Sektor Energi Bidang kegiatan yang menghasilkan emisi GRK tidak mengacu pada definisi administrasi/lembaga yang biasanya mendorong/mengatur kegiatan. Emisi Dasar Jumlah emisi GRK yang dihasilkan tanpa adanya Aksi Mitigasi Perubahan Iklim.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
 - Maksud dan Tujuan
 - Landasan Hukum
 - Ruang Lingkup
 
Oleh karena sistem pelaporan emisi gas rumah kaca pada sektor energi subsektor ketenagalistrikan bersifat bottom-up, maka perlu adanya suatu pedoman penghitungan emisi gas rumah kaca yang dapat digunakan oleh unit pembangkit tenaga listrik atau unit pelaksana sebagai acuan ketika melakukan inventarisasi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar pada setiap unit pembakaran. . Penghitungan emisi gas rumah kaca sedapat mungkin tidak menghasilkan emisi yang terlalu tinggi (overestimate) atau terlalu rendah (underestimate).
INVENTARISASI GRK
Prinsip Dasar
Seluruh perhitungan emisi GRK harus dilaporkan secara lengkap dan apabila ada yang tidak dihitung maka harus dijelaskan. Selain itu, inventarisasi emisi GRK harus secara jelas melaporkan ambang batas yang digunakan untuk menghindari penghitungan ganda atau emisi yang tidak dilaporkan.
Skema Pelaporan
Skema Kelembagaan
Pedoman ini hanya berfokus pada emisi GRK akibat penggunaan bahan bakar yaitu CO2, CH4 dan N2O. Emisi CO2 berkontribusi lebih dari 99% terhadap total emisi GRK dari penggunaan bahan bakar pada unit pembangkit listrik.
LINGKUP INVENTARISASI GRK
Lingkup GRK
Emisi gas rumah kaca jenis ini disebabkan oleh penggunaan bahan bakar yang termasuk dalam sektor energi, dan penggunaan produk-produk tertentu yang termasuk dalam sektor IPPU (Proses Industri dan Penggunaan Produk). Setiap jenis emisi gas rumah kaca mempunyai dampak yang berbeda terhadap pemanasan global, tergantung pada kemampuan gas tersebut dalam menyerap energi dan lamanya gas tersebut berada di atmosfer.
Lingkup Pelaporan
Isu Terkait Penghitungan Emisi GRK
- Biomass-Based Fuel
 - Bahan Bakar Sampah
 - Penjualan Uap
 - Mitigasi Emisi GRK
 
Aksi mitigasi emisi GRK pada unit pembangkit listrik yang dilaporkan merupakan aksi mitigasi yang terjadi pada tahun 2011, karena tahun dasar laporan inventarisasi GRK ini adalah tahun 2010. Unit pembangkit listrik juga dapat melakukan kegiatan mitigasi emisi GRK atas biaya sendiri atau melalui Corporate Social Tanggung Jawab (CSR). misalnya kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle).
PENGHITUNGAN EMISI
Metode
Penghitungan emisi gas rumah kaca pada Pedoman Penghitungan dan Pelaporan Inventarisasi GRK Sektor Energi Subsektor Ketenagalistrikan juga telah disusun dengan mengacu pada Pedoman IPCC, “Pedoman IPCC untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Tahun 2006” (disingkat IPCC - 2006). . Berdasarkan IPCC-2006, metode penghitungan 3 (tiga) jenis emisi gas rumah kaca (CO2, CH4 dan N2O) dari pembakaran bahan bakar fosil dan bahan bakar berbasis biomassa pada unit pembangkit listrik dibagi menjadi 4 (empat) metode dalam panduan ini. Semakin tinggi metode yang digunakan maka semakin rendah pula emisi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar.
Digunakan apabila faktor emisi GRK hasil pembakaran bahan bakar pada unit pembangkit listrik tidak diketahui karena kurangnya informasi mengenai NCV, kandungan karbon, karbon yang tidak terbakar, faktor oksidasi atau densitas bahan bakar yang digunakan. Oleh karena itu, faktor emisi CO2 bahan bakar fosil (BBM, batu bara, gas alam) menggunakan faktor emisi nasional (Tier-2). Faktor emisi CO2 dari bahan bakar berbasis biomassa dan faktor emisi CH4 dan N2O dari bahan bakar (bahan bakar fosil dan biomassa) menggunakan faktor emisi standar IPCC-2006 (Tier-1).
Sistem Tier IPCC-2006 (Tingkat Ketelitian)
IPCC-2006 telah menjelaskan dengan jelas data apa saja yang diperlukan untuk menghitung emisi gas rumah kaca berdasarkan tingkat yang berbeda-beda. Faktor emisi spesifik pada unit pembangkit listrik (ada data kandungan karbon dan faktor oksidasi spesifik pada unit pembangkit listrik).
Penghitungan Emisi CO2
- Metode-1
 - Metode-2
 - Metode-3
 - Metode-4
 
