PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kajian kematangan beragama dalam penelitian ini tidak dikaitkan dengan pemahaman konsep jihad atau pendidikan Islam transformatif. Hilal (2012) Pendidikan Islam Transformatif (Analisis Filsafat Pendidikan Humanistik Paulo Freire dalam Perspektif Islam) juga mengkaji pendidikan Islam transformatif pada tataran konseptual dan tidak pernah mengaitkannya dengan konsep lain seperti pemahaman konsep jihad dan kedewasaan beragama.
Rumusan Masalah
Tujuan
Pembatasan Masalah
Signifikansi Penelitian
Metode Penelitian
Memiliki nilai sosial karena yang ditawarkan dalam penelitian ini berupa solusi yang bisa diterapkan, khususnya penyelesaian konflik atas nama agama. Besaran ini mengikuti teknik penentuan ukuran sampel yang ditetapkan oleh Krejcie (Sugiyono, 2007; Krejcie & Morgan, 1970).
Kajian Pustaka
Ini menunjukkan Pendidikan Transformatif Islam memberi impak yang signifikan terhadap pemahaman konsep jihad (hipotesis pertama diterima). Hipotesis ketiga: Pendidikan transformatif Islam dan kematangan beragama secara bersama mempengaruhi pemahaman konsep jihad.
Kerangka Berfikir
- Instrumen Penelitian
PEMAHAMAN KONSEP JIHAD,
Pemahaman Konsep Jihad
Kematangan beragama merupakan faktor individu atau kepribadian yang secara teoritis juga diasumsikan mempengaruhi pemahaman konsep Jihad. Skala penilaian pemahaman konsep jihad mengikuti metode skala Likert dengan lima pilihan (SS, S, R, TS dan STS).
Pendidikan Islam Transformatif
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai cita-cita tersebut adalah melalui pendidikan, yaitu pendidikan Islam transformatif. Tujuan pendidikan Islam transformatif adalah menciptakan ciri-ciri Islam transformatif berdasarkan nilai-nilai Islam ideal.
Kematangan Beragama
Seseorang yang memiliki kehidupan beragama yang berdiferensiasi mampu menempatkan rasio sebagai bagian dari kehidupan beragamanya di samping aspek emosional, sosial, dan spiritual. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kematangan beragama yang baik tercermin dari sikap dan perilakunya serta mampu menghayati, memahami dan menerapkan nilai-nilai ajaran agamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Kematangan individu yang berbeda-beda terlihat dari kemampuannya dalam memahami, menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur keimanan yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang mempunyai kematangan beragama mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Diferensiasi, sifat dinamis, stabilitas moral, komprehensif-integral, heuristik (Allport, 1953). Diferensiasi juga merupakan penemuan kebenaran berdasarkan ajaran agama dan fakta yang berkaitan dengan proses kognitif. Individu yang memiliki sikap dan perilaku yang berdiferensiasi baik adalah individu yang mampu mendeskripsikan dan mencermati ajaran agama serta akan menemukan kebenaran agama berdasarkan ajaran dan fakta yang ditemukannya.
Crapps (1993) menyatakan bahwa salah satu ciri orang yang mempunyai kesadaran beragama yang matang terletak pada derajat otonomi motivasi keagamaannya. Konsistensi dalam kehidupan beragama adalah keselarasan antara tingkah laku seseorang dengan nilai moral agamanya.
HASIL PENELITIAN
- Hasil Uji Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen
- Kancah Penelitian
- Deskripsi Hasil Penelitian
- Hasil Uji Pra Syarat
- Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam transformatif dan kematangan beragama secara bersama-sama berpengaruh terhadap pemahaman konsep jihad (hipotesis ketiga diterima). PENGARUH PENDIDIKAN ISLAM TRANSFORMATIF DAN KEMATIAN BERAGAMA TERHADAP PEMAHAMAN SISWA STOIN PEKALONGAN TERHADAP KONSEP JIHAD.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pemahaman Konsep Jihad Mahasiswa STAIN
Melalui pendidikan Islam transformatif diharapkan dapat menghasilkan sosok pribadi yang memiliki keseimbangan intelektual dan moral sekaligus. Secara teoritis, skor setiap item pada skala Pendidikan Islam Transformatif untuk konsep jihad damai berpindah dari 1 menjadi 5 dengan jumlah item 20, sehingga total skor berpindah dari 20 (20 x 1) menjadi 100 (20 x 5). . ). Data di atas berarti bahwa responden survei mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap Pendidikan Transformatif Islam dibandingkan rata-rata hipotetisnya.
