• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORE ( Connection, Organizing,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "CORE ( Connection, Organizing, "

Copied!
242
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan saat ini dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran. “Terwujudnya pendidikan yang bermutu memerlukan upaya peningkatan mutu pembelajaran karena mulut dari berbagai program pendidikan adalah terselenggaranya program pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran matematika yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghubungkan pengetahuan siswa melalui contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari atau melalui media yang dapat digunakan langsung dalam pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut Marsigit dalam (Astiningsih, 2014) menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan mengembangkan lingkungan belajar sebagai perantara penyampaian bahan ajar matematika. Menurut Suherman dalam (Putri, 2016), seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien agar kegiatan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan tercipta interaksi yang baik bagi siswa.

Dalam pembelajaran matematika keberadaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana berupa media dan model pembelajaran yang menunjang keberhasilan suatu proses belajar mengajar harus diperhatikan. Muhammadiyah Datarang menjelaskan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi Aljabar kurang memuaskan karena dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang konvensional dimana siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan guru sehingga siswa mengalami sikap pasif dan tidak terlibat. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk membuat dugaan, merumuskan argumentasi, merumuskan definisi dan generalisasi serta saling berdiskusi sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan matematikanya.

Muhammadiyah Datarang penulis berinisiatif menerapkan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang menciptakan suasana belajar aktif adalah model pembelajaran CORE (Connection. Organizing, Reflection, Extending). Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis berinisiatif untuk memberi nama judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connection, Organize, Reflection, Expand) Terhadap Hasil Belajar”.

Rumusan Masalah

Inti merupakan singkatan dari empat kata yang mempunyai kesatuan fungsi dalam proses pembelajaran yaitu koneksi, pengorganisasian, refleksi dan ekstensi yang merupakan model pembelajaran dengan metode diskusi, yang mengandung unsur ungkapan pikiran, pertanyaan antar siswa atau pertentangan. sintaksisnya adalah (koneksi) hubungan antara informasi lama dan baru dan antar konsep, pengorganisasian (organisasi) gagasan untuk memahami materi, (refleksi) pemikiran ulang, pendalaman, eksplorasi, (ekspansi) pengembangan dan perluasan. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran CORE (Koneksi, Organisasi, Refleksi, Ekstensi) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MT.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penerapan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) di kelas diharapkan dapat membantu siswa dalam hal hasil belajarnya.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Kajian Pustaka

  • Model Pembelajaran
  • Respon Siswa
  • CORE (Connection, Organizing, Reflecion, Extending)
  • Hasil Belajar Matematika
  • Materi Ajar
  • Penelitian yang Relevan

Terdapat pengaruh terhadap hasil belajar dan reaksi siswa pada saat penerapan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) pada siswa kelas VII MT. Sebelum diajarkan, Muhammadiyah Datarang menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) (kelas eksperimen) dan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Hasil analisis deskriptif hasil belajar siswa pada kelas eksperimen setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) dan.

Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) dapat dikatakan meningkat secara signifikan. Selain itu, model pembelajaran CORE (Connection, Organization, Reflection, Extension) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MT. Hasil belajar matematika siswa sebelum diperkenalkannya model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) masih dibawah KKM yang ditetapkan MTs.

Muhammadiyah Datarang setelah menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) pada kelas eksperimen untuk siswa VII. DAFTAR SISWA YANG AKAN MENGIKUTI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT MODEL INTI PEMBELAJARAN (HUBUNGAN, ORGANISASI, REFLEKSI, EKSPANSI) Sekolah : MTs.

Tabel 2.1 langkah-langkah model pembelajaran CORE  Tahapan
Tabel 2.1 langkah-langkah model pembelajaran CORE Tahapan

Kerangka Pikir

Hipotesis

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Variabel dan Desain Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Devinisi Operasional Variabel
  • Instrument Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Hasil belajar matematika siswa pada penelitian ini merupakan nilai ujian siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil belajar matematika siswa setelah dan setelah pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada bab ini akan dibahas temuan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs.

Apabila kemampuan awal matematika siswa mendapat nilai sebelum diajar, maka model pembelajaran CORE (Connection, Organize, Reflect, Extend) digunakan untuk pembelajaran eksperimen dan pembelajaran. Data Muhammadiyah dirangking pada pretest melalui model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Jika hasil belajar matematika siswa yang diajar setelah penerapan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dikelompokkan ke dalam kategori, dikelompokkan berdasarkan MTs.

Pemeringkatan Data Muhammadiyah pada Posttest Melalui Model Pembelajaran CORE (Connection, Organization, Reflection, Extension) untuk Kelas Eksperimen dan Model Pembelajaran Konvensional untuk Kelas Kontrol. Dari hasil penelitian pada kelompok eksperimen diketahui adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Hasil Analisis Statistik Inferensial

Sebelum menerapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) pada materi Himpunan di kelas VIIa dan pembelajaran konvensional dengan materi yang sama di kelas VIIb, terlebih dahulu diberikan pre-test untuk mengetahui keterampilan awal. murid-murid. Setelah melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) pada kelas VII dan pembelajaran konvensional pada kelas VII b, selanjutnya setiap siswa diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diterapkan model pembelajaran. Hasil analisis statistik deskriptif hasil awal kemampuan siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organization, Reflection, Extension) dan pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional setelah dilakukan pretest dapat dilihat pada meja. di bawah ini yang dilaksanakan di MT.

