• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA KEPOLISIAN DI POLRES SITUBONDO LALU DIPECAT DENGAN TIDAK HORMAT

N/A
N/A
Andhika Prayoga

Academic year: 2023

Membagikan "KASUS NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA KEPOLISIAN DI POLRES SITUBONDO LALU DIPECAT DENGAN TIDAK HORMAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA KEPOLISIAN DI

POLRES SITUBONDO LALU DIPECAT DENGAN TIDAK HORMAT

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Delik-Delik Khusus Dosen Pengampu : Eka Juarsa, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4 DELIK-DELIK KHUSUS (B) Andika Teguh Prayoga 10040021074 Berliana Nurhaliza 10040021106

Chaerul Fareez 10040021118

Moch Rizky Febriansyah 10040021194

Ranti Rahmawati 10040021026

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2023

(2)

DAFTAR ISI...1

BAB I PENDAHULUAN...2

1.1. Latar Belakang...2

1.2. Rumusan Masalah...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1. Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Tindak Pidana Narkotika...3

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba pada Klien Rehabilitasi Narkoba...4

2.3. Alternatif Hukuman bagi Pengguna Narkotika...6

BAB III PENUTUP...7

3.1. Kesimpulan...7

3.2. Saran...7

DAFTAR PUSTAKA...8

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah keadaan yang memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional.

Korban penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial, umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda. Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai- nilai budaya bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional.

Penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat 28,9% pertahun. Jumlah angka tindak kejahatan narkoba pun meningkat dari 4.955 pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004. adanya 851 kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan (narkoba) di Indonesia pada tahun 2022, yang mengalami kenaikan sebesar 11,1% dibandingkan tahun sebelumnya

Dalam beberapa kasus anggota kepolisian di Polres Situbondo dan dipecat dengan tidak hormat meliputi beberapa aspek penting. Pada tanggal 11 Desember 2023, seorang anggota kepolisian di Polres Situbondo dipecat dengan tidak hormat karena terlibat dalam kasus narkotika dan divonis enam tahun penjara.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Tindak Pidana Narkotika?

2. Faktor apa saja yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba pada Klien

(4)

PEMBAHASAN

2.1. Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Tindak Pidana Narkotika

Anggota Polri yang memakai narkotika akan dikenakan sanksi hukum dan pemidanaan sesuai dengan hukum yang berlaku, dalam proses pemidanaan terhadap anggota Polri yang melakukan tindak pidana, ada beberapa cara yang dilakukan, seperti peradilan pidana

Selain itu, anggota Polri yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika juga akan menjalani proses penerapan kode etik profesi, di mana mereka akan bertanggung jawab atas pelanggaran etis dan moral yang dilakukan Pelanggaran kesusilaan anggota Polri dapat di proses melalui sidang kode etik maupun sidang peradilan umum

Oleh karena itu, anggota Polri harus memahami dan menghormati kebijakan hukum yang berlaku dan menjaga integritas serta profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai anggota Polri

Proses penegakan hukum terhadap anggota Polri yang terlibat dalam tindak pidana narkotika melibatkan beberapa tahapan dan aspek, sebagai berikut :

1.) Tahap Penyelidikan dan Penyidikan: Proses dimulai dengan tahap penyelidikan dan penyidikan, di mana polisi melakukan penerimaan aduan dari masyarakat dan melakukan pembuktian terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Polri

2.) Pemidanaan dan Pertanggungjawaban Pidana: Jika terbukti bersalah, anggota Polri akan menjalani proses pemidanaan dan pertanggungjawaban pidana sesuai dengan hukum yang berlaku

3.) Penerapan Kode Etik Profesi: Selain itu, anggota Polri juga akan menjalani proses penerapan kode etik profesi, di mana mereka akan bertanggung jawab atas pelanggaran etis dan moral yang dilakukan

(5)

4.) Sanksi Hukum dan Pemecatan: Jika terbukti bersalah, anggota Polri akan dikenakan sanksi hukum, seperti hukuman penjara, dan dapat dipecat dengan tidak hormat dari institusi Polri

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Klien Rehabilitasi Narkoba

Klien rehabilitasi yang dipengaruhi oleh narkoba adalah individu yang mengalami masalah kesehatan mental dan fisik akibat penggunaan narkotika atau zat adiktif lainnya. Proses rehabilitasi untuk klien seperti ini melibatkan serangkaian langkah dan intervensi untuk membantu mereka pulih dari ketergantungan, mengembalikan kesehatan mereka, dan membantu mereka mengintegrasikan kembali ke dalam masyarakat.