Responden yang masuk dalam kategori rendah berjumlah 0% yang berarti tidak ada responden yang masuk dalam kategori rendah dalam persepsinya terhadap pendidikan Islam Transformatif. Untuk membuktikan hipotesis 1 yang menyatakan “Pendidikan Islam Transformatif berpengaruh terhadap pemahaman konsep jihad”, analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dengan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Koefisien regresi X1 sebesar 0,391 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai Pendidikan Islam Transformatif akan meningkatkan pemahaman konsep jihad sebesar 39,1%.
Untuk membuktikan Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa “pendidikan Islam transformatif dan kematangan beragama secara bersama-sama berpengaruh terhadap pemahaman konsep jihad”, digunakan analisis regresi berganda dengan 2 variabel bebas (pendidikan Islam transformatif dan kematangan beragama) dan 1 variabel terikat (pemahaman). konsep jihad). Konstanta 41,005 menyatakan jika tidak ada pendidikan Islam transformatif dan kematangan beragama, maka nilai pemahaman konsep jihad adalah 41,005. Koefisien regresi
Dengan demikian, berdasarkan hasil persamaan garis regresi, antara kedua variabel yang mempengaruhi makna konsep jihad, pada saat yang sama, variabel kematangan beragama mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan variabel Pendidikan Transformatif Islam.
Pendidikan Islam Transformatif Mahasiswa STAIN
Dengan demikian, yang tersirat dalam Islam adalah prinsip-prinsip komprehensif dan transformatif yang menjadi landasan pendidikan Islam. Jika Pendidikan Transformatif Islam dipandang secara holistik sebagai sebuah bangunan konseptual, maka hal tersebut tidak lepas dari misi ideologi Islam, yaitu menjaga amar ma'ruf (humanisasi) dan nahi munker (pembebasan: pembebasan) dalam kerangka ketuhanan. Mengacu pada pemikiran di atas, maka muatan pendidikan Islam transformatif mencakup tiga aspek, yakni humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Hal inilah yang menjadi tujuan akhir Pendidikan Islam Transformatif STAIN Pekalongan yang masih dalam proses pencapaian sebagaimana terlihat pada data penelitian. Inilah peran utama Pendidikan Islam Transformatif, yaitu mengembalikan fungsi kritis agama pada struktur sosial yang timpang dan mengarah pada keadilan. Sehingga melalui pendidikan Islam Transformatif akan meningkatkan sikap kritis seseorang dalam melihat dunia dan mengubahnya.
Di sinilah pendidikan Islam transformatif menjadi keharusan untuk diterapkan di seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Sebab dalam konteks ini pendidikan Islam transformatif adalah proses mendidik umat sebagai agen pengubah tatanan sosial dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya.
Kematangan Beragama Mahasiswa STAIN
Alport (1953) lebih lanjut menyatakan bahwa kematangan beragama adalah karakter keagamaan yang terbentuk melalui pengalaman yang membentuk tanggapan terhadap objek berupa konsep dan prinsip. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki kematangan beragama dengan kategori sedang yaitu sebanyak 269 orang atau 74%, yang berada pada kategori tinggi sebanyak 80 orang (22%). Artinya karakter religius yang dibentuk melalui pengalaman yang berupa respon terhadap objek berupa konsep dan prinsip masih belum cukup untuk dinyatakan sebagai karakter yang benar-benar dewasa.
Berdasarkan grafik kurva normal, kematangan beragama seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia (Alport, 1953, Hurlock, 1978 dan Jalaluddin, 1997). Merujuk pada hal tersebut, jika kita berbicara mengenai aspek kematangan beragama yang terdiri dari diferensiasi, sifat dinamis, konsistensi moral, komprehensif-integral dan heuristik, kita tentu belum mencapai puncak kematangan atau tingkat kematangan beragama yang tinggi. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan aspek kedewasaan beragama secara rinci, sebagai berikut. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tingkat kematangan beragama responden dalam penelitian ini yaitu berada pada kategori sedang, Diferensiasi juga merupakan penemuan kebenaran berdasarkan ajaran agama dan fakta terkait proses kognitif.
