INTERPRETASI Q.S. AL-HASYR {59} 22-24 TENTANG KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH
(Studi Penafsiran Klasik-Konteporer)
Ahmad Hakiki1, Defriansyah2
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaiuddin Jambi
PENDAHULUAN
Al-Quran sebagai mukjizat terbesar dalam Islam. Mukjizat ini terletak pada keindahan bahasanya, kebenaran ilmiahnya, serta kemampuannya untuk memberi petunjuk hidup kepada umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu ajaran utama Al-Quran adalah tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah. Al-Quran mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah, dan bahwa tidak ada yang layak disembah selain-Nya. Ajaran ini merupakan dasar dari keyakinan Islam yang memengaruhi semua aspek kehidupan umat Muslim.
Tauhid adalah sikap dasar orang Islam yang menjadikan Alloh sebagai satu-satu Nya Dzat yang berhak untuk disembah dan dipatuhi semua perintahnya dan dijauhi semua larangannya.
Dengan Tauhid juga maka seorang muslim akan menjadikan Alloh swt sebagai satu-satunya tujuan. Tauhid menjadi inti ajaran para nabi dan rosul sejak zaman nabi Adam hingga nabi nabi Muhammad saw.1 Konsep tauhid dalam Islam juga mencakup keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, serta bahwa Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di dalamnya. Allah dalam Islam dianggap sebagai pencipta yang maha kuasa dan maha mengetahui, yang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang seluruh isi alam semesta dan yang mengatur segala sesuatu dengan hikmah-Nya.
Al-Quran banyak membahas tentang keesaan dan kekuasaan Allah yang meliputi segala aspek kehidupan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Allah dijelaskan sebagai Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, mengatur alam semesta, mengetahui segala yang tersembunyi dan yang nyata, serta tidak ada yang bisa menandingi atau menghalangi kehendak-Nya. Konsep ini mencerminkan keyakinan dalam tauhid (keesaan Allah) dalam agama Islam, di mana Allah adalah satu-satunya yang berkuasa mutlak dan tidak ada yang setara dengannya. Al-Qur’an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang
1 Khotimah Suryani, “Keesaan Allah Prepektif al-Qur’an ( Penafsiran Surah al-An’am ayat 1-83 )”, Neliti (n.d.): 75.
paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-Nya.2 Selain meyakini keesaan Allah, umat islam juga dituntut untuk mengetahui segala sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah untuk menguatkan ketauhidan kepada Allah.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni library research. Objek kajian adalah Q.S Al Hasyr 22-24. Ada dua jenis data pada penelitian ini pertama data primer yaitu Penafsiran Kelasik dan Konteporer., kedua data sekunder yaitu buku-buku, artikel jurnal dan yang lainnya terkait dengan Tema. Adapun teknik pengumpulan data yakni teknik dokumentasi mencari sumber ilmiah terkait variabel yang ada pada artikel,maupun jurnal,dan skripsi terkait. Teknik analisis datanya adalah analisis deskriptif. Penelitian ini bermaksud menganalisis kandungan dari penafsiran Q.S Al Hasyr 22-24 dalam Penafsiran Kelasik dan Konteporer terkait Keesaan dan Kekuasaan Allah.
PEMBAHASAN
Keesaan dan Kekuasaan Allah
Keesaan Allah adalah basis bagi keimanan seorang mukmin. Meyakini keesaan Allah selain menjadi identitas bagi diri pribadinya, sekaligus menjadi pembeda antara mukmin dengan bukan mukmin. Kekuatan iman seseorang itu ditandai dengan komitnya menanamkan dan memepertahankan keesaan Allah dalam dirinya. Orang yang tidak mengakui keesaan Allah sudah pasti ia bukan orang mukmin. Dengan demikian, seorang mukmin akan senantiasa mempertahankan keesaan Allah dalam dirinya agar ia tidak terjatuh ke dalam lembah keyakinan yang salah.3
Sedangkan kekuasaan berasal dari kata kuasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kuasa berarti pengaruh, kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu), kekuatan.
