• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERTUNJUKAN SENI OLEH LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG DI DESA JAGO JAGO, KECAMATAN BADIRI, KABUPATEN TAPANULI TENGAH

N/A
N/A
Budaya Tapteng

Academic year: 2024

Membagikan "DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERTUNJUKAN SENI OLEH LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG DI DESA JAGO JAGO, KECAMATAN BADIRI, KABUPATEN TAPANULI TENGAH "

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERTUNJUKAN SENI OLEH LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG DI DESA JAGO JAGO, KECAMATAN BADIRI, KABUPATEN TAPANULI TENGAH

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : JOHANNES T. NABABAN NIM : 140707035

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

2018

(2)

DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERTUNJUKAN SENI OLEH LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG DI DESA JAGO JAGO, KECAMATAN BADIRI, KABUPATEN TAPANULI TENGAH

OLEH:

NAMA : JOHANNES T. NABABAN NIM : 140707035

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum,Ph.D. Drs. Bebas Sembiring, M,Si NIP. 19651221 199103 1001 NIP.195703131992031001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

2018

(3)

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Tanggal :

Hari :

FakultasIlmuBudaya USU Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S.

NIP 196008051987031001

Panitia Ujian: TandaTangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum,Ph.D. ( ) 2. Drs. Bebas Sembiring, M.Si ( )

3. ( )

4. ( )

(4)

4 DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDIETNOMUSIKOLOGI KETUA,

Arifninetrirosa, SST., M.A.

NIP. 196502191994032002

(5)

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,2018

JOHANNES T. NABABAN

` 140707035

(6)

6 ABSTRAK

Dalam skripsi ini, penulis mendeskripsikan pengelolaan dan pertunjukan seni oleh Lembaga Kesenian Sikambang di Desa Jago Jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah. Penulis menggunakan Teori Manajamen untuk menganalisis manajemen dan pengelolaan serta Teori oleh Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) untuk menganalisis seni pertunjukan. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi melalui proses studi kepustakaan, studi lapangan dan analisa.Hasil yang diperoleh antara lain; 1). Lembaga Kesenian Sikambang masih tergolong ke dalam lembaga tradisional, namun pengelolaan yang diterapkan oleh Lembaga Kesenian Sikambang di Desa Jago Jago sudah menggunakan sistem manajamen semi-modern. 2).

Seni pertunjukan yang mereka tampilkan di acara-acara adat-istiadat; upacara perkawinan, upacara sunat Rasul (khitanan), penyambutan, penobatan, turun karai (turun tanah), mengayun anak, memasuki rumah baru, peresmian dan pertunjukan kesenian/pergelaran kebudayaan. Yang mana yang mereka tampilkan masih belum terlalu luas namun untuk konteks kebudayaan, lembaga ini sudah banyak memberikan kontribusi dan dampak positif di dalam kesenian pesisir.

Kata kunci: Sikambang, Kesenian, Tapanuli Tengah, Pesisir

(7)

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul, Deskripsi Pengelolaan dan Pertunjukan Seni Oleh Lembaga Kesenian Sikambang Di Desa Jago Jago Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan atau penyusunan skripsi ini juga tidak luput dari rasa kebosanan dan jenuh yang penulis rasakan. Namun dengan adanya dorongan dari orang-orang terdekat penulis maka penulis bisa bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, sebagai rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A., Ketua Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Sekretaris Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang juga selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis, dan saran-

(8)

8

saran yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini dan semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan kesehatan.

5. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum,Ph.D. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis, dan saran-saran yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini dan semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan kesehatan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Ibu Dra.

Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Irwansyah, M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd., Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si, Drs. Perikuten Tarigan, M. Si., Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D. dan Bapak Drs. Fadlin, M.A. yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama bertahun-tahun mengikuti perkuliahan. Semoga doa dan berkat dari Bapak dan Ibu dosen menyertai penulis sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diterima ke tengah-tengah masyarakat nantinya.

7. Secara khusus, dengan kerendahan hati dan ucapan syukur penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk orang tua yang penulis hormati dan sayangi yaitu Ibu Mariani Tarihoran juga kepada Paktua Marulak Nababan dan Maktua Rasmina Pardede. Terimakasih atas segala doa, ketabahan, kasih sayang, kerja keras, semangat, dukungan moral dan materi yang diberikan kepada penulis selama ini sampai penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

(9)

9

8. Terimakasih penulis ucapkan kepada abang Yosafat Nababan, Niel Nababan, dan juga adik Edom Nababan untuk segala motivasi, bantuan, dorongan, serta doa yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Ibu Kepala Desa Jago Jago, Bapak Muzrin Siregar, Bapak Khairil Siregar, Nasmuddin Siregar, dan Bapak Zainal Abidin Tanjung selaku informan penulis.

Terima kasih buat segala informasi yang sudah penulis terima sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

10. Teman-teman yang penulis sayangi di Grup Band Official Sobi yaitu Putri Olivia Silalahi, Fadly Dharmawan, Diki Pratama Harahap, dan Reza Fahlevi Pane.

11. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman kuliah penulis, Bestari Purba, Jems Persada Tambun, Hendra Siregar, yang sudah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan semua rekan stambuk 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk empat tahun yang kita lewati baik suka maupun duka. Semoga kita semua bisa sukses dan saling mengingat satu sama lain.

Medan,2018 Penulis,

Johannes T. Nababan

(10)

10 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pokok Permasalahan... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... 10

1.4 Konsep dan Teori... 10

1.4.1 Konsep... 10

1.4.2 Teori... 12

1.5 Metode Penelitian... 15

1.5.1 Studi Kepustakaan... 15

1.5.2 Observasi... 17

1.5.3 Kerja Lapangan... 18

1.5.4 Wawancara... 18

1.5.5. Kerja Laboratorium... 20

1.6 Lokasi Penelitian... 21

BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT PESISIR DI DESA JAGO JAGO KECAMATAN BADIRI KABUPATEN TAPANULI TENGAH 2.1 Gambaran Umum Desa Jago Jago... 22

2.1.1 Topografi... 23

2.1.2 Luas Wilayah... 24

2.1.3 Demografi... 25

2.2 Unsur Kebudayaan Suku Pesisir Desa Jago Jago... 28

2.2.1 Adat Istiadat... 28

2.2.2 Sistem Kekerabatan... 29

2.2.3 Sistem Religi... 32

2.2.4 Bahasa... 32

2.2.5 Kesenian... 33

2.2.5.1 Alat Musik... 34

2.2.5.2 Lagu... 35

2.2.5.3 Tari... 37

2.2.6 Organisasi Masyarakat... 38

BAB III DESKRIPSI PENGELOLAAN LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG 3.1 Konsep Pengelolaan... 39

