• Tidak ada hasil yang ditemukan

dalam Seni Lukis Kontemporer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "dalam Seni Lukis Kontemporer"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

Untuk menganalisis secara komprehensif dan mendalam landasan pendorong visualisasi warna pangider bhuwana dalam seni lukis modern. Untuk mengkaji secara detail dan mendalam implikasi visualisasi warna pangider bhuwana dalam seni lukis modern di Kabupaten Gianyar.

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN METODE PENELITIAN

Kajian Pustaka

Kamus menekankan bahwa konsep seni rupa sering dikaitkan dengan seni rupa atau seni bergambar. Sumartono (2000) dalam buku Outlet: Yogya dalam Peta Seni Rupa Indonesia Kontemporer menjelaskan bahwa penggunaan kata 'kontemporer' di masyarakat, termasuk di kalangan komunitas seni rupa, terkadang masih ambigu.

Deskripsi Konsep

  • Kosmologi Bali
  • Visualisasi
  • Warna Pangider Bhuwana
  • Seni Lukis Kontemporer

Dalam penelitian ini konsep yang akan diuraikan adalah kosmologi Bali, visualisasi, warna pangider bhuwana dalam seni lukis kontemporer di Kabupaten Gianyar. Seni lukis kontemporer secara umum diartikan sebagai seni rupa yang sedang berkembang saat ini karena adanya kata “kontemporer”.

Tabel 2.1 Pangider Bhuwana. Sumber (isi teks): Ngurah Nala, Usada Bali,  1996. Gambar: I Wayan Karja, 2019
Tabel 2.1 Pangider Bhuwana. Sumber (isi teks): Ngurah Nala, Usada Bali, 1996. Gambar: I Wayan Karja, 2019

Landasan Teori

  • Teori Fenomenologi
  • Teori Semiotika
  • Teori Hermeneutika

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dan pengalaman berkesenian khususnya seni lukis kontemporer di Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini digunakan teori hermeutik sebagai alat (teknis) untuk membaca makna teks dan konteks warna-warna Pangider Bhuwan yang digunakan dalam seni lukis kontemporer di Kabupaten Gianyar.

Kerangka Berpikir dan Model Penelitian

  • Kerangka Berpikir

Warna pangider bhuwana menjadi kunci utama dalam meningkatkan daya tarik estetis dan kekuatan visual suatu karya seni, sebagai nilai lahiriah. Oleh karena itu, warna pangider bhuwana yang merupakan warisan luhur nenek moyang masyarakat Bali mempunyai nilai yang sangat berarti dalam kancah seni lukis kontemporer.

Metode Penelitian

HABITUS SENI LUKIS KONTEMPORER DI GIANYAR DAN BALI

Gianyar sebagai Kota Budaya

  • Produk Seni dan Pariwisata
  • Desa Adat

Perkembangan seni lukis di Kabupaten Gianyar pada tahun 1930an diawali oleh para bangsawan Puri Ubud bersama seniman lokal dan luar negeri. Salah satu yang paling dominan dalam bidang seni lukis adalah masyarakat Pita Maha dan keturunannya.

Gambar  3.1  Penggunaan  warna  pangider  bhuwana  pada  patung  Dewata Nawa Sangga. Foto: I Wayan  Karja, 2018
Gambar 3.1 Penggunaan warna pangider bhuwana pada patung Dewata Nawa Sangga. Foto: I Wayan Karja, 2018

Potensi Seni Lukis Kontemporer

  • Seni Lukis Bali Modern
  • Seni Lukis Modern Minimalis
  • Lahirnya Seni Lukis Kontemporer
  • Seni Lukis dan Pariwisata Budaya

Konsep pangider bhuwana sebagai konsep ideal terkait hukum keseimbangan dan keselarasan alam semesta terus menginspirasi lukisan tersebut. Transisi dan proses transformasi yang sangat dahsyat terjadi sepanjang sejarah seni lukis Kabupaten Gianyar. Fenomena ini jarang terjadi dan terlihat jelas bahwa Ubud merupakan salah satu pusat perkembangan seni lukis yang diakui secara internasional.

Berbagai macam bentuk kegiatan pameran yang dilakukan para pelukis didominasi oleh upaya memamerkan karya seni lukis kontemporer. Fenomena seni lukis kontemporer di Kabupaten Gianyar berbeda dengan seni lukis kontemporer pada umumnya. Dalam hal ini, di satu sisi, lukisan kontemporer menciptakan daya tarik estetika yang kuat.