Sedangkan kekuasaan berarti kuasa untuk mengurus dan memerintah.4 Adapun kekuasaan yang dimaksud dalam kajian ini yaitu kemampuan Allah swt. untuk bertindak atau melakukan sesuatu seperti kemampuan Allah swt. menciptakan alam semesta yang sempurna dan seimbang, serta kemampuan Allah swt. menciptakan bumi dan seisinya sebagai tempat makhluk berpijak.5. Pengakuan atas keesaan dan kekuasaan Allah SWT ditunjukkan dalam ayat al-Quran Q.s al-A’raf 22-24 :
) ُميِحّرلا ُنم ْحّرلا َوُه ِةَداهّشلاَو ِبْيَغْلا ُمِلاع َوُه ّ َلِإ َهلِإ ل يِذّلا ُ ّا َوُه
ُامل ّسسسلا ُسوّدسسُقْلا ُكسسِلَمْلا َوسسُه ّ َلِإ َهسسلِإ ل يِذّلا ُ ّا َوسسُه (22
) َنوُكِرْشُي اّمَع ِ ّا َناحْبُس ُرّبَكَتُمْلا ُراّبَجْلا ُزيِزَعْلا ُنِمْيَهُمْلا ُنِمْؤُمْلا ىن ْسسسُحْلا ُءام ْسسسَ ْلا ُهسسَل ُرّو َسسصُمْلا ُئِرابْلا ُقِلاخْلا ُ ّا َوُه (23
) ُميِكَحْلا ُزيِزَعْلا َوُهَو ِضْرَ ْلاَو ِتاوامّسلا يِف ام ُهَل ُحّبَسُي
24 )
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia.
Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Maha sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara
2 Muhammad Zaini, “Alam Semesta Menurut Al-Qur’an”, Tafse: Journal of Qur’anic Studies Vol. 3, No (2018): 2.
3 Afrizal M, “Pemahaman Keesaan Allah dalam Teolog Islam”, Jurnal Ushuluddin XX, No 2 (2013):
115.
4 Haryanto Dendy Sugono, Erwina Burhanuddin, Lien Sutini, Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d., 548.
5 Andika Aprillah Syamsur, “Tafsi>r Ilmi> Tentang Kekuasaan Allah (Kajian Tahli>li> Terhadap Q.S al- Naba’/ 78:6-16)” (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR, 2017), 20.
Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.6 PENAFSIRAN KLASIK-KONTEPORER
A. Klasik
) ُميِحّرلا ُنَمْحّرلا َوُه ِةَداَهّشلاَو ِبْيَغْلا ُمِلاَع َوُه لِإ َهَلِإ ل يِذّلا ُ ّا َوُه﴿ :ىلاعت هلوق ليوأت يف لوقلا
٢٢ )
Allah SWT berfirman: Orang yang takutnya terhadap retakan gunung, wahai manusia, dialah yang disembah, yang kepadanya tidak berhak beribadah dan ketuhanan kecuali hanya kepadanya. Dia mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi, dan melihat apa yang ada di dalamnya dari apa yang dilihat dan dirasakan. “Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” , Penyayang kepada orang-orang yang beriman kepadanya.
َناَحْب ُسسس ُرّبَكَتُمْلا ُراّبَجْلا ُزسسيِزَعْلا ُنِمْيَهُمْلا ُنِمْؤُمْلا ُاملّسلا ُسوّدُقْلا ُكِلَمْلا َوُه لِإ َهَلِإ ل يِذّلا ُ ّا َوُه﴿ :ىلاعت هلوق ليوأت يف لوقلا ) َنوُكِرْشُي اّمَع ِ ّا
٢٣ )
Tuhan yang maha esa berfirman: Dialah Tuhan yang tidak ada yang pantas disembah melainkan baginya, Raja yang diatasnya tidak ada raja, dan tidak ada yang dibawahnya selain dia, yang maha Suci. Apa yang dimaksud dengan Yang Terberkahi?