Penyalahgunaan narkoba oleh klien rehabilitasi bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang bisa bersifat kompleks dan saling terkait. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu dalam merancang intervensi rehabilitasi yang lebih efektif.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba pada klien rehabilitasi:

1.) Faktor Individu:

- Genetika dan Faktor Biologis:

 Adanya faktor genetika yang meningkatkan risiko ketergantungan.

 Perubahan biologis dalam otak yang terkait dengan penggunaan narkoba.

- Kesehatan Mental:

 Klien dengan gangguan kesehatan mental memiliki risiko lebih tinggi untuk menggunakan narkoba sebagai bentuk mengatasi masalah mereka.

 Kondisi seperti depresi, kecemasan, atau gangguan bipolar dapat memainkan peran.

- Riwayat Trauma:

 Pengalaman traumatis, seperti pelecehan seksual, kekerasan, atau kehilangan yang signifikan, dapat menjadi pemicu penyalahgunaan narkoba.

(6)

 Kurangnya keterampilan pengelolaan stres atau ketidakmampuan mengatasi tekanan hidup.

 Rasa rendah diri atau kurangnya dukungan sosial positif.

2.) Faktor Sosial:

- Lingkungan Sosial:

 Paparan terhadap teman-teman atau keluarga yang menggunakan narkoba.

 Lingkungan yang memperbolehkan atau memfasilitasi penggunaan narkoba.

- Faktor Ekonomi:

 Ketidakstabilan ekonomi atau kemiskinan dapat meningkatkan risiko penyalahgunaan narkoba.

 Upaya untuk mengatasi ketidakamanan finansial melalui penggunaan narkoba.

- Stigma Sosial:

 Stigma atau diskriminasi terhadap individu dengan masalah penyalahgunaan narkoba dapat memperburuk masalah dan mencegah pencarian bantuan.

3.) Faktor Lingkungan:

- Ketersediaan Narkoba:

 Ketersediaan narkoba di lingkungan sekitar dapat mempengaruhi keputusan untuk mencoba atau terus menggunakan narkoba.

 Aksesibilitas narkoba dapat memicu ketergantungan.

- Kebijakan dan Hukum:

 Kebijakan narkoba yang ketat atau kurangnya akses ke layanan rehabilitasi dapat memengaruhi upaya pengobatan.

- Faktor Budaya dan Norma:

 Norma budaya terkait penggunaan narkoba dan pandangan masyarakat terhadap penyalahgunaan zat.

4.) Faktor Keluarga:

- Dinamika Keluarga:

 Ketidakstabilan keluarga, konflik, atau kurangnya dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang mendukung penyalahgunaan narkoba.

(7)

 Riwayat penyalahgunaan narkoba dalam keluarga.

- Pendidikan Keluarga:

 Kurangnya pendidikan atau pemahaman keluarga terhadap risiko penyalahgunaan narkoba.

5.) Faktor Peers:

- Pengaruh Teman Sebaya:

 Tekanan dari teman sebaya atau lingkungan sosial yang mendorong penggunaan narkoba.

 Keinginan untuk merasa diterima oleh kelompok sosial tertentu.

2.3. Alternatif Hukuman bagi Pengguna Narkotika

Alternatif hukuman bagi pengguna narkotika dapat mencakup beberapa opsi : 1.) Dekriminalisasi: Dekriminalisasi pengguna narkotika mengacu pada

penghapusan atau pengambilan jalur non-hukum pidana bagi kasus penggunaan narkotika

2.) Alternatif Pemidanaan: Alternatif pemidanaan terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika dapat mencakup opsi seperti menjalani rehabilitasi, pengawasan, atau hukuman sosial

Hukuman bagi pengguna narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Dalam undang-undang tersebut, pengguna narkotika dibedakan menjadi dua, yaitu pecandu narkotika dan penyalahguna narkotika. Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika dan memiliki ketergantungan terhadap narkotika, Sedangkan penyalahguna narkotika adalah orang yang secara melawan hukum aktif menggunakan narkotika

