• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH LAPORAN

N/A
N/A
132 Ariel Krisar

Academic year: 2024

Membagikan " CONTOH LAPORAN"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mekanika Tanah I. Adapun tujuan kami dalam menyelesaikan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah I Tahun ajaran 2022/2023 di Institut Teknologi Sumatera (ITERA) sebagai syarat kelulusan mata kuliah. Dalam menyelesaikan tugas besar ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. yang telah memberi penulis kelancaran dalam setiap langkahnya.

2. Orang tua, yang sudah memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.

3. Julita Hayati, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Mekanika Tanah I 4. Syahidus Syuhada, S.T., M.T. selaku kepala laboran Laboratorium Mekanika

Tanah.

5. Edward Riyadi Irawan, S.T. selaku laboran Mekanika Tanah di Institut Teknologi Sumatera.

6. Celvin Shahroni selaku koordinator asisten praktikum mata kuliah Mekanika Tanah I Institut Teknologi Sumatera.

7. Ericha Novia Wulandary selaku asisten praktikum kelompok 1C mata kuliah Mekanika Tanah I Institut Teknologi Sumatera.

8. Geraldo Timbun Hamonangan, Moch Farid Adji Pamungkas, Irfan Mulia, M.

Arif Naufal, Esra G Pelawi, Septian P Ginting, Haikal David Adnan, Pratiwi Khusuma Astri, Marudut Julio Carlos R, Raihan Azhar Isnenda, Muhammad Alif Arya Prasetya, Satria Agung Permana, selaku keseluruhan asisten praktikum Mekanika Tanah 1.

9. Teman – teman kelompok 1C dan teknik sipil angkatan 2021 yang selalu memberi dukungan.

(3)

ii Kami menyadari bahwa terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan laporan praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan agar penyusunan laporan ini lebih baik dan dapat bermanfaat bagi semua orang.

Lampung Selatan, 31 Maret 2023 Hormat Kami,

Penulis

(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR NOTASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1.Teori Dasar ... 3

2.2. Metodologi ... 15

2.2.1.Pemeriksaan Berat Volume Tanah ... 15

2.2.1.1.Alat dan Bahan ... 15

2.2.1.2.Prosedur Percobaan ... 17

2.2.2.Pemeriksaan Kadar Air Tanah ... 19

2.2.2.1.Alat dan Bahan ... 19

2.2.2.2.Prosedur Percobaan ... 20

2.2.3.Pengujian Specific Gravity ... 22

2.2.3.1.Alat dan Bahan ... 22

2.2.3.2.Prosedur Percobaan... 26

2.2.4. Pengujian Batas – Batas Atterberg... 30

2.2.4.1. Alat dan Bahan ... 30

2.2.4.2. Prosedur Percobaan ... 34

2.2.5.Pengujian Analisis Saringan ... 39

2.2.5.1. Alat dan Bahan ... 39

2.2.5.2.Prosedur Percobaan ... 41

2.2.6.Analisis Hidromater ... 44

2.2.6.1.Alat dan Bahan ... 44

2.2.6.2.Prosedur Percobaan ... 47

(5)

iv

2.2.7.Pengujian Pemadatan Standar (Standar Proctor) ... 53

2.2.7.1.Alat dan Bahan ... 53

2.2.7.2.Prosedur Percobaan ... 57

2.2.8.Pengujian California Bearing Ratio (CBR Laboratorium) ... 62

2.2.8.1.Alat dan Bahan ... 62

2.2.8.2.Prosedur Percobaan ... 68

2.2.9.Pengujian Permeabilitas Constan Head ... 73

2.2.9.1.Alat dan Bahan ... 73

2.2.9.2.Prosedur Percobaan ... 76

2.2.10.Pemeriksaan Kepadatan Tanah Dengan Kerucut Pasir (Sand Cone) ... 80

2.2.10.1.Alat dan Bahan ... 80

2.2.10.2.Prosedur Percobaan ... 82

2.2.11.Dynamic Cone Penetrometer ... 88

2.2.11.1.Alat dan Bahan ... 88

2.2.11.2.Prosedur Percobaan ... 91

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 93

3.1. Pemeriksaan Berat Volume Tanah ... 93

3.1.1.Data Hasil Percobaan ... 93

3.1.2.Perhitungan ... 93

3.1.3.Data Hasil Perhitungan ... 94

3.1.4.Analisis ... 94

3.2. Pemeriksaan Kadar Air Tanah ... 95

3.2.1. Data Hasil Percobaan ... 95

3.2.2. Perhitungan ... 95

3.2.3.Data Hasil Perhitungan ... 97

3.2.4.Analisis ... 97

3.3. Pemeriksaan Specific Gravity Tanah ... 97

3.3.1. Data Hasil Percobaan ... 97

3.3.2. Perhitungan ... 97

3.3.3. Data Hasil Perhitungan ... 99

(6)

v

3.3.4. Analisis ... 99

3.4. Batas – Batas Atterberg ... 100

3.4.1.Data Hasil Percobaan ... 100

3.4.2. Perhitungan ... 100

3.4.3.Data Hasil Perhitungan ... 106

3.4.4.Analisis ... 107

3.5. Pemeriksaan Analisis Saringan... 107

3.5.1.Data Hasil Percobaan ... 108

3.5.2. Perhitungan ... 108

3.5.3. Data Hasil Perhitungan ... 111

3.5.4. Analisis ... 112

3.6. Pengujian Analisis Hidrometer ... 113

3.6.1. Data Hasil Percobaan ... 113

3.6.2. Perhitungan ... 113

3.6.3. Data Hasil Perhitungan ... 117

3.6.4. Analisis ... 118

3.7. Pengujian Pemadatan Standar (Standar Proctor) ... 119

3.7.1. Data Hasil Percobaan ... 119

3.7.2.Perhitungan ... 120

3.7.3. Data Hasil Perhitungan ... 123

3.7.4. Analisis ... 124

3.8. Pengujian California Bearing Ratio (CBR Laboratorium) ... 125

3.8.1.Data Hasil Percobaan ... 125

3.8.2. Perhitungan ... 125

3.8.3. Data Hasil Perhitungan ... 128

3.8.4. Analisis ... 129

3.9. Permeabilitas Constant Head ... 130

3.9.1.Data Hasil Percobaan ... 130

3.9.2.Perhitungan ... 130

3.9.3.Data Hasil Perhitungan ... 131

(7)

vi

3.9.4.Analisis ... 131

3.10. Pemeriksaan Kepadatan Tanah Dengan Kerucut Pasir (Sand Cone) ... 132

3.10.1.Data Hasil Percobaan ... 132

3.10.2.Perhitungan ... 132

3.10.3.Data Hasil Percobaan ... 134

3.10.4.Analisis ... 134

3.11. Pemeriksaan Nilai CBR Tanah di Lapangan Dengan DCP ... 135

3.11.1. Data Hasil Percobaan ... 135

3.11.2. Perhitungan ... 135

3.11.3. Data Hasil Perhitungan ... 136

3.11.4. Analisis ... 137

BAB IV PENUTUP ... 139

4.1. Kesimpulan ... 139

4.2. Saran ... 141 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Cincin Sampel ... 15

Gambar 2.2. Timbangan ... 15

Gambar 2.3. Sampel Tanah ... 16

Gambar 2.4. Sendok Perata ... 16

Gambar 2.5. Mengambil Sampel Tanah ... 17

Gambar 2.6. Membentuk Sampe ... l 17 Gambar 2.7. Menimbang Massa Tanah + Cincin Sampel ... 17