Dari Bishr ,﴿ ُسوّدُقْلا﴾ yang berarti yang Terberkahi. ,﴿َاملّسلا﴾ , dialah yang membebaskan makhluknya dari kezalimannya, dan itu adalah salah satu nama-Nya. Dari Jabir ﴿َاملّسلا﴾ Dialah Tuhan, dan aku telah menyebutkan riwayatnya di masa lalu, dan menjelaskan maknanya dengan dalil-dalilnya, sehingga itu berarti membawanya kembali. Firmannya ,﴿ ُنِم ْؤُمْلا﴾ yang dimaksud dengan orang beriman adalah: orang yang menjaga ciptaannya dari kezalimannya.
Dari Qatadah ﴿ ُنِم ْؤُمْلا﴾, dia percaya pada perkataannya bahwa itu benar. ﴿ ُنِم ْؤُمْلا﴾, mukmin yang tertentu, yaitu orang-orang yang beriman kepada Tuhannya, maka Dia menyebut mereka beriman, dan Tuhan Yang Maha Mulia beriman kepada keimanan mereka, dan Dia beriman kepada mereka disebut dengan nama itu.
Firmannya ﴿ ُنِمْيَهُمْلا﴾. Dari Ibnu-‘Abbas dan Qatadah ُنِمْيَهُمْلا “Syahid, lalu dia berkata lagi:
Al-Amin.” Dari Ibnu-Zaid ” ُنِمْيَهُمْلا", orang yang membenarkan segala sesuatu yang diriwayatkan dan dibacakan, “ِهسسْيَلَع اسسًنِمْيَهُمَو “, Dia berkata : Al-Qur’an adalah penegasan terhadap kitab-kitab yang datang sebelumnya, dan Allah adalah peneguhan terhadap segala sesuatu yang diriwayatkan.” masa lalu di dunia, dan apa yang tersisa, dan apa yang dia ceritakan tentang akhirat. Firmannya “ ُزيِزَعْلا", : Dia sangat keras dalam membalas dendamnya terhadap orang-orang yang membalas dendam kepada musuh-musuhnya. Firmnnya “ ُراّبَجْلا", Yang memperbaharui urusan ciptaannya, yang mengaturnya dengan cara yang terbaik baginya. Qatada pernah berkata: Dia memaksa makhluknya untuk melakukan apapun yang dia inginkan dalam urusannya.
6 Kastolani Marzuki, “Alquran Surat al-Hasyr Ayat 22-24, Arab dan Arti kandungan Serta Keutamaannya”, iNews.id. Diakses pada Selasa, 16 April 2024, 14-30 wib.
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/alquran-surat-al-hasyr-ayat-22-24
َوسسُهَو ِض ْرلاَو ِتاَواَم ّسسسلا يِف اسسَم ُهسسَل ُحّب َسسسُي ىَنْسُحْلا ُءاَمْسلا ُهَل ُرّوَصُمْلا ُئِراَبْلا ُقِلاَخْلا ُ ّا َوُه﴿ :ىلاعت هلوق ليوأت يف لوقلا ) ُميِكَحْلا ُزيِزَعْلا
٢٤ )
Tuhan Yang Maha Esa berfirman: Dialah Pencipta yang disembah, yang tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Dia, dan tidak ada Pencipta selain Dia, “ئرابلا", yang menciptakan ciptaan, dan menciptakannya dengan kekuasaan-Nya, Yang Maha Esa. menciptakan ciptaan- Nya sesuai kehendak-Nya dan sesuka-Nya.
