• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Rekayasa Lalu Lintas dan Keselamatan Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Buku Rekayasa Lalu Lintas dan Keselamatan Jalan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

Pemanfaatan jalan sangat bergantung pada kemampuan dan keterbatasan masyarakat sebagai pengguna jalan, baik sebagai pengemudi kendaraan maupun sebagai pejalan kaki. Orang menyukai pejalan kaki bergerak dengan kecepatan sekitar 1 hingga 1,3 meter per detik atau 3 hingga 5 km per jam.

Gambar 1.1 Interaksi antara Unsur Lalulintas
Gambar 1.1 Interaksi antara Unsur Lalulintas

Jalan dan Lingkungan

Jalan tol yaitu jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya harus membayar tol. Sistem jaringan jalan dapat dibedakan menjadi sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

Gambar 1.3 Tipikal Potongan Melintang Jalan
Gambar 1.3 Tipikal Potongan Melintang Jalan

2 STUDI REKAYASA LALU LINTAS

  • Parameter Lalu Lintas
    • Volume atau Arus Lalu Lintas
  • Pola lalu lintas (Traffic Pattern)
  • Pola lalu lintas jam-an (Hourly Traffic Pattern)
  • Pola lalu lintas mingguan (Weekly Traffic Pattern)
  • Pola Lalu lintas Bulanan (Monthly Traffic pattern) Volume lalu lintas tiap bulan dalam setahun
  • Distribusi Arah (Directional Distribution)
  • Distribusi Lajur (Lane Distribution)
    • Kecepatan

Hubungan antara volume lalu lintas (V) dengan arus lalu lintas maksimum (qm) dinyatakan dalam Rush Hour Factor (FJS). Satuan arus lalu lintas yang mengubah arus berbagai jenis kendaraan menjadi arus kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan emp disebut satuan mobil penumpang (smp).

Tabel 2.1 Data Arus Lalu Lintas
Tabel 2.1 Data Arus Lalu Lintas

3 HUBUNGAN ANTARA

PARAMETER LALU LINTAS

Hubungan/Diagram Waktu dan Ruang

Hubungan antara Arus Kecepatan dan Kerapatan

Yang membedakan ketiga model tersebut adalah pada model Greenshields hubungan antara kecepatan dan kepadatan rata-rata ruang diasumsikan linier, sedangkan pada dua model lainnya tidak. Secara umum hubungan tiga parameter lalu lintas yaitu arus, kecepatan rata-rata spasial dan kepadatan berdasarkan model linier Greenshields ditunjukkan pada Gambar 4.2. Pada Gambar 4.2 hubungan aliran (q) dengan kepadatan (D) berbentuk parabola dan terlihat di titik C arus menunjukkan nilai maksimum (qm), kondisi ini qm disebut kapasitas ruas jalan, setelah melebihi arus maksimum arus terus menurun hingga nilai nol dan pada saat itu kepadatan menunjukkan nilai maksimum yaitu kepadatan dalam keadaan DJ kemacetan lalu lintas total (kepadatan terblokir). Kecepatan tertinggi dari hubungan antara kecepatan ruang rata-rata Us dan q saat ini disebut kecepatan aliran bebas Uf (kecepatan aliran bebas).

Pada plot hubungan arus dengan kecepatan rata-rata ruang, daerah di atas Usqm merupakan daerah tidak padat, sedangkan daerah di bawah Usqm merupakan daerah padat. Aliran QAB akan terdiri dari 2 kecepatan spasial rata-rata yaitu Usa yang terletak pada daerah tidak padat dan Usb yang terletak pada daerah padat. Us = kecepatan ruang rata-rata (rata-rata kecepatan ruang) Uf = kecepatan aliran bebas (free stream speed) D = massa jenis.

Pada kecepatan ruang rata-rata 65 km/jam diperoleh aliran sebesar 650 gerak/jam.Pada kecepatan ruang rata-rata 40 km/jam diperoleh arus sebesar 2400 gerak/jam. Soal:. Kepadatan dalam kemacetan adalah D1 = 92 kendaraan/km, dan kecepatan dalam kemacetan adalah Us1 = 24 km/jam.