Sedangkan, hukuman pidana bagi pengguna narkotika diatur dalam Pasal 127 UU Narkotika, yang menyatakan bahwa pengguna narkotika dapat dikenakan hukuman penjara maksimal 4 tahun atau denda maksimal 1 miliar rupiah

Hukuman bagi pengguna narkotika dapat bervariasi tergantung pada kasus dan kebijakan penegakan hukum yang berlaku. Namun, bahwa

(8)

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kasus narkotika yang melibatkan anggota kepolisian di Polres Situbondo dan diakhiri dengan pemecatan dengan tidak hormat merupakan suatu peristiwa yang menunjukkan seriusnya dampak negatif perilaku anggota penegak hukum terhadap citra kepolisian dan integritas institusi tersebut

Dengan adanya pelajaran untuk Peningkatan Pengawasan Internal kasus ini menekankan perlunya peningkatan pengawasan internal di kepolisian untuk mencegah dan mendeteksi perilaku melanggar hukum dari anggotanya dan reformasi internal dan penerapan standar etika yang tinggi dapat membantu mencegah kasus serupa di masa depan.

Pentingnya Keterbukaan dan Tanggung Jawab dalam menangani kasus narkotika oleh kepolisian dapat membantu membangun kepercayaan masyarakat dan komunikasi efektif dan transparansi tentang tindakan yang diambil oleh institusi kepolisian dapat memperkuat ikatan dengan masyarakat.

Kesimpulan tersebut menekankan pentingnya upaya untuk memperbaiki integritas dan reputasi kepolisian melalui tindakan tegas, pengawasan internal yang lebih ketat, dan upaya nyata untuk mendukung penegakan hukum yang adil dan transparan.

3.2. Saran

Dalam menanggapi kasus narkotika yang melibatkan anggota kepolisian di Polres Situbondo dan berakhir dengan pemecatan dengan tidak hormat, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan memperbaiki citra kepolisian:

Pihak kepolisian perlu memberikan informasi yang transparan kepada masyarakat tentang detail kasus dan alasan di balik pemecatan dengan tidak hormat dan menyediakan pemahaman yang jelas mengenai tindakan yang diambil oleh institusi dalam menangani kasus tersebut. Pentingnya respons yang

(9)

transparan dan tindakan yang efektif dapat membantu memulihkan integritas institusi kepolisian.

(10)

Darmika, G. A., Nahak, S., & Sudibya, D. G. (2011). Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Tindak Pidana Narkotika . Jurnal Analogi Hukum, 110-113.

Situbondo, H. (2023, Oktober 25). Satresnarkoba Polres Situbondo Kembali Amankan Pengedar Sabu. Diambil kembali dari Tribatanews:

https://tribratanews.situbondo.jatim.polri.go.id/satresnarkoba-polres-situbondo- kembali-amankan-pengedar-sabu/

SUWARNO, I. (2011). Penanganan Terhadap Anggota Polri Yang melakukan Tindak . PENEGAKAN HUKUM BAGI ANGGOTA , 34-44.

Syaefullah. (2023, Desember 11). Anggota Polres Situbondo Diberhentikan Tidak Hormat karena Terlibat Kasus Narkoba. Diambil kembali dari era.id:

https://era.id/daerah/143794/anggota-polres-situbondo-diberhentikan-tidak-hormat- karena-terlibat-kasus-narkoba

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa penegakan hukum pidana terhadap Anggota Polri pelaku tindak pidana

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM.. PENGADILAN MILITER II –

Dari hal tersebut, Polri atau Kepolisian Negara republik Indonesia perlu melakukan perubahan terhadap penanganan terhadap tindak pidana narkotika oleh anggota Polri dilapangan,

Pertama, terhadap proses-proses penyelesaian yang terdapat dalam penegakan hukum bagi anggota militer yang melakukan tindak pidana narkotika secara umum sama halnya

Selain terancam sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 UU narkotika, pengguna narkotika juga dapat dikenakan berbagai ketentuan pemidanaan lain dalam UU narkotika

Proses penyidikan terhadap anggota Kepolisian yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika Pelaksanaan proses penyidikan tindak pidana narkotika diawali

Penyebab terjadinya tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh anggota Polri di wilayah Polda Jatim antara lain yang pertama adalah karena alas an ekonomi,

Penyebab terjadinya tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh anggota Polri di wilayah Polda Jatim antara lain yang pertama adalah karena alas an ekonomi,