Opsi A: Sistem perhitungan CO2 secara basah dimana laju aliran gas buang dan konsentrasi CO2 dihitung secara basah. Opsi C: Sistem perhitungan di mana laju aliran gas buang dan konsentrasi CO2 dihitung berdasarkan basis basah. Opsi D: Sistem perhitungan O2 berbasis basah dimana laju aliran gas buang dan konsentrasi O2 dihitung secara basah.
Opsi A: Sistem penghitungan CO2 secara basah dimana laju aliran gas buang dan konsentrasi CO2 dihitung secara basah. CO2w: Rata-rata konsentrasi CO2 dalam gas buang (basis basah) setiap jam (% volume) Qw: Rata-rata laju aliran gas buang (basis basah) setiap jam pada kondisi standar (Nm3/jam). Opsi D: Sistem perhitungan O2 secara basah dimana laju aliran gas buang dan konsentrasi O2 dihitung secara basah.
Penghitungan emisi CH4 dan N2O
FBM : Konsumsi bahan bakar berbasis biomassa dalam satu tahun (ton) NCV : Nilai kalor bersih bahan bakar (rata-rata tertimbang, TJ/Gg) FE : Faktor emisi (kg CH4/TJ atau kg N2O/TJ, lihat Lampiran 2) 10 - 6 : Pengganda faktor.
Konversi GCV ke NCV
- Batubara
 - BBM
 - Bahan Bakar Gas
 
Total konsumsi gas bersih: Total konsumsi gas bersih dalam setahun (MMBTU) Total volume gas: Total volume konsumsi gas bersih dalam setahun (m3). Pelaporan inventarisasi gas rumah kaca unit pembangkit listrik akan dilakukan secara online melalui Aplikasi Penghitungan dan Pelaporan Emisi Listrik (APPLE-Gatrik) yang disediakan oleh DJK KESDM. Kelompok ini merupakan kelompok yang memasukkan seluruh data yang diperlukan untuk menghitung emisi gas rumah kaca yang terjadi pada unit pembangkit listrik.
Perusahaan induk pembangkit tenaga listrik dapat melihat seluruh data mengenai unit pembangkit tenaga listrik atau unit operasinya di bawah koordinasi perusahaan induk pembangkit tenaga listrik terkait. Kelompok ini merupakan kelompok di DJK KESDM yang bertugas memvalidasi seluruh data yang diperoleh dari perusahaan induk pembangkit listrik. DJK KESDM mempunyai akses terhadap seluruh data secara detail dan dapat berkolaborasi dengan perusahaan induk pembangkit listrik dengan mengirimkan salinannya ke unit pembangkit atau unit penempatan jika ditemukan data yang dianggap anomali.
PELAPORAN INVENTARISASI GRK
- Tahapan
 - Tahun Dasar
 - Pelaporan
 - Jadwal Pelaporan
 