Gambar 3.2 Hubungan antara Arus-Kecepatan Rata-Rata Ruang dan Kerapatan
Gambar 3.2 Hubungan antara Arus-Kecepatan Rata-Rata Ruang dan Kerapatan

4 KINERJA RUAS JALAN

Parameter Pengukur Kinerja Jalan

Karakteristik lalu lintas di perkotaan berbeda dengan karakteristik lalu lintas antar kota, sehingga perlu diketahui perbedaannya. Berkenaan dengan kemudahan pemisah arah lalu lintas jalan, jalan dapat dibedakan menjadi jalan yang mempunyai garis pemisah tengah/median/T (terbagi/D) dan tanpa garis pemisah tengah/median/TT (tidak terbagi/UD). Semakin lebar jalurnya maka semakin leluasa pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya sehingga meningkatkan kapasitas jalan. Lebar lajur sering kali berkurang karena parkir kendaraan atau berkurang karena adanya median lajur, sehingga sering disebut lebar lajur yang tersisa. sebagai lebar jalan efektif.

Bahu jalan memberikan kebebasan lateral kepada pengemudi, sehingga kehadiran bahu jalan meningkatkan kapasitas jalan. Jarak gerbong ke pembatas jalan juga akan mempengaruhi nilai kapasitas jalan, semakin jauh jarak maka kebebasan kendaraan semakin besar sehingga kapasitas jalan semakin meningkat. Perkembangan lahan disekitar/pinggir jalan mempengaruhi nilai kapasitas jalan, karena semakin tinggi aktivitas pada pinggir jalan maka akan mempengaruhi pergerakan kendaraan.

Arus lalu lintas 2 lajur 2 arah tanpa sekat tengah dengan penyebaran arah 50% - 50% akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai kapasitas jalan. Manajemen lalu lintas seperti pembatasan parkir, batas kecepatan area, pengaturan kendaraan berat dan angkutan umum akan mempengaruhi nilai kapasitas jalan.

Tabel 4.1 Tipe Alinemen  Tipe alinyemen  Lengkung vertikal naik + turun
Tabel 4.1 Tipe Alinemen Tipe alinyemen Lengkung vertikal naik + turun

Kapasitas Jalan

Perbedaan tingkat perkembangan perkotaan, keragaman kendaraan dan populasi kendaraan (umur, tenaga dan kondisi kendaraan, komposisi kendaraan) menunjukkan keragaman perilaku berkendara. Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum suatu ruas jalan karena kondisi geometrik, faktor lingkungan, arus lalu lintas menurut kondisi jalan pada saat itu atau sesuai rencana. Rumus umum penentuan nilai kapasitas suatu jalan adalah kapasitas x seluruh faktor koreksi/penyesuaian yang tidak ideal atau tidak standar.

Co = Daya Ideal atau Daya Dasar Fk = Faktor Koreksi atau Faktor Penyesuaian 4.4 Tingkat Pelayanan Jalan. Tingkat Pelayanan Jalan (TPJ) merupakan ukuran kualitatif yang menjelaskan kondisi operasional arus lalu lintas dan persepsi pengemudi terhadap kualitas berkendara. Konsep tingkat layanan hanya dikenal di negara-negara dengan karakteristik lalu lintas yang relatif seragam di seluruh negaranya, seperti Amerika Serikat dan Australia.

TPJ terdiri dari 6 level yaitu Service Level A sampai F yang diurutkan dari yang terbaik hingga yang terburuk. Keenam tingkat pelayanan tersebut dapat digambarkan dengan hubungan antara derajat kejenuhan (=V/C) dengan kecepatan rata-rata ruang kendaraan (Us).