Tuhan Yang Maha Esa berfirman: Kepunyaan Tuhanlah nama-nama yang paling indah, dan inilah nama-nama yang Tuhan gunakan untuk menyebut diri-Nya, yang Dia sebutkan dalam dua ayat ini. “Apa yang ada di langit dan di bumi, bertasbihlah kepada-Nya.” Dia berfirman: Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya dan bersujud kepada-Nya, baik secara sukarela maupun tidak. “Dan Dia Maha Perkasa.” membalas dendam kepada musuh-musuh-Nya. “Yang Bijaksana” dalam mengatur ciptaan-Nya dan mengarahkan mereka pada apa yang terbaik bagi mereka.
B. Pertengahan
ُميِحّرلا ُنم ْحّرلا َوُه ِةَداهّشلاَو ِبْيَغْلا ُمِلاع َوُه ّ َلِإ َهلِإ َل يِذّلا ُ ّا َوُه
Dikatakan: rahasia dan umum, dan dikatakan: dunia dan akhirat. Ketahuilah bahwa Yang Maha Kuasa mendahulukan yang gaib di atas kesaksian dengan kata-kata, dan di dalamnya terdapat rahasia intelektual, sedangkan para ahli tafsir menyebutkan pernyataan tentang yang gaib dan yang disaksikan, maka dikatakan: Yang ghaib B adalah yang tak kasat mata. -ada, dan saksi dari yang ada adalah apa yang tersembunyi dari para hamba dan apa yang mereka saksikan.
َنوُكِرْشُي اّمَع ِ ّا َناحْبُس ُرّبَكَتُمْلا ُراّبَجْلا ُزيِزَعْلا ُنِمْيَهُمْلا ُنِمْؤُمْلا ُاملّسلا ُسوّدُقْلا ُكِلَمْلا َوُه ّ َلِإ َهلِإ َل يِذّلا ُ ّا َوُه
Dialah Tuhan, tidak ada Tuhan selain dia, dan semua itu telah dijelaskan. Adapun sabdanya: Orang yang sombong itu ada dua maknanya, salah satunya adalah: Ibnu Abbas berkata: Orang yang sombong pada ketuhanannya, tidak ada yang menyamainya, dan yang kedua adalah: Qatada berkata: Orang yang sombong satu Tentang setiap kejahatan. yang ketiga: Al-Zajjaj berkata: Orang yang meninggikan diri dari kezaliman hamba-hambanya.
yang keempat: Ibnu al-Anbari berkata: Orang yang sombong itu sombong, dan kesombongan di kalangan orang Arab berarti kedudukan sebagai raja, dan dari situlah firman Yang Maha Kuasa: Dan kamu akan mempunyai kebanggaan terhadap negeri ini [Yunus: 78].
ُميِكَحْلا ُزيِزَعْلا َوُهَو ِضْرَ ْلاَو ِتاوامّسلا يِف اَم ُهَل ُحّبَسُي ىنْسُحْلا ُءامْسَ ْلا ُهَل ُرّوَصُمْلا ُئِرابْلا ُقِلاخْلا ُ ّا َوُه
ُقِلاخْلا ُ ّا َوُه dan ciptaan adalah ketetapan, artinya dia menentukan perbuatannya dengan cara tertentu, maka kreativitas disebabkan oleh sifat kemauan.“ ُئِرابْلا” dan kedudukannya sama dengan perkataan kami : ٌدِجوُمَو ٌعِناَص, hanya saja yang dimaksudkan adalah penciptaan tubuh, maka dari itu dikatakan dalam penciptaan, kreativitas dan bukan pada gejala-gejala yang ada seperti warna dan rasa. Adapun bentuk maknanya adalah ia menciptakan gambaran-gambaran ciptaan sesuai dengan apa yang dikehendakinya, bahwa keutamaan kemauan didahulukan dari pengaruh kemampuan, dan pencipta diutamakan dari pembentuk. Karena penciptaan hakikat lebih diutamakan daripada penciptaan sifat-sifat.
C. Konteporer
Dalam penafsiran Konteporer seperti "Tafsir Fi Zilalil Qur'an" karya Sayyid Qutb, setiap kata dan kalimat diuraikan dengan cermat untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.
