• Tidak ada hasil yang ditemukan

daftar isi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "daftar isi"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

14. Total biaya variabel yang ditimbulkan pada usaha peternakan sapi potong di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pendapatan
  • Peternakan
  • Faktor Produksi Usaha Ternak Sapi Potong …
  • Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
  • Kerangka Pikir
  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Teknik Penentuan Sampel
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Definisi Operasional

Suatu peternakan sapi potong dapat dikatakan sukses apabila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para peternak, hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah kepemilikan ternak, pertumbuhan bobot ternak dan tambahan pendapatan keluarga. Sumbangan pendapatan usaha daging sapi adalah pendapatan yang diterima dari usaha daging sapi dibagi pendapatan keluarga dan dikalikan 100%. Dalam suatu usaha peternakan daging sapi, faktor produksi juga memegang peranan penting terhadap kinerja usaha peternakan daging sapi seperti halnya kinerja usaha peternakan lainnya.

Lahan peternakan sapi digunakan sebagai tempat melakukan usaha peternakan atau sebagai tempat menggembalakan ternak untuk memperoleh makanan. Modal dalam usaha peternakan biasanya diperoleh dari modal sendiri atau orang lain, modal digunakan untuk membiayai usaha ternak sapi, peralatan dan upah tenaga kerja. Tenaga kerja dalam pengelolaan suatu usaha peternakan sebagian besar memanfaatkan tenaga kerja keluarga yang sebagian besar digunakan untuk memotong rumput, memberi air pada siang hari, memandikan sapi potong dan lain sebagainya.

Pekerja di luar keluarga biasanya bertugas memelihara sapi dan mengobati sapi yang terkena penyakit tertentu serta membantu kelahiran sapi (Sugeng, 2000). Begitu pula dengan beternak sapi yang dilakukan oleh peternak di Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Dalam menjalankan usaha ini, terdapat komponen biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh peternak. Biaya tetap pada peternakan sapi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru meliputi biaya penyusutan peralatan seperti gayung, ember, sikat selang dan penyusutan kandang seperti perbaikan kandang, perbaikan atap, dll.

Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas sapi potong adalah sistem peternakan yang digunakan oleh para peternak. Kebanyakan peternak sapi masih menjalankan sistem usaha peternakan sapi yang sederhana, namun tentunya berbagai hal dalam sistem dan pemeliharaan peternakan sapi sangat erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan ternak yang dipelihara. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian di Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang karena daerah ini mempunyai potensi peternakan sapi yang tinggi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi potong di Desa Tampo yang berjumlah 116 orang, yang diambil sampelnya. Peternakan sapi potong merupakan salah satu usaha peternakan sapi potong yang dijalankan oleh peternak di Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang rutin dikeluarkan oleh peternak sapi potong yang bersifat tetap, seperti biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan, pajak bumi dan bangunan (Rp/tahun).

Pendapatan total merupakan nilai populasi sapi yang ada, dikonsumsi dan dijual pada akhir tahun oleh para peternak sapi potong di Desa Tampo, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Pendapatan peternak sapi potong merupakan selisih antara total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha peternakan (Rp/tahun).

Tabel  1 Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Enrekang, Tahun 2014
Tabel 1 Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Enrekang, Tahun 2014

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Potensi Sumber Daya Alam (SDA)

Diketahui potensi lahan di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang menurut Jenis Lahan Pekarangan adalah 90 ha Persentase (10,78%), Tegal 340 ha Persentase (20,96%), Lahan kering 2,3 ha Persentase (0,13%), Hutan Kemasyarakatan 150 ha Persentase (9%), Kebun Masyarakat 80 ha Persentase (4,8%), Agroforestri 15 ha (0,9%) Hal ini menunjukkan bahwa Potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Desa Tampo masih belum mencukupi.

Tabel  2. Potensi Luas Lahan di Desa Tampo Kecamatan  Anggeraja    Kabupaten                 Enrekang 2014
Tabel 2. Potensi Luas Lahan di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2014

Potensi Sumber Daya Manusia

Banyaknya peternak yang rata-rata berusia produktif dapat memacu berkembangnya usaha sapi potong di Desa Tampo. Pengalaman beternak sapi potong merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu usaha sapi potong. Peternakan sapi potong secara tradisional ini umumnya dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun dari orang tuanya.

Dibandingkan dengan jika diikatkan di sekitar rumah, akan lebih aman karena pemilik ternak akan memelihara ternaknya. Besarnya Biaya Tetap yang Dikeluarkan Pada Peternakan Sapi Di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Berdasarkan Tabel 13 menjelaskan bahwa jumlah biaya tetap yang dimiliki peternak sapi di Desa Tampa dari 23 responden adalah harga tali sebesar Rp.

725.000 atau rata-rata sebesar (31.522), sehingga total biaya tetap yang dikeluarkan peternak sapi adalah sebesar Rp. Berdasarkan Tabel 14 menjelaskan bahwa banyaknya biaya variabel yang dikeluarkan oleh penggembala di desa Tampo dari 23 responden adalah harga benih sebesar Rp. Berdasarkan tabel 15 menjelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh peternak sapi merupakan biaya variabel tetap sebesar Rp.

Biaya produksi usaha peternakan pada penelitian ini pengeluaran seperti pembelian bibit daging sapi sebesar Rp. Harga jual sapi potong ditentukan oleh peternak berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan usaha peternakan. Pendapatan peternak dari usaha peternakan sapi potong merupakan hasil yang diperoleh dari jumlah sapi yang terjual dikalikan dengan harga jual.