Kapasitas Segmen Jalan Perkotaan Berdasar PKJI 2014 Batasan Ruas dan segmen

Analisis dan desain operasional: Menentukan kinerja suatu ruas jalan berdasarkan volume lalu lintas yang ada atau perkiraan. Untuk tujuan perencanaan, lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk melewati volume lalu lintas tertentu juga dapat dihitung. Hanya data LHRT, pemisah arah (SP) dan komposisi lalu lintas yang tersedia: Volume jam perencanaan dihitung dengan QJP = k x LHRT.

LHRT adalah rata-rata volume lalu lintas tahunan yang ditentukan berdasarkan survei perhitungan lalu lintas selama setahun penuh dibagi dengan jumlah hari dalam tahun tersebut, yang dinyatakan dalam hari/hari. Derajat kejenuhan (DJ) didefinisikan sebagai perbandingan volume (Q) terhadap kapasitas (C), yang digunakan sebagai faktor kunci dalam menentukan perilaku lalu lintas pada suatu ruas jalan. Kecepatan arus bebas diartikan sebagai kecepatan suatu kendaraan yang tidak terpengaruh oleh kehadiran kendaraan lain, yaitu kecepatan dimana pengemudi merasa nyaman bergerak dalam kondisi geometrik, lingkungan, dan pengendalian lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan tanpa lalu lintas lain. (km/jam).

VB = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi off-road (km/jam) VBD = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan raya dan rute. Secara umum, kendaraan ringan mempunyai kecepatan idle yang lebih tinggi dibandingkan kendaraan berat dan sepeda motor.

Tabel 4.3 Penentuan Kelas Hambatan Samping  Kelas Hambatan
Tabel 4.3 Penentuan Kelas Hambatan Samping Kelas Hambatan

5 PENGATURAN LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN

Persimpangan Sebidang (Intersection)

Persimpangan Tidak Sebidang (Interchange)

Menghasilkan arus peleton lalu lintas ke depan yang dikombinasikan dengan lampu terkoordinasi pada kecepatan tertentu di sepanjang jalan tertentu. Dengan meningkatnya volume lalu lintas pada pendekatan tertentu, persimpangan memerlukan penentuan prioritas dengan memasang rambu giveaway atau rambu berhenti. Pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan lampu lalu lintas akan efektif jika intensitas lalu lintas pada persimpangan tersebut antara 800 kendaraan/jam hingga 1200 kendaraan/jam.

Sinyal lalu lintas waktu tetap (Fixed Time Controller = Pretimed Controller), yaitu sinyal lalu lintas dimana waktu hijau, merah dan kuning untuk setiap fasa mempunyai urutan yang tetap dalam jangka waktu tertentu. Regulator bekerja secara mantap dan mantap, waktu siklus selalu sama meskipun volume lalu lintas berubah. Pengontrol Gerak Lalu Lintas Penuh (Traffic Actuated Controller), yaitu pengontrol yang beroperasi sesuai dengan kebutuhan lalu lintas berbeda, yang terdaftar di detektor.

Sistem kendali sinyal lalu lintas terdiri dari peralatan berikut - Kepala sinyal di tiang.

Gambar 5.6 Bentuk Simpang Empat  c.  Simpang dengan banyak cabang jalan
Gambar 5.6 Bentuk Simpang Empat c. Simpang dengan banyak cabang jalan

Persimpangan merupakan daerah dimana 2 atau lebih ruas jalan bertemu atau bersilangan

  • Beberapa Istilah dalam Perencanaan APILL
  • Pengaturan Waktu APILL
  • Perhitungan Waktu Sinyal

Lampu lalu lintas yang ada saat ini dikembangkan dari sistem Amerika dan dipasang pertama kali di Eropa di Kota London pada tahun 1932. Penataan ini dapat mengurangi atau menghilangkan titik konflik pada persimpangan dengan memisahkan pergerakan arus lalu lintas pada waktu yang berbeda. Setelah mempelajari bab ini, Anda dapat menganalisis kinerja persimpangan dengan Alat Persinyalan Lalu Lintas (APILL).

