• Tidak ada hasil yang ditemukan

dampak sosial ekonomi objek wisata lappa laona

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "dampak sosial ekonomi objek wisata lappa laona"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NASRAH NIM. 105381115016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

“Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?, dan kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu, dan kami tinggi kan sebutan (nama) mu bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetap lah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(Q.S, Al-Insyirah : 1-8 )

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberi dukungan kepada saya, motivasi, saran dengan segala hal dan memberi kasih sayang yang sangat besar dan semua itu tidak bisa ku balas dengan apapun.

Adik-adik saya, terimakasih telah membantuku dengan segalah hal yang saya butuhkan dan selalu memberiku motivasi untuk semangat.

Dan sahabat-sahabat ku, terimakasih untuk segalanya yang selalu ada ketika saya butuh bantuan.

(7)

vii

ABSTRAK

Nasrah, 2020. Dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laoana Kabupaten Barru. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Kaharuddin dan Pembimbing II Risfaisal.

Pada objek wisata Lappa Laona belum tertata secara struktural oleh pemerintah sehingga terjadi ketidak aturan dalam jual beli di Lappa Laona.

Namun objek wisata Lappa Laona berdampak bagi masyarakat dalam menambah pendapatannya dengan melakukan usaha kecil-kecilan di era objek wisata.

Skripsi ini mengunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan riset fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan objek wisata, dan dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan 3 teknik yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya objek wisata Lappa Laona ini bisa membuka usaha kecil-kecilan untuk membuka lembaran yang baru dalam menambah pendapatan sehari-harinya. Dampak sosial dalam perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitar objek wisata yakni masyarakat yang secara langsung terlibat dalam pembangunan objek wisata Lappa Laona. Adanya pariwisata di Kabupaten Barru tentu dapat menyebabkan adanya dampak positif dan dampak negatif di kalangan masyarakat.

Kata Kunci: Dampak Sosial, Ekonomi, Objek Wisata

(8)

viii ABSTRACT

Nasrah, 2020. The socio-economic impact of the Lappa Laoana tourism object, Barru Regency. Faculty of Teacher Training and Education. Muhammadiyah University of Makassar. Advisor I Kaharuddin and Advisor II Risfaisal.

The tourism object of Lappa Laona has not been structurally organized by the government so that there is no regulation in buying and selling at Lappa Laona. However, Lappa Laona tourism has an impact on the community in increasing their income by doing small businesses in the era of tourism objects.

This thesis uses descriptive qualitative research with a phenomenological research approach which aims to determine the process of forming tourism objects and the socio-economic impacts of tourism objects in Lappa Laona. Collecting data in this study using 3 techniques, namely observation, interviews and documentation.

The results showed that the Lappa Laona tourism object could open small businesses to open new pages to increase their daily income. Social impact on people's behavior towards the environment around the tourism object, namely the community who is directly involved in the development of the Lappa Laona tourism object. The existence of tourism in Barru Regency can certainly cause positive impacts and negative impacts among the community.

Keywords: Social Impact, Economy, Tourism Object

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik dari hal pengetahuan,waktu dan waktu. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag serta para Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S. Pd., M.

Pd., Ph. D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M. Pd. dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S. Pd., M. Pd., Ph. D beserta seluruh staf nya.

Bapak Kaharuddin, S. Pd., M. Pd., Ph. D. Sebagai pembimbing I (satu) dan Bapak Risfaisal, S. Pd., M. Pd. Selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak-bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu

(10)

persatu atas bimbingan, arahan dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Muhsin dan ibunda Aridah serta kakak dan adik penulis yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, penulis ucapkan terima kasih. Adapun permohonan maaf penulis yang sangat dalam jika dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan serta masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar dalam perbaikan skripsi kedepannya dapat menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Semoga apa yang kita lakukan dapat bernilai dan bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Makassar, November 2020

Nasrah

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep ... 9

(12)

B. Kajian Teori ... 12

C. Kerangka Pikir ... 17

D. Penelitian Relevan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Informan Penelitian ... 28

D. Fokus Penelitian ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Jenis dan Sumber Data ... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

H. Teknik Analisis Data ... 32

I. Teknik Keabsahan Data ... 34

J. Etika Penelitian ... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitian ... 35

B. Letak Geografi ... 37

C. Keadaan Penduduk ... 38

D. Keadaan Pendidikan ... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Dampak Sosial Objek Wisata Lappa Laona Di Era Covid-19 ... 40

(13)

2. Dampak Ekonomi Masyarakat Objek Wisata Lappa Laona Di Era Covid-19 ... 56 B. Pembahasan

1. Dampak Sosial Objek Wisata Lappa Laona Di Era Covid-19 ... 60 2. Dampak Ekonomi Masyarakat Objek Wisata Lappa Laona Di Era Covid-19 ... 70 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 74 B. Saran Penelitian ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel III.1 Waktu Penelitian ... 28

Tabel IV. 1 Batas Wilayah Desa Harapan ... 37

Tabel IV. 2 Jumlah Penduduk Desa Harapan ... 39

Tabel V. 1 Jumlah Fasilitas Yang Dibagun Di Objek Wisata ... 68

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Tabel Halaman

Gambar

Gambar II. 1 Kerangka Pikir ... 18 Gambar IV. 1 Peta Desa Harapan ... 38

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki keindahan alam yang mempunyai daya tarik dan potensi sumber daya alam yang dikembangkan menjadi objek wisata, salah satunya pariwisata lokal yang dimiliki Kabupaten Barru yaitu Lappa Laona dan dikelola oleh Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). Desa Harapan digunakan sebagai daya tarik pariwisata dan sumber pendapatan daerah masing-masing.

Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada undang-undang nomor 10 tahun 2009, yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan mempertahankan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata (Pangestuti, 2018:2).

Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Barru mulai meningkat dari Desa ke Desa dan salah satunya termasuk Desa Harapan, Kelurahan Waruwue, Kabupaten Barru. Pembangunan ini direncanakan oleh pemerintah melalui kerja sama Bupati barru dan Bumdes.

Pembangunan pariwisata secara langsung dilakukan oleh masyarakat setempat kemudian dikembangkan oleh Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) untuk memenuhi proses pengembangan objek wisata yang dapat mendukung

(17)

fasilitas yang disiapkan seperti, wahana-wahana, tempat beribadah, warung makan, toilet serta fasilitas lainnya yang dapat dibutuhkan wisatawan.

Pembangunan wisata dapat menimbulkan dampak ekonomi terhadap kehidupan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Dengan adanya wisata Lappa Laona ini membuat para wisatawan berdatangan sehingga masyarakat setempat berinisiatif untuk berdagang di kawasan ini dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Namun masyarakat setempat tidak menyadari bahwa adanya wisata Lappa Laona dapat menimbulkan dampak yang harus diperhatikan oleh pengelolah wisata atau masyarakat. Seperti terjadinya penumpukan sampah di sekitar lingkungan, adanya pengunjung datang untuk berpacaran atau adanya konflik antar sesama penjual di kawasan wisata Lappa Laona.

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada pariwisata dapat melibatkan masyarakat setempat dengan berdagagang di kawasan ini. Namun masyarakat merasa terbebani karena sering digeser untuk berpindah tempat untuk berjualan, alasan merusak pandangan wisatawan nantinya. Perubahan yang terjadi dalam aspek sosial dalam masyarakat tidak tertata secara struktural oleh pemerintah sehingga terjadi ketidak aturan dalam jual beli di Lappa Laona. Sehingga timbul konflik di masyarakat karena mereka yang menguasai arena perekonomian perhutanan dan tempat-tempat jualan di Lappa Laona.