(11)

11

3.2 Organisasi... 40

3.2.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Sikambang... 41

3.2.2 Sistem Pembagian Honor... 43

3.2.3 Penerimaan Anggota... 44

3.2.4 Sistem Pendanaan... 45

3.3 Pelatihan... 45

3.3.1 Jadwal Latihan... 46

3.3.2 Tempat Latihan... 46

3.3.3 Pelatih... 48

3.4 Produksi... 48

3.4.1 Tahap-Tahap Produksi... 49

3.4.2 Pemasaran Produk... 49

BAB IV DESKRIPSI PERTUNJUKAN SENI LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG 4.1 Seni Pertunjukan... 52

4.2 Tari... 53

4.2.1 Deskripsi Tari yang Sering Dibawakan... 54

4.2.1.1 Tari Adok... 55

4.2.1.1.1 Busana dan Tata Rias Tari Adok... 58

4.2.1.2 Randai Dan Uluambek... 59

4.2.1.2.1 Busana dan Tata Rias Randai dan Uluambek 60 4.3 Musik... 61

4.3.1 Deskripsi Musik yang Dibawakan... 62

4.3.2 Teks Nyanyian... 66

4.4 Deskripsi Pertunjukan Seni... 67

4.4.1 Tempat Pertunjukan... 68

4.4.2 Waktu Pertunjukan... 68

4.4.3 Awal dan Akhir... 69

4.4.4 Acara Kegiatan Yang Terorganisir... 69

4.4.5 Sekelompok Penonton... 70

4.4.6 Sekelompok Pemain... 70

4.4.7 Kesempatan Untuk Mempertunjukkannya... 71

4.5 Deskripsi Struktur Musik... 71

4.5.1 Proses Transkripsi... 71

4.5.2 Analisis Melodi... 73

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran... 92

DAFTAR INFORMAN... 94

DAFTAR PUSTAKA... 96

(12)

12

(13)

13 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesisir merupakan salah satu suku yang secara administratif berada di wilayah Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Masyarakat Pesisir mendiami sebagian besar daerah pinggiran pantai dan sebagian kecil daerah pegunungan. Masyarakat Pesisir berasal dari keturunan beberapa suku, seperti Minangkabau, Batak Toba, Mandailing, Angkola, dan Melayu yang berinteraksi dan membentuk adat-istiadatnya sebagai identitas baru (Takari 2008:124).

Setiap suku di seluruh Nusantara mempunyai tradisi adat-istiadat dan kesenian yang berbeda satu dengan lain. Hal ini juga berlaku pada Suku Pesisir.

Kesenian Pesisir dikenal dengan istilah kesenian sikambang. Kesenian tersebut meliputi musik, nyanyian (vokal), dan tari. Suku Pesisir mempunyai beragam tarian seperti Tari Selendang, Tari Saputangan, Tari Payung, Tari Anak, Randai, dan Uluambek. begitu juga dengan nyanyiannya (vokal), seperti Lagu Duo, Sikambang, Dampeng, Pulau Pinang, dan Kapri, (Wawancara dengan Muzrin Siregar).

Kesenian Pesisir atau Pesisir pada umumnya tidak pernah dipergunakan pada upacara penyembahan berhala, tetapi hanya untuk hiburan dan acara adat- istiadat; upacara perkawinan, upacara sunat Rasul (khitanan), penyambutan, penobatan, turun karai (turun tanah), mengayun anak, memasuki rumah baru, peresmian dan pertunjukan kesenian/pergelaran. Namun di samping itu manusia

(14)

14

adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan bersosialisasi, mereka langsung atau tidak langsung selalu melibatkan orang lain.

Dengan hal itulah manusia membentuk kelompok-kelompok dan organisasi tertentu, guna melakukan aktivitas yang mereka sepakati. Begitu juga halnya dengan organisasi yang mereka bentuk akibat bersosialisasi. Setiap organisasi yang mereka ciptakan membutuhkan pengelolaan yang baik demi kelangsungan organisasi manusia itu sendiri. Pengelolaan atau manajemen ialah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok atau orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Dengan kata lain, keberhasilan suatu lembaga juga ditentukan oleh manajemen yang diterapkan oleh pengelola dan kemampuan untuk mengelola, yang setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan berkesenian. Manusia yang terlibat di dalamnya membutuhkan sistem pengolaan agar prosesnya terjadi secara teratur, terpadu, dan mencapai sasaran yang tepat. Untuk mengkaji seni, manusia menggunakan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi tari, antropologi teater, musikologi, dan etnomusikologi.

Etnomusikologi adalah studi tentang musik sebagai peristiwa budaya (R.Supanggah 1995:64). Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu, merupakan fusi atau gabungan dari dua induk ilmu yaitu etnologi (antropologi) dan musikologi. Penggabungan ini sendiri telah menimbulkan dampak yang kompleks dalam perkembangan etnomusikologi. Jika kemudian ia berfusi lagi dengan ilmu lain, katakanlah arkeologi, maka akan terjadi sesuatu perkembangan yang menarik. Dalam konteks etnomusikologi, bidang musikologi selalu

(15)

15

dipergunakan dalam mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum- hukum internalnya sendiri--sedangkan etnologi memandang musik sebagai bagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26- 39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).

Dari kutipan paragraf di atas, menurut Merriam para pakar etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih pembahagian ilmu, untuk itu selalu dilakukan percampuran dua bagian keilmuan yang terpisah, yaitu musikologi dan etnologi. Kemudian menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampur kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan

(16)

16

penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran- aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas. Hal tersebut telah disarankan secara tentatif oleh Nettl yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran" etnomusikologi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersem-hkan teknik analisis suara musik. Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin dasar yaitu etnologi dan musikologi, walau terdapat variasi penekanan bidang

(17)

17

yang berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya.

Lebih jauh, perkembangan etnomusikologi sekarang cenderung mempergunakan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin ilmu. Selain fusi induknya dua ilmu yaitu musikologi dan etnologi, etnomusikologi juga terbuka menerima ilmu-ilmu lain seperti linguistik, sosiologi, kimia, psikologi, dan dalam hal ini manajemen. Namun ilmu-ilmu bantu ini digunakan sesuai dengan proyek penelitian yang dilakukan oleh para etnomusikolog.

Di dalam berkesenian, manusia memerlukan pengelolan atau yang disebut dengan manajemen. Kesenian itu baik tradisional maupun modern harus dikelola dengan baik agar menghasilkan produk yang baik juga, guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Namun terlepas dari hal materi, hasil dari berkegiatan berkesenian itulah yang menjadikan etnomusikologi berkaitan dengan manajemen (pengelolaan) karena hasil akhirnya dapat dipandang sebagai kajian etnomusikologi.