Suatu lengan persimpangan dapat dibagi oleh pulau lalu lintas menjadi dua pendekatan atau lebih, misalnya N(LT+ST), N(RT). Cara yang sama juga diterapkan jika pergerakan lalu lintas pada pendekatan tersebut mendapat lampu hijau dan berbeda fase. Jika data lalu lintas terperinci diperoleh dengan membagi jenis kendaraan berdasarkan arah, maka formulir GIS II dapat digunakan.

Hitung total arus lalu lintas QMV dalam kendaraan/jam atau smp/jam pada setiap pendekatan untuk kondisi arus keberangkatan terlindungi dan/atau berlawanan dan masukkan hasilnya pada kolom (12)-(14). Masukkan arus lalu lintas yang sesuai untuk setiap pendekat (Q) pada kolom 16 (terlindung) formulir SIG-II atau kolom 17 (seberang) pada kolom 18 formulir SIG-IV. Untuk mempermudah, diasumsikan bahwa lalu lintas belokan kecil (oleh karena itu digunakan kontrol dua fase).

Lampu lalu lintas diatur dengan waktu hijau 6 detik, yang terdiri dari total waktu merah 3 detik dan waktu kuning 3 detik.

Gambar 6.5. Bagan Alir untuk Analisis APILL
Gambar 6.5. Bagan Alir untuk Analisis APILL

7 MANAJEMEN LALU LINTAS

  • Umum
  • Perlengakapan Dasar Manajemen Lalu Lintas
    • Rambu
  • Manajemen Kapasitas Jalan
  • Manajemen Persimpangan Jalan
  • Manajemen Ruas Jalan
    • Manajemen Permintaan
  • Penerapan manajemen lalu lintas sangat tergantung kepada prasarana yang harus tersedia seperti rambu dan marka yang merupakan salah satu pendukung

Rambu ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai suatu rambu yang memuat ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan perangkat lain yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu lintas jalan. Beberapa rambu jalan antara lain garis memanjang, garis melintang, kerucut lalu lintas dan simbol lain yang ditempatkan di/di atas jalan raya. Pengaturan lalu lintas di jalan harus menjamin kapasitas jalan seefisien mungkin agar arus lalu lintas dapat lancar.

Penentuan prioritas bus pada persimpangan yang terdapat lampu lalu lintas dilakukan dengan memasang alat pendeteksi pada bus yang akan memberikan sinyal elektronik dan diteruskan ke pengatur lampu lalu lintas sehingga memberikan fase hijau atau memperpanjang waktu hijau. Pendekatan yang digunakan selama ini adalah 'predict and delivery', yaitu antisipasi permintaan transportasi dan penyediaan infrastruktur transportasi, yang seringkali mengakibatkan terlampauinya ambang batas lingkungan/sosial. Kebijakan pelaksanaan manajemen lalu lintas, yang meliputi pengaturan rute dan volume lalu lintas, peraturan perilaku pengemudi, peraturan keselamatan lalu lintas, dan peraturan lingkungan hidup.

Beberapa istilah manajemen lalu lintas yang umum digunakan antara lain manajemen lalu lintas lokal, manajemen jalan pedesaan, manajemen jalan perkotaan, manajemen prioritas, manajemen barang, manajemen permintaan dan manajemen pejalan kaki. Penyelenggaraan manajemen lalu lintas sangat bergantung pada prasarana yang harus tersedia, seperti rambu dan marka yang merupakan pembawa yang tersedia, seperti rambu dan marka yang merupakan pembawa keberhasilan pengelolaan lalu lintas.

