Bullying atau perundungan adalah sebuah kata benda dalam Bahasa Indonesia. Kata kerja dari perundungan adalah merundung. Dalam KBBI merundung diartikan sebagai mengganggu;
mengusik terus-menerus; menyusahkan. Dalam KBBI juga dijelaskan makna merundung sebagai aktivitas yang menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu, seperti memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak disukai, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong.
Bullying dapat terjadi pada siapa saja. Bahkan kadang kala baik pelaku maupun korban
perundungan tidak menyadari bahwa perlakuan yang diberikan atau diterima di lingkungan manapun termasuk sekolah merupakan bentuk bullying.
Oleh karena itu sangat penting untuk dapat mengenali macam macam bullying supaya dapat memberikan edukasi. Dengan demikian diharapkan semua pihak memiliki awareness terhadap hal ini sehingga potensi terjadinya bullying atau
perundungan dapat ditekan.
1. Verbal Bullying/ Perundungan Verbal
Jenis bullying verbal sering kali tanpa sadardilakukan. Banyak pelaku pelaku perundungan verbal ini berdalih bahwa mereka hanya sedang
melontarkan lelucon atau bercanda saja dan melabeli korban baperan jika merasa tersinggung dengan kalimat atau perkataan tidak menyenangkan yang mereka ucapkan. Perundungan verbal atau verbal bullying biasanya berupa kalimat kasar atau ejekan yang ditujukan pada seseorang.
Contoh bullying verbal yang kerap tak disadari, di antaranya: Memaki, Menghina, menjuluki, Meneriaki, Mempermalukan di depan umum, Menuduh,
Menyoraki, Menebar gosip, Memfitnah,
Mengintimidasi, Merendahkan, Sarkasme/ menyindir, Melihat dengan sinis, Menjulurkan lidah,
Menampilkan ekspresi muka yang merendahkan dll Beberapa contoh kata-kata yang termasuk tindakan bullying verbal, yakni:
"Goblog lo"
"Jayus lo" (norak atau enggak asyik)
"Gendut lo"
"Cungkring lo" (kurus kering)
"Sotoy lo" (sok tahu)
"Cupu lo" (culun punya)
"Minggu ini gak dijenguk, ya? Kasihan deh lo"
2. Physical Bullying/ Perundungan Fisik
Ciri-ciri anak yang menjadi pelaku perundungan fisik diantaranya adalah bersifatemosional/temperamental dan kurang berempati dengan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan anak atau siswa yang menjadi korban sering menunjukkan ketakutan berlebih saat harus bertemu dengan pelakunya. Korban juga biasanya malas pergi ke sekolah, meminta pindah sekolah, atau menangis ketakutan saat teringat peristiwa bullying yang dialaminya.
Penindasan fisik ternyata tidak hanya berupa pukulan atau aksi yang meninggalkan bekas atau luka pada tubuh korbannya. Bullying fisik juga juga dapat berupa penghadangan di tengah jalan, menggertak dengan membawa rombongan, atau melempari dengan benda-benda kecil. Orang tua dan juga guru harus waspada ketika siswa terlihat ‘ringan tangan’
pada temannya atau orang di sekitarnya. Atau jangan sampai orang tua atau guru memberikan contoh yang membuat siswa menjadi pelaku bullying.
Contoh bullying fisik: Menampar, Menimpuk, Menginjak kaki, Menjegal Meludahi, Memalak, Melempar dengan barang,
3. Social Bullying/ Perundungan Sosial
Contoh bullying sosial antara lain pengucilan atau intimidasi tidak langsung yang dilakukan secara berkelompok terhadap seseorang. Hal ini banyak sekali dicontohkan dalam film-film remaja untuk membuat mereka menyadari bahaya social bullying.Korban perundungan sosial (social bullying) biasanya akan mengalami kesulitan dalam berteman dan sering menyendiri.
Berikut contoh tindakanya: Mendiamkan seseorang, Memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, Sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
Mengirimkan surat kaleng
4. Cyber Bullying/ Perundungan Dunia Maya
Cyber bullying meskipun tergolong baru karena baru muncul sejak sosial media dan internet marak di kalangan masyarakat, namun sering sekali terjadi di sekitar kita. Munculnya hater yang sering kali
memberikan komentar-komentar pedas pada laman media sosial merupakan salah satu contoh dari perundungan dunia maya.
Bentuk-bentuk lain bullying siber misalnya status atau unggahan gambar bernada negatif yang ditujukan pada seseorang dan obrolan via aplikasi chat yang mengintimidasi korban.