Demikian juga halnya dengan pengelolaan Lembaga Kesenian Sikambang, yang berada di Desa Jago Jago, di Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, yang menjadi fokus kajian penulis dalam penelitian ini. Lembaga kesenian ini berdiri pada tahun 2012 dengan nama Sanggar Nyiur Melambai.

Dikarenakan fasilitas dan sumber pendanaan yang masih belum memadai, sanggar ini pun akhirnya belum berjalan sesuai rencana. Lalu pada tahun 2013 namanya kembali berubah menjadi Lembaga Kesenian Sikambang.

(18)

18

Perubahan namanya pun diikuti oleh berubahnya posisi kepengurusannya.

Usaha demi usaha pun dilakukan oleh pengurus lembaga yang baru agar kegiatan-kegiatan lembaga tersebut dapat berjalan dengan semestinya. Kemudian pada tahun yang sama ada perhatian khusus dari pemerintah kabupaten setempat dalam bentuk bantuan dana untuk keperluan lembaga tersebut. Keperluan akan berlangsungnya kegiatan lembaga pun perlahan-lahan dilengkapi dimulai dari membeli alat-alat musik hingga upah yang diberikan kepada para pelatih.

Pada tahun 2017 dilaksanakan pemilihan kepala desa. Tidak lama kemudian Lembaga Kesenian Sikambang ditata kembali sesuai dengan tujuan awal dibentuknya sanggar ini. Untuk menjaga konsistensi sikambang di daerah itu dan agar sanggar ini nantinya bisa berjalan dengan baik maka oleh Kepala Desa Jago Jago diputuskan bahwa pemerintahan desa akan menaungi dan bertanggungjawab penuh pada lembaga ini. Dimulai dari mencari bangunan yang permanen hingga kepada sumber pendanaannya. Pada tahun 2017 Presiden RI mengeluarkan Keppres Nomor 107 Tahun 2017 lebih jelasnya di Pasal 3b dan Pasal 5 tentang Alokasi Dana Desa beserta instruksi dari pemerintah pusat agar seluruh kesenian-kesenian tradisional yang ada di wilayah NKRI agar dibangkitkan kembali dan dijaga kelestariannya yang kemudian sangat mendukung sekali pada proses pendanaan Lembaga Kesenian Sikambang.

Lembaga ini termasuk kedalam jenis Lembaga Kesenian Tradisional.

Persentase jumlah dana yang dialokasikan khusus untuk lembaga ini adalah sekitar 6,7% dari 700.000.000,001 total keseluruhan dana desa anggaran tahun

1Hasil wawancara dengan Kepala Desa Jago Jago, Laili Fitri Purba, S.E

(19)

19

2017 di desa Jago Jago. Kehadiran Lembaga Kesenian Sikambang sudah banyak memberikan kontribusi pada keberlangsungan kesenian sikambang, terkhusus di wilayah Desa Jago Jago. Selain digunakan pada acara-acara pernikahan atau perhelatan lainnya, musik sikambang yang dibawakan oleh sanggar ini seringkali diminta untuk acara penyambutan tamu dari luar daerah seperti pejabat pemerintah, tokoh agama, ataupun tokoh politik yang berkunjung ke daerah Tapanuli Tengah maupun ke Desa Jago Jago.

Lembaga ini tidak hanya terfokus pada proses pengenalan dan pengajaran tentang kesenian sikambang pada masyarakat, akan tetapi juga ikut serta mempromosikan kesenian sikambang keluar daerah melalui acara-acara ataupun festival kebudayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat pusat serta pertandingan antar daerah yang ada di wilayah Tapanuli Tengah. Keunikan-keunikan yang selalu ditampilkan membuat penonton yang menyaksikan maupun para juri yang menilai pertunjukan yang ditampilkan oleh Lembaga Kesenian Sikambang memiliki rasa ketertarikan, terlebih ketika mereka setiap kali tampil di berbagai perhelatan ada 2 buah lagu yang selalu dibawakan sebagai pembuka yakni Lagu Duo dan Lagu Sikambang. Menurut wawancara penulis dengan Ketua Lembaga Kesenian Sikambang Bapak Muzrin Siregar, setiap kali mengikuti berbagai perlombaan acapkali mereka pulang membawa piagam dikarenakan keunikan yang mereka tampilkan selain berupa kedua lagu di atas, juga karena keaslian teks lagu yang mereka bawakan, tutur bahasanya yang hampir sedikit yang mengandung

(20)

20

kosakata bahasa Indonesia, teknik permainan, serta tarian yang mereka tampilkan yang jarang dijumpai di daerah berpenduduk pesisir lainnya.

Lembaga Kesenian Sikambang sudah memberikan dampak yang positif kepada berlangsungnya kelestarian kesenian sikambang di daerah itu. Desa Jago Jago sendiri dikenal juga dengan nama Kampung Sikambang oleh masyarakat sekitar. Tidak hanya memberikan dampak positif pada kelestarian kesenian sikambang, namun sejauh ini juga mampu memberikan dampak pada faktor perekonomian masyarakat desa Jago Jago yang menjadi anggota Lembaga Kesenian Sikambang.

Oleh karena itu, fenomena ini menarik untuk di deskripsikan melalui dua ilmu yaitu Etnomusikologi dan Manajemen etnomusikologi dalam tulisan yang berjudul: Deskripsi Pengelolaan dan Pertunjukan Seni oleh Lembaga Kesenian Sikambang di Desa Jago Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.2 Pokok Permasalahan

Dari uraian di atas, maka penulis akan membuat batasan masalah dengan tujuan menghindari terjadinya kesimpangsiuran di dalam pembahasan nantinya.

Selain itu, juga agar lebih mendapatkan kejelasan yang lebih akurat tentang pokok permasalahan.

Adapun pokok permasalahannya adalah:

1. Bagaimana cara pengelolaan Lembaga Kesenian Sikambang?

(21)

21

2. Bagaimana struktur dan bentuk pertunjukan seni Lembaga Kesenian Sikambang?

3. Bagaimana struktur dua lagu yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Sikambang yakni Lagu Duo dan Sikambang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Melalui penyusunan skripsi ini, penulis menentukan tujuan dan memperoleh manfaat penelitian. Berikut ini, penulis menguraikan tujuan dan manfaat penelitian sesuai dengan latar belakang dan pokok masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan cara pengelolaan Lembaga Kesenian Sikambang.

2. Untuk mendeskripsikan struktur dan bentuk pertunjukan seni Lembaga Kesenian Sikambang.

3. Untuk mendeskripsikan dua lagu yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Sikambang yakni Lagu Duo dan Sikambang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan kepada Lembaga Kesenian Sikambang dalam hal pengelolaan.

