan tujuan-tujuan perencanaan. Sebaliknya, dapat diberikan insentif bagi pemanfaatan lahan yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.

H. Pengelolaan Tanah Adat:

Kebijakan ini mengakui hak-hak masyarakat adat terhadap tanah dan sumber daya alam di wilayah mereka. Pengaturan ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan tanah dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan tradisional.

Kebijakan-kebijakan ini bersifat kontekstual dan dapat bervariasi di setiap negara, tergantung pada kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan lingkungan setempat.

Dengan adanya kebijakan penggunaan tanah yang baik, diharapkan dapat menciptakan pemanfaatan lahan yang efisien, berkelanjutan, dan sesuai dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

(7)

Di Indonesia, dasar hukum untuk kebijakan penggunaan tanah dapat ditemukan dalam beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah terkait. Berikut adalah beberapa dasar hukumnya:

A. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang:

Undang-undang ini memberikan dasar hukum untuk penataan ruang di Indonesia.

Di dalamnya termasuk ketentuan-ketentuan terkait tata ruang, perencanaan tata ruang, serta pengelolaan dan pemanfaatan ruang.

B. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum:

Undang-undang ini mengatur proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum, termasuk prinsip-prinsip, tata cara, dan ganti rugi dalam pengadaan tanah.

C. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang:

Peraturan Pemerintah ini merinci pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, termasuk dalam hal perizinan dan tata cara penataan ruang.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Penataan Ruang Pertanian:

Peraturan Pemerintah ini khusus mengatur penataan ruang pertanian, termasuk penggunaan tanah untuk kepentingan pertanian dan perkebunan.

E. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:

Peraturan Pemerintah ini menetapkan kewenangan pemerintah pusat dan daerah terkait pengaturan penggunaan tanah serta tata ruang.

(8)

F. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Prosedur Pelaksanaan Hak Ulayat:

Peraturan ini berkaitan dengan pengaturan dan prosedur pelaksanaan hak ulayat, yang melibatkan tanah adat atau tanah masyarakat.

Dengan merujuk pada undang-undang dan peraturan tersebut, pemerintah, lembaga, dan masyarakat dapat memahami dan mengimplementasikan kebijakan penggunaan tanah sesuai dengan kerangka hukum yang berlaku di Indonesia.

(9)

3. Jelaskan Sistem informasi pertanahan!

Sistem Informasi Pertanahan (SIP) di Indonesia adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menyediakan informasi terkait dengan pendaftaran tanah, kepemilikan tanah, dan segala hal yang terkait dengan aspek pertanahan. Sistem ini berperan penting dalam mendukung kebijakan pertanahan, penataan ruang, dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa aspek yang dapat dijelaskan terkait dengan SIP di Indonesia adalah:

A. Badan Pertanahan Nasional (BPN):

BPN adalah lembaga pemerintah di Indonesia yang memiliki peran utama dalam pengelolaan sistem informasi pertanahan. BPN bertanggung jawab untuk mengembangkan, mengelola, dan menyediakan akses kepada publik terhadap informasi pertanahan.

B. Pendaftaran Tanah Elektronik (e-PT):

Sistem ini memungkinkan proses pendaftaran tanah secara elektronik. e-PT mencakup registrasi tanah, pengelolaan data kepemilikan, dan penyimpanan informasi secara digital untuk memudahkan akses dan pengelolaan data.

C. Sistem Informasi Geografis (SIG) Pertanahan:

Integrasi SIG dalam SIP memungkinkan pemetaan dan pemrosesan informasi pertanahan secara spasial. SIG membantu identifikasi batas lahan, pengelolaan sumber daya tanah, dan analisis berbagai data spasial terkait pertanahan.

D. Penggunaan Teknologi Blockchain:

Beberapa inisiatif menggunakan teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan dan transparansi dalam transaksi pertanahan. Blockchain dapat digunakan untuk menyimpan data kepemilikan tanah, transaksi jual beli tanah, dan informasi lainnya secara terdesentralisasi.

(10)

E. Peta Tanah Digital:

Pembuatan peta tanah digital menjadi bagian integral dari SIP. Peta ini mencakup data tentang jenis tanah, produktivitas, dan informasi lainnya yang relevan untuk pengambilan keputusan pertanahan.

F. Peran Kecamatan dan Desa:

Dalam kerangka sistem informasi pertanahan, kecamatan dan desa juga dapat memiliki peran dalam mengumpulkan dan mengelola informasi tanah di tingkat lokal, yang kemudian dapat diintegrasikan ke dalam sistem nasional.

G. Akses Publik dan Layanan Online:

Peningkatan aksesibilitas informasi pertanahan bagi publik adalah tujuan utama SIP. Sistem ini dapat menyediakan layanan online, memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi tanah, melakukan pendaftaran, dan mengajukan permohonan secara digital.

H. Kemitraan dengan Pihak Swasta:

BPN dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengembangkan dan mengelola sistem informasi pertanahan. Kemitraan ini dapat meningkatkan kapasitas dan efisiensi dalam pengelolaan data pertanahan.

Pengembangan dan pengelolaan SIP di Indonesia terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan untuk meningkatkan transparansi serta efisiensi dalam administrasi pertanahan. Keberhasilan implementasi SIP juga melibatkan dukungan masyarakat, pemangku kepentingan, dan regulasi yang mendukung.

(11)

Referensi :

• BMP ADPU4335

• https://pdb-lawfirm.id/jenis-jenis-peralihan-hak-atas-tanah/

• Baiq Heni, 2016, Akibat Hukum Jual Beli Hak Atas Tanah Yang Belum di Daftarkan, Jurnal IUS Vol IV No.3

• https://media.neliti.com/media/publications/40634-ID-kebijakan- pertanahan-pada-era-otonomi-daerah-di-bidang-hak-guna-usaha- perkebunan.pdf

• https://repository.stpn.ac.id/1443/1/AMIR%20NUGROHO.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Barang/Jasa Pemerintah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 5 Tahun 2Ot2 tentang

Barang/iasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2ors lentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan pengadaan BaranglJasa Pemerintah Nomor s rahun 2or2 tentan-g

Arti lembaga-lembaga negara atau badan-badan pemerintahan yang dimuat peraturan pemerintah ini dan undang-undang nomor 7 tahun 1971 adalah sama dengan arti dari

Dasar hukum pejabat pembuat akta tanah (PPAT) berupa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang tentang Jabatan Notaris dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

Memahami Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa serta Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2016 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN serta merujuk

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun1997 tentang Pendaftaran Tanah Peraturan Menteri Agraria dan

Studi Regulasi Peraturan bangunan setempat, rencana pengembangan wilayah, kebijakan pemerintah untuk perencanaan dan perancangan Palembang International Konvensi Pusat

Dengan mempelajari dan memahami peraturan kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, maka wajib pajak mampu