Gambar 2.8. Menimbang Massa Cincin Sampel ... 18

Gambar 2.9. Menimbang Massa Sampel ... 18

Gambar 2.10. Mengukur Diameter dan Tinggi Cincin ... 18

Gambar 2.11. Kontainer ... 19

Gambar 2.12. Timbangan ... 19

Gambar 2.13. Oven ... 19

Gambar 2.14. Sarung Tangan Anti Panas ... 20

Gambar 2.15. Menyiapkan Sampel Tanah ... 20

Gambar 2.16. Menimbang Berat Kontainer ... 21

Gambar 2.17. Menimbang Massa Tanah dan Kontainer ... 21

Gambar 2.18. Memasukan Tanah Kedalam Oven ... 21

Gambar 2.19. Menimbang Massa Tanah Kering dan Kontainer ... 22

Gambar 2.34. Mengisi Piknometer Dengan Air ... 26

Gambar 2.35. Menimbang Massa Piknometer dan Air ... 26

Gambar 2.36. Mengukur Suhu Awal Dengan Menggunakan Termometer ... 26

Gambar 2.37. Menimbang Tanah Lolos Saringan No. 4 Sebanyak 50 gr... 27

Gambar 2.38. Memasukkan Sampel Tanah kedalam Piknometer. ... 27

Gambar 2.39. Mengisi Air ... 27

Gambar 2.40. Merebus Piknometer + Air + Tanah Selama 15-20 Menit. ... 28

Gambar 2.42. Mengisi Piknometer Dengan Air ... 28

Gambar 2.43. Menimbang Massa Piknometer + Air +Tanah ... 29

(9)

viii

Gambar 2.44. Mengeluarkan Sampel Dari Piknometer. ... 29

Gambar 2.45. Memasukkan Sampel Ke Dalam Oven. ... 29

Gambar 2.46. Menimbang Berat Kering Sampel ... 30

Gambar 2.47. Sampel Tanah ... 30

Gambar 2.48. Cawan Cassagrande ... 31

Gambar 2.49. Skrap ... 31

Gambar 2.50. Air Suling ... 31

Gambar 2.51. Saringan no. 40 ... 32

Gambar 2.52. Grooving Tool ... 32

Gambar 2.53. Plat Kaca ... 32

Gambar 2.54. Timbangan ... 33

Gambar 2.55. Oven ... 33

Gambar 2.56. Kontainer ... 33

Gambar 2.57. Mencampur Sampel Tanah dengan Air ... 34

Gambar 2.58. Meletakkan Campuran Tanah Homogen ... 34

Gambar 2.59. Membuat Garis Tengah pada Tanah ... 35

Gambar 2.60. Memutar Tuas ... 35

Gambar 2.61. Memasukan Sampel Tanah ... 35

Gambar 2.62. Menimbang Massa Sampel Tanah dan Kontainer ... 36

Gambar 2.63. Mengeringkan Sampel Tanah ... 36

Gambar 2.64. Mengeluarkan Sampel dari Oven ... 36

Gambar 2.65. Mengaduk Sampel Tanah ... 37

Gambar 2.66. Menggulingkan Sampel di Plat Kaca ... 37

Gambar 2.67. Memasukkan Contoh Sampel ... 38

Gambar 2.68. Memasukkan Sampel ke Oven ... 38

Gambar 2.69. Mengeluarkkan Sampel dari Oven. ... 38

Gambar 2.70. Satu Set Saringan ... 39

Gambar 2.71. Sieve Shaker ... 39

Gambar 2.72. Air Suling ... 39

Gambar 2.73. Timbangan. ... 40

(10)

ix

Gambar 2.74. Oven. ... 40

Gambar 2.75. Sarung Tangan Anti Panas. ... 40

Gambar 2.76. Cawan. ... 41

Gambar 2.77. Mengeringkan Benda Uji ... 41

Gambar 2.78. Menimbang Benda Uji ... 41

Gambar 2.79. Mencuci Benda Uji ... 42

Gambar 2.80. Mengeringkan Benda Uji ... 42

Gambar 2.81. Menyiapkan Satu Set Saringan ... 42

Gambar 2.82. Diayak Menggunakan Sieve Shaker. ... 43

Gambar 2.83. Menimbang Massa Tanah ... 43

Gambar 2.84. Constant Waterbath ... 44

Gambar 2.85. Cawan ... 44

Gambar 2.86. Tanah Lolos Saringan No.200 ... 45

Gambar 2.87. Termometer ... 45

Gambar 2.88. Batang Pengaduk ... 45

Gambar 2.89. Alat Hidrometer ... 46

Gambar 2.90. Spatula Kecil ... 46

Gambar 2.91. Gelas Ukur... 46

Gambar 2.92. Mixer ... 47

Gambar 2.93. Menyiapkan Deflocculating Agent ... 47

Gambar 2.94. Menyiapkan Sampel Tanah ... 47

Gambar 2.95. Mencampur Sampel Tanah Deflocculating Agent ... 48

Gambar 2.96. Menutup Sampel Tanah ... 48

Gambar 2.97. Mencampurkan Deflocculating Agent dengan Air ... 48

Gambar 2.98. Memasukkan Gelas Ukur ke Dalam Constant Waterbath ... 49

Gambar 2.99. Memasukkan Hidrometer ke Dalam Gelas Ukur ... 49

Gambar 2.100. Memasukkan Sampel Tanah ke Dalam Mixer. ... 49

Gambar 2.101. Menambahkan Air ... 50

Gambar 2.102. Menyalakan Mixer ... 50

Gambar 2.103. Menuangkan Campuran Sampel Tanah dan Air ... 50

(11)

x

Gambar 2.104. Menambahkan Air ke Dalam Gelas Ukur ... 51

Gambar 2.105. Memasukkan Gelas Ukur ke Dalam Constant Waterbath ... 51

Gambar 2.106. Mengaduk Campuran Sampel Tanah dan Air ... 51

Gambar 2.107. Mengukur Suhu ... 52

Gambar 2.108. Memasukkan Alat Hidrometer ... 52

Gambar 2.109. Saringan no.4 ... 53

Gambar 2.110. Proctor Standard ... 53

Gambar 2.110. Mould ... 53

Gambar 2.111. Oven ... 54

Gambar 2.112. Container ... 54

Gambar 2.113. Palu Karet ... 54

Gambar 2.114. Plastik ... 55

Gambar 2.115. Pisau Perata ... 55

Gambar 2.116. Timbangan ... 55

Gambar 2.117. Air Suling ... 56

Gambar 2.118. Gelas Ukur... 56

Gambar 2.119. Cawan ... 56

Gambar 2.120. Kertas ... 57

Gambar 2.121. Menimbang Massa Mould ... 57

Gambar 2.122. Menyaring Sampel Tanah ... 57

Gambar 2.123. Meletakkan Sampel ... 58

Gambar 2.124. Menambahkan Air ... 58

Gambar 2.125. Mengoleskan Oli ... 58

Gambar 2.126. Meletakkan Kertas Pada Mould ... 59

Gambar 2.127. Memasang Mould ... 59

Gambar 2.128. Mengisi Mould dengan tanah ... 59

Gambar 2.129. Menumbuk Sebanyak 25 kali ... 60

Gambar 2.130. Mengambil Sampel ... 60

Gambar 2.131. Menimbang Berat Sampel ... 60

Gambar 2.132. Memasukkan Sampel Kedalam Oven ... 61

(12)

xi

Gambar 2.133. Mengeluarkan Sampel Dari Oven ... 61

Gambar 2.134. Menimbang dan Mencatat Berat Kering ... 61

Gambar 2.135. Alat CBR ... 62

Gambar 2.136. Saringan No.4 ... 62

Gambar 2.137. Sarung tangan ... 63

Gambar 2.138. Palu karet ... 63

Gambar 2.139. Batang Penumbuk ... 63

Gambar 2.140. Plastik ... 64

Gambar 2.141. Air ... 64

Gambar 2.142. Gelas Ukur ... 64

Gambar 2.143. Timbangan ... 65

Gambar 2.144. Mould ... 65

Gambar 2.145. Kontainer ... 65

Gambar 2.146. Cawan ... 66

Gambar 2.147. Oli ... 66

Gambar 2.148. Pisau Perata ... 66

Gambar 2.149. Kertas ... 67

Gambar 2.150. Beban Donat ... 67

Gambar 2.151. Spacer Disk ... 67

Gambar 2.152. Beban C ... 68

Gambar 2.153. Keringkan Sampel ... 68

Gambar 2.154. Timbang Mould ... 68

Gambar 2.155. Saring Sampel ... 69

Gambar 2.156. Oleskan Oli ... 69

Gambar 2.157. Masukan Tanah ... 69

Gambar 2.158. Tumbuk Tanah ... 70

Gambar 2.159. Ratakan Tanah ... 70

Gambar 2.160. Timbang Masa Mould ... 70

Gambar 2.161. Letakan beban ... 71

Gambar 2.162. Masukan Mould ... 71

(13)

xii

Gambar 2.163. Kalibrasi Mesin CBR ... 71

Gambar 2.164. Membaca Data... 72

Gambar 2.165. Memasukan Tanah ... 72

Gambar 2.166. Menimbang Tanah ... 72

Gambar 2.167. Memasukan Kedalam Oven ... 73

Gambar 2.168. Stopwatch ... 73

Gambar 2.169. Ember ... 74

Gambar 2.170. Kertas Saring ... 74

Gambar 2.171. Batu Pori ... 74

Gambar 2.172. Sampel Tanah ... 75

Gambar 2.173. Gelas Ukur ... 75

Gambar 2.174. Constant Waterbath ... 75

Gambar 2.175. Satu Set Alat Constant Head ... 76

Gambar 2.176. Air Suling ... 76

Gambar2.177. Mengukur Diameter Tabung dan Jarak Antar Dua Lubang Piezometer ... 76