Hal ini sesuai dengan pandangan Harnanto (1992) yang menyatakan bahwa penerimaan setiap responden berbeda-beda tergantung dari jumlah populasi sapi potong yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh masing-masing peternak. Hal ini sesuai dengan nilai yang diperoleh (lihat lampiran hal. 52.53) sehingga dapat disimpulkan bahwa beternak sapi potong menguntungkan. Rata-rata pendapatan peternakan sapi di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebesar Rp.

Tabel 6. Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.
Tabel 6. Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Usaha Peternakan Sapi Potong

Peternakan sapi di Indonesia sudah berlangsung lama, dari tahun ke tahun kebutuhan daging sapi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan dari waktu ke waktu. Tidak mengherankan jika setiap tahunnya permintaan pasokan daging sapi di Indonesia relatif menurun dibandingkan dengan jumlah penduduknya meskipun jumlah populasi sapi potong meningkat (Sugeng, 2002). Selain memanfaatkan hewan ternak untuk diambil daging dan kulitnya, mereka umumnya memanfaatkan energinya untuk membantu masyarakat mengelola lahan pertanian (sawah) yang mereka miliki.

Sebagaimana diungkapkan Anonymous (2002), ternak mempunyai manfaat yang lebih luas di masyarakat, sehingga kehadirannya dalam meningkatkan pembangunan menjadi lebih baik. Peternakan merupakan salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat, mempunyai prospek cerah dan menjanjikan untuk dikembangkan. Umumnya responden merumput sekitar pukul 07.00 di kebun, sawah, pinggir jalan, dan lain-lain.

Tujuannya untuk mencari tempat penggembalaan baru agar sapi potong dapat memperoleh pakan yang cukup. Pakan yang diberikan pada sapi potong harus mencukupi, baik kualitas maupun pertumbuhannya, dan memang seharusnya demikian. Tujuan pengembalian sapi ke lingkungan asal adalah untuk mengantisipasi meningkatnya pencurian ternak karena bermalam di kebun, sawah dan lain sebagainya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Syarif (2012). yang menyatakan bahwa terbatasnya ketersediaan hijauan akan meningkatkan perilaku sapi potong. Di dalam kandang terdapat tempat menyimpan pakan dan pagar sebagai tempat keluarnya sapi agar tidak mengganggu perkebunan masyarakat. Pakan ternak yang diberikan bervariasi, ada yang menggunakan rumput gajah, dedak, konsentrat, garam, batang pisang dan masih banyak lagi.

Rumput dipotong secara tradisional, setelah itu rumput yang dipotong dicampur dengan dedak, air dll dan kemudian diberikan sebagai pakan. Semakin baik kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan maka semakin banyak pula energi yang dihasilkan dan semakin banyak pula energi yang disimpan dalam bentuk daging.

Analisis Usaha Peternakan Sapi Potong

Berdasarkan tabel 12 menjelaskan bahwa penerimaan peternak sapi potong dari 23 responden dengan jumlah sapi potong sebanyak 32 ekor atau rata-rata (71,87) dan total harga yang diperoleh peternak sapi. Pendapatan dari usaha ternak sapi potong diperoleh dari penjumlahan jumlah sapi yang terjual, jumlah sapi yang dikonsumsi, dan jumlah sapi yang masih ada ditambah dengan harga jual. Dengan demikian, peternakan di kandang memberikan hasil atau pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan yang digembalakan.

Dengan menyita sapi potong akan lebih baik dan efisien, karena dengan menyita sapi dapat mempercepat pertambahan bobot badan sapi dibandingkan dengan digembalakan, sehingga sapi potong yang dikurung memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan sapi potong rumput. Sebaliknya, metode penggembalaan dimana sapi potong dikembalikan ke padang rumput dapat menurunkan efisiensi penggunaan pakan, karena banyak energi yang terbuang akibat tingginya aktivitas sapi potong dalam mencari rumput. Hal ini sejalan dengan pernyataan Darmon, (1993) bahwa pengetahuan dan keahlian peternak yang baik mengenai pemeliharaan sapi potong juga sangat mempengaruhi kualitas produksi yang dihasilkan, tentunya jika hasil produksi komersial yang dicapai sangat baik maka kualitas produksi yang dihasilkan juga sangat baik. Dampaknya juga akan baik terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga dinilai usaha ternak sapi potong dapat memberikan kontribusi atau pendapatan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga.

dimana total pengeluaran tersebut diperoleh dari biaya pengeluaran variabel ditambah biaya pengeluaran tetap dan pendapatan peternak sapi sebesar Rp. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas produksi dan dapat digunakan berkali-kali. Biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang terjadi secara berulang-ulang, antara lain biaya pakan, upah buruh, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lainnya berupa biaya penerangan listrik, sumbangan, pajak usaha dan retribusi.

Hal ini sejalan dengan pandangan Harnanto (1992) yang menyatakan bahwa total biaya yang dikeluarkan setiap responden berbeda-beda tergantung dari jumlah populasi sapi potong yang dimiliki oleh individu peternak. menguntungkan untuk dikendarai.

Tabel 13.  Jumlah Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Sapi Potong                     di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
Tabel 13. Jumlah Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Sapi Potong di Desa Tampo Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Gambar

Tabel  1 Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Enrekang, Tahun 2014
Gambar 1     Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong Peternakan  Sapi
Tabel  2. Potensi Luas Lahan di Desa Tampo Kecamatan  Anggeraja    Kabupaten                 Enrekang 2014
Tabel 3. Luas Wilayah Desa Tampo Menurut Penggunaannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu upaya dan usaha andalan sebagai sumber pendapatan rumah tangga peternak di Kabupaten Pasuruan, karena sektor peternakan sapi