ُميِحّرلا ُنم ْحّرلا َوُه ِةَداهّشلاَو ِبْيَغْلا ُمِلاع َوُه ّ َلِإ َهلِإ ل يِذّلا ُ ّا َوُه Ayat 22 mengandung kata "istibshiru" yang berarti "gembirakanlah", yang merupakan ajakan kepada umat Islam untuk memberikan kabar gembira kepada mereka yang belum memeluk Islam, menegaskan bahwa jika mereka menerima ajaran Islam, mereka tidak akan merasa takut atau sedih di dunia maupun di akhirat.
َنوُكِرْشُي اّمَع ِ ّا َناحْبُس ُرّبَكَتُمْلا ُراّبَجْلا ُزيِزَعْلا ُنِمْيَهُمْلا ُنِمْؤُمْلا ُاملّسلا ُسوّدُقْلا ُكِلَمْلا َوُه ّ َلِإ َهلِإ ل يِذّلا ُ ّا َوُه Ayat 23 menyoroti kata "yamassuhumu" yang berarti "menyentuh mereka", menjelaskan bahwa azab akan menyentuh orang-orang kafir sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan fasik yang mereka lakukan.
ُميِكَحْلا ُزيِزَعْلا َوُهَو ِضْرَ ْلاَو ِتاوامّسلا يِف ام ُهَل ُحّبَسُي ىنْسُحْلا ُءامْسَ ْلا ُهَل ُرّوَصُمْلا ُئِرابْلا ُقِلاخْلا ُ ّا َوُه Sementara itu, ayat 24 menegaskan bahwa kata "yaqulu" (katakanlah) merupakan perintah bagi Nabi Muhammad ﷺ untuk menyampaikan pesan kepada umatnya, dengan menekankan bahwa beliau adalah manusia biasa yang tidak memiliki pengetahuan gaib atau harta kekayaan di sisi Allah.
Dengan penjelasan yang mendalam terhadap makna-makna kata di setiap ayat, tafsir ini memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang pesan Al-Qur'an dan relevansinya dengan konteks kehidupan saat ini, sehingga umat Islam dapat memahami ajaran Al-Qur'an dengan lebih baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menciptakan Langit, Bumi dan Segala Isinya Selama Enam Hari
Al-Quran adalah kitab suci bagi umat Islam, dianggap sebagai petunjuk utama dalam kehidupan mereka. Di dalamnya terdapat ajaran-ajaran moral, etika, hukum, dan petunjuk untuk menjalani kehidupan yang harmonis dan banyak nilai-nilai lain yang penting bagi umat Islam. Selain itu, didalam al-Quran terdapat sub bahasan salah satunya penciptaan tentang langit dan bumi. dari penjelasan tentang langit dan bumi, kita bisa mengetahui betapa
besarnya Keagungan dan kekuasaan Allah terhadap alam semesta ini.7 Ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang penciptaan langit dan bumi selama enam hari terdapata pada Qs. Al-A’raf 54 :
﴿َس ۡم ّسسشلٱَو ا يِثَح ۥُهُبُل ۡطَي َراسسَهّنلٱ َلسسۡيّلٱ ی ِسسش ۡغُي ِۖش ۡرسسَعۡلٱ ىَلَع ٰىَوَت ۡسسسٱ ّمُث اّيَأ ِةّتِس یِف َض ۡرَ ۡلٱَو ِتࣰࣰث ࣲم ٰ َوٰسَمّسلٱ َقَلَخ یِذّلٱ ُ ّلٱ ُمُكّبَر ّنِإ
ٰ َرّخَسُم َاموُجّنلٱَو َرَمَقۡلٱَو
َنيِمَلٰسَعۡلٱ ّبَر ُ ّلٱ َكَراَبَت ُۗر ۡمَ ۡلٱَو ُقۡلَخۡلٱ ُهَل َلَأ ۗۤۦِهِر ۡمَأِب ِۭت ﴾ Contoh Penafsiran Qs. Al-A’raf Era Klasik dan Konteporer:
Era Klasik
7 Heru Juabdin Sada, “Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis”, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 7 (2016): 103.