Penelitian yang mengkaji tentang sosial ekonomi terhadap objek wisata telah ditemukan antara lain melalui sejumlah studi mengenai ekonomi dan

(18)

objek wisata dalam penelusuran penelitian, mulai dari dampak sosial ekonomi pembangunan (Kurniawan, 2015; Rahma, 2017; Safriana, 2018), objek wisata (Nahriyah, 2015; Anestya,2015; Aziz, 2016; Andika, 2017; Rulloh, 2017;

Anggraeni, 2018; Pangestuti, 2018).

Penelitian ini juga akan mengkaji tentang sosial ekonomi terhadap objek wisata dengan fokus pada dampak sosial ekonomi objek wisata yang ada di kabupaten barru sulawesi selatan. Penelitian yang saya akan lakukan masih berkaitan dengan penelitian Windah Rahma (2017) mengkaji tentang dampak sosial ekonomi dan budaya objek wisata, memberikan kontribusi secara langsung terhadap peningkatan pendapatan penduduk Desa Salo.

Terbukanya lapangan pekerjaan baru karena Objek Wisata Sungai Hijau berarti sumbangsih terbesar terhadap penurunan jumlah angka pengangguran di Desa Salo. Lalu penelitian Rakhmi Safriana (2018) mengkaji tentang dampak sosial ekonomi pengelolaan pariwisata pemerintah dan swasta terhadap kondisi masyarakat lokal, memberikan dampak sosial ekonomi terhadap kondisi masyarakat. Terbukti dengan terciptanya lapangan pekerjaan, adanya kesempatan usaha, meningkatkan kenyamanan usaha, perubahan pendapatan dan berubahnya gaya hidup masyarakat di wilayah objek wisata. Namun penelitian yang ketiga ini lebih fokus untuk mengetahui peningkatan, pengembangan dan lapangan pekerja tempat wisata. Sementara penelitian ini, akan mengkaji dampak sosial ekonomi objek wisata, baik dalam kaitannya dengan proses pembentukan objek wisata dan dampak sosial ekonomi objek wisata. Saat ini wisata Lappa Laona masih dalam proses

(19)

perkembangan pembangunan wahana agar wisatawan banyak yang berkunjung karena adanya wahana-wahana yang menarik seperti, flying fox sepanjang 270 meter, gazebo, spot foto. Letak kabaruan peneliti ini pada perkembangan objek wisata, yaitu perubahan sosial masyarakat, pembangunan dan kemajuan objek wisata.

Potensi kepariwisataan yang ada di kabupaten barru, merupakan suatu objek wisata yang berada di Lappa Laona dan terletak di dusun Waruwue, Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, di Sulawesi Selatan. Tempat wisata ini berada pada bukit sehingga pengunjung dapat merasakan suasana yang bagus untuk melakukan aktivitas dan pengunjung pun dapat menikmati pemandangan yang indah dan sejuk dari ketinggian bukit Lappa Laona yang ada di Sulawesi Selatan. Namun kondisi perjalanan ke wisata alam Lappa Laona cukup sempit dan menantang saat memasuki wilayah Desa Harapan, karena memiliki jalanan yang menanjak dan cukup curam sehingga pengunjung harus hati-hati untuk sampai di tempat wisata alam ini.

Tarif masuk ke objek wisata Lappa Laona dikenakan biaya sebesar rp5.000. Objek wisata Lappa Laona terdapat berbagai macam fasilitas yang akan disiapkan seperti: kios/warkop, mushola dan gazebo. Untuk memperbaiki dan mengelola fasilitas tersebut seperti: gaji karyawan, perawatan wahana dan biaya lainnya akan ditentukan oleh banyaknya pengunjung yang datang.

Objek wisata Lappa Laona berada pada bukit yang tinggi dan memiliki hamparan rumput yang luas, menghijau, dan sejuk. Sehingga banyak menarik

(20)

pengunjung ke wisata Lappa Laona. Lambat laun hamparan rumput yang luas dan menghijau terjadi perubahan pada lingkungan objek wisata menjadi tidak menghijau lagi. Objek wisata Lappa Laona juga menyiapkan wahana spot selfie seperti mountain bike park dan uno stones. Namun wisata ini tetap ramai disaat ada kegiatan yang dilakukan dan juga pada diakhir pekan, sedangkan di hari lain hanya sedikit. Kelurahan Waruwue merupakan objek wisata, memiliki keunikan, dan banyak perhatian pendatang baik yang ada di Kabupaten Barru maupun dari luar Kabupaten Barru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, adanya pariwisata di Kabupaten Barru tentu dapat menyebabkan adanya dampak positif dan dampak negatif di kalangan masyarakat. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Dampak Sosial Ekonomi Objek Wisata Lappa Laona Kabupaten Barru” Studi Pada Masyarakat Desa Harapan Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak sosial objek wisata Lappa Laona di era covid-19?

2. Bagaimana dampak ekonomi masyarakat objek wisata Lappa Laona di era covid-19?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dampak sosial objek wisata Lappa Laona di era covid- 19.

2. Untuk mengetahui dampak ekonomi masyarakat objek wisata Lappa Laona di era covid-19.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran kepada masyarakat bagaimana dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona.

2. Secara Praktis a. Bagi Masyarakat

Manfaatnya bagi masyarakat yakni mereka dapat mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi di sekitar pariwisata. Dengan ini dapat memberikan keuntungan pada masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan dalam menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan objek wisata.

(22)

b. Bagi Peneliti

Peneliti ini dapat mengetahui sebagai bekal dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritis terhadap masalah praktis, sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan rujukan peneliti-peneliti yang lain.

E. Definisi Operasional

Dampak adalah suatu pengaruh atau akibat yang terjadi pada setiap tempat dan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar lingkungan.

Sosial yaitu suatu perilaku yang dimiliki setiap orang yang dapat berkaitan dengan proses sosial.

1. Dampak Sosial

Dampak sosial yang dimaksud oleh peneliti adalah suatu perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar objek wisata Lappa Laona yakni masyarakat yang secara langsung terlibat dalam objek wisata Lappa Laona seperti, pedagang, pengelola, pembersih dll.

2. Dampak Ekonomi

Ekonomi merupakan suatu usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup yang dapat dilakukan oleh setiap individu atau kelompok dalam meningkatkan pendapatan.

Dampak ekonomi suatu usaha yang dilakukan manusia baik secara individu atau kelompok dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar objek wisata Lappa Laona.

(23)

3. Objek Wisata

Objek wisata adalah merupakan suatu tempat yang ada di setiap daerah yang memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Agar orang-orang dapat berkunjung ke tempat yang menarik dan memiliki banyak perhatian pada wisatawan. Salah satu pariwisata yang membuat pengunjung untuk meluangkan waktu dapat menikmati objek wisata Lappa Laona karena memiliki keunikan tersendiri dari objek wisata yang lainya. Objek wisata Lappa Laona memiliki pemandangan yang menghijau dan hamparan rumput yang luas.

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Proses Pembentukan Objek Wisata Lappa Laona

Objek wisata Lappa Laona merupakan salah satu pariwisata yang bisa ditempati untuk menghilangkan depressing atau sebagai menghibur diri, karena suasana yang sejuk dan memiliki pandangan yang bagus.

Lappa Laona memiliki pandangan dan suasana yang berbeda pada waktu yang tidak sama, seperti disaat pagi hari wisatawan dapat melihat matahari terbit dan juga merasakan gelembung yang dingin, sedangkan pada siang hari dapat melihat keindahan rumput yang luas dan menikmati kegiatan yang dilakukan seperti camping, selfie, dan saat malam hari dapat menikmati keseruan yang dilakukan dalam kegiatanya sambil memandangi bintang. Namun wisata Lappa Laona belum sepenuhnya memiliki fasilitas yang diinginkan pengunjung, karena wisata Lappa Laona baru diresmikan pada tanggal 13 Mei 2018, sehingga fasilitasnya masih kurang yang disediakan oleh pemerintah. Jarak tempuh untuk menuju ke lokasi wisata sekitar 50 kilometer dari kota Barru. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di bukit Lappa Laona dari kota barru sekitar satu jam.