Gambar 2.178. Memasang Batu Pori dan Kertas Saring pada Dasar Tabung Permeameter ... 77

Gambar 2.179. Memasang Tabung Permeameter ... 77

Gambar 2.180. Mengisi Sampel Tanah ke Dalam Tabung Permeameter Serta Meletakkan Kertas Saring dan Batu Pori ... 77

Gambar 2.181. Meletakkan Per di Atas Batu Pori ... 78

Serta Mengencangkan Bautnya ... 78

Gambar 2.182. Memasang Selang Kapiler pada Tabung Permeameter ... 78

Gambar 2.183. Membuka Kran Bagian Tabung Atas ... 78

Gambar 2.184. Memperhatikan Kenaikan Ketinggian Air pada Piezometer ... 79

Gambar 2.185. Mencatat Tinggi Muka Air ... 79

Gambar 2.186. Botol Transparan ... 80

Gambar 2.187. Corong Kalibrasi ... 80

Gambar 2.188. Pelat Corong Pasir ... 81

(14)

xiii

Gambar 2.189. Penggaris ... 81

Gambar 2.190. Pasir Ottawa ... 82

Gambar 2.191. Paku ... 82

Gambar 2.192. Mengisi Pasir Ottawa ... 83

Gambar 2.193. Menimbang Berat Pasir Ottawa, Botol, dan Corong ... 84

Gambar 2.194. Membersihkan Lahan ... 84

Gambar 2.195. Memasang Pelat ... 84

Gambar 2.196. Memaku Pelat ... 85

Gambar 2.197. Menggali Lubang ... 85

Gambar 2.198. Meletakkan Corong dan Botol ... 85

Gambar 2.199. Mengangkat Corong dan Botol ... 86

Gambar 2.200. Menimbang Berat Corong, Botol, dan Sisa Pasir ... 86

Gambar 2.201. Menimbang Berat Tanah Galian ... 86

Gambar 2.202. Menimbang Berat Kontainer dan Tanah Galian ... 87

Gambar 2.203. Memasukkan Sampel ke Oven ... 87

Gambar 2.204. Mengeluarkan dan Menimbang Sampel ... 87

Gambar 2.205. Folmulir DCP ... 88

Gambar 2.206. Beban Penumbuk ... 88

Gambar 2.207. Cangkul ... 89

Gambar 2.208. Linggis ... 89

Gambar 2.209. Landasan Penumbuk ... 89

Gambar 2.210. Batang Penyambung dan Mistar Plat Baja ... 90

Gambar 2.211. Konus ... 90

Gambar 2.212. Kunci Inggris ... 90

Gambar 2.213. Memasang Landasan Penumbuk ... 91

Gambar 2.214. Memasang Konus dibawah Batang Penyambung ... 91

Gambar 2.115. Memastikan Lahan Tidak Ada Kerikil ... 91

Gambar 2.216. Memasang Mistar Plat Baja ... 92

Gambar 2.217. Memastikan Mistar Plat Baja Tegak Lurus ... 92

Gambar 2.218. Menjatuhkan Beban dan Membaca Penurunan Konus ... 92

(15)

xiv

Gambar 3.1. Grafik Kadar Air (W) Vs. Jumlah Ketukan (N) ... 106

Gambar 3.2. Grafik Plasticity Chart USCS ... 107

Gambar 3.3. Gradasi Butiran Tanah ... 112

Gambar 3.4. Grafik Diameter vs Persen Lolos ... 117

Gambar 3.5. Grafik Analisis Saringan dan Hidrometer ... 117

Gambar 3.6. Grafik Pengujian Standar Proctor ... 124

Gambar 3.7. Grafik Penetrasi VS Tekanan ... 129

Gambar 3.8. Grafik Tumbukan Vs Penetrasi ... 137

Gambar 3.9. Grafik DCP Vs CBR ... 137

(16)

xv

DAFTAR NOTASI

γ = Volume tanah W = Kadar air (T1oC) = Suhu awal (T 20oC) = Suhu 200C

PL = Batas Plastis Tanah (%) LL = Batas Cair Tanah (%) PI = Indeks Plastisitas Tanah (%) ω = Kadar Air (%)

M1 = Berat Kontainer (gram)

M2 = Berat Kontainer + Tanah Basah (gram) M3 = Berat Kontainer + Tanah Kering (gram) Rcp = Pembacaan Hidrometer Terkoreksi (mm) R = Pembacaan Hidrometer (mm)

Fr = Koreksi Temperatur Fz = Koreksi Bacaan nol Rcl = Bacaan Terkoreksi (mm) FM = Koreksi Meniscus (mm)

A = Variasi Nilai A terhadap Gs (Lampiran I) Rcp = Pembacaan Hidrometer Terkoreksi Ms = Massa Tanah

D = Diameter (mm)

a = Koreksi terhadap Nilai Gs L = Tinggi Efektif (cm) H = Tinggi mould (cm) D = Diameter mould (cm) V = Volume mould (cm³)

ɣ wet = Berat volume basah tanah (gr/cm³)

(17)

xvi ɣ dry = Berat volume kering (gr/cm³)

ZAVL = Garis Zero Air Void Line (gr/cm³) Gs = Specific gravity (2,603)

Q = Debit Air (liter/s) V = Volume Air (liter)

t = Waktu (s)

k = Koefisien Permeabilitas (m/s) L = Jarak Antar Lubang (m)

D = Diameter (m)

H = Tinggi Muka Air (m)

ω = Kadar air tanah di lapangan (%) Ww = Berat air (gram)

Ws = Berat tanah kering (gram) Wdry = Berat tanah kering galian (gram) Wwet = Berat tanah galian/ basah (gram) V = Volume tanah galian (cm3)

Wch = Berat pasir pada tanah galian (gram) Wc = Berat pasir dalam kerucut (gram) γpasir = Berat volume pasir (gram/cm3) Dr = Derajat kepadatan (%)

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Definisi tanah dari sudut pandang ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relatif lepas yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap diantara partikel partikel. Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya (Hardiyatmo, 1992).Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian- bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef,1994).

Proses pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi. Proses fisis dapat berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau pemecahan akibat terjadinya pembekuan dan pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi terjadi karena perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan karbondioksida (Wesley, 1977).

Tanah secara garis besar menjadi tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah lempung yang memiliki nilai porositas yang besar tetapi tidak permeabel dikarenakan rongganya berukuran sangat kecil.

Tanah lempung sendiri terdiri dari partikel mineral lempung yang sangat aktif dan mudah dalam menyerap air. Tanah lempung dengan plastistas tinggi, kohesifitas yang tinggi berakibat fluktuasi kembang susut yang 1ontaine besar. Tanah tersebut sangat lengket dan volumenya mengembang pada kondisi basah, sedangkan pada kondisi kering tanah lempung mengalami retakan retakan akibat tegangan susut.

(19)

2 1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum mekanika tanah I adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui berat volume dari sampel tanah tidak terganggu (UDS) b. Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam suatu sampel tanah.

c. Untuk mengetahui nilai specific gravity (Gs) suatu sampel tanah.

d. Untuk mengetahui nilai batas – batas atterberg, yaitu batas cair (LL) dan batas plastis dan menghitung nilai indeks plastisitas suatu tanah (PI).

e. Untuk mengetahui gradasi tanah yang tertahan saringan No. 200 dan mengetahui nilai koefisien gradasi (Cc) dan koefisien keseragaman(Cu).

f. Untuk mengetahui nilai berat kering maksimum dan kadar air optimum suatu jenis tanah yang didapatkan di laboratorium.

g. Untuk menentukan nilai CBR tanah yang dipadatkan di labaratorium.

h. Menghitung nilai kepadatan (berat isi kering) tanah di lapangan dan Menentukan nilai derajat kepadatan (Dr) tanah di lapangan.

i. Untuk menguji kekuatan atau daya dukung CBR di lapangan secara cepat dengan menggunakan alat penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone Penetrometer).