Seni lukis modern “endemik” mendunia dengan kekuatan etnik lokal dan budaya etnik sebagai kekuatannya masing-masing. Proses pergeseran nilai dan visualisasi dari seni lukis tradisional ke seni lukis modern dan seni lukis kontemporer. Jika dicermati, potensi pengembangan seni lukis modern di Kabupaten Gianyar sangat potensial dan berpola sinkron dengan budaya setempat.

Gambar 3.6 Senjata Dewata Nawa Sangga terbuat dari logam.
Gambar 3.6 Senjata Dewata Nawa Sangga terbuat dari logam.

VISUALISASI WARNA PANGIDER BHUWANA DALAM SENI LUKIS

KONTEMPORER DI KABUPATEN GIANYAR

Filosofis Teologis

Dasaksara adalah sepuluh huruf yang diyakini berkaitan dengan bhuwana alit (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos). “Dasaksara” pada manusia adalah aksara “Sa” yang letaknya di hati (pepasuh), aksara “Ba” yang letaknya di hati (ati), aksara “Ta” yang letaknya di ginjal atau ginjal (ungsilan), huruf “S” terletak pada kandung empedu (usus), huruf “I” terletak pada bagian tengah hati. (bungkahang ati), aksara “Na” letaknya di paru-paru, aksara. Kesepuluh aksara alam semesta ini (makrokosmos) adalah huruf “Sa” di timur, huruf “Ba” di selatan, huruf “Ta” di barat, huruf “A” di utara, huruf “I” ". ".Si" berada di arah barat laut, karakter "Wa" berada di arah timur laut, dan karakter "Ya" berada di posisi tengah.

Kowe karo Pantesta kembang abang Nyebut temba yen kelakon Sampurna lan dirga yusa Pradnyan ing tatwa aji 4. Sanghyang rudra dewa Nyebut usus pranahira Iku kowe karo Pantesta kembang jingga Nyebut temba yen kelakon Dharma mangga lan susila Jana nuraga ing bumi. 5. Mahadewa sang dewa Nyebut ugsilan Pranahira Alinggih kowe karo Pantesta kembange cedak Nelpon mbesuk yen kelakon Nuli katon ing geber.

Sanghyang sambu dewatanya Ring ineban pranahira Alinggih kowe karo Pantesta kembang biru Kowe njupuk mangsa yen kelakon Pari purna santa dharma Sidha sidhi sihin warga 9.

Nyakalayang Niskala

Lukisan tersebut tercipta karena pada mulanya para leluhur, para dewa, dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa disembah. Tempat lukisannya ada di pura, merajan/sanggah, keluarga kerajaan (puri), dan rumah keluarga yang berstatus sosial menengah ke atas. Selain tempat-tempat tersebut, karya seni lukis/gambar juga menghiasi benda-benda yang menjadi media upacara Yadnya.

Seni lukis di Kabupaten Gianyar masih dominan mendekati bentuk-bentuk manusia imajiner (tidak realistis seperti yang dilihat mata), terus mencari cara-cara simbolis untuk menggambarkan alam yang tak kasat mata dan niskala. Gambaran abstrak antroposentris memunculkan suatu bentuk visualisasi dalam silsilah seni lukis modern sebagai bentuk ekspresi kebudayaan manusia kosmis yang berlandaskan filsafat Hindu. Di Kabupaten Gianyar, dunia kosmologi diyakini divisualisasikan melalui simbolik pangider bhuwana, bahkan lebih tepat lagi divisualisasikan dalam seni lukis modern.

Selain itu, visualisasi dari yang kasat mata menjadi kasat mata juga merupakan fenomena umum dalam seni lukis sehari-hari kontemporer di Kabupaten Gianyar.

Estetika

Hal ini sesuai dengan penjelasan Paul Klee, seorang seniman terkenal asal Swiss, dengan ungkapan yang sangat populer yaitu 'Seni tidak merepresentasikan yang terlihat; Itu membuatmu lebih terlihat.” (Baca. Keindahan visualisasi warna di Kabupaten Gianyar merupakan proses kreatif yang berakar pada warna-warna pangider bhuwana. Sebagai seniman kontemporer, Wayan Sika menjelaskan alasan pemilihan warna-warna pangider bhuwana sebagai tema utama dalam menciptakan lukisan kontemporer datang. karena warna “pangider itu bhuwana.