Untuk itu pelaporan inventarisasi GRK sektor energi subsektor ketenagalistrikan sejak tahun 2010 akan dapat membantu Kementerian ESDM. DJK menganalisis potensi penurunan emisi gas rumah kaca yang terjadi pada setiap unit pembangkit listrik atau unit pelaksana. Data inventarisasi GRK setiap unit pembangkit atau unit pelaksana listrik divalidasi oleh perusahaan induk pembangkit sebelum dikirimkan ke DJK KESDM.
Data inventarisasi GRK unit pembangkit atau unit pelaksana setelah dilakukan penjaminan mutu (QA) dan penjaminan mutu (QC) dan dinilai tidak memenuhi kualifikasi, maka perusahaan induk wajib mengembalikan data inventarisasi emisi GRK pada unit produksi tenaga listrik atau unit pelaksana untuk diperbaiki dan disesuaikan. Pelaporan inventarisasi emisi GRK Subsektor Ketenagalistrikan dari perusahaan induk perusahaan penghasil tenaga listrik kepada DJK KESDM dilakukan setiap tahun. Oleh karena itu, unit produksi listrik atau unit pelaksana harus menunjuk personel yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan menjaga kualitas data yang dikumpulkan dalam kinerja inventarisasi GRK.
PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN KUALITAS
Sistem Quality Assurance/Quality Control (QC/QA)
Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional harus didukung oleh sistem penjaminan dan pengendalian mutu atau Quality Assurance/Quality Control (QA/QC) sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Nasional GES. Kementerian/lembaga terkait yang bertugas mengumpulkan data dari pemerintah daerah dan dunia usaha harus segera mengembangkan sistem penjaminan dan pengendalian mutu yang ada agar memenuhi standar yang diharapkan. Pengembangan sistem penjaminan dan pengendalian kualitas data tidak hanya berguna untuk menghasilkan inventarisasi GRK yang berkualitas, namun juga secara langsung akan menghasilkan data dan informasi pelaksanaan pembangunan yang lebih akurat dan dapat diandalkan.
Sistem Pengendalian Mutu (QC) merupakan suatu sistem pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh unit pembangkit tenaga listrik atau unit pelaksana. Mendokumentasikan dan menyimpan seluruh data dan informasi untuk inventarisasi GRK dan mencatat seluruh aktivitas pengendalian kualitas yang dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu meliputi pemeriksaan keakuratan data dan perhitungan, penggunaan prosedur standar yang disetujui dalam penghitungan emisi, memperkirakan ketidakpastian, mendokumentasikan data dan pelaporan.
Prosedur Pelaksanaan Pengendalian Mutu(QC)
Jika tidak ada data meteran, periksa apakah data konsumsinya adalah data pembelian bahan bakar dikurangi data stok. Periksa apakah data kualitas bahan bakar merupakan hasil pengukuran (Certificate of Analysis/COA, self analysis atau vendor); Memeriksa apakah data massa jenis minyak bumi (BBM) dan gas bumi merupakan hasil pengukuran berdasarkan rata-rata tertimbang; Jika tidak tersedia, periksa apakah data kepadatan menggunakan data nasional;
Periksa apakah karakteristik bahan bakar berbasis biomassa sesuai dengan hasil pengukuran, jika tidak tersedia, periksa apakah data default yang digunakan. Konsistensi data • Memeriksa apakah ketersediaan data dan parameter terkait penghitungan tingkat emisi konsisten menurut deret waktu; Ruang Lingkup • Memeriksa apakah seluruh sumber emisi (komprehensif) dimasukkan dalam penghitungan tingkat emisi GRK;.
Prosedur Penjaminan Mutu (QA)
2 Kegiatan pelaporan emisi gas rumah kaca yang dilakukan oleh perusahaan induk pembangkit listrik secara periodik setiap tahunnya. Konsistensi dan keakuratan data emisi TGP diperiksa secara tepat waktu dan koreksi dapat dilakukan jika ditemukan ketidakkonsistenan dan penyimpangan. Tujuan/Dasar DJK-KESDM mempunyai akses terhadap data terkait emisi GRK untuk seluruh unit produksi atau pelaksanaan ketenagalistrikan.
3 Kegiatan Apabila diperlukan, DJK-KESDM dapat memberikan pelatihan atau bimbingan teknis penghitungan inventarisasi emisi gas rumah kaca. Ada banyak sumber ketidakpastian ketika menghitung emisi gas rumah kaca. Sebab, parameter data aktivitas dan faktor emisi bukanlah besaran yang diketahui secara pasti. Ketidakpastian model berkaitan dengan asumsi yang dibuat ketika menggunakan model penghitungan emisi gas rumah kaca untuk memperkirakan nilai emisi gas rumah kaca.
ANALISIS KETIDAKPASTIAN
Umum
Oleh karena itu, nilai emisi gas rumah kaca tidak dapat ditentukan secara mutlak, artinya ada kemungkinan nilai emisi gas rumah kaca tersebut tidak 100% benar. Ketidakpastian pengukuran berkaitan dengan ketidaksempurnaan pengukuran dan instrumen pengumpulan data/sampling, seperti NCV, kandungan karbon, dan kepadatan bahan bakar. Ketidakpastian statistik, terkait dengan terbatasnya informasi atau data observasi, seperti nilai kalor, kandungan karbon, dan kepadatan bahan bakar, hanya diketahui jika ada pasokan bahan bakar.
Struktur Analisis Ketidakpastian
Upaya Mengurangi Tingkat Ketidakpastian
Meningkatkan keakuratan perhitungan emisi gas rumah kaca dengan memeriksa nilai konstanta, faktor konversi dan rumus perhitungan yang digunakan;
Analisis Ketidakpastian
- Asumsi Ketidakpastian Data Aktivitas
 - Asumsi Ketidakpastian Faktor Emisi
 - Nilai Ketidakpastian Emisi CO 2 dengan Menggunakan CEMS
 