5. Sexual Bullying / Perundungan Seksual
Sexual harassment atau pelecehan seksual juga dapat dikategorikan sebagai bullying karena
pelakunya memiliki motif tendensi negatif. Dewasa ini, makin banyak kasus-kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak. Guru dan orang tua harus memberikan pendidikan seks dasar pada anak sesuai dengan usia mereka. Ajarkan pada mereka untuk dapat menjaga diri, atau mengenali bagian tubuh mana yang boleh disentuh orang lain, dan juga jangan membiarkan orang asing menyentuh tubuh anak.
Jangan berpikiran bahwa edukasi seks adalah hal yang tabu. Jika diberikan sesuai dengan usia dan juga kebutuhan siswa, maka akan sangat berguna untuk menekan potensi terjadinya sexual bullying di mana saja.
Lantas, apa yang harus dilakukan jika kamu atau orang di dekatmu menjadi korban bullying?
Menurut Mary L. Gavin, MD dari TeensHealth, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menghadapi bullying dengan aman. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Lapor pada orang dewasa yang bisa dipercaya
Cobalah untuk berkomunikasi tentang bullying yang menimpamu atau orang di dekatmu kepada orang dewasa yang menurutmu bisa dipercaya. Orang dewasa yang memiliki otoritas seperti orang tua atau guru biasanya
akan memiliki cara yang lebih baik dalam menangani masalah seperti ini tanpa harus membahayakan korban.
2. Mengabaikan upaya bullying
Jika memungkinkan, abaikan saja orang yang mencoba melakukan bullying kepadamu dengan cara berjalan pergi dari tempat dan situasi di mana mereka mencoba melancarkan aksi intimidasi. Biasanya, orang-orang yang gemar melakukan bullying ingin kamu menunjukkan reaksi. Jadi, bersikap cuek merupakan langkah awal untuk mematahkan intimidasi mereka.
3. Berjalan tegak
Meskipun terdengar sederhana, namun bahasa tubuh yang tepat setidaknya bisa membuat orang yang berniat melakukan bullying menjadi ragu. Cobalah untuk berjalan dengan punggung tegak dan dagu terangkat untuk menyampaikan 'pesan' bahwa kamu bukanlah orang yang lemah.
4. Hindari konfrontasi fisik
Jangan pernah meladeni intimidasi fisik, dan jangan memaksakan diri terlibat di dalam perkelahian, karena konflik fisik seperti ini bisa membuat kamu terluka. Lebih baik
menyalurkan emosi melalui cara-cara yang lebih sehat. Misalnya dengan mendengarkan musik, menulis, ataupun melakukan aktivitas fisik.
5. Bersikap percaya diri
Latihlah diri untuk bersikap percaya diri di depan umum. Latih diri untuk bisa merespon segala tindakan pelaku bullying lewat
perilakumu. Tunjukkan sikap percaya diri di depan para pelaku bullying, meskipun pada awalnya kamu harus berpura-pura untuk melakukannya.
6. Ceritakan pengalaman bullying
Jangan memendam perasaan sendiri, tapi sebaiknya kamu menceritakan pengalaman bullying yang kamu rasakan kepada teman, guru yang bisa dipercaya, atau konselor.
Tujuannya adalah untuk membantumu merasa lebih baik. Menceritakan apa yang kamu rasakan bisa menjadi sarana yang baik untuk menyalurkan frustasi dan juga rasa takut.
7. Cari teman yang bisa dipercaya
Jika kamu menjadi korban bullying dalam bentuk gosip, fitnah, ataupun pengucilan, maka mintalah kepada teman-teman yang bisa dipercaya agar mereka bisa
membantumu merasa aman. Hindari situasi di mana kamu sendirian, terutama pada saat para pelaku bullying sedang mengganggumu.
8. Tunjukkan Prestasi
Orang yang melakukan bullying umumnya beraksi karena rasa iri maupun dengki.
Sebagian besar korban bullying pasti memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang yang menindasnya. Yang harus dilakukan oleh para korban bullying adalah tak ragu
menunjukkan prestasinya. Lama kelamaan si pelaku bully akan mundur dengan sendirinya karena merasa korbannya tidak terkalahkan.
Itulah cara aman untuk menghadapi bullying yang bisa dicoba. Intinya, hindarkan diri dari situasi yang bisa membahayakan diri sendiri dan latihlah diri untuk menunjukkan keberanian di depan para pelaku bullying.
Source :
https://akupintar.id
https://health.kompas.com