Sebagai sivitas akademika dan bagian dari civitas akademika STAIN Pekalongan, mahasiswa sebagai responden penelitian ini hendaknya mampu memadukan agama dan ilmu pengetahuan. Terlebih lagi, sebagai kampus yang berlandaskan Islam dan bertujuan mengintegrasikan agama dan ilmu pengetahuan, keempat aspek kedewasaan beragama ini dapat dipenuhi oleh responden penelitian ini.
Pengaruh Pendidikan Islam Transformatif dan
Pendidikan Islam transformatif merupakan konsep pendidikan yang diterapkan pada lembaga/lembaga pendidikan keagamaan (Islam). Tahapan-tahapan yang tergambar dalam proses pendidikan Islam transformatif juga dapat dijadikan acuan teoritis dan empiris (dibuktikan dari hasil penelitian ini) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep jihad. Nilai kontribusi tersebut juga akan lebih signifikan jika melihat persamaan regresi yang menyatakan bahwa setiap penambahan 1 poin Pendidikan Islam Transformatif akan meningkatkan pemahaman konsep jihad sebesar 23,5 poin.
Nilai kontribusi tersebut juga akan lebih berarti jika melihat persamaan regresi yang menyatakan bahwa setiap penambahan 1 poin Pendidikan Islam Transformatif dan Kematangan Beragama secara bersama-sama akan meningkatkan pemahaman konsep jihad sebesar 34,8 poin. Pendidikan Islam transformatif sebagai variabel independen pertama merupakan faktor situasional yang dapat mempengaruhi pemahaman konsep jihad. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa penjelasan logis teoritis mempengaruhi pengaruh pendidikan Islam transformatif dan kematangan beragama terhadap pemahaman konsep jihad dengan ketiga aspeknya.
Pengaruh secara parsial pendidikan Islam transformatif terhadap pemahaman konsep jihad juga sangat signifikan (F=38.13, p=000), dengan nilai kontribusi sebesar 9.7%. 11 Pendidikan Islam transformatif adalah pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan bersifat teosentris (berasal dari Tuhan).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari rumusan masalah yang diajukan, kesimpulan yang diberikan dalam penelitian ini mengacu pada 3 proposisi. Dapat disimpulkan juga bahwa pemahaman siswa terhadap 3 jenis konsep jihad yaitu jihad damai, jihad defensif dan jihad ofensif berada pada kategori sedang. Penjelasan mengenai kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembinaan konsep pendidikan Islam Transformatif di STAIN Pekalongan masih mencari konsep yang tepat, sehingga hasilnya masih belum maksimal.
Selain itu dari segi tujuan pendidikan menunjukkan bahwa tingkat keberhasilannya belum mencapai titik akhir dan masih terus berkembang menuju tujuan akhir pendidikan yaitu humanisasi manusia. Siswa yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir dan dewasa awal belum berada pada puncak kematangan artinya masih dalam tahap pendewasaan, sehingga wajar jika data yang diperoleh dari penelitian ini termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pengaruh kedua variabel (Pendidikan Islam Transformatif dan Kematangan Beragama) ternyata sangat signifikan (F= 21.725, p=000), dimana nilai kontribusi X1+X2 sebesar 11.4%.
Pengaruh secara parsial kematangan beragama terhadap pemahaman konsep jihad juga ternyata sangat signifikan (F= 17.47, p= 000), dengan kontribusi sebesar 4.8%.
Saran
8 Jihad ialah berperang di jalan Allah dengan memerangi orang-orang kafir untuk membalas serangan mereka. 9 Jihad ialah berperang di jalan Allah berperang sebagai mempertahankan diri Muslim terhadap serangan orang kafir atau negara. 10 Jihad ialah berperang di jalan Allah dengan mengusir orang kafir dari wilayah Islam.
11 Jihad ialah berperang di jalan Allah dengan menolong orang Islam yang diserang oleh orang kafir. 13 Jihad ialah berperang di jalan Allah dengan berjuang untuk melindungi kemerdekaan dan kedaulatan sesebuah negara. 14 Jihad ialah berperang di jalan Allah berperang hanya jika orang Islam diserang terlebih dahulu oleh orang kafir.
15 Jihad adalah berperang di jalan Allah untuk membebaskan umat Islam dari penjajahan kaum kafir. 19 Jihad adalah berperang di jalan Allah dengan melawan pemerintah yang tidak menganut ideologi Islam.