Gambar 7.1 Beberapa jenis Marka Jalan
Gambar 7.1 Beberapa jenis Marka Jalan

8 KESELAMATAN LALU LINTAS

  • Keselamatan Lalulintas dan Angkutan Jalan
  • Prinsip Keselamatan Lalulintas
  • Studi Biaya Kecelakaan Lalulintas di Indonesia
    • Biaya Korban Kecelakaan dan Biaya Kecelakaan Lalulintas Metode Human Capital
    • Biaya Kecelakaan Metode Willingness to Pay
  • Prioritas Indikator Kinerja Keselamatan Lalulintas .1 Keselamatan Lalulintas Berkelanjutan .1 Keselamatan Lalulintas Berkelanjutan
    • Hirarki Indikator Kinerja

Berbagai metode dapat digunakan untuk menghitung biaya kecelakaan lalu lintas (TRL, 1995), yaitu metode Net Value Approach, metode Life Insurance Approach, metode Judicial Decision Approach, metode Public Sector Expenditure Approach, pendekatan Willingness to Pay dan pendekatan Nilai Kotor. Metode perkiraan. Nilai produktivitas korban lalu lintas dihitung berdasarkan lamanya korban tidak mampu berproduksi dan rata-rata tingkat pendapatan masyarakat (nilai produktivitas). Satuan biaya korban kecelakaan lalu lintas (BSKOj) adalah biaya yang diperlukan untuk pengobatan korban kecelakaan lalu lintas untuk setiap tingkat kategori korban, sedangkan T0.

Biaya Kecelakaan Lalu Lintas Per Unit (BSKEi) merupakan biaya kecelakaan lalu lintas akibat kecelakaan lalu lintas untuk setiap golongan kecelakaan lalu lintas. Biaya kecelakaan lalu lintas per satuan BSKEi (T0) tahun dasar 2003 untuk jalan antar kota dapat diambil dari tabel 8.2. Hasil antara menunjukkan kondisi lalu lintas yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dan menjadi korban kecelakaan.

Intervensi atau tindakan keselamatan jalan bertujuan untuk mempengaruhi kondisi operasional lalu lintas jalan, oleh karena itu perlu dipahami proses terjadinya kecelakaan lalu lintas agar dapat mengidentifikasi akar permasalahannya. Dinas Perumahan dan Prasarana Wilayah, 2005, Menghitung biaya kecelakaan lalu lintas dengan metode output bruto (human capital) Pd T-02-2005-B, Jakarta.

Tabel 8.2 Biaya Satuan Kecelakaan Lalulintas
Tabel 8.2 Biaya Satuan Kecelakaan Lalulintas

Gambar

Gambar 1.1 Interaksi antara Unsur Lalulintas
Gambar 1.3 Tipikal Potongan Melintang Jalan
Gambar 1.6 Sistim Jaringan berdasar Fungsi
Tabel 2.2a Nilai ekivalensi kendaraan ringan untuk Jalan Tak-Terbagi  Tipe Jalan:
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengendara kendaraan bermotor yang cenderung mengendarai kendaraannya secara ugal-ugalan, mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi sehingga tidak mampu

Setelah lokasi penelitian ditetapkan maka selanjutnya pengambilan data primer, yaitu survey lintasan kendaraan pada beberapa jalan yang memiliki lebar lajur lalu lintas yang

Pada saat arus rendah, kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan

Sebelum mobil barang tandum tangki sejajar dengan kedua kereta tempelan yang diindikasikan mengalami kerusakan, kendaraan khusus jenis tangki memberi lampu isyarat (lampu

kendaraan tidak bermotor, baik untuk pengangkutan orang maupun barang. Yang dimaksud denngan Keputusan Pemerintah Daerah Tingkat I

Arus kendaraan yang diperoleh dari hasil pengamatan di lokasi, maka data pengamatan kendaraan yang diperoleh berupa arus terganggu yang terjadi pada saat

Ho: tidak terdapat perbedaan yang berarti antara jumlah angka kecelakaan pada grup kecelakaan pada suatu lokasi rawan (ruas) dengan kelompok tipikal kecelakaan

Jasa Raharja maka akan terdapat jumlah yang lebih besar lagi, dimana korban meninggal dunia akibat kecelakaan pada lima tahun terakhir adalah rata-rata 20.459 orang pertahunnya