Lebih lanjut, Wayan Sika menunjukkan sangat konsisten dalam penggunaan warna pangider bhuwana pada lukisan kontemporernya. Mirip dengan memvisualisasikan sifat, moral/etika, dan perilaku manusia yang terlalu kompleks namun dapat digeneralisasikan menjadi sesuatu yang sangat minimal atau dapat diklasifikasikan. Hal ini terjadi karena latar belakang budaya yang berbeda juga dapat menginterpretasikan jenis warna yang sangat berbeda (Sayre, 1997).

Visualisasi warna pangider bhuwana merupakan cerminan keseimbangan antara manusia dengan alam semesta, alam makro dan mikrokosmos, karena diyakini dalam tubuh manusia terdapat berbagai warna aura yang dapat diselaraskan dengan berbagai warna yang ada di alam semesta.

Terapi Psikologis

Memvisualisasikan warna pangider bhuwana merupakan bagian yang sangat penting dalam perkembangan emosi dalam dunia seni lukis modern. Pemahaman warna-warna pangider bhuwana dapat memperkuat rasa cinta terhadap warisan budaya dan spiritualitas yang tinggi, termasuk sebagai sarana terapi psikologis. Sifat terapeutik warna pangider bhuwana adalah sifat warna yang dapat meningkatkan kelembutan, kehalusan dan keserasian rasa.

Alasan penggunaan visualisasi warna pangider bhuwana dalam seni lukis kontemporer mempunyai aspek terapeutik adalah karena para pelukis di Kabupaten Gianyar meyakini bahwa ada ruh, ruh alam semesta, yang menjadikan segala kehidupan terjadi. Pangider bhuwana adalah warna alam semesta, salah satu simbol kosmik terpenting di Kabupaten Gianyar. Warna pangider bhuwana merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Gianyar dan diwariskan sejak zaman dahulu.

Tattwa (filsafat), moralitas (etika) dan upacara/peristiwa (praktik seni sakral) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.

gambar dan meng­
gambar dan meng­

Identitas

Warna poleng, hitam putih sebagai simbol rwabhineda, merupakan tema yang sering muncul dalam seni lukis modern. Pelestarian identitas lokal dapat dilakukan dengan pemilihan judul lukisan, seperti Taksu, Semangat, Trisula, Trisakti, Catur Bhuwana, Catur Muka, Panca Warna, Padma Asta Dala, Dewata Nawa Sangga, Pangider Bhuwana dan lain-lain. Warna utama lainnya adalah merah, hitam dan putih sebagai warna Tri Murti (Brahma, Wisnu dan Iswara/Siwa).

Warna-warni dalam lukisan I Wayan Sika berjudul Kundalini, merupakan sebuah karya seni yang terinspirasi dari apresiasi meditasi, yang memusatkan perhatian pada garis-garis energi tulang belakang dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Lukisan karya I Wayan Karja berjudul Cakra Warna juga merupakan lukisan yang terinspirasi dari sumber yang sama. Dari seluruh motif yang diambil para pelukis di Kabupaten Gianyar, terlihat benang merahnya yaitu fokus penciptaan karya seni yang bersumber dari ajaran agama Hindu, khususnya warna pangider bhuwana yang merupakan tujuan keseimbangan dalam hidup.

Dalam sesajen terdapat celah untuk menempatkan warna sebagai bagian penting dalam menghasilkan “cahaya” dalam proses ritual, yaitu warna pangider bhuwana.

Ekonomi

Tujuan utama penciptaan seni murni (lukisan) untuk kebutuhan dalam negeri dialihkan ke seni bergambar yang diciptakan untuk kebutuhan wisatawan “seni wisata”. Alasan ekonomi para seniman lukis masa kini berjuang dengan berbagai upaya peningkatan taraf hidup melalui berbagai promosi dan apresiasi. Upaya mempromosikan diri sebagai seniman merupakan pemandangan lumrah dalam kegiatan seni lukis masa kini.

Ada beberapa museum seni di Kabupaten Gianyar yang memamerkan karya seni dan mengapresiasinya secara edukatif. Pengelola seni, penulis seni, kurator, dan kritikus seni merupakan bagian dari lingkaran ekonomi dalam seni lukis. Penjualan lukisan tumbuh tidak hanya secara lokal karena kemajuan pariwisata, tetapi juga melalui pameran.