(22)

22

2. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan dengan topik penelitian.

3. Sebagai bentuk pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori

Melalui konsep dan teori, penulis diarahkan dan difokuskan untuk memperoleh gambaran tentang objek penelitian dan memecahkan pokok permasalahan yang telah ditentukan. Selain itu, konsep dan teori juga berfungsi sebagai pedoman dan dasar untuk mencari dan melengkapi data-data yang dibutuhkan.

1.4.1 Konsep

Konsep menurut R. Merton (dalam buku Koetjaraningrat 1983:21) merupakan definisi dari apa yang perlu diamati; konsep menentukan antar variabel-variabel mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris.

Sedangkan Koentjaraningrat (2009:85) mengatakan bahwa, konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas- asas tertentu secara konsisten.

Dalam penelitian dan penulisan ini yang dimaksud dengan kata deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan

(23)

23

terperinci atau penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-sebenarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya. Dalam hal ini penulis akan menggambarkan atau memaparkan pengelolaan serta pertunjukan seni yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Sikambang.

Manajemen berasal dari kata To Manage (Dalam Bahasa Inggris) yang artinya mengurus, mengatur, mengelola. Menurut (Terry dan Rue (2000:1), manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang yang nyata.

Menurut Murgiyanto (1995), seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang memiliki nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan penonton. Sal Murgiyanto, juga mengatakan bahwa kajian pertunjukan adalah sebuah disiplin baru yang mempertemukan ilmu-ilmu seni (musikologi, kajian tari, kajian teater) di satu titik dan antropologi di titik lain dalam satu kajian inter-disiplin (etnomusikologi, etnologi tari dan performance studies).

1.4.2 Teori

Teori merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ilmiah.

Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), mengemukakan bahwa: Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with purpose of explaining and predicting the phenomena.

(24)

24

Artinya secara harafiah, teori adalah sebuah rangkaian hubungan konsep, definisi, dan proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dari fenomena dengan menggambarkan hubungan antara banyak variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan fenomena tersebut. Dengan ini, penulis menggunakan teori untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan.

Didalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dan dianggap relevan serta mendukung tulisan. Untuk mendeskripsikan pengelolaan Lembaga Kesenian Sikambang, penulis menggunakan teori Georgi R Terry dan Leslie. W. Rue dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen, ditulis bahwa: manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan oraganisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan yang pelaksanaanya adalah Managing, atau pengeloloan, sedangkan pelaksanaanya disebut Manajer. Teori ini juga menggunakan lima fungsi dari manejemen yaitu:

1. Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan di lapangan.

Dikatakan juga bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana jangka panjang menegah dan di atas perencanaan jangka panjang menegah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci

(25)

25

berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya.

2. Kata organizing artinya mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dam memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

3. Penentuan sumber daya manusia yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Motivasi yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

5. Pengawasan yaitu kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif yang diperlukan.

Sedangkan untuk mendeskripsikan pertunjukan seni pada Lembaga Kesenian Sikambang, maka penulis menggunakan teori yang dikatakan oleh Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) menjelaskan bahwa pertunjukan memiliki:

1. Waktu pertunjukan yang terbatas.

2. Awal dan akhir.

3. Acara kegiatan yang terorganisir.

4. Sekelompok pemain.

5. Sekelompok penonton.

(26)

26 6. Tempat pertunjukan.

7. Kesempatan untuk mempertunjukannya.

Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk mengambarkan pertunjukan yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Sikambang melalui video yang didokumentasikan oleh penulis.

Untuk membahas aspek musik yang disajikan dan sering dibawakakan serta menjadi sampel yang dibahas oleh penulis, maka penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukan William P. Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan, yaitu: 1. tangga nada, 2. nada dasar, 3. wilayah nada, 4. jumlah nada, 5. interval, 6. pola-pola kadensa, 7. formula melodi, dan 8.

kontur.

1.5 Metode Penelitian

Menurut Koetjaraningrat (2009:35), metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24). Jadi, metode penelitian adalah segala cara yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sistematis untuk mewujudkan kebenaran dan kesatuan pengetahuan. Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat mengumpulkan, mengkhususkan, dan menerangkan data dengan penguraian makna-makna.

(27)

27

Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dalam perilaku yang dapat diamati dari orang- orang (subjek) itu sendiri, (Arief Furchan 1992:21). Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini penelitian ini menerapkan metode kualitatif yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi melalui proses studi kepustakaan, studi lapangan dan analisis.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka terlebih dahulu penulis melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku atau tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian sebagai kerangka landasan berfikir di dalam tulisan ini. Bahan tersebut berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul yang bersangkutan. Studi pustaka ini bertujuan untuk mencari informasi dan menambah data-data yang dibutuhkan dalam penulisan, penyesuaian dan pengamatan yang sudah ada mengenai objek peneliatian lapangan.

Koetnjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi pendukung awal dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

(28)

28

Dalam ilmu etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium) dan field work (kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat.

Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan.

Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.

Studi kepustakaan juga membantu penulis dalam menemukan data-data yang berhubungan dengan kinerja dan pengembangan tulisan ini. Tahap awal yang penulis lakukan dalam studi kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan cara mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek pembahasan. Selanjutnya, penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi yang ada di Program Studi Etnomusikologi. Penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dari Badan Perpustakaan, arsip dan artikel- artikel lainnya yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknologi internet, sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini. Dengan melakukan penelusuran data online di situs www.google.com dan website resmi Pemerintahan Tapanuli Tengah. Penulis juga mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti www.wikipedia.com, repository Universitas Sumatera Utara, blog-blog, dokumen PDF (portable data file), dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui skripsi, buku, artikel, dan internet membantu

(29)

29

penulis untuk mempelajari dan membandingkannya untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Observasi

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat (Mardalis 2006:63). Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit (Burhan Bungin 2007:115).

Observasi yang dilakukan penulis bertujuan untuk melihat dan mengetahui secara jelas tentang aktivitas dan tata kelola yang ada di Lembaga Kesenian Sikambang yang berada di Desa Jago Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.5.3 Kerja Lapangan

Dalam kerja lapangan (Field Work), penulis melakukan kerja lapangan dengan observasi langsung ke daerah penelitian yaitu Desa Jago Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. Dalam kerja lapangan ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber pendukung dan secara khusus dengan kepada informan pokok atau kunci sebagai narasumber penulis.

(30)

30

Penulis juga ikut melebur ke berbagai kegiatan kebudayaan yang ada di Desa Jago Jago agar penulis dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat.

Tujuannya adalah untuk mengetahui langsung kondisi yang sebenarnya di lapangan.

1.5.4 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang melengkapi dan menjelaskan data yang diperoleh melalui observasi.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam penelitian ini,wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Koentjaraningrat (1993:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberpa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti:

Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: (1) wawancara berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat.

Demikian macam metode wawancara tak berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).

Metode wawacara yang digunakan penulis adalah wawancara berstruktur, tak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Pada awal penerapan wawancara,

(31)

31

penulis telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan pokok. Namun, kenyataannya siklus wawancara itu berubah. Hal itu disebabkan oleh munculnya pertanyaan lain berdasarkan hasil saat wawancara berlangsung. Dalam wawancara yang berikutnya, penulis akan melakukan kolaborasi wawancara di mana akan dipersiapkan baik pertanyaan-pertanyaan terfokus kepada informan pokok dan garis-garis besar topik wawancara diluar daftar pertanyaan yang akan menggali informasi sedetail mungkin.

Dalam wawancara kali ini, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Muzrin Siregar dan Bapak Khairil Hasni Siregar. Bapak Muzrin Siregar adalah Ketua Lembaga Kesenian Sikambang di Desa Jago Jago dan Bapak Khairil Hasni Siregar adalah seorang budayawan pesisir yang mana beliau juga adalah salah satu pelatih senior di Lembaga Kesenian Sikambang. Selain itu, penulis juga mewawancarai Kepala Desa Jago Jago serta beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan dengan pengembangan tulisan ini.

1.5.5 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan seluruh data yang terkumpul dari observasi, wawancara, dan perekaman atau dokumentasi. Data wawancara dituliskan kembali untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Selanjutnya, penulis seluruh data observasi, wawancara, dan perekaman diuraikan secara detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data audio yang menjadi objek penelitian penulis ditranksripsikan dengan

(32)

32

cara didengar berulang kali dan dituliskan dalam bentuk notasi. Selanjutnya, seluruh data dibentuk dan dijadikan sebagai data secara detail sesuai dengan objek penelitian dalam penulisan skripsi. Data yang dipergunakan dalam tulisan ini merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu etnomusikologi.

1.5.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Jago Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, yaitu lebih tepatnya di Dusun 1, kediaman Bapak Muzrin Siregar sekaligus digunakan sebagai pusat aktifitas dari Lembaga Kesenian Sikambang. Di desa ini tidak begitu banyak nama jalan karena sebagian wilayahnya hanya dihubungkan oleh jalan setapak rabat beton yang dibangun menggunakan Dana Desa. Dan untuk tiap-tiap wilayahnya ditandai dengan nama dusun, dimulai dari dusun 1 hingga dusun 4.

(33)

33 BAB II

ETNOGRAFI MASYARAKAT PESISIR DI DESA JAGO JAGO KECAMATAN BADIRI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

2.1 Gambaran Umum Desa Jago Jago

Bab ini akan mengenalkan Desa Jago Jago melalui lokasi penelitian. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.

Jago Jago adalah sebuah desa kecil yang masuk ke dalam kecamatan Badiri di Kabupaten Tapanuli Tengah. Akses menuju ke sana tidak terlalu bagus dan harus menyeberangi jembatan gantung pada sebuah muara yang lebarnya kurang lebih 80 meter. Atau menaiki perahu untuk mencapai desa tersebut.

Jaraknya tidak lebih 15 km dari Pandan ibukota Tapteng, atau 15 menit dari Bandara Pinangsori, dikitari Teluk Tapian Nauli yang memesona, Jago Jago betul-betul menampilkan nuansa alami Pesisir yang di daerah lain sebagian sudah menghilang.

Akses menuju desa ini bisa lewat jalan darat tepatnya dari Desa Lopian, dengan menyusuri jalan desa yang belum diaspal serta perkebunan sawit rakyat sepanjang 5 km. Dan saat musim penghujan tiba akan banyak titik jalan seperti kubangan yang membuat orang-orang yang melintasinya merasa kesulitan.

(34)

34 2.1.1 Topografi

Kecamatan Badiri terletak di Pantai Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera Utara Pulau Sumatera. Terletak antara 010 - 02020’ Lintang Utara dan 580 –99005’ serta terletak antara 0 – 600 m di atas permukaan laut.

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pandan, sebelah selatan dengan Kecamatan Sibabangun, sebelah timur dengan Kecamatan Pinang Sori, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Kecamatan Badiri tergolong daerah beriklim tropis dan hanya ada dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Antara Januari – Desember 2011 suhu udara maksimum bisa mencapai 31,70 C dan suhu minimum mencapai 22,100C. Rata-rata suhu udara di kecamatan Badiri sebesar 23,80 C.

Wilayah Tapanuli Tengah dipengaruhi oleh 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar, yaitu DAS Tapus, DAS Aek Sirahar, DAS Lae Chinong, DAS Aek Sibundong, DAS Aek Kolang, dan DAS Batang Toru. Daerah hulu sungai berasal dari pegunungan Bukit Barisan dan bermuara ke Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara di wilayah administratif Kabupaten Tapanuli Tengah. Sebagian sungai telah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. seperti aliran Sungai Sibuluan untuk PLTA Sipan Sihaporas, yang memiliki kapasitas daya listrik 50 MW dan untuk air minum, dermaga, tempat sandar kapal perikanan, maupun irigasi yang mendukung pertanian.

(35)

35 2.1.2 Luas Wilayah

Kecamatan Badiri terbagi atas delapan (8) desa dan satu (1) Kelurahan , dengan luas keseluruhan 129,49 Km2. Sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebahagian kecil berada di pulau-pulau kecil di sekitarnya. Ditinjau dari segi persentase luas daerah, Desa Sitardas merupakan daerah terluas yakni 46,26 Km2 atau 35,72 % dari luas Kecamatan Badiri.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Badiri

Sumber: Kantor Kecamatan Badiri

(36)

36 Tabel 2.1

Tabel Luas Wilayah Dirinci Menurut Desa

Sumber: Kantor Kecamatan Badiri

2.1.3 Demografi

Struktur penduduk Kecamatan Badiri tahun 2011 tergolong berstruktur umur tua, di mana jumlah penduduk yang berumur di diatas 15 tahun sebanyak 13.632 orang (61,396%). Sedangkan penduduk berumur antara 0-14 tahun sebanyak 8.574 orang (38,61%).

Penyebaran penduduk di kecamatan Badiri belum terdistribusi secara merata. Dimana kepadatan penduduk masih terpusat di 3 desa yakni: Desa

(37)

37

Gunung Kelambu dengan kepadatan penduduk 2.297 jiwa/km2, Desa Kebun Pisang dengan kepadatan Penduduk 1.299 jiwa/(km2) dan Kelurahan Hutabalang dengan kepadatan penduduk 883 jiwa/(km2). Bila ditinjau lebih dalam bahwa 3 daerah tersebut merupakan pecahan dari satu daerah yakni Kelurahan Hutabalang. Hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa penduduk Kecamatan Badiri terkonsentrasi pada satu wilayah tertentu.

Grafik 2.1

Grafik Kepadatan Penduduk Badiri

Sumber: Kantor Kecamatan Badiri

(38)

38

Desa jago jago memiliki luas 22.83 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 1.855 jiwa dan kepadatan penduduknya adalah 81 jiwa/Km2. Jumlah keseluruhan penduduk di desa jago jago adlah 1.855 jiwa, yang mana terdiri dari 964 jiwa penduduk laki-laki dan 891 jiwa penduduk perempuan.

Tabel 2.2

Nama Nama Dusun dan Mayoritas Penduduknya

DUSUN SUKU

1 SUKU PESISIR

2 SUKU NIAS

3 SUKU NIAS

4 SUKU BATAK DAN NIAS

Desa Jago Jago memiliki 4 dusun, diantaranya Dusun 1, Dusun 2, Dusun 3, dan Dusun 4. Dusun 1 mayoritas berpenduduknya adalah Suku Pesisir, Dusun 2 dan Dusun 3 mayoritas berpenduduk Suku Nias, dan Dusun 4 berpenduduk campuran antara Suku Nias dan Batak2.

2 Hasil wawancara dengan Bapak Muzrin Siregar, Ketua Lembaga Kesenian Sikambang

(39)

39

2.2 Unsur Kebudayaan Suku Pesisir di Desa Jago Jago

Unsur kebudayaan masyarakat pesisir meliputi, (1) Adat-istiadat pesisir dikenal dengan Adat Sumando; (2) kesenian Pesisir terdiri dari kesenian sikambang, yaitu tari-tarian, alat musik, lagu dan tata rias pengantin, pelaminan, dan pernak-pernik pelaminan; (3) masakan khas pesisir seperti kue dan gulei, (Pasaribu 2008:54, 81, 273). Berikut ini disajikan beberapa unsur kebudayaan masyarakat pesisir.

2.2.1 Adat Istiadat

Menurut Soedarsono (dalam Pasaribu 2008:54), adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia, baik pikiran-pikiran dan ide ide, maupun tindakan dan karya manusia dalam menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Dengan demikian, adat istiadat merupakan hasil ide dan tindakan manusia yang diarahkan menjadi kebiasaan dari masyarakat penghasil ide tersebut. Adat-istiadat Suku Pesisir dikenal dengan adat sumando. Adat sumando secara umum berdasar kepada ajaran-ajaran Agama Islam. Konsepnya tercermin dalam adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah. Ini berarti bahwa adat sumando mendasarkan ide, pelaksanaan, dan penghayatannya pada ajaran-ajaran Islam (Sitompul 2013:3).

Menurut Panggabean (1995:193), adat sumando berasal dari Pulau Poncan yang diawali dengan perpindahan penduduk dari Poncan ke Sibolga dan

(40)

40

kemudian berkembang ke seluruh daerah Tapanuli Tengah. Istilah Sumando berasal dari kata suman dalam bahasa Batak berarti serupa, atau terjemahan bebasnya dipasuman-suman. Selanjutnya, kata suman berubah menjadi sumando artinya hampir serupa tetapi tidak sama dengan adat yang ada pada Suku Minangkabau di Sumatera Barat. Pada mulanya, adat yang tertinggi berada pada Raja atau Kuria. Seterusnya, tingkat pelaksanaan adat berada pada empat lapisan, yaitu fakir miskin (dada), orang miskin (lamukku), orang kaya (ata), dan keturunan raja (bare).

Adat sumando adalah ”campuran”dari hukum Islam, adat Minangkabau, dan adat Batak. Ini berarti bahwa semua hal-hal yang baik diterima dan yang tidak sesuai dengan tata krama dan sikap hidup sehari-hari masyarakat Suku Pesisir diabaikan. Hal tersebut sesuai dengan konsep sumando yakni adat bersandi sarak dan sarak bersandi kitabullah, artinya adat berdampingan dengan kebiasaan atau perilaku dan perilaku berlandaskan kepada kitab Allah (Sitompul 2013:9).

Masyarakat di desa jago jago sendiri, tidak hanya melaksanakan adat istiadat pesisir saja, tetapi juga adat Nias dan Batak Toba tergantung pada masyarakat dusunnya. Karena masing-masing dusun memiliki mayoritas suku penduduk yang berbeda-beda.

2.2.2 Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada masyarakat Pesisir di desa Jago Jago bersifat patrilineal. Patrilineal artinya garis keturunan diwariskan dari pihak ayah. Garis keturunan tersebut dapat dilihat dari marga yang dibawa oleh keturunannya,

(41)

41

misalnya seorang laki-laki bermarga Pasaribu menikahi seorang perempuan bermarga Siregar, maka anaknya laki-laki atau perempuan memiliki marga ayahnya yaitu Pasaribu.

Dalam adat Pesisir, marga yang diterima dari pihak laki-laki atau ayah tidak dipermasalahkan. Namun, marga tetap dipakai oleh seorang anak sebagai pemberian dari orang tua. Sistem patrilineal dalam adat Suku Pesisir merupakan sistem yang berbeda dari patrilineal lainnnya. Hal ini tercermin dari pembagian harta warisan. Menurut adat sumando, semua anak yang dilahirkan baik anak laki- laki maupun anak perempuan dalam keluarga pesisir mendapatkan hak warisan yang sama rata.

Dalam adat Pesisir juga terdapat adat untuk memanggil atau menyebut orang-orang yang terdekat dan menjadi bagian keluarga. Sistem tersebut dikenal dan disebut Suku Pesisir dengan baso. Berikut ini, baso Suku Pesisir digambarkan oleh penulis dengan diagram sederhana.

(42)

42 Bagan 2.1

Sistem Baso dalam Suku Pesisir

Keterangan:

 Kakek dipanggil 9, 10, 11, dan 12 terhadap 1 dengan angku.

 Nenek dipanggil 9, 10, 11, dan 12 terhadap 2 dengan uci.

 Ayah dipanggil 9, 10, 11, dan 12 terhadap 3 dengan aya.

 Ibu dipanggil 9, 10, 11, dan 12 terhadap 4 dengan umak.

 Abang dipanggil 11 dan 12 terhadap 9 dengan ogek.

 Kakak dipanggil 12 terhadap 11 dengan uning.

 Abang ipar dipanggil 5 terhadap 3 dengan ta’ajo.