Nilai ketidakpastian faktor emisi CO2 dihitung dari data kandungan karbon, NCV dan kepadatan bahan bakar. Ketidakpastian faktor emisi CH4 dan khususnya N2O sangat tinggi atau sangat tidak pasti, seperti yang terjadi di negara-negara maju. Rypdal dan Winiwater (dalam IPCC-2006) mengevaluasi ketidakpastian faktor emisi GRK CH4 dan N2O dan membandingkan hasil yang dilaporkan di lima negara, yaitu Austria, Belanda, Norwegia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Dalam pedoman ini disepakati penggunaan nilai ketidakpastian sebesar 50% untuk faktor emisi CH4 dan 100% untuk faktor emisi N2O. Metodologi penghitungan tingkat ketidakpastian CEMS didasarkan pada fungsi distribusi normal yang hanya mempertimbangkan total emisi CO2 yang diperoleh dari pengukuran CEMS, sehingga seluruh prosedur yang berlaku harus dipenuhi selama pengoperasian CEMS. Berdasarkan data Komisi Uni Eropa (UE), tingkat ketidakpastian hasil pengukuran CEMS ditunjukkan pada Tabel 9.
Metodologi Penghitungan
- Propagation of Error
 
Hasil nilai ketidakpastian NCV dan kandungan karbon pada faktor emisi digabungkan, kemudian dikalikan dengan nilai ketidakpastian NCV konsumsi bahan bakar. SC(FE): Standar deviasi kandungan karbon versus nilai FE FEi: Nilai faktor emisi tahun ke-i. SFE : Standar deviasi faktor emisi FEi : Nilai faktor emisi tahun i FEt : Nilai faktor emisi tahun t n : Jumlah sampel seluruhnya.
SC(FE): Standar deviasi kandungan karbon terhadap nilai FE SFE: Standar deviasi faktor emisi. Menghitung nilai standar deviasi NCV (SNCV) sesuai rumus nomor 5 pada bagian penentuan ketidakpastian faktor emisi; Hitung ketidakpastian gabungan (μkombinasi) faktor emisi dan data aktivitas menggunakan persamaan propagasi kesalahan;.
Penentuan Ketidakpastian Faktor Emisi CO2 BBM dan CNG, FGD Ketidakpastian Penghitungan Emisi Bahan Bakar Gas Rumah Kaca, Bandung 15 Maret 2018. Penentuan Ketidakpastian Faktor Emisi CO2 Batubara, FGD Ketidakpastian Penghitungan Emisi Bahan Bakar Bandung115 Maret.
PENUTUP