Saat sampai di Lappa Laona, wisatawan akan dimanjakan dengan keindahan alam yang bagus dan suasana sejuk serta hamparan padang

(25)

rumput yang luas dan keindahan gunung sekitar yang menyambut wisatawan, juga akan mengobati lelahnya perjalanan. Wisata Lappa Laona juga dimanjakan dengan sejumlah fasilitas yang menarik dan berkesan, diantaranya camping ground, spot selfie seperti mountain bike park dan uno stones. Dan wisata Lappa Laona juga memiliki delapan fasilitas gazebo, meski gazebo ini belum dioperasikan namun pengunjung dapat ber selfie atau berfoto ria di tempat pariwisata (Akbar, minggu, 21/10/2018 ).

Untuk menikmati fasilitas yang tersedia, biayanya yang dikeluarkan tak banyak dikeluarkan dari kantong wisatawan. Cukup membayar biaya parkiran kendaraan lima ribu rupiah, pengunjung sudah bisa menikmati fasilitas dan keindahan alam Lappa Laona. Pengunjung yang datang berlibur diperbolehkan menginap tapi harus menyiapkan tenda kemah atau perlengkapan sendiri untuk tidur. Namun kondisi Lappa Laona memiliki jaringan yang tidak mendukung. Selain itu, di tempat tersebut juga masih minim penjual makanan dan minuman, sehingga wisatawan disarankan untuk membawa bekal sendiri.

2. Dampak Sosial Ekonomi

Dampak menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia, adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Peneliti menyimpulkan yaitu dampak merupakan suatu hal yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada lingkungan pariwisata Lappa Laona baik dalam pengaruh positif maupun negatif terhadap masyarakat. Pengaruh positif

(26)

yaitu suatu hal yang memiliki perubahan kearah lebih baik, sedangkan pengaruh negatif yaitu suatu yang dapat menimbulkan kesempatan dalam mencari keuntungan pribadi. Seperti adanya objek wisata Lappa Laona di Desa Harapan dapat memberikan dampak pada masyarakat Desa Harapan.

Dampak yang dapat timbul tentunya dampak sosial dan ekonomi masyarakat.

Dampak sosial merupakan suatu perilaku manusia terhadap lingkungan masyarakat secara langsung terlibat pada pariwisata dengan wisatawan.

Sedangkan dampak ekonomi yaitu suatu usaha yang dilakukan manusia baik secara individu atau kelompok dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.

Objek wisata Lappa Laona dapat memberikan peluang pada masyarakat untuk mendorong membuka lapangan kerja. Seperti membuka warung- warung makan, toilet, gazebo dll. Karena para wisatawan juga membutuhkan konsumsi, toilet, tempat peristirahatan dll, selama melakukan aktivitas kemping, berkemah atau berlibur. Dibukanya rumah warung-warung makan atau tempat-tempat peristirahatan dapat juga membuka peluang lapangan kerja pada masyarakat sekitar objek wisata.

3. Objek Wisata

Pariwisata berasal dari bahasa sansakerta yang terbagi menjadi dua suku kata yaitu, pari dan wisata. Pari merupakan banyak, berkali-kali, berputar-berputar, sedangkan wisata suatu perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali

(27)

atau berkeliling. Sedangkan menurut undang-undang No. 10 tahun 2009 bahwa pariwisata bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan. Adanya objek wisata ini dapat menambah pendapatan masyarakat dengan membuka usaha kecil-kecilan di sekitar Lappa Laona.

Lappa Laona sebagai objek wisata yang menarik dikunjungi oleh banyak orang dan berada pada bukit yang bagus untuk melakukan perjalanan atau refreshing dengan suasananya yang sejuk, sehingga pengunjung bisa merasakan pemandangan yang bagus dari kentiggian bukit Lappa Laona yang ada di Sulawesi Selatan dan juga dapat beraktivitas seperti berkemah, kemping, mengambil gambar, dll. Sehingga masyarakat sekitar dapat berpengaruh terhadap kehidupan dan perekonomian, masyarakat mulai mengembangkan objek wisata Lappa Laona dan dapat membangun berbagai macam fasilitas seperti: warung makan, mushola dan gazebo sekitar Lappa Laona.

B. Kajian Teori

1. Teori perubahan sosial

Menurut Kingsely Davis (Soerjono Soekanto 2013: 262) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Perubahan yang terjadi pada pariwisata dapat melibatkan masyarakat setempat dengan berdagang dikawasan ini. Namun belum tertata secara struktural mengakibatkan ketidak aturan dalam jual beli di objek wisata.

(28)

Maclever (Soerjono Soekanto 2013: 263) perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan terhadap keseimbangan (eqiuilibrium) hubungan sosial. Gillin dan Gillin (Soerjono Soekanto 2013: 263) mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan- perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru masyarakat. Perubahan yang terjadi pada masyarakat dengan adanya objek wisata dapat mempengaruhi dalam kehidupan sehari-harinya.

Karena masyarakat sebelum berdagang di Lappa Laona mereka mendapatkan penghasilan dari hasil petani dan berkebun. Dengan adanya obyek wisata ini masyarakat memiliki perubahan dalam pendapatan sehari-harinya.

Selo Soemardjan (Soerjono Soekanto 2013:263) perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam proses pembentukan objek wisata ini belum efektif secara struktur pada pengelola sehingga mengakibatkan terjadinya renggang komunikasi antara masyarakat dalam membangun objek wisata dengan pihak pengelola. Karena adanya covid-19 ditengah-tengah masyarakat mengakibatkan pembentukan pengelolaan pada objek wisata tertunda (Kaharuddin, 2019: 54).

(29)

2. Teori konflik perspektif lewis coser

Coser menggambarkan konflik sebagai perselisihan mengenai nila-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi. Pihak- pihak yang sedang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan, atau menghancurkan lawan mereka. Lebih lanjut Coser menyatakan, perselisihan atau konflik dapat berlangsung antara individu, kumpulan (collectivities), atau antara individu dan kumpulan. Bagai manapun konflik antar kelompok maupun yang intra kelompok senantiasa ada ditempat orang hidup bersama. Coser juga menyatakan, konflik itu merupakan unsur interaksi yang penting, dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecah belah ataupun merusak. Konflik bisa saja menyumbang banyak kepada kelestarian kelompok dan memperarat hubungan antara anggotanya. Seperti menghadapi musuh bersama dapat mengintegrasikan orang, menghasil kan solidaritas dan keterlibatan, dan membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka sendiri (Sutaryo, 1992: 39 dalam Wirawan, 2012: 83).

Seperti yang kita lihat di atas penulis dapat mengaitkan teori ini dengan penelitian yang saya teliti yaitu Dampak Sosial Ekonomi Objek Wisata Lappa Laona Kabupaten Barru. Dengan mengembangkan pembangunan objek wisata untuk membuka lowongan kerja pada

(30)

masyarakat sekitar Lappa Laona. Agar pendapatan masyarakat dapat meningkat sebagai perekonomian sehari-hari. Objek wisata Lappa Laona ini dapat memberikan dampak pada masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya dan juga dapat menghasilkan usaha pada kesempatan kerja yang dibangun di objek wisata.

3. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional berada dalam tataran middle range theory yang berlandaskan kepada teori umum (grand theory), yakni tindakan rasional yang digagas oleh Max Weber. Berlandaskan grand theory dari Weber mengenai rasionalitas atau lebih spesifiknya adalah tindakan rasional, serta perspektif pilihan rasional pada tataran middle range theory seperti yang dikemukakan oleh Coleman, maka periode waktu terakhir ini berkembang studi-studi yang mengkaji kapital sosial secara umum dari sudut pandang Sosiologi Ekonomi, dikaitkan dengan pengambilan keputusan transaksi sosial ekonomi.

Oleh karenanya, berdasarkan penjelasan di atas maka dalam tindakan rasional ada beberapa kata kunci yang harus dikaitkan satu dengan yang lainnya, yakni aktor (yang diasumsikan rasional); pilihan dari beragam sumber yang tersedia; penguasaan atas sumber-sumber itu oleh si aktor: dan kepentingan pribadi. Dengan demikian timbul pertanyaan mengapa Coleman tidak mengacu kepada pemikiran Fungsionalisme Struktural dalam menjelaskan teori pilihan rasional. Hal

(31)

ini tidak terlepas dari kritiknya terhadap aliran yang berupaya menjelaskan kapital sosial hingga dekade 1980-an.

Kritik yang dikemukakan adalah mengenai cacat yang sangat fatal bagi perkembangan teori yang tidak mempertimbangkan atau mengabaikan aktor yang memiliki dalam tanda petik “mesin tindakan”.

Kritik itu ditujukan kepada aliran sosiologi yang menganggap aktor itu dibentuk oleh lingkungan (sistem atau struktural), bersifat pasif, serta tidak memiliki kekuatan dari dalam untuk menentukan tindakannya.

Faktanya dalam dunia sosial tidaklah demikian. Menurut Coleman, individu manusia bukan hanya sekedar tempat ataupun media bagi bekerjanya suatu struktural sosial. (Ketut, 2011:58-59)

Pembangunan objek wisata Lappa Laona dapat melibatkan tenaga kerja terhadap masyarakat untuk mengembangkan pembangunan wisata dalam membuka lowongan kerja. Dengan adanya pembangunan wahana diharapkan untuk menambah daya tarik pengunjung ke Lappa Laona agar pendapatan meningkat.

Dengan ini objek wisata memiliki struktur lembaga pengelolaan dalam mengembangka objek wisata seperti, pengelola karcis, pengelola wahana-wahana, pembersih. Dengan adanya struktur lembaga pengelola akan membentuk hubungan interaksi pada masyarakat terhadap objek wisata.

(32)

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang akan dilakukan dalam penelitian ini merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian. Dan kerangka pikir ini akan disusun sesuai permasalahan pokok yang telah ditentukan dengan mengunakan teori yang ada kaitannya dengan permasalahan pokok penelitian. Pada penelitian yang dilakukan ini untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan objek wisata dan dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona.

Pada variabel perkembangan tempat wisata dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana proses pembentukan sebuah tempat wisata yang ada di suatu daerah. Perkembangan tempat wisata dapat diketahui berdasarkan keadaan tempat wisata sebelum pengembangan dan sesudah pengembangan. Adapun indikator yang dipakai dalam variabel perkembangan tempat wisata meliputi luas lahan, jumlah pengunjung, SDM pengelola tempat wisata dan fasilitas di dalam tempat wisata. Sehingga dapat dikatakan bahwa pariwisata Lappa Laona yang ada di desa harapan dilihat sebagaimana kemajuan yang dimiliki dan dampak sosial ekonominya.

(33)

Bagan 1. Kerangka Pikir D. Penelitian Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Ulfatun Nahriyah (2015) dalam judul Kajian Daya Objek Wisata Pantai Suwuk Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2014/2015”

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa daya tarik objek wisata Pantai Suwuk meliputi daya tarik wisata alam dengan kenampakan alam yang sangat indah, penggunaan lahan yang sebagian besar adalah lahan pertanian, daya tarik wisata sosial dan budaya dari aspek tradisi, aspek adaptasi dan sejarah pantai suwuk, daya tarik minat khusus dari kegiatan agrowisata di sekitar objek wisata Pantai Suwuk dapat dilihat dari aspek pendapatan,

Obyek wisata Lappa Laona

Proses Pembentukan obyek wisata

Dampak Sosial ekonomi

Hasil

Positif Negatif

(34)

kegiatan ekonomi dan produk unggulannya. Berdasarkan hasil penelitian tanggapan pengunjung objek wisata Pantai Suwuk, daya tarik wisata alam:

80,25% (tinggi), daya tarik wisata sosial budaya: 62,5% (sedang), dan daya tarik minat khusus sebesar 63,125% (tinggi) sedangkan hasil dari keseluruhan daya tarik objek wisata Pantai Suwuk 71,5% (tinggi). Hasil wawancara, guru setuju bila daya tarik objek wisata Pantai Suwuk dikaitkan dengan materi-materi IPS SMP kelas VIII dan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS kelas VIII dan berdasarkan tanggapan siswa diperoleh hasil 91,85% termasuk dalam kategori tinggi.

2. Difa Rizqa Anestya (2015) dalam judul Komodifikasi Kebudayaan Tionghoa Pada Komunitas Pecinan Desa Karangturi Dalam Menunjang Sektor Pariwisata Di kabupaten Rembang”

Adanya perkembangan zaman dan perkembangan pariwisata menjadikan kebudayaan Tionghoa yang pada mulanya hanya dinikmati oleh masyarakat Tionghoa menjadi dipublikasikan ke masyarakat luas.

Kebudayaan Tionghoa di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dijadikan sebagai salah satu aspek pariwisata di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang sehingga hal tersebut menyebabkan munculnya komodifikasi kebudayaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Mengetahui bentuk kemasan wisata yang dilakukan terhadap pola hidup masyarakat Tionghoa di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, (2) Mengetahui apa saja faktor pendorong dan penghambat komdodifikasi kebudayaan Tionghoa di Desa Karangturi Kecamatan Lasem

(35)

Kabupaten Rembang, (3) Mengetahui implikasi terhadap perkembangan kebudayaan Tionghoa dan perkembangan pariwisata di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.

3. Amal Rizqi Aziz (2016) dalam judul Pengembangan Kawasan Pantai Larangan Sebagai Objek Wisata Bahari (Studi Kasus Di Desa Munjung Agung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal)”

Pengembangan dilakukan bertujuan memberikan nilai-nilai yang positif bagi masyarakat dari yang tidak baik menuju ke arah yang lebih baik.

Tujuan penelitian: 1). Mengetahui alasan masyarakat membuka pantai Larangan sebagai tempat wisata. 2). Mengetahui peran masyarakat dalam pengembangan objek wisata pantai Larangan di Kabupaten Tegal. 3) Mengetahui apa saja hambatan yang dialami masyarakat dalam pengambangan pantai Larangan.

Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif. Informan utama dalam penelitian ini adalah pedagang, tokoh masyarat dan masyarakat yang ada di sekitar Pantai Larangan. Teknik pengumpulan data penelitian dan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data miles dan Huberman. Keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi data. Penelitian ini mengunakan konsep partisipasi.

4. Nasir Rulloh (2017) dalam judul Pengaruh Kunjungan Wisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Masyarakat Sekitar Objek Wisata Lumbok Resort Kecamatan Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat)”

(36)

Sektor pariwisata merupakan salah satu potensi ekonomi kerakyatan yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Hal ini dilakukan secara menyeluruh dan merata sehingga perlu adanya pembinaan yang terarah dan terkoordinir.