Selain pameran, pemasaran lukisan kontemporer juga melibatkan balai lelang, seperti Larasati, Borobudur, Sidartha, bahkan balai lelang internasional, seperti Sotheby's dan Christie's Auction.

PROSES VISUALISASI WARNA PANGIDER BHUWANA

Proses Visualisasi Nyakalayang Niskala

  • Proses Visualisasi Nirguna Rupa
  • Proses Visualisasi Saguna Rupa
  • Proses Visualisasi Bernarasi

Terkait dengan pengalaman neo-ekspresionis dan abstraksi merupakan hal yang paling menonjol dalam visualisasi seni lukis modern di Kabupaten Gianyar. Anak Agung Gede Rai (2019) dari Museum ARMA (Museum Seni Agung Rai) menekankan bahwa warna adalah yang tertinggi dalam seni lukis modern. Keberadaan aspek simbolik dalam seni lukis terletak pada upaya pelukis dalam menyusun komposisi yang sangat sederhana.

Dalam menciptakan seni lukis modern, gambaran pangider bhuwana tidak hanya sekedar warna tetapi juga komposisi yang bersumber dari ide pangider. Secara filosofis alam semesta diterjemahkan ke dalam perkembangan seni lukis di Kabupaten Gianyar dalam berbagai narasi tradisional. Seni lukis kontemporer naratif kemudian mengkolaborasikan berbagai aspek perubahan sosial, ekonomi, agama, adat, dan budaya.

Proses visualisasi, khususnya yang bersifat interdisipliner, semakin mendapat tempat dalam meningkatkan kualitas seni lukis naratif kontemporer. Salah satu perkembangan interdisipliner terkini dalam seni lukis kontemporer adalah kolaborasi seni, penelitian, universitas, dan pemerintah. Berkaitan erat dengan turunan Pita Maha, seni lukis modern menggunakan warna-warna khas Bali dan merupakan bagian dari visualisasi warna Pangider Bhuwan selain di Ubud yang juga terdapat di Batuan.

Gambar 5.1 Karya I Wayan Darmika dengan dominasi warna merah, hitam,      dan putih. Foto Repro: I Wayan Karja 2019
Gambar 5.1 Karya I Wayan Darmika dengan dominasi warna merah, hitam, dan putih. Foto Repro: I Wayan Karja 2019

Proses Visualisasi Niskalayang Sekala

  • Proses Visualisasi Abstraksi
  • Proses Visualisasi Simplifikasi

Teknik fusing dan glazing misalnya, sudah sangat populer dalam seni lukis modern di Kabupaten Gianyar. Pelukis memaknai dan mengelaborasi bentuk dan warna dalam berbagai wujud keindahan sebagai ekspresi theestetik dalam penciptaan karya seni lukis kontemporer. Dalam perkembangan seni lukis modern, para seniman di Kabupaten Gianyar menerima aspek estetika dan unsur budaya lokal untuk menampilkan karyanya.

Proses niskala seperti inilah yang menjadi kekuatan dalam perkembangan seni lukis kontemporer pada era sekarang, termasuk dalam perkembangan seni lukis dunia kontemporer. Proses niskala ini menghasilkan karya seni lukis kontemporer yang berkembang secara halus, terbuka, luwes, dan filosofis religius ke arah abstraksi. Baik skala maupun niskala, konkrit atau abstrak, visual atau nirupam, seni lukis kontemporer di Kabupaten Gianyar diperuntukkan bagi penyederhanaan seni dan spiritualitas guna memperluas kesadaran kosmologis.

Daya kreatif seni lukis kontemporer di Kabupaten Gianyar menunjukkan puncak penyederhanaan, dimulai dari tanda-tanda.

Gambar

Tabel 2.1 Pangider Bhuwana. Sumber (isi teks): Ngurah Nala, Usada Bali,  1996. Gambar: I Wayan Karja, 2019
Gambar 2.3 Dewata Nawa Sangga. Gaya seni lukis Inovasi.
Gambar  3.3  Pola  ling- ling-karan lambang  kosmolo-gi  pada  lamak.  Foto:  I  Wayan Karja, 2018
Gambar 3.30 bagian dari gambar pangider bhuwana pada hiasan tempat  tirtha/air suci. Foto: I Wayan Karja, 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait