• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU JAWABAN TUGAS (UNIVERSITAS TERBUKA)

N/A
N/A
keranjang tik

Academic year: 2023

Membagikan "BUKU JAWABAN TUGAS (UNIVERSITAS TERBUKA)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU JAWABAN TUGAS TUGAS 2

Nama Mahasiswa : JULIO REYNALDI EKA PRATAMA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042269688

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4404

Kode/Nama UPBJJ : 77/UPBJJ UT DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA

(2)

1. Judicial review merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin konsistensi politik hukum nasional sebagai aliran dari konstitusi. Jika suatu peraturan perundang-undangan dianggap bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi maka cara memastikan keabsahannya biasanya dilakukan melalui uji materi oleh lembaga yudikatif atau yudisial. Di indonesia terdapat dua lembaga sebagai pelaksana uji materi peraturan perundang- undangan, yaitu Mahkamah Konsitusi dan Mahkamah Agung. Berikan analisis Anda bahwa judicial review bekerja atas dasar peraturan perundang-undangan yang tersusun hierarkis.

Jawab :

Analisis mengenai peran judicial review dalam konteks hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Menjaga Konsistensi Hukum: Prinsip hierarki peraturan perundang- undangan sangat penting dalam menjaga konsistensi hukum di Indonesia.

Dalam sistem hukum yang berlaku, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, seperti undang-undang atau konstitusi, berlaku di atas peraturan yang lebih rendah. Ini menciptakan hierarki hukum yang jelas yang harus diikuti oleh semua badan pemerintahan, termasuk legislator, eksekutif, dan yudikatif.

b) Peran Judicial Review: Judicial review adalah mekanisme penting untuk memastikan bahwa peraturan perundang-undangan tetap sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi, terutama dengan konstitusi. Kehadiran Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas judicial review memberikan jaminan bahwa peraturan yang lebih rendah harus sesuai dengan konstitusi dan peraturan yang lebih tinggi.

c) Kontribusi Mahkamah Konstitusi: Mahkamah Konstitusi memiliki peran penting dalam memastikan keabsahan peraturan perundang-undangan dalam konteks konstitusi. Jika ada peraturan yang dianggap bertentangan dengan konstitusi, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk menguji materi dan memutuskan apakah peraturan tersebut sesuai atau tidak. Ini penting untuk menjaga konsistensi dengan prinsip-prinsip konstitusi yang mendasari negara.

d) Peran Mahkamah Agung: Mahkamah Agung memiliki peran dalam memastikan konsistensi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dengan peraturan yang lebih tinggi, terutama undang-undang. Dalam hal ada ketidaksesuaian atau pertentangan, Mahkamah Agung dapat memutuskan peraturan yang lebih tinggi berlaku.

(3)

e) Menjaga Keadilan dan Kepastian Hukum: Dengan menjalankan peran judicial review, baik Mahkamah Konstitusi maupun Mahkamah Agung membantu menjaga keadilan dan ketertiban hukum. Mereka memastikan bahwa peraturan yang lebih rendah tidak melanggar peraturan yang lebih tinggi, sehingga menjaga integritas dan stabilitas hukum.

Dalam konteks hierarki peraturan perundang-undangan, judicial review berperan sebagai alat penting untuk memastikan konsistensi politik hukum nasional dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan yang lebih tinggi.

Hal ini memberikan kepastian hukum, perlindungan hak-hak warga negara, dan menjaga supremasi konstitusi sebagai aturan tertinggi di negara.

Analisis kami tentang judicial review diatas sesuai atas dasar peraturan perundang- undangan yang tersusun hierarkis di Indonesia yang didukung oleh sejumlah undang-undang dan peraturan yang mengatur hierarki peraturan perundang- undangan serta peran lembaga-lembaga yudikatif dalam melakukan judicial review.

Beberapa undang-undang yang relevan tersebut antara lain:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945): Pasal 24B UUD 1945 mengatur tentang peran Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengujian konstitusionalitas undang-undang. Ini menegaskan pentingnya konstitusi sebagai undang-undang dasar tertinggi di negara.

b) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK): UU MK mengatur pembentukan dan kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam melakukan judicial review terhadap undang-undang. MK berperan sebagai lembaga yang memutuskan apakah suatu undang-undang sesuai dengan UUD 1945 atau tidak.

c) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU Kekuasaan Kehakiman): UU Kekuasaan Kehakiman mengatur peran Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menegakkan hukum, termasuk menentukan keberlakuan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.

d) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU PPUP): UU PPUP mengatur prosedur pembentukan peraturan perundang-undangan dan prinsip hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.

(4)

Semua undang-undang tersebut membentuk dasar hukum yang kuat untuk konsep hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia. Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung memiliki peran penting dalam memastikan bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, seperti konstitusi dan undang-undang. Ini adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga supremasi konstitusi dan konsistensi hukum di negara.

(5)

2. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen, diadakan pembedaan yang tegas antara undang-undang dengan peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang. Dalam pasal 24c ayat (1), “Mahkamah Konsitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang- Undang Dasar 1945,....”. sedangankan dalam Pasal 24A ayat (1),

“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang- undang,...”. berdasarkan ketentuan tersebut jelas dibedakan antara konsep pengujian undang-undang terhadap UUD dengan konsep pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang. Berikan analisis mengapa Perppu tidak merupakan objek pengujian oleh Mahkamah Agung.

Jawab :

Analisis mengenai mengapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tidak merupakan objek pengujian oleh Mahkamah Agung adalah sebagai berikut:

a) Ketentuan Konstitusi yang Jelas: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pasca amandemen secara tegas membedakan antara undang-undang (law) dan peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang (regulation under law). Pasal 24C ayat (1) memberikan wewenang kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945, sedangkan Pasal 24A ayat (1) memberikan wewenang kepada Mahkamah Agung (MA) untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang- undang. Perppu adalah bentuk khusus dari peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, dan hal ini tercermin dalam konsep konstitusi yang mengatur wewenang MK dan MA.

b) Hierarki Hukum yang Jelas: Dalam hierarki hukum Indonesia, undang- undang memiliki derajat yang lebih tinggi daripada peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang. Karena Perppu diterbitkan oleh pemerintah dalam keadaan darurat dan memiliki kekuatan hukum yang setara dengan undang-undang, peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, termasuk Perppu, tunduk pada pengujian oleh MK sesuai dengan Pasal 24C ayat (1). Dengan kata lain, MK memiliki kewenangan eksklusif untuk menguji Perppu terhadap UUD 1945.

(6)

c) Kewenangan Mahkamah Agung: Mahkamah Agung, sebagaimana diatur dalam Pasal 24A ayat (1) UUD 1945, memiliki kewenangan untuk mengadili pada tingkat kasasi dan menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang. Kewenangan ini tidak mencakup pengujian Perppu terhadap UUD 1945 karena Perppu adalah bentuk undang-undang yang tunduk pada pengujian MK. MA bertanggung jawab untuk memastikan konsistensi peraturan perundang-undangan dengan undang-undang, bukan UUD 1945.

Jadi, Perppu tidak menjadi objek pengujian oleh Mahkamah Agung karena kewenangan tersebut secara khusus diberikan kepada Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan konstitusi yang berlaku dan hierarki hukum yang berlaku di Indonesia. Hierarki hukum yang jelas dan peran yang terpisah antara MK dan MA dalam menguji peraturan hukum memastikan tercapainya keseimbangan dan kontrol hukum yang efektif di negara ini.

Analisis di atas diperkuat oleh beberapa faktor dan pertimbangan sebagai berikut:

a) Ketentuan Konstitusi yang Jelas: Analisis didasarkan pada ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pasca amandemen. UUD 1945 secara tegas membedakan antara undang-undang, peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, dan peraturan pemerintah pengganti undang- undang (Perppu). Pasal 24C ayat (1) memberikan wewenang kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945, sedangkan Pasal 24A ayat (1) memberikan wewenang kepada Mahkamah Agung (MA) untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang.

b) Hierarki Hukum yang Jelas: Analisis memperkuat pemahaman tentang hierarki hukum di Indonesia. Undang-undang memiliki derajat yang lebih tinggi daripada peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang.

Karena Perppu merupakan jenis undang-undang, maka pengujian terhadap Perppu terhadap UUD 1945 menjadi wewenang eksklusif MK sesuai dengan Pasal 24C ayat (1).

c) Kewenangan Mahkamah Agung: Analisis mencerminkan kewenangan yang diberikan kepada MA sesuai dengan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945.

Kewenangan MA terkait dengan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, yang mencerminkan peran dan tanggung jawabnya dalam menjaga konsistensi hukum di Indonesia.

(7)

d) Prinsip Supremasi Konstitusi: Analisis menegaskan prinsip supremasi konstitusi di Indonesia. Konsep ini menempatkan UUD 1945 sebagai undang-undang dasar tertinggi yang mengatur kerangka kerja hukum negara, dan MK memiliki peran penting dalam menjaga konsistensi antara peraturan hukum dengan UUD 1945.

Dengan dasar-dasar ini, analisis mengapa Perppu tidak menjadi objek pengujian oleh MA menjadi lebih kuat dan sesuai dengan ketentuan konstitusi yang berlaku di Indonesia. Hierarki hukum yang jelas dan pemisahan kewenangan antara MK dan MA merupakan prinsip-prinsip yang mendasari sistem yudisial di Indonesia dan memberikan landasan hukum yang kuat untuk analisis tersebut.

Referensi :

BMP HKUM 4404

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=10958 https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/268/html

“Purifikasi Judicial Review Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”, Emerald Magma Audha

Referensi

Dokumen terkait

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/ PUU-VII/2009 Tentang Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Perppu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang) merupakan suatu peraturan yang dibentuk oleh Presiden selaku kepala pemerintahan dalam keadaan genting yang memaksa atau

Upaya untuk memberikan kejeraan pada pelaku kejahatan anak sudah dilakukan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016

Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/PUU-XVII/2019 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Penetapan sekaligus pengundangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kewenangan pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang secara eksplisit tidak termasuk pada ranah Mahkamah Konstitusi tetapi melalui

Throughout my academic journey, I have developed strong language skills, particularly in English, which I believe aligns well with the requirements for the Translator position.. I