Disamping itu, konsep pariwisata memberikan dampak terhadap masyarakat sekitarnya, dampaknya yaitu menghasilkan pendapatan bagi masyarakat, memberikan lapangan pekerjaan, meningkatkan struktur ekonomi, membuka peluang investasi dan mendorong aktivitas wirausaha. Hal tersebut merupakan pengaruh positif usaha pariwisata dalam meningkatkan hubungan dengan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar objek wisata. Menurut pandangan islam kesejahteraan masyarakat adalah merealisasikan tujuan manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat (Falah) serta kehidupan baik dan terhormat (al-hayah al-tayyibah).

5. Fitri Andika (2017) dalam judul Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Di Pantai Labuhan Jukung, Kec. Pesisir Tengah, Kab. Pesisir Barat)”

Adanya pengembangan pariwisata di Pantai Labuhan Jukung menunjukan dampak yang positif terhadap kesempatan kerja di Kawasan Pantai Labuhan Jukung. Peluang/kesempatan kerja baru yang dibutuhkan pengunjung namun belum ada di Kawasan Pantai Labuhan Jukung adalah kios yang menjual cinderamata, spa, tempat bilas, toilet, dan rental motor atau sepeda. Pengembangan Pariwisata syariah terdiri dari empat aspek,

(37)

yakni lokasi, transportasi, konsumsi, dan hotel. Namun pengembangan Pantai Labuhan Jukung belum memenuhi kriteria pengembangan pariwisata syariah, yaitu dari segi transportasinya. Akan tetapi baik pemerintah maupun masyarakat selalu menjaga dan mempertahankan nilai-nilai agama dan budaya setempat. Sedangkan usaha-usaha masyarakat yang ada di Kawasan Pantai Labuhan Jukung telah memenuhi kriteria usaha pariwisata syariah.

6. Winda Rahmah (2017) dalam judul Dampak Sosial Ekonomi dan Budaya Objek Wisata Sungai Hijau Terhadap Masyarakat terhadap Di Desa Salo Kecamatan Salo Kabupaten Kampar.

Memberikan kontribusi secara langsung terhadap peningkatan pendapatan penduduk Desa Salo. Terbukanya lapangan pekerjaan baru karena Objek Wisata Sungai Hijau berarti sumbangsih terbesar terhadap penurunan jumlah angka pengangguran di Desa Salo. Kebiasaan masyarakat berubah seiring dengan meningkat dan berkembangnya Objek Wisata Sungai Hijau sebagai destinasi wisata yang ramai disukai khalayak.

Perubahan nilai sosial ini dirasakan masyarakat sebab banyaknya nilai sosial budaya yang dibawa pengunjung tersebut menjadi tontonan bagi kaum muda yang masih dalam tahap perkembangan pencarian jati diri.

7. Rista Inggar Pangestuti (2018) dalam judul Respon Masyarakat terhadap perkembangan tempat wisata hutan kota bukit pangonan (studi kasus pada masyarakat kelurahan pajaresuk kecamatan pringsewu kabupaten pringsewu)”

(38)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap perkembangan tempat wisata Hutan Kota Bukit Pangonan di Kelurahan Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif tipe eksplanatori dengan jumlah populasi sebesar 1862 Kepala Keluarga (KK) dan mengambil sampel sebanyak 95 orang yang tersebar di 4 lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara respon masyarakat terhadap perkembangan tempat wisata dengan nilai persamaan regresi linear sederhana sebesar Y = 1,851 + 0,426X. Hasil perhitungan koefisien determinasi (R²) diperoleh nilai sebesar 0,693 yang menunjukkan besarnya respon masyarakat terhadap perkembangan tempat wisata yaitu 69,3 % dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,440 yang berkategori sedang. Artinya masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan tempat wisata. Sehingga harapan bagi peneliti selanjutnya yaitu dapat melakukan penelitian sejenis dengan mengunakan variabel atau indikator yang lain sehingga perkembangan tempat wisata Hutan Kota Bukit Pangonan dapat menjadi lebih baik.

8. Rakhmi Safriana (2018) dalam judul Dampak sosial ekonomi pengelolaan pariwisata pemerintah dan swasta terhadap kondisi masyarakat lokal (studi pada objek wisata small world ketenger baturraden banyumas)”

Adanya objek wisata Small World memberikan dampak sosial ekonomi terhadap kondisi masyarakat. Terbukti dengan terciptanya lapangan pekerjaan, adanya kesempatan usaha, meningkatkanya

(39)

kenyamanan usaha, perubahan pendapatan dan berubahnya gaya hidup masyarakat di wilayah objek wisata.

9. Rani Puspita Anggraeni (2018) dalam judul Dampak Pengembangan Industri Pariwisata Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Di Pantai Embe Desa Merak Belantung Kalianda Lampung Selatan)”

Pariwisata adalah salah satu kegiatan pembangunan dengan prospek pertumbuhan yang tinggi. Pengaruh positif dari pengembangan pariwisata terhadap perubahan ekonomi masyarakat, terutama mata pencahariannya.

Pariwisata memberikan kesempatan pada perubahan mata pencaharian masyarakat yang semakin luas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengembangan pariwisata pantai merak belantung, mendeskripsikan dan menganalisis dampak pengembangan wisata pantai merak belantung terhadap masyarakat sekitar. Analisis dalam penelitian ini mengunakan reduksi data, penyajian dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pantai merak belantung berdampak kepada kehidupan masyarakat sekitar. Banyak pengunjung yang datang mengakibatkan perputaran arus uang di desa merak belantung, sehingga pendapatan masyarakat baik yang bekerja disektor pariwisata maupun non pariwisata meningkat. Salah satu dampak dari pengembangan pariwisata di merak belatung adalah bangunannya fasilitas komersial di kawasan pariwisata, mulai dari minimarket, hotel, dan pusat oleh-oleh, setelah itu, tingkat pendidikan masyarakat meningkat dengan semakin

(40)

banyaknya masyarakat yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan riset fenomenologi. Dan peneliti mengungkapkan atau menjelaskan bagaimana proses pembentukan objek wisata Lappa Laona dan bagaimana dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona. Alasan memilih jenis dan pendekatan ini untuk menggambarkan dan mendeskripsikan lebih dalam proses pembentukan objek wisata bukit Lappa Laona yang ada di desa harapan. Penelitian kualitatif dapat mendeskripsikan data dari hasil observasi, wawancara dalam mengumpulkan data. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang mengungkapkan suatu gejala yang dialami atau dirasakan oleh peneliti. Fenomena merupakan suatu fakta yang terjadi di lapangan dan menggambarkan permasalahan berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti.

Pendekatan kualitatif menurut Santana (dalam Anita (2016:3) menyatakan bahwa proses dalam mencarian gambaran data dari konteks yang terjadi secara langsung sebagai upaya melukiskan peristiwa seperti kenyataan, yang berarti terdapat berbagai kejadian, seperti mereka terlibat pada perspektif (peneliti) yang partisipatif dalam berbagai kejadian, serta dapat mengunakan pendikduksian dalam gambaran fenomena yang diamatinya”. Pendekatan

(42)

kualitatif merupakan suatu pendekatan yang memfokuskan pada proses pencarian gambaran data.

Pendekatan penelitian ini dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu pendekatan Riset Fenomenologi. Alasan peneliti mengambil pendekatan riset fenomenologi yaitu untuk memahami dan mendalami yang terkait dengan proses pembentukan objek wisata Lappa Laona di Kabupaten Barru.

Penelitian fenomenologi digunakan untuk mengungkapkan pengalaman suatu individu. Penelitian fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang dilakukan peneliti dengan partisipan agar partisipan bersedia menceritakan atau mengungkapkan pengalaman-pengalaman yang dialami secara detail dan peneliti dapat mendengarkan cerita pengalaman partisipan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Alasan peneliti memilih lokasi wisata Lappa Laona sebagai objek penelitian karena adanya pembangunan objek wisata dibangun di Desa Harapan, Kabupaten Barru, agar masyarakat sekitar bisa membuka lembaran baru dalam beraktivitas di sekitar bukit Lappa Laona.

Dan dapat berpengaruh terhadap kehidupan dan perekonomian masyarakat sekitar Lappa Laona.

Wisata Lappa Laona terletak di lokasi Kabupaten Barru dan berada di kawasan Dusun Waruwue yang sudah lama dikenal masyarakat sekitar wisata Lappa Laona. Namun baru-baru ini baru digemari banyak

(43)

orang untuk berkunjung/rekreasi di kawasan Lappa Laona. Wisata Lappa Laona ini berjarak 60 km dari kota Barru dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan jika kondisi perjalanan normal. Objek wisata Lappa Laona terbentuk secara alami sejak dulu kemudian dikembangkan oleh Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) untuk memenuhi proses pengembangan objek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.

2. Waktu Penelitian N

o Jenis Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1.

Pengusulan Judul 2.

Penyusunan Proposal

3.

Konsultasi Pembimbing 4.

Seminar Proposal 5.

Pengurusan Izin Penelitian 6.

Penelitian 7.

Konsultasi Pembimbing 8.

Seminar Hasil

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini dapat menentukan informan dengan cara sengaja untuk memudahkan peneliti mengambil sampel dari sumber data. Sumber data yang dimaksud ini yaitu orang tersebut bisa memberikan informasi terkait apa diharapkan sesuai dengan kriteria ditentukan oleh peneliti. Dan bersedia memberikan informasi mengenai dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa

(44)

Laona. Karena adanya COVID-19 maka peneliti mendapatkan informasi dengan cara melalui kontak WhatsApp/ telepon. Dalam penelitian ini dapat meliputi tiga macam informan yang dapat ditentukan yaitu:

1) Informan kunci, yaitu mereka mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan saat penelitian, dalam hal ini Kepala Desa, Kepala Dusun.

2) Informan ahli, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam objek wisata Lappa Laona, yaitu pengelola, masyarakat yang berdagang sekitar objek wisata.

3) Informan utama, yaitu peneliti sendiri yang akan terjun di lapangan penelitian.

Informan dalam kriteria penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diinginkan yang dapat menjawab tentang pertanyaan peneliti mengenai dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona. Dan peneliti dapat menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan informan agar lebih mudah untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti dengan mempertimbangkan karakteristik data yang diperoleh.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini dapat fokus untuk mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona. Oleh karena itu peneliti dapat menentukan beberapa informan yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan objek wisata. Informan yang dapat dipilih yaitu, Kepala Desa, Kepala Dusun, pengelola, dan masyarakat yang berdagang di sekitar objek wisata Lappa Laona.

(45)

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen dapat melakukan teknik pengumpulan data seperti, observasi (lembar observasi, kamera), wawancara (lembar pertanyaan wawancara, rekaman, notulen), dan dokumen (catatan wawancara, buku, artikel dll). Sehingga peneliti sendiri dapat menyiapkan yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data agar penelitian yang dilakukan berjalan dengan baik.

F. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data utama yang akan diperoleh peneliti pada sumber yang ditentukan dari hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat desa harapan yang berada di kawasan objek wisata Lappa Laona. Maka data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan beberapa informan sebagai berikut:

a. Kepala Desa b. Kepala Dusun

c. Pengelola objek wisata Lappa Laona

d. Masyarakat yang berdagang sekitar objek wisata 2. Data Sekunder

Data pelengkap yang berkaitan dengan penelitian ini dapat diperoleh dengan cara dokumentasi dan catatan langsung yang diperoleh melalui hasil observasi.

(46)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu:

a. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan catatan-catatan yang diperoleh secara langsung.

Pengamatan yang dilakukan peneliti yaitu melakukan observasi secara langsung di objek wisata Lappa Laona dan merasakan fenomena yang terjadi, untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitianya. Berhubung Karena adanya covid 19 sehingga peneliti terkendala melakukan observasi di lapangan melalui pengamatan di lapangan, maka peneliti mendapatkan informasi melalui media dan wawancara melalui kontak telepon/WhatsApp.

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dalam mengumpulkan data dari daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan peneliti yaitu bagaimana dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona dengan melalui wawancara kepada kepala Desa, pengelola, masyarakat yang berdagang sekitar objek wisata.

Wawancara yang dilakukan dalam pertemuan dua orang untuk bertukar informasi melalui tanya jawab sehingga dapat memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti. Namun wawancara ini dilakukan secara langsung dan melalui via telepon/WhatsApp karena berhubung adanya

(47)

COVID-19 sehingga peneliti tidak bisa secara langsung kelapangan untuk mengumpulkan data/informasi.

c. Dokumentasi

Data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguat data observasi dan wawancara yang berupa gambar, dan data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti mengenai dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona terhadap perkembangan pembangunan yang dilakukan masyarakat sekitar lokasi objek wisata. Dan dokumen berbentuk catatan, gambar, foto, dll. yang dapat membantu peneliti menyusun laporan penelitian yang ingin dicapai.

H. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data, peneliti fokus pada dampak soaial ekonomi objek wisata. Teknik pengumpulan data merupakan pencarian data dan penyusunan data yang melalui dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam melakukan penelitian. Penelitian ini mengunakan analisis interaktif yang dikemukakan oleh Hiberman dan Miles. Teknik analisis ini dijelaskan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:334-343 dalam Yunita, 08), proses analisis data ini mengunakan empat tahap yaitu:

a. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti saat kelapangan. Data yang dikumpulkan oleh peneliti berasal dari hasil observasi, dan wawancara terhadap masyarakat sekitar objek wisata Lappa Laona, dari beberapa sumber. Data yang didapatkan oleh peneliti secara langsung

(48)

dilapangan dan melalui via telepon/WhatsApp karena berhubung adanya COVID-19 sehingga peneliti terkendala kelapangan untuk mengumpulkan data. Dan data yang didapatkan peneliti melalui via telepon/WhatsApp dapat dikumpulkan menjadi satu file.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti yang secara langsung kelapangan dan melalui via telepon/WhatsApp dalam bentuk catatan dan terperinci. Kemudian catatan yang sudah dikumpulkan dapat direduksi dengan merangkum dari hasil catatan yang didapatkan dan memilih hal- hal yang penting untuk diperoleh dalam bentuk data. Kemudian disusun lebih sistematis sehingga dapat mudah dipahami.

c. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat menunjukkan kumpulan data dalam bentuk catatan singkat atau informasi yang didapat, untuk mudah memahami apa yang terjadi dilapangan. Dalam penyajian data ini berupa teks mengenai dampak sosial ekonomi objek wisata melihat gambaran secara keseluruhan dari data yang dikumpulkan.

d. Penarikan Kesimpulan (Conclusions drawing/verifying)

Suatu proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan saran dan masukan agar mudah menyelesaikan masalah dalam penelitian.

(49)

I. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data dari penelitian tentang dampak sosial ekonomi objek wisata adalah dengan triangulasi. Hal ini dilakukan untuk menganalisis data hasil penelitian yang berupa hasil wawancara dan observasi melalui cek ulang dari berbagai informan.

a. Triangulasi Sumber dilakukan dengan menanyakan pertanyaan yang sama pada informan yang berbeda mengenai dampak sosial ekonomi masyarakat objek wisata Lappa Laona.

b. Triangulasi teknik dilakukan dengan melakukan observasi langsung setelah melakukan wawancara dari berbagai informasi seperti data tentang dampak sosial ekonomi objek wisata Lappa Laona.

c. Triangulasi waktu dilakukan untuk pengecekan hasil wawancara observasi sehingga peneliti melakukan wawancara 3-5 orang informan dalam waktu yang berbeda dan melakukan observasi dalam secara berkala.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin terlebih dahulu pada informan sebelum melakukan wawancara atau mengambil gambar informan dan menjaga kerahasiaan informan.

(50)

35 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Pada tahun 1961 Desa Harapan berasal dari Desa Lajoangin, yang di nahkodai Oleh Bapak DG. Kambo selama 3 tahun dan pada tahun 1964 di adakanlah pemilihan kepala Desa yang pertama yang terpilih pada saat itu adalah Bapak H. Malik. R dari Kelurahan Lompo Riaja beliau memimpin selama 24 tahun namun menjelang 2 tahun kepemimpinannya Menrong dan tompo lemo-lemo keluar dari wilayah desa Libureng sehingga Kepala Desa yang terpilih yaitu H. Malik. R menggabungkan wilayah tersebut Ke Desa Lajoangin dan pada saat itu pula Desa Lajoangin Diubah Namanya menjadi Desa Harapan dalam artian “bahwa masyarakat selalu berharap selalu ada Harapan kedepan yang lebih baik” dan kantor Desa pun dipindahkan pemilihan Kepala Desa yang keDua kalinya dan terpilih pada saat itu H. Arif.

Halim yang juga berasal dari Kelurahan Lompo Riaja beliau memimpin Harapan selama 10 tahun. (Sumber, kantor Desa tanggal 14/09/2020)

Desa Harapan terbentuk karena dianggap perlu adanya pemekaran Desa disebabkan Desa Libureng pada saat itu memiliki jangkauan wilayah terlalu luas sehingga tata kelola Pemerintahan, Pembangunan, serta Pelayanan dan pengawasan Pemerintah Desa sulit terjangkau, awalnya dibentuklah Persiapan Pemekaran Desa dengan menamakan Desa Persiapan Lajoangin, setelah menjadi Desa Definitif dinamakanlah Desa Harapan, dikatakan Desa

(51)

Harapan karena awalnya Desa ini Cuma 4 Dusun yaitu Dusun Menrong, Dusun Lajoangin, Waruwue, Dusun Ammerung dan Dusun Ampiri pada tahun 1994 terjadi lagi pemekaran Desa yaitu Desa Harapan terbagi 2 yaitu Desa Harapan dan Desa Bacu-Bacu sehingga 2 Dusun terpisah dari Desa Harapan kemudian masuk menjadi wilayah Desa Bacu-Bacu sehingga Desa Harapan tinggal 4 Dusun yang menjadi wilayah binaanya:

Adapun Luas Wilayah Desa Harapan adalah 53.10 Ha Dengan Batas Wilayah Yaitu:

Sebelah Utara : Desa Anabanua Sebelah Selatan : Desa Bacu-Bacu

Sebelah Timur : Desa Gattareng Ka. Soppeng Sebelah Barat : Desa Libureng

Untuk lebih jelasnya berikut silsilah Kepada Desa yang pernah memimpin desa Harapan dari zaman dahulu sampai saat ini :

1. DG. KAMBO. Periode Tahun 1961-1963 (Pejabat) 2. H. MALIK. R Periode Tahun 1964-1998 ( Definitif) 3. H.ARIF. HALIM Periode Tahun 1989-1998 (Definitif) 4. NAHIRUDDIN Periode Tahun 1999-2001 (Pejabat) 5. SUKARDIMAN Periode Tahun 2001-2006 (Definitif) 6. H. NAHIRUDDIN. Periode Tahun 2007-2012 (Definitif)

7. DRS. H. SYARIFUDDIN T. Periode Tahun 2013-2016 (Pejabat) 8. LUKMAN HASI, SE Periode Tahun 2017-2023 (Definitif) (Sumber, kantor Desa tanggal 14/09/2020)

(52)

Wilayah Desa Harapan terangkum dalam wilayah Kecamatan Tanete Riaja Pada Tahun 1961.

Pada tahun 90an wisata Lappa Laona sudah ramai dalam 2 kali setahun saat habis lebarang. Masyarakat berbondong-bondong ke Lappa Laona untuk berfoto-foto dan juga cari jaringan karena jaringan di sana belum bisa tejangkau seperti desa yang lain. Lappa Laona dapat terkenal karena adanya dulu mobil outprut yang diadakan oleh anaknya bapak bupati yang bernama Andi sahaluddin Rum. Karena masyarakat tidak pernah mengekspor foto-foto dan disitu juga saat mulai canggih alat elektronik seperti hp dan jaman- jamannya Facebook pada tahun 2008. Dan pada tahun 2012 pemerintah mulai melirik di Lappa Laona dan mengembangkan menjadi wisata. Pada akhirnya 2018 mulai terkelolah dan membangun wahana-wahana sekaligus meresmikannya. Kemudian tahun 2019 dibangunlah mushola dan pada tahun 2020 dibangun juga gazebo. (Sumber, Wawancara Dewantara, 14/09/2020) B. Letak Geografi

Desa Harapan terletak di Daerah Wilayah Kecamatan Tanete Riaja dengan luas wilayah 53.10 Ha/m2 dan objek wisata Lappa Laona terletak di Dusun Waruwue dengan luas wilayah 20 hektar dan jarak tempuh dari ibu kota Barru ke Lappa Laona 60 km. Desa Harapan terdiri dari 6 Dusun, 19 RT, Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Dengan batas wilayah sbb:

Batas Desa/kelurahan Kecamatan

Sebelah utara Desa Anabanua Barru Sebelah selatan Desa Bacu-Bacu Pujananting

Sebelah timur Desa Gattareng Marioriwawo Kab. Soppeng Sebelah barat Desa Libureng Tanete Riaja

Table. 4.1 batas wilayah Desa Harapan.

(53)

Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam Peta Wilayah Desa Harapan Sebagai berikut;

Gambar. 4.1 Peta Desa Harapan (Sumber, kantor Desa tanggal 14/09/2020) C. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Harapan termasuk kurang padat atau padat jika dibandingkan dengan luas wilayah desa. Hal ini dapat dilakukan pada tahun 2016, tercatat jumlah penduduk Desa Harapan sekitar 3.924 jiwa dengan perbandingan laki-laki 1.944 jiwa dan perempuan sebanyak 1980 jiwa.

Penduduk Desa Harapan merupakan salah satu aset desa dalam pelaksanaan pembangunan. Hanya saja sumber manusia masyarakat belum memadai karena rendahnya pendidikan, sehingga harapan untuk mengubah pola pikir masih renda. Jumlah penduduk Desa Harapan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. (Sumber, kantor Desa tanggal 14/09/2020)

(54)

Keadaan penduduk yang tinggal di Desa Harapan terbagi menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk Desa Harapan dapat dilihat sebagai berikut:

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 1889

2 Perempuan 1942

Total 3831

Table. 4.2 jumlah penduduk Desa Harapan

Sumber : Sensus Penduduk Profil Desa Harapan Tahun 2020 D. Keadaan Pendidikan

Keadaan pendidikan di Desa Harapan yang dimiliki rata-rata mayoritas pendidikan tamat SD. Di Desa Harapan memiliki 5 kelompok bermain sehingga keberadaan anak-anak yang usia dini dan tempat bermainnya.