Berdasarkan tabel di atas terlihat rata-rata skor kemahiran awal siswa kelas eksperimen sebelum diajar dengan model pembelajaran CORE (Connection, Organize, Reflect, Expand) adalah 29,88, dibandingkan dengan skor ideal sebesar 100,00. Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat bahwa sebanyak 25 dari 25 siswa atau 100% siswa kelas VII yang diberikan pre test sebelum diajar menggunakan CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) model pembelajaran) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol diberi nilai antara 0 sampai dengan 64 dan berada pada kategori sangat rendah. Dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai pada kategori rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Misalnya sebelum diterapkan model pembelajaran CORE (Connection, Organize, Reflect, Extend) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, hasil tes matematika siswa masih tergolong rendah.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelas eksperimen setelah diajar melalui model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) adalah 84,40 dari skor ideal sebesar 100,00. Kriteria keberhasilan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) mempunyai pengaruh terhadap respon yang ditunjukkan siswa pada kelas eksperimen. Berdasarkan Lampiran B, hal ini terlihat dari rata-rata angket respon siswa yang diberikan pada bagian akhir. pertemuan tersebut. Berdasarkan persentase skor angket respon siswa dapat dikatakan bahwa model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) mendapat respon positif dari siswa kelas VII MTs.

Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan pemahaman matematika awal siswa pada kelas eksperimen saat dilakukan pretest = 29,88, namun setelah menggunakan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) dan melakukan posttest, hal ini terlihat dari nilai rata-rata. Rerata yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah = 84,48. Untuk kelas kontrol yang proses pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran konvensional, pretest mempunyai mean = 25,56 dan posttest mempunyai mean = 79,84. Namun setelah dilakukan perlakuan dengan model pembelajaran berbeda diperoleh rata-rata nilai posttest kelas eksperimen = 84,48 dan kelas kontrol = 79,84 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara kedua kelas.

Rata-rata hasil belajar siswa ketika menerapkan model pembelajaran CORE (koneksi, organisasi, refleksi, ekstensi) lebih besar dibandingkan ketika menerapkan model konvensional. Guru dapat menerapkan model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) pada siswa untuk menumbuhkan minat belajar dan penalaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Tingkat keefektifan model pembelajaran CORE (connect,organize,reflect and extend) yang mencakup MLR (Multiple Level Representation) pada tata nama alkana, alkena dan alkuna pada.

Tabel  4.1.Nilai  Statistik  Deskriktif  Hasil  PreetestTerhadapKelas  Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.1.Nilai Statistik Deskriktif Hasil PreetestTerhadapKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pembahsan Hasil Penelitian

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Muhammadiyah Datarang berusia 75 tahun, hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum perlakuan sebesar 29,88. Hasil belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran CORE (Connection, Organizing, Reflection, Extending) dapat dikatakan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, kenapa demikian karena rata-rata nilai yang dicapai siswa jauh lebih tinggi. dari 84,48.

Saran

Tidak bergantung kepada orang lain untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bahan koleksi dan ahli koleksi. Koleksi ialah sekumpulan benda atau objek yang boleh ditakrifkan dengan jelas. Benda atau objek dalam koleksi dipanggil elemen atau ahli koleksi. Setiap benda atau objek yang termasuk dalam koleksi dipanggil ahli/ elemen/ elemen koleksi.

Anggota S yang bukan anggota kelompok diskusi ditempatkan di luar lingkaran, namun tetap berada di dalam persegi panjang. Jika terdapat banyak sekali anggota suatu himpunan, maka setiap anggota himpunan tersebut tidak perlu diwakili oleh suatu titik. Satu set buah-buahan dengan S = {delima, nanas, anggur, duku, semangka, rambutan, melon, apel, asam, mangga,}.

Satu set buah-buahan dengan S = {delima, nanas, anggur, duku, semangka, rambutan, melon, apel, sirsak, mangga,}.

Gambar  di  atas  menunjukkan  suatu  himpuna  dari  hewan  berkaki  dua  dimana  anggotanya  terdiri  dari  penguin,  burung,  ayam,  dan  angsa
Gambar di atas menunjukkan suatu himpuna dari hewan berkaki dua dimana anggotanya terdiri dari penguin, burung, ayam, dan angsa

Gambar

Tabel 2.1 langkah-langkah model pembelajaran CORE  Tahapan
Tabel  4.1.Nilai  Statistik  Deskriktif  Hasil  PreetestTerhadapKelas  Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.3Hasil SPSS Deskriptif Preetest untuk kelas Kontrol
Tabel 4.6 Nilai Statistik Deskriktif Hasil Posttest Terhadap Kelas  Eksperimen dan Kelas Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

36 The Impact of the Russia and Ukraine War on Indonesian Economic and Trade Performance Arif Darmawan1, Nairobi1, Roby Rakhmadi2, Ghania Atiqasani1 1Department of Economic