Imam Fakhr al-Din al-Razi, dalam tafsirnya yang terkenal, "Tafsir al-Kabir" atau dikenal sebagai "Mafatih al-Ghayb", memberikan penafsiran yang mendalam terhadap ayat-ayat Al- Qur'an. Untuk ayat 54 Surah Al-A'raf, Imam al-Razi menekankan keagungan Allah sebagai pencipta langit dan bumi dalam enam hari, bukan sebagai keterbatasan-Nya, tetapi sebagai manifestasi kehendak-Nya. Dia juga memperdebatkan makna "istawa" (bersemayam) di atas Arsy, menginterpretasikannya sebagai ungkapan tentang kedaulatan Allah yang mutlak.
Selain itu, Imam al-Razi menekankan bahwa ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah atas alam semesta, dengan mengatur pergerakan langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang- bintang sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam penafsirannya, Imam al-Razi juga memberikan wawasan filosofis tentang konsep penciptaan dan kekuasaan Allah, sering kali menggunakan argumen rasional dan filsafat. Ini memberikan pemahaman mendalam tentang makna ayat tersebut dan bagaimana ulama klasik seperti Imam al-Razi memahaminya dalam konteks ajaran Islam dan pengetahuan mereka.
Era Konteporer
Dalam era kontemporer, penafsiran ayat 54 Surah Al-A'raf terus mengalami perkembangan dengan masuknya berbagai perspektif baru, baik dari ulama tradisional maupun cendekiawan Islam modern. Salah satu mufassir kontemporer yang cukup dihormati adalah Muhammad al-Ghazali, yang memiliki pendekatan yang holistik terhadap Al-Qur'an.
Menurut al-Ghazali, ayat ini menegaskan keagungan Allah sebagai pencipta langit dan bumi dalam periode yang ditentukan, sementara "istawa" di atas Arsy lebih kepada aspek kedaulatan dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Dia juga menyoroti pentingnya memahami ayat ini secara kontekstual, dengan mempertimbangkan kemajuan ilmiah dan pengetahuan modern dalam menafsirkan konsep-konsep kosmologi dan metafisika.
Dalam konteks kontrol atas alam semesta, al-Ghazali menekankan bahwa ayat ini menegaskan keberadaan Allah yang terus-menerus mengatur alam semesta, termasuk pergerakan langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang, sesuai dengan hukum-hukum yang telah Dia tetapkan. Pemahaman filosofisnya sering kali mencakup dialog dengan ilmu pengetahuan modern, sehingga memperkaya interpretasi tradisional dengan sudut pandang yang lebih komprehensif. Dengan demikian, penafsiran ayat 54 Surah Al-A'raf dalam era kontemporer terus berkembang, memperhatikan perubahan zaman dan pengetahuan baru yang muncul, sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip inti ajaran Islam.
Penafsirsn at-Thabari didalam kitab Jami’ul Bayan :
﴿اًثيِثَح ُهُبُلْطَي َراَهّنلا َلْيّللا يِشْغُي ِشْرَعْلا ىَلَع ىَوَتْسا ّمُث ٍاماّيَأ ِةّتِس يِف َضْرلاَو ِتاَواَمّسلا َقَلَخ يِذّلا ُ ّا ُمُكّبَر ّنِإ﴾
Abu Jaafar berkata: Tuhan Yang Maha Esa berfirman: Sesungguhnya penguasamu dan pembaharu urusanmu, hai manusia, adalah yang patut disembah, yang berhak disembah dalam segala sesuatu (1) “Dia yang menciptakan langit dan bumi di enam hari”, yaitu pada hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis, dan Jumat, sebagaimana:
Al-Muthanna meriwayatkan kepadaku, katanya, Al-Hajjaj bin Al-Minhal meriwayatkan kepada kami, dia berkata, Abu Awanah meriwayatkan kepada kami, atas wewenang Abu Bishr, atas wewenang Mujahid, yang mengatakan: Awal mula penciptaan adalah takhta, air,
dan udara, dan bumi diciptakan dari air, dan permulaan penciptaan adalah pada hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis, dan penciptaan dikumpulkan pada hari Jumat, dan orang- orang Yahudi masuk agama Yahudi. Sabtu ini. Dan satu hari dari enam hari itu seperti seribu tahun yang Anda hitung.