(20)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar

Tanah adalah unsur penting yang mendukung segala aspek kegiatan manusia. Yang man, tanah berfungsi sebagai penyedia unsur hara, penahan air dan sebagai media pertumbuhan tanaman..Salah satu komponen sifat fisik tanah adalah berat volume tanah. Berat volume tanah adalah perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah termasuk ruang pori di dalam tanah. Pentingnya mempelajari kerapatan massa tanah adalah karena berhubungan dengan porositas tanah,permeabilitas tanah dan komponen-komponen sifat fisik tanah lainnya.

Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah,serta sifat fisik tanah lainnya. Nilai berat volume bervariasi antara satu titik dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik,tekstur tanah,kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain.Nilai berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah.

Rumus :

M3= M1-M2 V = 1

4πD2H γ = M3

v Keterangan :

M1 = Massa tanah dan cincin M2 = Massa cincin

M3 = Massa tanah V = Volume cincin

(2.1) (2.2) (2.3)

(21)

4 γ = Volume tanah

Tanah tersusun dari dua penyusun utama yaitu padatan atau butiran tanah dan rongga atau pori. Ruang pori dapat terisi seluruhnya oleh udara atau air, atau dapat juga berisi keduanya. Untuk menentukan jumlah air yang terdapat dalam tanah tersebut, dilakukan dengan cara mengukur berat tanah sebelum dikeringkan atau tanah basah dan berat tanah setelah dikeringkan. Selisih berat tanah tersebut merupakan berat air dan berat tanah setelah dikeringkan. Selanjutnya, kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran tanah yang dinyatakan dalam bentuk persen. Adapun rumus yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air tanah adalah :

M4 = M2 - M3 Mw = M1 - M2 W (%) = Mw

M4x100%

Keterangan :

M1 = Massa tanah basah dan cawan M2 = Massa tanah kering dan cawan M3 = Massa cawan

M4 = Massa tanah kering Mw = Massa air

W = Kadar air

Berat isi tanah merupakan sebuah perbandingan antara massa tanah dengan kerapatan atau volume partikel yang ditambah dengan ruang pori diantaranya. Berat jenis tanah unit massa dinyatakan dalam satuan gr/cm3 dan telah mengalami kering oven 105oC.

Volume tanah terdiri atas padatan dalam tanah dan rongga atau pori antara partikel tanah. Di lapangan. Berat jenis tanah merupakan berat massa tanah dalam satuan volume partikel tanah. Berat tanah didapat dari berat kering mutlak tanah, sehingga volume padatan didapat berdasarkan hukum Archimedes. Volume padatan tanah dapat diketahui dengan penambahan volume air setelah tanah dimasukkan ke (2.4) (2.5) (2.6)

(22)

5 dalam air. Massa air dan spesific gravity dapat dihitung dengan persamaan :

Mw = (M1 + Ms) – M2 (2.7)

Gs pada (T1o

C) = Ms Mw

(2.8) Gs pada (T 20o

C) = Gs × 0,998 (2.9)

GS̅̅̅̅ = Gs(T 20)1 + Gs(T 20)2

2

(2.10) Keterangan:

Mw = Massa air (gram)

Ms = Massa tanah kering (gram)

M1 = Massa piknometer + air + tutup (gram)

M2 =Massa piknometer + air + tanah + tutup (gram) (T1oC) = Suhu awal

(T 20oC) = Suhu 200C

Kadar air di mana transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis (plastic limit), dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal juga sebagai batas-batas Atterberg (Atterberg Limit). Batas plastis (plastic limit) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara 7 daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika di gulung.

Batas cair (liquid limit) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis (Hardiyatmo, 1992).

Indeks plastisitas (Plasticity Index) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis. Pengukuran batas-batas ini dilakukan secara rutin untuk sebagian besar penyelidikan-penyelidikan yang meliputi tanah yang berbutir halus. Karena batas-batas ini tidak merupakan sifat-sifat fisika yang jelasmaka dipakai cara empiris untuk menentukannya. Penentuan batas-batas Atterberg ini dilakukan hanya pada bagian tanah yang melalui saringan No. 40 (Wesley, 1977).

(23)

6 Untuk mencari batas-batas Atterberg (Atterberg Limits) dinyatakan dengan persamaan berikut:

PL = ws-wd

wd × 100% (2.11)

LL = ω (%) (N 25)

0,121

(2.12)

PI = LL – PL (2.13)

Keterangan:

PL = Batas Plastis Tanah (%) LL = Batas Cair Tanah (%) PI = Indeks Plastisitas Tanah (%)

Analisis saringan merupakan bagian penting dalam teknik sipil, terutama dalam desain dan pembuatan struktur-struktur geoteknik seperti jembatan, gedung, dam, dan lain-lain. Analisis saringan dilakukan dengan cara mengocok atau menggoyangkan sampel tanah melalui satu set ayakan yang memiliki bukaan semakin kecil (Braja M.

Das, 2016). Analisis saringan dilakukan untuk memahami kinerja tanah berpasir sebagai bahan pembentuk struktur, seperti kemampuan tanah menahan beban dan resistensi terhadap deformasi.

Analisis saringan melibatkan uji tanah untuk menentukan sifat-sifat mekanik tanah seperti konsistensi, kepadatan, dan modulus elastisitas. Data yang didapat dari uji ini kemudian dianalisis untuk menentukan jenis tanah dan gradasi tanah. Analisis saringan juga membantu dalam memahami perubahan kinerja tanah seiring dengan waktu dan lingkungan, seperti efek lingkungan dan beban. Hal ini sangat penting dalam menentukan kualitas dan ketahanan jangka panjang dari struktur geoteknik.

(2.14)

(2.15)

(2.16)

% Massa Tertahan = Ʃ Massa Tertahan Massa Tertahan × 100%

% Massa Kumulatif = (A)% + (B)% + (C)%....

% Passing = 100% − % Kumulatif Tertahan

(24)

7 Pengujian CBR digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar, fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan dan lapangan terbang. Pengujian CBR laboratorium dilakukan terhadap beberapa benda uji, umumnya tergantung pada kadar air pemadatan dan densitas kering yang ingin dicapai.

Secara umum pengujian CBR laboratorium ini (sesuai tahapannya) mencakup penyiapan peralatan, contoh material dan contoh uji, pemadatan, penentuan massa basah dan kadar air benda uji, perendaman, uji penetrasi, penggambaran kurva hubungan antara beban dan penetrasi, dan penentuan nilai CBR. CBR desain juga dapat ditentukan melalui pengujian CBR ini, yaitu dengan menggunakan kurva hubungan antara CBR dan densitas kering dari setiap benda uji dengan ukurann material yang digunkan maksimum 19,0 mm (3/4 inci).

ω = M2-M3

M3-M1 × 100 % (2.17) A = 0,25 × 3,14 × (D × 0,3937)2 (2.18)

P =

Beban

A (2.19)

CBR(0,1”) =Beban pada grafik

3000 lb/in2 × 100% (2.20) CBR(0,2”) = Beban pada grafik

4500 lb/in2 × 100% (2.21) Keterangan:

ω = Kadar Air (%)

M1 = Berat Kontainer (gram)

M2 = Berat Kontainer + Tanah Basah (gram) M3 = Berat Kontainer + Tanah Kering (gram) A = Luas Penampang Mould (in2)

(25)

8 Analisis hidrometer dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah yang berbutir halus atau bagian halus dari tanah berbutir campuran (common soil). Sampel tanah yang akan diuji dengan analisis hydrometer, adalah partikel tanah yang lolos saringan No.200, dan terlebih dahulu harus bebas dari material organik, yang dimaksudkan agar zat organik yang belum merupakan bagian dari konsistensi tanah, tidak akan mengacaukan analisis hidrometer tersebut. Tanah dikatakan bergradasi baik bila distribusi ukuran butirannya tersebar secara meluas (bervariasi). Sedangkan tanah disebut bergradasi buruk bila jumlah berat butirannya sebagian besar mengelompok dalam batas interval diameter gradasi seragam (interval sempit), atau dominan butirannya berukuran besar atau berukuran kecil sedangkan butiran ukuran sedang relatif kurang (Dr. Ir. H. Darwis, 2018). Nilai koefisien ini digunakan untuk menggolongkan tanah, bahwa diisebut tanah bergradasi baik, jika : Untuk Tanah Berbutir Halus : 1 < Cc < 3 Cu > 15 Untuk Pasir (berbutir kasar) : 1 < Cc < 3 Cu > 6 Untuk Kerikil : 1 < Cc < 3 Cu > 4.

a = Gs ×1,65 (Gs - 1) × 2,65 Rcp= R + FT – Fz

Rcl = R + Fm

% Lolos = a × Rep

Ms

×

100

% Tertahan saringan No. 200 = Kumulatif Massa Tertahan Saringan No. 200

Massa Sampel Total × 100

% Lolos Saringan No. 200 = 100 - % Tertahan saringan No. 200

% Lolos Penyesuaian = % Lolos × % Lolos saringan No.200 100

D =

L

t

A

Keterangan :

Rcp = Pembacaan Hidrometer Terkoreksi (mm) R = Pembacaan Hidrometer (mm)

Fr = Koreksi Temperatur

(2.22)

(2.24) (2.25) (2.26) (2.27) (2.28) (2.29) (2.23)

(26)

9 Fz = Koreksi Bacaan nol

Rcl = Bacaan Terkoreksi (mm) FM = Koreksi Meniscus (mm)

A = Variasi Nilai A terhadap Gs (Lampiran I) Rcp = Pembacaan Hidrometer Terkoreksi Ms = Massa Tanah

D = Diameter (mm)

a = Koreksi terhadap Nilai Gs L = Tinggi Efektif (cm) t = Waktu (min)

Tanah terbentuk dari proses plapukan batuan serta proses geologi lainnya. Dalam ilmu Teknik sipil tanah berguna sebagai pendukung dari pondasi pada bangunan.

Pada proses perencanaan serta pembuatan bangunan, sifat-sifat tanah yang ada pada wilayah tersebut sangat perlu di analisis untuk mendapatkan desain pondasi yang optimal. Seorang ahli Teknik Sipil harus mempelajari sifat-sifat tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemanfaatan bila dibebani (Compressibility), kekuatan geser, serta kapasitas daya dukung terhadap beban, Pada kondisi kering, tanah terdiri dari dua bagian, yakni butir-butir tanah dan pori-pori udara. Pada kondisi jenuh air, tanah terdiri dari dua bagian yakni butir-butir tanah dan air pori. Pada kondisi tidak jenuh air (natural), tanah terdiri dari tiga bagian, yakni butir-butir tanah, pori-pori udara dan air pori. Hubungan-hubungan berat dan volume yang biasa digunakan dalam mekanika tanah adalah kadar air, porositas, angka pori, berat volume, berat jenis, derajat kejenuhan dan lain-lain. Kadar air optimum didefinisikan sebagai perbandingan antar berat air (Ww) dengan berat butiran (Ws) dalam tanah tersebut dan dinyatakan dalam persen. Berat kering maksimum (γdry max) adalah berat isi terbesar yang dicapai pada pengujian pemadatan.

Pemadatan tanah merupakan salah satu pekerjaan penting dalam setiap proyek pekerasan jalan. Pemadatan tanah berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah yang

(27)

10 memberikan daya dukung kepada lapisan jalan diatasnya, serta juga berfungsi untuk mengurangi besar penurunan tanah yang tidak diinginkan (Andrew Ghea Mahardika, 2020). Adapun rumus yang digunakan dalam Pengujian Pemadatan Standatar adalah :

ω = mm2- m3

3- m1 × 100% (2.30)

ω̅ = ω1+ ω32+ ω3 (2.31)

V = 0,25 × π × D2 × H (2.32)

Ɣwet = mv (2.33)

Ɣdry = Υwet1+W (2.34)

ZAVL = 1+Gs × ωGs × Υw (2.35)

Keterangan:

M1 = Berat kontainer (gr) M2 = Massa tanah basah (gr) M3 = Massa tanah kering (gr)

M4 = Massa Cawan + Tanah Basah (gr) M5 = Massa Cawan + Tanah Kering (gr) H = Tinggi mould (cm)

D = Diameter mould (cm) V = Volume mould (cm³) ω = Kadar air tanah (%)

ɣ wet = Berat volume basah tanah (gr/cm³) ɣ dry = Berat volume kering (gr/cm³) ZAVL = Garis Zero Air Void Line (gr/cm³) Gs = Specific gravity (2,603)

Pengujian CBR digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material lapis tanah dasar, fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang untuk perkerasan jalan dan lapangan terbang. Pengujian CBR laboratorium dilakukan terhadap beberapa benda uji, umumnya tergantung pada kadar air pemadatan dan densitas kering yang ingin dicapai.

(28)

11 Secara umum pengujian CBR laboratorium ini (sesuai tahapannya) mencakup penyiapan peralatan, contoh material dan contoh uji, pemadatan, penentuan massa basah dan kadar air benda uji, perendaman, uji penetrasi, penggambaran kurva hubungan antara beban dan penetrasi, dan penentuan nilai CBR. CBR desain juga dapat ditentukan melalui pengujian CBR ini, yaitu dengan menggunakan kurva hubungan antara CBR dan densitas kering dari setiap benda uji dengan ukurann material yang digunkan maksimum 19,0 mm (3/4 inci).

ω = M2-M3

M3-M1 × 100 % (2.36) A = 0,25 × 3,14 × (D × 0,3937)2 (2.37)

P =

Beban

A (2.38)

CBR(0,1”) =Beban pada grafik

3000 lb/in2 × 100% (2.39) CBR(0,2”) = Beban pada grafik

4500 lb/in2 × 100% (2.40) Keterangan:

ω = Kadar Air (%)

M1 = Berat Kontainer (gram)

M2 = Berat Kontainer + Tanah Basah (gram) M3 = Berat Kontainer + Tanah Kering (gram) A = Luas Penampang Mould (in2)

Permeabilitas tanah merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori, atau dapat didefinisikan sebagai kecepatan air untuk melewati tanah pada periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam sentimeter per jam (Baver, 1959).

Permeabilitas tanah juga bisa diartikan sebagai suatu kesatuan yang meliputi infiltrasi tanah serta bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah (Dede Rohmat, 2009). Sifat dari permeabilitas ini sangat di pengaruhi oleh pori dan sifat dari cairan yang mengalir di dalamnya. Hubungan antar pori-pori ini dapat menentukan apakah tanah mempunyai permeabilitas rendah atau tinggi. Dengan adanya pori-pori tanah

(29)

12 yang besar, air dapat mengalir dengan mudah di dalam tanah serta memiliki permeabilitasan yang tinggi, sedangkan pori-pori kecil hubungan antar pori yang seragam akan memiliki permeabilitasan lebih rendah, yang mana dapat menyebabkan air akan lebih lambat melalui tanah. Oleh karena itu, sifat dari cairan yang secara langsung dapat berpengaruh terhadap permeabilitas tanah yaitu viskositas serta berat jenis yang membuat permeabilitas berbanding terbalik dengan sifat kekentalan zat cair, hal ini dapat menyebabkan sifat kekentalan zat cair berkurang dengan naiknya suhu zat cair.

Rumus permeabilatas sendiri, yaitu:

Q = V

t

(2.41)

k = Q x L

(h1-h2) x (0,25 x 3,14 x D2) (2.42) Keterangan :

Q = Debit Air (liter/s) V = Volume Air (liter) t = Waktu (s)

k = Koefisien Permeabilitas (m/s) L = Jarak Antar Lubang (m) D = Diameter (m)

H = Tinggi Muka Air (m)

Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan (degreed of compaction) yaitu perbandingan antara yd (kerucut pasir) dengan yd hasil percobaan pemadatan dilaboraturium.

Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara yd lapangan (kerucut pasir) dengan yd maks. hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam persentase lapangan. (Seputar Teknik Sipil, 2017)

(30)

13 Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini untuk menentukan kepadatan lapisan tanah di lapangan dengan menggunaka pasir baik itu lapisan tanah atau perkerasan lapisan tanah yang dipadatkan. Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif. (Siregar, 2021).

Kerucut pasir (sand cone) terdiri dari sebuah botol plastik atau kaca dengan sebuah kerucut logam dipasang diatasnya. Botol kaca dan kerucut ini diisi dengan pasir Ottawa kering yang bergradasi buruk, yang berat isinya sudah diketahui.