Terdapat 2 sekolah dasar Negeri, Sekolah Dasar Inpres 5 sekolah dan 2 Madrasah Ibtidaiyah di Desa Harapan. Sekolah lanjut tingkat pertama di Desa Harapan memiliki 3 bangunan. Sedangkan sekolah lanjut tingkat atas belum ada, sehingga yang melanjutkan pendidikanya ke jenjang SMA harus keluar Desa ada yang memiliki ke ibu kota Kecematan Tanete ke Kabupaten dan ada juga yang melanjutkan pendidikannya di pesantren. (Sumber, kantor Desa tanggal 14/09/2020)

(55)

40 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

1. Dampak Sosial Objek Wisata Lappa Laona di Era Covid-19

Dampak sosial objek wisata sangat berdampak pada masyarakat yang berdagang di Lappa Laona. Karena masyarakat berinisiatif membuka usaha kecil-kecilan untuk menambah pendapatan sehari- harinya. Dengan ini memiliki perubahan yang terjadi pada objek wisata dapat melibatkan masyarakat setempat untuk berdagangan dikawasan ini.

Namun objek wisata Lappa Laona masih dalam proses pembentukan mengakibatkan masyarakat tidak tertata secara struktural oleh pemerintah sehingga terjadi ketidak aturan dalam jual beli. Objek wisata Lappa Laona berbentuk secara alami yang dikembangkan oleh BUMDES (Badan Usaha Miliki Desa) sebagai daya tarik pariwisata dan sumber pendapatan masyarakat.

“Lappa Laona ini terbentuk secara alami dan masih dalam kawasan hutan korupsi yang dikelola oleh badan milik desa.

Banyaknya orang yang datang berkunjung di kawasan ini, pemerintah melihat potensinya yang ada sehingga mengakibatkan mendorong untuk dikembangkan.” (D.1/Observasi/08/09)

Pembangunan objek wisata ini terbentuk secara alami sudah sejak lama namun melihat potensinya banyaknya pengunjung yang datang berkunjung mengakibatkan pemerintah mendorong keinginan untuk mengembangkan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar

(56)

objek wisata ini. Sehingga dibentuklah pembangunan ini untuk sebagai pendapatan ekonomi masyarakat.

a. Dinamika Masyarakat di Objek Wisata Era Covid-19

Hubungan sosial masyarakat dengan objek wisata ini memiliki interaksi sangat baik. Karena dengan adanya objek wisata Lappa Laona ini bisa membuka usaha kecil-kecilan untuk membuka lembaran yang baru dalam menambah pendapatan sehari-harinya. Namun tidak disadari dengan adanya objek wisata juga melibatkan konflik pada masyarakat di bagian distribusi karena sama-sama ingin mendapatkan posisi yang sama dalam mengelola dibagian distribusi.

Dinamika masyarakat di objek wisata Lappa Laona di tengah pandemik covid-19 mengakibatkan terjadinya renggang komunikasi antara masyarakat dalam membangun objek wisata dengan pihak pengelola.

“objek wisata ini belum terstrukturnya pengelola dengan baik sehingga mengakibatkan renggang komunikasi terhadap masyarakat dalam membangun.” (D.1/Observasi/08/09)

Pembangunan objek wisata ini belum terstrukturnya yang efektif dalam pengelola mengakibatkan pola komunikasi masyarakat jarang berinterakasi pada pengelola. Pengelola objek wisata ini pada masyarakat yang berdagang memiliki komunikasi yang renggang dalam membangun tanpa berdiskusi dengan masyarakat dia tetap bekerja.

Hadirnya objek wisata ini mengakibatkan interaksi pengelola dengan masyarakat tidak baik karena pola komunikasi antara pengelola

(57)

tidak bekerjasama dalam mempertimbangkan pengelola objek wisata sehingga penataan perdagangan tidak teratur. Dengan hasil wawancara yang sama diutarakan oleh bapak (DT/ 20/09/2020) berikut:

Masyarakat dengan pengelola renggang komunikasi, pengelola bekerja saja tanpa meminta pertimbangan dari masyarakat disini.

Tidak memberi izin pada masyarakat disini tanpa berdiskusi. Tapi mulai sekarang itu karena pemuda sudah mendorong untuk pengundian pengelola, koordinasi dengan masyarakat. Saya lihat sudah mulai saat ini itu sudah, bahkan kedepannya itu kita melakukan musyawara untuk pengembangan wisata Lappa Laona.

(D.4/WW/AR/L)

Belum terstrukturnya pengelola mengakibatkan terjadinya konflik pada masyarakat karena tidak bekerjasama dalam mempertimbangkan pengelolaan objek wisata sehingga penataan perdagangan tidak teratur.

Bentuk-bentuk dampak sosial di objek wisata terhadap masyarakat, yaitu salah satunya covid-19 karena ditutupnya objek wisata sehingga proses struktur pengelolaan wisata tertunda dan mengakibatkan belum efektif pengelolaanya. Dengan hasil wawancara yang sama diutarakan oleh bapak (DT/ 20/09/2020) berikut:

Tidak ada, karena mungkin itu belum adanya pengelola yang jelas sebagaiamana tertera dalam sebuah sk, secara kan pengelola ini per rt dia, belum ada yang kayak strukturnya secara organisasi sebelum, sekaran masih tahap rintisan, karena itu mi. Salah satu dampaknya itu karena covid ini, karena munking sebenarnya seandainya belum ada covid yeah mungkin dari kemarin-kemarin pengeelolaannya sudah efektif sebenarnya. Karena dari sejak kemarin-kemarin sudah direncanakan tapi dengan tiba-tiba adanya ini covid yeah terkendala mi semua. (D.2/WW/ DT/L)

Pada masyarakat yang berdagang di objek wisata secara menyeluruh tidak terlalu berdampak karena mereka memiliki sumber pendapatan yang lain selain dari perdaganganya karena masyarakat

(58)

sekitar objek wisata ini mayoritas petani dan perkebunan. Mereka yang berdagang di objek wisata ini untuk menambah pendapatan sehari- harinya. Objek wisata Lappa Laona masih proses pembentukan dan masih tahap rintisan sehingga belum adanya pengelola yang jelas dan tidak strukturnya dalam penataan dalam pengelolaan wisata. Dengan hasil wawancara yang sama diutarakan oleh bapak (DT/ 20/09/2020) berikut:

Pemerintah melarang, dulu yeah pada saat covid itu artinya lagi marak-maraknya pemerintah itu melarang dibuka, pemerintah ini bahwa pengelola menutup sementara objek wisata. Melarang keras masyarakat membuka objek wisata karena persoalan jangan sampai terjadi penularan di objek wisata. Orang kan pergi melepas penyakit misalnya kan atau apalah intinya orang kesana itu pergi bersenang- senang, ketika terjadi penularang kan nda baik kesanya.

(D.2/WW/DT/L)

Hubungan sosial masyarakat dengan pemerintah dalam pengelolaan ini, interaksi masyarakat terhadap adanya wabah covid-19 mengikuti aturan protokol kesehatan dan mereka juga sempat tutup objek wisata beberapa bulan. Disaat dibukanya kembali mereka tetap mengikuti aturan protokol kesehatan seperti mengunakan masker, cek suhu tubuh pengunjung sebelum masuk, dan sering mencuci tangan untuk menjaga penularan di objek wisata.

b. Keterlibatan Masyarakat Dalam Pembentukan Objek Wisata Lappa Laona

Dalam pengembangan objek wisata ini memiliki potensi daya tarik agar wisatawan yang berkunjung nyaman menikmati keindahan alam dan fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah untuk

Gambar

Foto wahana spot foto
Foto obyek wisata Lappa Laona

Referensi

Dokumen terkait

Pantai Mutun merupakan objek wisata di Kabupaten Pesawaran yang mempunyai keunggulan sebagai wisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana