PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Gangguan perilaku, keterbatasan dalam berinteraksi dan berkomunikasi menjadi kendala bagi guru dalam membimbing anak autis dalam belajar. Beberapa guru nampaknya belum memiliki kompetensi kepribadian yang tepat ketika melaksanakan pembelajaran pada anak autis.
Fokus Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Menginspirasi dan memotivasi untuk mengembangkan dan mendewasakan kompetensi sebagai calon guru bagi anak berkebutuhan khusus.
LANDASAN PUSTAKA
Pembelajaran anak autis
Pengertian autisme
Berbeda dengan diagnosis berdasarkan DSM IV, domain gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku berulang merupakan gejala autisme yang berkaitan dan mencakup satu sama lain. Kalaupun terjadi perubahan diagnosa pada anak autis, namun kendala yang tetap ada dan terlihat pada anak autis adalah hambatan dalam komunikasi dan perilaku seperti bereaksi tidak tepat saat bercakap-cakap, kesulitan menjalin pertemanan, bergantung pada rutinitas, hingga sangat sensitif terhadap perubahan. dalam lingkungannya, dan melekat pada suatu benda (DIKMEN, 2014:8).
Karakteristik anak autis
Akibat gangguan pada sistem limbik, anak autis kesulitan mengendalikan emosi, mudah meledak-ledak, dan marah. Setiap anak autis mempunyai ciri-ciri yang berbeda satu sama lain, baik dari derajat pertentangannya, frekuensinya, maupun gejala yang dimilikinya.
Konsep dasar pembelajaran anak autis
Semua mata pelajaran memberikan layanan pembelajaran sesuai dengan permasalahan belajar dan kebutuhan belajar masing-masing anak autis. Subjek memberikan layanan pembelajaran sesuai dengan permasalahan belajar dan kebutuhan belajar masing-masing anak autis.
Tujuan pembelajaran anak autis
Prinsip layanan pendidikan bagi anak autis
Hambatan pembelajaran anak autis
Kesulitan belajar yang umum terjadi pada anak autis adalah masalah komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Lebih lanjut Haryanto menjelaskan permasalahan yang sering terjadi pada anak autis di sekolah adalah masalah perilaku, pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Kompetensi Kepribadian Guru
Ketidakmampuan belajar yang mempengaruhi terbatasnya pemahaman terhadap rangsangan, rentang perhatian yang pendek, dan kemudahan berpindah. Oleh karena itu, untuk mengurangi hambatan atau permasalahan tersebut diperlukan perhatian intensif dan layanan pendidikan yang terprogram dan disesuaikan dengan kemampuan anak autis.
Pengertian guru
Tugas menjadi seorang guru memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus berupa penguasaan kompetensi guru sesuai dengan kualifikasi jenis dan jenjang pendidikan di sekolah tempat bekerja (Danin & Khairil, 2012: 8, Uno, 2007: 15). Peran guru akan berjalan dengan baik apabila guru mempunyai seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus berupa penguasaan standar kompetensi guru sesuai dengan kualifikasi jenis dan jenjang pendidikan di sekolah tempatnya bekerja.
Standar kompetensi guru
Peneliti ingin menyampaikan bahwa penelitian ini secara khusus berfokus pada profesionalisme guru pada aspek kompetensi kepribadian. Pemilihan keterampilan kepribadian didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak autis dan juga menjadi latar belakang permasalahan dalam penelitian ini.
Profesionalitas guru SLB
Tanggung jawab sebagai pendidik ABK menuntut setiap guru SLB mempunyai profesionalitas dalam menangani ABK yang dalam konteks ini menangani anak autis. Tanggung jawab sebagai guru anak autis akan terwujud apabila didukung dengan penguasaan kompetensi kepribadian guru, yang tidak lepas dari pemenuhan persyaratan profesionalitas guru khusus.
Kode Etik Guru Indonesia
Kode Etik disusun dan ditetapkan atas dasar kesepakatan antar guru, yang dijadikan pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik (Danim. Penciptaan Kode Etik Guru, yaitu dijadikan pedoman dalam Memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik khususnya pada umum kewajiban dan kewajiban guru terhadap peserta didik (KEGI, 2013) adalah.. a) Menghormati, menghayati dan melaksanakan sumpah guru.
Pengertian kompetensi
Pengertian kepribadian
Kompetensi kepribadian guru
Danin mengelompokkan kompetensi kepribadian guru menjadi beberapa subkompetensi, antara lain kepribadian kokoh dan mantap, kepribadian bijaksana, berwibawa, dewasa, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kepribadian yang mantap dan stabil ditandai dengan tindakan guru yang harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku baik secara hukum maupun lingkungan.
Karakteristik kompetensi kepribadian guru SLB
Pandangan tersebut juga didukung oleh Uno yang menyatakan bahwa guru dalam menjalankan tugasnya secara profesional hendaknya mempunyai pengetahuan tentang perkembangan siswanya dan mampu memperlakukan siswa secara individu sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Berdasarkan berbagai ciri-ciri kepribadian guru yang telah dijelaskan, maka ciri-ciri kepribadian yang harus dimiliki secara khusus oleh seorang guru SLB adalah mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didiknya dan mampu memperlakukan peserta didik secara individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing anak.
Pengaruh kompetensi kepribadian guru
Kompetensi kepribadian Guru dalam pembelajaran anak autis
Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2015) dengan judul “Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kelompok I Sidoarum Godean Sleman.” Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi kepribadian guru dan disiplin siswa.
Pertanyaan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian mempunyai hubungan yang signifikan dan berkontribusi terhadap kinerja guru. Bagaimana Guru Menerapkan Kepribadian Berakhlak Mulia dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Anak Autis di SLB C Karya Bhakti Purworejo.
Pendekatan Penelitian
Berdasarkan teori tersebut maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui dan gambaran kompetensi kepribadian guru dalam mengajar anak autis di SLB Karya Bakti Purworejo.
Setting Penelitian
Sumber Data
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti mengamati langsung subjek pada saat kegiatan pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengungkap informasi tentang pemanfaatan aspek kompetensi pribadi guru dalam mengajar anak autis dan tentang upaya pengembangan kompetensi pribadi guru pada anak autis. Panduan wawancara dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan terkait pemanfaatan aspek kompetensi kepribadian dalam pelaksanaan pembelajaran anak autis dan upaya pengembangan kompetensi pribadi sebagai guru anak autis.
Aspek kompetensi kepribadian mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang kemudian dijelaskan dalam bentuk subaspek mengacu pada pendapat Danin (2010). Indikator tersebut dikembangkan berdasarkan penelitian mengenai kompetensi kepribadian guru yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran pada anak autis dan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
Keabsahan Data
Analisis Data
Data dianalisis dengan cara mengorganisasikan data, mengklasifikasikan, mensintesis, menyusun menjadi satu struktur, memilah data yang penting dan yang akan diuraikan, kemudian merangkumnya dalam suatu kesimpulan. Analisis data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian, guna memperoleh jawaban yang memuaskan, mendalam dan bermakna serta memberikan gambaran yang akurat tentang kompetensi kepribadian guru dalam melaksanakan pembelajaran pada anak autis di SLB Karya Bakti Purworejo. Reduksi data adalah suatu proses dimana peneliti setelah mengumpulkan data penelitian, kemudian menyeleksi data yang diperoleh untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus masalah yang akan diteliti (Iskandar.
Visualisasi data atau penyajian data bertujuan untuk memudahkan memahami apa yang terjadi dan merencanakan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, setelah data direduksi, data-data tersebut kemudian disusun secara sistematis sehingga dapat menjawab permasalahan yang diteliti.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi lokasi penelitian
Upaya yang diwujudkan melalui pelaksanaan karya kerasulan pendidikan dalam pengelolaan dan pembelajaran yang profesional, komunikatif dan transparan, serta pendampingan terhadap anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat menjadi individu yang kompeten, mandiri dan berbudi luhur. Semangat kepeloporan dan perjuangan untuk memberikan layanan pendidikan yang tepat kepada anak berkebutuhan khusus kini telah ditanamkan dalam diri setiap guru yang mengajar di SLB C Karya Bhakti Purworejo. SLB C Karya Bhakti Purworejo telah menerapkan sistem 5 hari sekolah per minggu sejak tahun ajaran 2016/2017, terhitung mulai hari Senin sampai dengan Jumat.
Namun subjek penelitian ini khusus untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru yang menangani anak autis. Pembelajaran anak autis di SLB C Karya Bhakti dilaksanakan di kelas khusus dan terpisah dari anak lain, seperti anak tuna rungu dan anak tunagrahita.
Deskripsi subjek penelitian
Setelah menjalani pelatihan selama dua minggu pertama, ibu PCK diangkat menjadi guru seni untuk anak autis, dan setahun kemudian diangkat menjadi pengajar ke rumah. Ibu PCK juga mendapatkan buku tentang autisme dan pengembangan profesi sebagai guru. Setelah menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Ekonomi pada tahun 2006, ES ditahbiskan menjadi guru PAUD di Purworejo, setelah itu beliau menjabat sebagai guru di SLB C Karya Bhakti Purworejo pada tahun 2014.
Berdasarkan keterangan ES, sejak tahun 2015 ES tidak hanya bertugas sebagai guru kelas tetapi juga sebagai guru terapi. Saat penelitian dilakukan, Pak TBJW bertugas sebagai guru kelas dan terapis sepulang sekolah bagi anak autis yang mengikuti kelas terapi di luar jam sekolah.
Deskripsi kompetensi kepribadian subjek
Berdasarkan hasil wawancara, salah satu bentuk tindakan yang dilakukan adalah dengan mengakui keberadaan anak autis dalam kegiatan pembelajaran. Bentuk tindakan subjek lainnya yang sesuai dengan norma sosial juga dapat dilihat dari rasa empati subjek terhadap anak autis. Seluruh subjek mampu menjalin komunikasi yang baik dan bersahabat dengan anak autis selama proses pembelajaran.
Semua subjek peka terhadap perubahan sikap dan perilaku yang terjadi selama pembelajaran pada anak autis. Upaya memberikan layanan yang sesuai dengan karakteristik anak autis secara keseluruhan memiliki program untuk setiap anak.
Pembahasan
Hal ini terlihat dari sikap dan tindakan subjek yang bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial dan rasa bangganya menjadi guru bagi anak autis. Keseluruhan tindakan entitas yang menunjukkan mereka sebagai guru yang arif dan bijak terlihat dari upaya mereka dalam memberikan layanan pendidikan yang bermanfaat bagi anak autis. Harapannya sikap dan tindakan subjek dapat menjadi teladan bagi anak autis dalam kehidupan sehari-hari.
Data tersebut menunjukkan bahwa keempat subjek tersebut secara teknis belum memenuhi syarat sebagai guru bagi anak autis di SLB. Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara, keempat subjek mampu menunjukkan bahwa mereka mampu menjalankan tugasnya sebagai guru bagi anak autis.
Keterbatasan Penelitian
Wawancara Guru mempunyai rasa empati terhadap anak dan mempunyai hubungan dekat dengan setiap anak autis. Guru mempunyai empati terhadap anak autis dan mendampingi anak autis dengan penuh kasih sayang. Guru PCK mempunyai empati terhadap anak autis dan mendampingi anak autis dengan penuh kasih sayang.
Guru SP mempunyai pandangan positif terhadap anak autis dan percaya bahwa anak autis dapat berkembang sesuai dengan kemampuan anak masing-masing. Guru TBJW mampu mengendalikan emosi dan tindakan negatif ketika menghadapi anak autis. Bersabarlah.
SIMPULAN DAN SARAN
Implikasi
Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam evaluasi guru dan pengembangan kompetensi pribadi guru pada umumnya.
Saran
Guru mempunyai rasa empati terhadap anak, terlihat dari sikap dan kemampuan guru dalam menerima dan menyayangi anak autis. Guru SP mempunyai rasa empati terhadap anak, terlihat dari sikap dan kemampuan guru dalam menerima dan menyayangi anak autis.