Rumus:

ω = W

w

W

s

x 100%

W

dry

= W

wet

1+ω V = W

ch

-W

c

γ

pasir

γdry =Wdry V Dr

=

γ

𝑑𝑟𝑦 lapangan

γ

𝑑𝑟𝑦 laboratorium

x 100%

Keterangan:

ω = Kadar air tanah di lapangan (%) Ww = Berat air (gram)

Ws = Berat tanah kering (gram) Wdry = Berat tanah kering galian (gram) Wwet = Berat tanah galian/ basah (gram) V = Volume tanah galian (cm3)

(2.43)

(2.44) (2.45)

(2.46) (2.47)

(31)

14 Wch = Berat pasir pada tanah galian (gram)

Wc = Berat pasir dalam kerucut (gram) γpasir = Berat volume pasir (gram/cm3) Dr = Derajat kepadatan (%)

Percobaan Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) atau Penetrasi Kerucut Dinamis dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan di lapangan. Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula melalui ukuran (satuan) dengan menggunakan mistar. Percobaan ini biasanya dilakukan sebagai pekerjaan quality control pekerjaan pembuatan jalan. Pengujian DCP pertama kali diperkenalkan oleh Scala (Australia, 1956). Pengujian dengan cara ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road Research Laboratory), dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985/1986. Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah. Adapun rumus yang digunakan dalam pemeriksaan DCP adalah:

DCP = Penetrasi Awal-Penetrasi Akhir

Selisih Tumbukan (2.48)

CBR :

Konus 30° = 1,352-1,125 log DCP (cm/tumbukan) x 100% (2.49) Konus 60° = 2,8135-1,313 log DCP (mm/tumbukan) x 100% (2.50) Keterangan:

Penetrasi awal = penurunan awal yang diterima tanah Penetrasi akhir = penurunan akhir yang diterima tanah

(32)

15 2.2. Metodologi

2.2.1. Pemeriksaan Berat Volume Tanah 2.2.1.1. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume tanah adalah : 1. Cincin Sampel

Gambar 2.1. Cincin Sampel 2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

Gambar 2.2. Timbangan

(33)

16 3. Tanah

Gambar 2.3. Sampel Tanah 4. Sendok Perata

Gambar 2.4. Sendok Perata

(34)

17 2.2.1.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur dalam pemeriksaan berat volume tanah adalah : 1. Ambil sampel tanah yang akan diuji coba.

Gambar 2.5. Mengambil Sampel Tanah 2. Membentuk sampel dengan menggunakan cincin dan dipadatkan.

Gambar 2.6. Membentuk Sampel 3. Timbang massa tanah dan cincin sampel (M1).

Gambar 2.7. Menimbang Massa Tanah + Cincin Sampel

(35)

18 4. Keluarkan sampel tanah dari cincin, kemudian timbang massa cincin sampel (M2).

Gambar 2.8. Menimbang Massa Cincin Sampel 5. Timbang massa sampel (M3).

Gambar 2.9. Menimbang Massa Sampel 6. Ukur diameter (D) dan tinggi (H) cincin.

Gambar 2.10. Mengukur Diameter dan Tinggi Cincin

(36)

19 2.2.2. Pemeriksaan Kadar Air Tanah

2.2.2.1. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air tanah adalah : 1. Kontainer

Gambar 2.11. Kontainer 2. Timbangan

Gambar 2.12. Timbangan 3. Oven

Gambar 2.13. Oven

(37)

20 4. Sarung Tangan Anti Panas

Gambar 2.14. Sarung Tangan Anti Panas 2.2.2.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur dalam pemeriksaan berat volume tanah adalah : 1. Siapkan sampel tanah dalam kondisi lapangan.

Gambar 2.15. Menyiapkan Sampel Tanah

(38)

21 2. Siapkan kontainer sebanyak 3 buah dan timbang berat kontainer.

Gambar 2.16. Menimbang Berat Kontainer

3. Masukkan sampel tanah kondisi lapangan kedalam masing masing kontainer dan timbang massa tanah basah dan kontainer.

Gambar 2.17. Menimbang Massa Tanah dan Kontainer 4. Masukkan tanah ke dalam oven dengan suhu 110±5°C selama 24 jam

Gambar 2.18. Memasukan Tanah Kedalam Oven

(39)

22 5. Keluarkan kontainer dari dalam oven dan timbang massa tanah kering dan

kontainer.

Gambar 2.19. Menimbang Massa Tanah Kering dan Kontainer 2.2.3. Pengujian Specific Gravity

2.2.3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Sarung tangan

Gambar 2.20. Sarung Tangan

(40)

23 2. Piknometer

Gambar 2.21.Piknometer 3. Termometer

Gambar 2.26. Termometer 4. Saringan no 4

Gambar 2.27. Saringan No 4

(41)

24 5. Air suling

Gambar 2.28. Air Suling 6. Kompor

Gambar 2.29. Kompor 7. Corong

Gambar 2.30. Corong

(42)

25 8. Timbangan

Gambar 2.31. Timbangan 9. Sampel tanah

Gambar 2.32. Sampel Tanah 10. Oven

Gambar 2.33. Oven

(43)

26 2.2.3.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan kali ini sebagai berikut:

1. Mengisi piknometer dengan air sampai leher piknometer

Gambar 2.34. Mengisi Piknometer Dengan Air 2. Menimbang dan mencatat massa piknometer dan air

Gambar 2.35. Menimbang Massa Piknometer dan Air

3. Memasukkan termometer kedalam piknometer + air untuk menghitung suhu awal airnya, jika sudah selesai air tersebut dapat dibuang.

Gambar 2.36. Mengukur Suhu Awal Dengan Menggunakan Termometer

(44)

27 4. Menyiapkan tanah lolos saringan No. 4 sebanyak 50 gr.

Gambar 2.37. Menimbang Tanah Lolos Saringan No. 4 Sebanyak 50 gr.

5. Memasukkan sampel tanah yang sudah ditimbang ke dalam piknometer.

Gambar 2.38. Memasukkan Sampel Tanah kedalam Piknometer.

6. Mengisi air sampai 2/3 bagian piknometer

Gambar 2.39. Mengisi Air

(45)

28 7. Merebus piknometer + air + tanah untuk mengeluarkan udara dari pori-

pori tanah selama 15-20 menit.

Gambar 2.40. Merebus Piknometer + Air + Tanah Selama 15-20 Menit.

8. Mendinginkan temperatur piknometer + air + tanah kembali hingga mendekati suhu awal.

Gambar 2.41. Mendinginkan Piknometer + Air + Tanah.

9. Menambahkan air sampai leher piknometer

Gambar 2.42. Mengisi Piknometer Dengan Air

(46)

29 10. Menimbang dan mencatat massa piknometer, air, dan tanah

Gambar 2.43. Menimbang Massa Piknometer + Air +Tanah 11. Mengeluarkan sampel dari piknometer.

Gambar 2.44. Mengeluarkan Sampel Dari Piknometer.

12. Memasukkan sampel ke dalam oven dengan suhu 110 ± 5°C selama 24 jam.

Gambar 2.45. Memasukkan Sampel Ke Dalam Oven.

(47)

30 13. Menimbang dan mencatat berat kering sampel

Gambar 2.46. Menimbang Berat Kering Sampel 2.2.4. Pengujian Batas – Batas Atterberg

2.2.4.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel tanah lolos saringan no. 40 sebanyak 250 gram

Gambar 2.47. Sampel Tanah

(48)

31 2. Cawan Cassagrande

Gambar 2.48. Cawan Cassagrande 3. Skrap

Gambar 2.49. Skrap 4. Air suling

Gambar 2.50. Air Suling

(49)

32 5. Saringan no. 40

Gambar 2.51. Saringan no. 40 6. Grooving tool

Gambar 2.52. Grooving Tool 7. Plat kaca

Gambar 2.53. Plat Kaca

(50)

33 8. Timbangan dengan ketelitian 0,01 g

Gambar 2.54. Timbangan

9. Oven

Gambar 2.55. Oven 10. Kontainer

Gambar 2.56. Kontainer

(51)

34 2.2.4.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Batas cair

a. Mencampur sampel tanah dengan air pada plat kaca, lalu aduk sampai homogen dengan skrap.

Gambar 2.57. Mencampur Sampel Tanah dengan Air

b. Jika secara visual sudah homogen, Meletakkan campuran tanah homogen pada cawan Cassagrande.

Gambar 2.58. Meletakkan Campuran Tanah Homogen

(52)

35 c. Menggunakan grooving tool untuk membuat garis tengah pada tanah sehingga

tanah terpisah di bagian tengah.

Gambar 2.59. Membuat Garis Tengah pada Tanah

d. Putar tuas pada alat cawan Cassagrande, Pengujian dihentikan saat kedua sisi tanah bertemu sekitar ½ inchi (kira–kira 13 mm). Hitung jumlah ketukannya.

Gambar 2.60. Memutar Tuas

e. Ambil contoh tanah dari cawan, masukkan ke dalam kontainer.

Gambar 2.61. Memasukan Sampel Tanah

(53)

36 f. Timbang massa sampel tanah dan kontainer. Melakukan kembali mulai dari mencampurkan tanah dengan air sampai mencari kadar airnya sebanyak 3 sampel. Dengan syarat mencari range ketukan 10-20, 20-30, 30-40.

Gambar 2.62. Menimbang Massa Sampel Tanah dan Kontainer g. Mengeringkan memasukkan sampel dengan oven selama 24 jam.

Gambar 2.63. Mengeringkan Sampel Tanah

h. Mengambil mengeluarkan sampel setelah 24 jam, Setelah itu hitung massa tanah kering + kontainer untuk dihitung kadar airnya.

Gambar 2.64. Mengeluarkan Sampel dari Oven

(54)

37 2. Batas plastis

a. Mencampur 30 gram tanah lolos saringan No. 40 dengan air sampai homogen.

Gambar 2.65. Mengaduk Sampel Tanah

b. Mengambil sedikit sampel homogen dan membentuk bola ellips, lalu menggulingkan pada plat kaca sampai memiliki diameter seragam 3,2 mm.

Gambar 2.66. Menggulingkan Sampel di Plat Kaca

(55)

38 c. Memasukkan contoh sampel ke kontainer, lalu timbang dan catat beratnya.

Gambar 2.67. Memasukkan Contoh Sampel d. Memasukkan sampel ke dalam oven selama 24 jam.

Gambar 2.68. Memasukkan Sampel ke Oven

e. Mengeluarkan sampel dari oven setelah 24 jam, lalu timbang dan catat berat kering sampel untuk data kadar air.

Gambar 2.69. Mengeluarkkan Sampel dari Oven.

(56)

39 2.2.5. Pengujian Analisis Saringan

2.2.5.1. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume tanah adalah : 1. Satu Set Saringan.

Gambar 2.70. Satu Set Saringan 2. Sieve Shaker.

Gambar 2.71. Sieve Shaker 3. Air Suling.

Gambar 2.72. Air Suling

(57)

40 4. Timbangan.

Gambar 2.73. Timbangan.

5. Oven.

Gambar 2.74. Oven.

6. Sarung Tangan Anti Panas.

Gambar 2.75. Sarung Tangan Anti Panas.

(58)

41 7. Cawan.

Gambar 2.76. Cawan.

2.2.5.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur dalam analisis saringan tanah adalah:

1. Keringkan benda uji di dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 ± 5 ⁰C.

Gambar 2.77. Mengeringkan Benda Uji 2. Ambil 500 gram tanah yang sudah dikeringkan.

Gambar 2.78. Menimbang Benda Uji

(59)

42 3. Cuci tanah sampai bersih dengan saringan no. 200 (air cucian menjadi bening).

Gambar 2.79. Mencuci Benda Uji

4. Setelah itu, sampel tanah yang tersisa / tertahan saringan no.200 dikeringkan tanah di dalam oven selama 24 Jam dengan oven bersuhu 110 ± 5 ⁰C

Gambar 2.80. Mengeringkan Benda Uji 5. Siapkan satu set saringan .

Gambar 2.81. Menyiapkan Satu Set Saringan

(60)

43 6. Menyalakan mesin sieve shaker untuk mengayak tanah selama 10 menit.

Gambar 2.82. Diayak Menggunakan Sieve Shaker.

7. Timbang massa tanah yang tertahan di masing – masing saringan.

Gambar 2.83. Menimbang Massa Tanah

(61)

44 2.2.6. Analisis Hidromater

2.2.6.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum analisis hidrometer, sebagai berikut:

1. Constant waterbath

Gambar 2.84. Constant Waterbath 2. Cawan

Gambar 2.85. Cawan

(62)

45 3. 50 gram tanah lolos saringan No.200

Gambar 2.86. Tanah Lolos Saringan No.200 4. Termometer

Gambar 2.87. Termometer 5. Batang pengaduk

Gambar 2.88. Batang Pengaduk

(63)

46 6. Alat hidrometer

Gambar 2.89. Alat Hidrometer 7. Spatula kecil

Gambar 2.90. Spatula Kecil 8. Gelas ukur

Gambar 2.91. Gelas Ukur

(64)

47 9. Mixer

Gambar 2.92. Mixer 2.2.6.2. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum analisis hidrometer, sebagai berikut:

1. Menyiapkan 125 ml deflocculating agent.

Gambar 2.93. Menyiapkan Deflocculating Agent 2. Menyiapkan 50 gram sampel tanah lolos saringan No.200.

Gambar 2.94. Menyiapkan Sampel Tanah

(65)

48 3. Mencampur sampel tanah dengan 125 ml deflocculating agent.

Gambar 2.95. Mencampur Sampel Tanah Deflocculating Agent 4. Menutup sampel tanah kemudian diamkan selama 8-12 jam.

Gambar 2.96. Menutup Sampel Tanah

5. Menyiapkan dan mencampurkan 125 ml deflocculating agent dengan air suling hingga 1000 ml.

Gambar 2.97. Mencampurkan Deflocculating Agent dengan Air

(66)

49 6. Memasukkan gelas ukur ke dalam constant waterbath, kemudian ukur

suhunya.

Gambar 2.98. Memasukkan Gelas Ukur ke Dalam Constant Waterbath

7. Memasukkan hidrometer ke dalam gelas ukur dan baca nilai Fz saat alat stabil.

Gambar 2.99. Memasukkan Hidrometer ke Dalam Gelas Ukur 8. Memasukkan sampel tanah yang sudah didiamkan ke dalam mixer.

Gambar 2.100. Memasukkan Sampel Tanah ke Dalam Mixer.

(67)

50 9. Menambahkan air sampai 2/3 bagian mixer.

Gambar 2.101. Menambahkan Air 10. Menyalakan alat mixer dan biarkan selama 2 menit.

Gambar 2.102. Menyalakan Mixer

11. Mematikan alat dan tuangkan campuran sampel tanah dan air ke dalam gelas ukur.

Gambar 2.103. Menuangkan Campuran Sampel Tanah dan Air

(68)

51 12. Menambahkan air ke dalam gelas ukur sampai 1000 ml.

Gambar 2.104. Menambahkan Air ke Dalam Gelas Ukur 13. Memasukkan gelas ukur ke dalam constant waterbath.

Gambar 2.105. Memasukkan Gelas Ukur ke Dalam Constant Waterbath 14. Mengaduk campuran dengan batang pengaduk sampai tanah tercampur rata.

Gambar 2.106. Mengaduk Campuran Sampel Tanah dan Air

(69)

52 15. Mengukur suhu awal dari campuran.

Gambar 2.107. Mengukur Suhu

16. Memasukkan alat hidrometer dan lakukan pembacaan tiap waktu t = 4; 8;

15; 30 menit, 1; 2; 4; 8; 24; dan 48 jam.

Gambar 2.108. Memasukkan Alat Hidrometer

(70)

53 2.2.7. Pengujian Pemadatan Standar (Standar Proctor)

2.2.7.1. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian standar proctor adalah : 1. Saringan no.4

Gambar 2.109. Saringan no.4 2. Proctor standard (Massa 5.5lbs, dan tinggi jatuh 1 ft)

Gambar 2.110. Proctor Standard 3. Mould (diameter 4” dan tinggi 4,6”)

Gambar 2.110. Mould

(71)

54 4. Oven

Gambar 2.111. Oven 5. Container

Gambar 2.112. Container 6. Palu Karet

Gambar 2.113. Palu Karet

(72)

55 7. Plastik

Gambar 2.114. Plastik 8. Pisau Perata

Gambar 2.115. Pisau Perata 9. Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg

Gambar 2.116. Timbangan

(73)

56 10. Air Suling

Gambar 2.117. Air Suling 11. Gelas ukur

Gambar 2.118. Gelas Ukur 12. Cawan

Gambar 2.119. Cawan

(74)

57 13. Kertas

Gambar 2.120. Kertas 2.2.7.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur pelaksanaan dalam pengujian standar proctor adalah : 1. Menimbang massa mould.

Gambar 2.121. Menimbang Massa Mould 2. Menyaring sampel tanah.

Gambar 2.122. Menyaring Sampel Tanah

(75)

58 3. Meletakkan sampel pada container.

Gambar 2.123. Meletakkan Sampel 4. Menambahkan air.

Gambar 2.124. Menambahkan Air 5. Mengoleskan mould dengan oli.

Gambar 2.125. Mengoleskan Oli

(76)

59 6. Meletakkan kertas pada dasar mould.

Gambar 2.126. Meletakkan Kertas Pada Mould 7. Memasang mould.

Gambar 2.127. Memasang Mould 8. Mengisi 1/3 mould dengan sampel tanah.

Gambar 2.128. Mengisi Mould dengan tanah

(77)

60 9. Menumbuk sampel di dalam mould sebanyak 25 kali tiap 1/3 bagian.

Gambar 2.129. Menumbuk Sebanyak 25 kali 10. Mengambil sampel tanah pada tiap bagian.

Gambar 2.130. Mengambil Sampel 11. Menimbang berat sampel.

Gambar 2.131. Menimbang Berat Sampel

(78)

61 12. Memasukkan sampel kedalam oven selama 24 jam.

Gambar 2.132. Memasukkan Sampel Kedalam Oven 13. Mengeluarkan sampel dari oven setelah 24 jam.

Gambar 2.133. Mengeluarkan Sampel Dari Oven 14. Menimbang dan mencatat berat kering.

Gambar 2.134. Menimbang dan Mencatat Berat Kering

(79)

62 2.2.8. Pengujian California Bearing Ratio (CBR Laboratorium)

2.2.8.1. Alat dan Bahan

alat dan bahan yang digunakan pada pengujian kali ini sebagai berikut:

1. Alat CBR

Gambar 2.135. Alat CBR 2. Saringan No 4

Gambar 2.136. Saringan No4

(80)

63 3. Sarung tangan anti panas

Gambar 2.137. Sarung tangan

4. Palu karet

Gambar 2.138. Palu karet 5. Batang penumbuk

Gambar 2.139. Batang Penumbuk

(81)

64 6. Plastic ukuran 5 kg

Gambar 2.140. Plastik 7. Air suling

Gambar 2.141. Air 8. Gelas ukur

Gambar 2.142. Gelas Ukur

(82)

65 9. Timbangan

Gambar 2.143. Timbangan 10. Mould

Gambar 2.144. Mould 11. Kontainer besar

Gambar 2.145. Kontainer

(83)

66 12. Cawan

Gambar 2.146. Cawan 13. Oli

Gambar 2.147. Oli 14. Pisau Perata

Gambar 2.148. Pisau Perata

(84)

67 15. Kertas

Gambar 2.149. Kertas 16. Keping beban donat

Gambar 2.150. Beban Donat 17. Spacer disk

Gambar 2.151. Spacer Disk

(85)

68 18. Keping beban C

Gambar 2.152. Beban C 2.2.8.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Keringkan sampel tanah

Gambar 2.153. Keringkan Sampel 2. Timbang mould

Gambar 2.154. Timbang Mould

(86)

69 3. Saring tanah dengan saringan No 4

Gambar 2.155. Saring Sampel 4. Oleskan mold dengan oli

Gambar 2.156. Oleskan Oli 5. Masukan tanah kedalam mold

Gambar 2.157. Masukan Tanah

(87)

70 6. Tumbuk tanah dengan alat penumbuk sebanyak 65x tumbukan secara merata

Gambar 2.158. Tumbuk Tanah 7. Ratakan permukaan mold

Gambar 2.159. Ratakan Tanah 8. Timbang masa mould dengan tanah

Gambar 2.160. Timbang Masa Mould

(88)

71 9. Letakan keping beban pada mould

Gambar 2.161. Letakan beban 10. Masukan mould kedalam mesin CBR

Gambar 2.162. Masukan Mould 11. Kalibrasi mesin CBR dengan menaikannya hingga 4,5 kg

Gambar 2.163. Kalibrasi Mesin CBR

(89)

72 12. Mulai melakukan pembacaan

Gambar 2.164. Membaca Data

13. Setelah melakukan pembacaan masukan tanah kedalam kontener

Gambar 2.165. Memasukan Tanah 14. Menimbang berat massa tanah

Gambar 2.166. Menimbang Tanah

(90)

73 15. Masukan sempel tanah ke dalam oven

Gambar 2.167. Memasukan Kedalam Oven 2.2.9. Pengujian Permeabilitas Constan Head

2.2.9.1. Alat dan Bahan

Adapun alat serta bahan percobaan pada praktikum ini, yaitu:

1. Stopwatch

Gambar 2.168. Stopwatch

(91)

74 2. Ember

Gambar 2.169. Ember 3. Kertas Saring

Gambar 2.170. Kertas Saring 4. Batu Pori

Gambar 2.171. Batu Pori

(92)

75 5. Sampel Tanah

Gambar 2.172. Sampel Tanah 6. Gelas Ukur

Gambar 2.173. Gelas Ukur 7. Constant Waterbath

Gambar 2.174. Constant Waterbath

(93)

76 8. Satu set alat constant head

Gambar 2.175. Satu Set Alat Constant Head 9. Air Suling

Gambar 2.176. Air Suling 2.2.9.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedure dari percobaan kali ini, yaitu:

1. Mengukur besarnya diameter tabung serta jarak antar lubang piezometer

Gambar2.177. Mengukur Diameter Tabung dan Jarak Antar Dua Lubang Piezometer

(94)

77 2. Memasang batu pori dan kertas saring pada dasar tabung permeameter

Gambar 2.178. Memasang Batu Pori dan Kertas Saring pada Dasar Tabung Permeameter

3. Memasang tabung permeameter

Gambar 2.179. Memasang Tabung Permeameter

4. Memasukkan sampel tanah ke dalam tabung permeameter, lalu letakkan kembali kertas saring serta batu pori diatas sampel tanah

Gambar 2.180. Mengisi Sampel Tanah ke Dalam Tabung Permeameter Serta Meletakkan Kertas Saring dan Batu Pori

(95)

78 5. Meletakkan per di atas batu pori lalu ditutup serta dikencangkan bautnya

Gambar 2.181. Meletakkan Per di Atas Batu Pori Serta Mengencangkan Bautnya

6. Memasang selang kapiler pada tabung permeameter

Gambar 2.182. Memasang Selang Kapiler pada Tabung Permeameter 7. Membuka kran bagian tabung atas agar air mengalir ke sampel tanah

Gambar 2.183. Membuka Kran Bagian Tabung Atas

(96)

79 8. Saat sample tanah sudah jenuh, perhatikan kenaikan ketinggian air pada piezometer lalu membuka kran bawah tabung untung menghitung debit air yang keluar

Gambar 2.184. Memperhatikan Kenaikan Ketinggian Air pada Piezometer

9. Saat tinggi muka air pada piezometer telah stabil, catat masing-masing tinggi muka airnya

Gambar 2.185. Mencatat Tinggi Muka Air

(97)

80 2.2.10. Pemeriksaan Kepadatan Tanah Dengan Kerucut

Gambar

Gambar 2.1. Cincin Sampel  2.  Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
Gambar 2.3. Sampel Tanah  4.  Sendok Perata
Gambar 2.5. Mengambil Sampel Tanah  2.  Membentuk sampel dengan menggunakan cincin dan dipadatkan
Gambar 2.10. Mengukur Diameter dan Tinggi Cincin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hitung kadar air yang dibutuhkan untuk membuat tanah menjadi jenuh pada berat volume kering maksimum, jika berat jenis (G s ) =

Parameter gulma yang diamati meliputi jenis gulma dan berat kering gulma pada lahan sebelum percobaan, jumlah dan berat kering gulma dari setiap kedalaman tanah dan

Berat jenis partikel adalah perbandingan antara berat kering tanah dengan volume tanah (tidak termasuk pori yang terdapat di antara partikel), yang dinyatakan dalam gram

Biaya pengoperasian alat berat excavator selama pengerjaan galian tanah sebesar Rp 8.005.270 sedangkan untuk penggunaan alat berat Dump truck yang digunakan untuk

Pada perlakuan pertama biji kacang tanah dengan berat awal 3,7 gram direndam dengan aquades dan diketahui berat akhir setelah perendaman sebesar 3,9 gram, sehingga mengalami

Percobaan sand cone merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di lapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan tanah) asli ataupun hasil suatu pekerjaan

PEKERJAAN TERJUNAN/DROP 1 Pembersihan Lapangan man power 2 Galian Tanah Sedimen Alat berat Maksimal 1 Km 3 Galian Tanah Biasa man power 4 Bongkaran Bangunan Lama 5 Pekerjaan

2.1 Metode Pengujian Sand Cone Percobaan kerucut pasir sand cone merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di lapangan, untuk menentukan berat isi kering kepadatan tanah asli