"شرعلا ىلع ىوتسا مث".
Adapun firmannya "اًثيثح هسسبلطي راسسهنلا لسسيللا يسسشغي", maka sesunggunya firman Allah. Dia mendatangkan malam untuk menutupi siang dan menutupinya, hingga hilang kesegaran dan cahayanya, mencarinya, malam mencari siang = “pelan-pelan”, artinya: cepat.
﴿ ) َنيِمَلاَعْلا ّبَر ُ ّا َكَراَبَت ُرْملاَو ُقْلَخْلا ُهَل لَأ ِهِرْمَأِب ٍتاَرّخَسُم َاموُجّنلاَو َرَمَقْلاَو َسْمّشلاَو٥٤ )
Abu Jaafar berkata: Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah, yang menciptakan langit dan bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang, semua itu atas perintah- Nya , Kepunyaan Allah segala yang diciptakan, dan perintah adalah yang perintahnya tidak dilanggar dan perintahnya tidak dibatalkan, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang lain, dan mengesampingkan segala sesuatu yang lain berhala-berhala yang tidak merugikan dan tidak memberi manfaat, tidak mencipta dan tidak memerintah. Terpujilah Allah, Tuhan kami, yang kepadanya segala sesuatu disembah, Tuhan semesta alam.
Al-Muthanna meriwayatkan kepadaku, dia berkata, Ishaq meriwayatkan kepada kami, dia berkata, Hisham Abu Abd al-Rahman meriwayatkan kepada kami, dia berkata, Baqiyya bin al-Walid meriwayatkan kepada kami, dia berkata, Abd al-Ghaffar bin Abd al-Aziz al-Ansari meriwayatkan kepadaku, atas wewenang Abd al-Aziz al-Shami, atas wewenang ayahnya, dan dia mempunyai sahabat bersamanya, dia berkata: Rasulullah SAW. beliau bersabda: Barang siapa yang tidak mensyukuri amal shaleh yang telah dikerjakannya dan memuji dirinya sendiri, maka rasa syukurnya menjadi berkurang dan pekerjaannya menjadi sia-sia. Dan barangsiapa yang mengaku bahwa Allah telah menjadikan suatu urusan bagi hamba-hamba- Nya, maka ia telah kafir terhadap apa yang Allah turunkan kepada para nabi-Nya, sesuai dengan firman-Nya: “Sesungguhnya, ciptaan dan perintah adalah kepunyaan-Nya, terpujilah Allah, Tuhan semesta alam.”
َسْم ّسسشلاَو ًاسسثيِثَح ُهسسُبُلْطَي َراسسهّنلا َلسسْيّللا ي ِسسشْغُي ِش ْرسسَعْلا ىَلَع ىوَت ْسسسا ّمُث ٍاماّيَأ ِةّتِس يِف َضْرَ ْلاَو ِتاوامّسلا َقَلَخ يِذّلا ُ ّا ُمُكّبَر ّنِإ ) َنيِمَلاعْلا ّبَر ُ ّا َكَرابَت ُرْمَ ْلاَو ُقْلَخْلا ُهَل لَأ ِهِرْمَأِب ٍتارّخَسُم َاموُجّنلاَو َرَمَقْلاَو
54 )
Penafsiran Ahmad bin Musthafa didalam kitab al-Mara”I :
Tuhan: Dialah yang menguasai, pemilik, penguasa, dan pendidik. Tuhan: Dialah yang disembah, yang dipanggil untuk menghilangkan keburukan atau mendatangkan manfaat, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan perkataan dan perbuatan yang diharapkan.
menyenangkan Dia. Dan Tuhan: Nama Pencipta segala ciptaan, dan kaum monoteis tidak menyetujui Tuhan selain Dia, dan sebagian besar kaum musyrik mengatakan bahwa Dialah Tuhan yang paling besar atau Tuhan yang paling utama dan paling agung Kaum musyrik Arab tidak menganut tuhan lain selain Dia, melainkan menyembah tuhan-tuhan yang mendekatkan mereka kepada-Nya. Langit dan bumi: yang dimaksud dengan dunia atas dan dunia bawah di lain waktu berdasarkan apa yang terjadi di dalamnya, seperti perbedaan hari yang dikenal dengan batasan terang dan gelapnya, dan perbedaan hari-hari Arab berdasarkan
apa yang terjadi di dalamnya, dan keenam hal ini hari-hari bukanlah dari hari-hari bumi yang berjumlah dua puluh empat jam, karena hari-hari itu hanya ada setelah bumi diciptakan, lalu bagaimana penciptaannya dapat dihitung sebagai hari-harinya, dan karena Allah SWT berfirman: “ Dan sungguh, satu hari di sisi Tuhanmu bagaikan seribu tahun yang kamu hitung.” » Beliau bersabda dalam menjelaskan Hari Kebangkitan: “Pada suatu hari yang lamanya lima puluh ribu tahun.” mempunyai plafon dan pengendaliannya. Tunduk, yaitu tunduk, tunduk pada watak-Nya, tunduk pada kehendak-Nya. Penciptaan: penghayatan, dan yang dimaksud di sini adalah penciptaan sesuai dengan sejauh mana Allah mengaruniainya:
nikmat-Nya bertambah, dan keberkahan: kebaikan dan watak-Nya yang berlimpah dan tetap. . Tunduk, yaitu tunduk, tunduk pada watak-Nya, tunduk pada kehendak-Nya.
Penciptaan: penghayatan, dan yang dimaksud di sini adalah penciptaan sesuai dengan sejauh mana nikmat Allah SWT: berkah-Nya bertambah, dan berkah: kebaikan yang berlimpah dan tetap.
PENUTUP
Dapat di Simpulkan dari penjelasan di atas bahwa konsep tauhid sebagai dasar keyakinan utama dalam Islam ditekankan dalam Al-Quran, dengan para nabi dan rasul diutus untuk menyampaikan ajaran keesaan Allah kepada umat manusia. Penciptaan langit, bumi, dan segala isinya selama enam hari menegaskan keagungan dan kekuasaan Allah atas alam semesta. Tafsir kontemporer seperti karya Sayyid Qutb memberikan penafsiran mendalam terhadap ayat-ayat Al-Quran untuk pemahaman yang lebih baik, dengan penekanan pada pemahaman makna kata dan kalimat dalam Al-Quran untuk aplikasi dalam kehidupan sehari- hari. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang tauhid, kebesaran Allah dalam penciptaan alam semesta, dan relevansi pemahaman kontemporer terhadap ajaran Al-Quran diharapkan dapat memperkuat keyakinan dan pengamalan ajaran Islam bagi umat Muslim.
Selain itu, konsep Allah sebagai pencipta maha kuasa dan maha mengetahui juga menjadi fokus utama dalam pemahaman ajaran Islam. Al-Quran menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah, yang menciptakan segala sesuatu di langit dan di bumi. Pemahaman ini mencerminkan keyakinan dalam tauhid (keesaan Allah) dalam agama Islam, di mana Allah adalah satu-satunya yang berkuasa mutlak dan tidak ada yang setara dengannya. Dengan penekanan pada keesaan dan kekuasaan Allah, umat Muslim diharapkan dapat memperdalam keyakinan mereka, serta menerapkan ajaran-ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran akan kebesaran Sang Pencipta.