 Kakak Ipar dipanggil 6 terhadap 4 dengan ta’uti.

 Tante dipanggil 9, 10, 11, dan 12 terhadap 6 dengan oncu.

 Paman dipanggil 9, 10, 11, dan 12 terhadap 5 dengan pa’oncu.

 3 dipanggil 9, 10, 11, dan 12 dengan pak tuo.

 4 dipanggil 9, 10, 11, dan 12 dengan mak tuo.

(43)

43 2.2.3 Sistem Religi

Secara keseluruhan, masyarakat Suku Pesisir menganut Agama Islam.

Seluruh aktivitas kehidupan mereka disesuaikan dengan adat yang didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam adat sumando yang berdasar pada ajaran-ajaran Agama Islam. Konsep tersebut tercermin dalam adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah. Hal itu diartikan dengan Suku Pesisir mendasarkan ide, pelaksanaan, dan penghayatan ajaran-ajaran Agama Islam dalam adat sumando. Tingkah laku dan perbuatan Suku Pesisir sehari-hari merupakan suatu kesatuan dalam masyarakat menurut kebiasaan yang telah di atur oleh norma-norma agama Islam. Seluruh tingkah laku dan perbuatan Suku Pesisir tersebut

Namun masing-masing masyarakat dusun yang ada di desa Jago Jago memiliki agama yang berbeda-beda. Di dusun 1 bisa dikatakan keseluruhan warganya menganut agama islam. Kemudian di dusun 2 dan dusun 3 warganya menganut agama Kristen, dan di dusun 4 pencampuran antara Islam dan Kristen.

2.2.4 Bahasa

Bahasa Pesisir adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat pesisir di yang ada di Desa Jago Jago. Bahasa Pesisir merupakan bahasa. Selain diterapkan dalam percakapan sehari-hari, peranan bahasa Pesisir memiliki cakupan yang luas terhadap budaya Pesisir, di antaranya untuk Penyambutan tamu, perkawinan, nasihat, pesan atau ajaran moral (pribahasa), seni (sikambang, pantun, sair), cerita rakyat (legenda), dan silsilah atau jenjang tutur.

(44)

44 2.2.5 Kesenian

Kesenian Suku Pesisir lazim disebut dengan kesenian pesisir sikambang.

Kesenian sikambang secara umum mewakili seluruh kesenian yang berlaku bagi masyarakat Pesisir Pantai Barat Sumatera, mulai dari Meulaboh di Banda Aceh, sampai ke Tapanuli, Minangkabau, dan Bengkulu. Selain di Pantai Barat, sikambang juga berlaku di Pantai Timur Kepulauan Nias dan Pulau Telo.

Kesenian Pesisir memiliki bagian pokok yang terdiri dari tarian dan nyanyian dan mengemban unsur kebudayaan bernafaskan seni budaya. Kesenian ini juga mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang sarat makna, bercorak petuah, berirama lagu, dan berwujud tari. Kesenian sikambang biasanya digelar dalam berbagai upacara baik yang bersifat adat maupun hiburan, seperti upacara perkawinan, upacara sunat Rasul (khitanan), penyambutan tamu, penobatan atau pemberian gelar, turun karai (turun tanah), menabalkan dan mengayun anak, memasuki rumah baru, peresmian, dan pertunjukan kesenian atau pagelaran seni budaya zaman dahulu seperti tari, lagu, pantun, dan talibun hadir bak gayung bersambut dengan menunjukkan kepribadian masyarakat Pesisir yang memiliki perasaan halus dan tenggang rasa yang tinggi sesuai dengan alamnya,seperti malam disinari bulan, alunan ombak dan riak gelombang ombak gulung- menggulung saling ikut satu sama lain (Radjoki 2012:47). Sikambang berasal dari 2 kata, yakni “si” dan “kambang”. Kata “si” merupakan kata sandang yang diletakkan di depan sebuah nama. Sedangkan “kambang” merupakan sebuah nama. Menurut Suku Pesisir, sikambang mempunyai beberapa pengertian, yaitu:

(45)

45

1. Nama salah satu jenis ansambel pada masyarakat Pesisir.

2. Nama repertoar yaitu sikambang dan sikambang botan.

3. Nama salah satu jenis pertunjukan pada masyarakat pesisir.

4. Sebutan untuk nyanyian atau lagu yang akrab.

Penyajian kesenian tersebut dibagi dalam empat, yakni alat musik, lagu, tari, dan pantun. Kesenian ini dikenal dengan sebutan sikambang yang memiliki ciri khas tersendiri baik dalam bentuk alat musik, lagu, tari, maupun pantun.

2.2.5.1 Alat Musik

Menurut Radjoki Nainggolan, kesenian Pesisir terasa lengkap apabila diiringi dengan alat musik, antara lain:

1. Gandang sikambang terbuat dari kayu bulat dengan satu bagian sisi dilapisi kulit kambing sedangkan bagian sisi satu lagi dibiarkan kosong. Bagian yang kosong diganjal dengan kayu tipis diikat dengan rotan. Gendang ini berfungsi sebagai pembawa ritme yang konstan dalam ansambel.

2. Singkadu terbuat dari bambu dengan panjang 25 cm. Alat musik ini memiliki tujuh lobang nada pada bagian atas dan berjarak 1 cm pada masing-masing lobang. Sebelah bawah terdapat satu lobang. Lobang ini berfungsi untuk keserasian suara. Singkadu berperan sebagi pembawa melodi lagu.

3. Biola berperan sebagai pembawa melodi dalam satu ansambel.

4. Akordion juga berperan sebagai pembawa melodi dalam memainkan sebuah lagu dalam kesenian sikambang.

(46)

46

Alat musik biola dan akordion merupakan alat musik yang dibawa oleh bangsa Eropa pada Abad ke-16 yang berdagang dan mencari rempah-rempah di Pelabuhan Barus. Selanjutnya, alat musik ini dipakai dalam ansambel sikambang (Radjoki 2012:58). Alat musik dipakai untuk mengiringi vokal atau lagu dalam setiap kesenian Pesisir.

2.2.5.2 Lagu

Lagu dalam kesenian sikambang memiliki hubungan yang erat dengan berbalas pantun. Dengan kata lain, teks lagu kesenian ini berupa pantun yang diambil dari kehidupan masyarakat Suku Pesisir. Pantun terdiri atas 2 bagian, yaitu; (1) Sampiran pantun diambil dari ungkapan-ungkapan tentang alam, tempat tinggal, dan perihal kehidupan; (2) Isi pantun disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan, misalnya ekspresi perasaan berupa ungkapan kesedihan dan kasih sayang, nasihat, pujian, dan sindiran.

Pantun yang dibawakan dengan bernyanyi bersifat bersahut-sahutan.

Tekslagu dalam pantun digarap dan disesuaikan olehpembawanya dengan melakuka berbagai cara, misalnya pengulangan baris, penambahan beberapa kata, penambahan kalimat yang berfungsi sebagai penjelasan atau keterangan,

pengurangan kata, dan penggantian kata.

Ada 5 jenis lagu dalam kesenian sikambang yang dinyanyikan dalam upacara-upacara adat Suku Pesisir, yaitu:

1. Lagu kapri merupakan lagu pembukaan dalam setiap upacara adat atau perayaan.

(47)

47

2. Lagu kapulo pinang merupakan lagu inti dalam suatu upacara adat atau perayaan.

3. Lagu duo juga merupakan lagu inti dalam suatu upacara adat atau perayaan.

4. Lagu dampeng merupakan lagu inti dalam suatu upacara adat.

5. Lagu sikambang merupakan lagu penutup dalam setiap upacara atau perayaan.

Dalam suatu upacara adat, kelima lagu di atas merupakan bagian yang terikat dan tidak terpisahkan satu sama lain. Lagu-lagu tersebut harus dinyanyikan secara lengkap mulai dari lagu kapri sampai lagu sikambang. Menurut Khairil Hasni, lagu dalam kesenian sikambang berisi tentang siklus hidup seorang manusia. Lagu-lagunya menggambarkan proses kehidupan sepasang remaja dalam masa perkenalan yang tercermin dalam lagu kapri. Selanjutnya, hubungan perkenalan tersebut bertambah dalam dengan jalinan kasih dan keseriusan di antara keduanya yang tercermin dalam lagu kapulo pinang dan lagu duo. Di mana saat menyanyikan lagu kapulo pinang, tari payung mengiringinya dengan memakai properti payung dan dibawakan seorang laki-laki untuk melindungi kekasihnya. Sedangkan, saat menyanyikan lagu duo, tari selendang mengiringinya dengan memakai selendang yang digunakan seorang perempuan. Lagu mempunyai satu kesatuan yang utuh dengan tarian untuk saling mendukung.

(48)

48 2.2.5.3 Tari

Tari dalam kesenian sikambang berhubungan erat dengan lagu-lagunya.

Berdasarkan 5 jenis lagu di atas, ada 5 jenis tari pula dalam kesenian sikambang yang ditarikan dalam upacara-upacara adat Suku Pesisir, yaitu:

1. Tari saputangan diiringi oleh lagu kapri. Tari ini merupakan tari pembuka untuk memulai setiap tarian yang dilaksanakan pada setiap upacara adat perkawinan. Tari ini menggunakan saputangan atau menari dengan memakai saputangan. Menurut Siti Zubaidah, tari ini melambangkan curahan hati dan perasaan seorang pemuda terhadap seorang pemudi di saat terang bulan.

Karena di saat terang bulan, para pemuda tidak turun ke laut. Dengan demikian, itulah kesempatan bagi mereka untuk bersenda gurau dalam mempererat silahturahmi.

2. Tari payung diiringi oleh lagu kapulo pinang. Jenis tari ini merupakan tari yang dapat ditarikan pada upacara adat perkawinan yang berfungsi sebagai hiburan.

Tari ini merupakan tarian sepasang pemuda-pemudi, di mana pemuda menggunakan payung dan pemudi menggunakan selendang. Siti Zubaidah menyatakan bahwa tari ini melambangkan pergaulan pemuda-pemudi yang telah diikat oleh suatu acara pertunangan. Di mana, si pemuda telah mengganggap si pemudi telah menjadi pilihannya. Sebaliknya, si pemudi pun telah beranggapan bahwa si pemuda itulah yang menjadi tambatan hatinya.

3. Tari selendang diiringi oleh lagu duo. Tarian ini merupakan tarian kepahlawanan dengan menggunakan gerakan-gerakan silat yang diperhalus.

(49)

49

Tari ini adalah tarian berpasangan dengan menggunakan selendang, baik pemuda maupun pemudi dan menarikan gerakan yang sama.

4. Tari rande diiringi oleh lagu dampeng. Tari ini merupakan tarian yang disajikan oleh sekolompok laki-laki. Pada umumnya, tari ini merupakan tari yang bersifat hiburan. Gerakan yang paling dikenali dalam tari ini adalah gerakan berputar yang dilakukan berkali-kali sampai lagu pengiring selesai.

2.2.6 Organisasi Masyarakat

Organisasi masyarakat yang ada di Desa Jago Jago pada umumnya terdiri dari organisasi keagamaan seperti NU (Nahdatul Ulama) dan Muhammadiyah, serta organisasi kepemudaan seperti PP (Pemuda Pancasila).

(50)

50 BAB III

DESKRIPSI PENGELOLAAN SENI OLEH LEMBAGA KESENIAN SIKAMBANG

3.1 Konsep Pengelolaan

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu. Irawan (1997:5) mendefenisikan bahwa:

Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.

Selanjutnya Reksopoetranto (1992) mengemukakan beberapa pengertian manajemen (pengelolaan) sebagai berikut:

1) Manajemen adalah unsur yang bertugas mengadakan pengendalian agar semua sumber dana dan daya yang dimiliki organisasi dapat dimanfaatkan sebagai daya guna dan berhasil guna diarahkan untuk mencapai tujuan 2) Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian dan pengkontrolan manusia dan sumber daya alam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

3) Manajemen dapat dirumuskan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan dengan usaha orang lain.

4) Manajemen dapat dirumuskan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan dengan usaha orang lain.

(51)

51

5) Manajemen adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang setiap bidang mempergunakan ilmu pengetahuan dan seni secara teratur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3.2 Organisasi

Organisasi atau usaha apapun didirikan memiliki tujuan dan manusia merupakan pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikanya sebuah organisasi atau sebuah lembaga. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial, sukar untuk mencapai tujuannya jika dilakukan semuanya secara sendiri, sehingga ia harus membutuhkan sebuah usaha-usaha tertentu. Di dalam melakukan usaha tersebutlah manusia itu harus bekerja sama dengan yang lainya dengan tugas masing-masing yang sudah disepakati bersama sehingga membentuk sebuah organisasi dan memerlukan organisasi guna mencapai tujuan yang di inginkan.

Berdasarkan pendapat Malayu S. P. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) mengatakan bahwa didalam sebuah manajemen, organisasi sangatlah penting dikarenakan:

1. Organisasi adalah syarat utama adanya manajemen, tanpa organisasi manajemen tidak ada.

2. Organisasi merupakan wadah dan alat pelaksanaan proses manajemen dalam mencapai tujuan.

(52)

52

3. Organisasi adalah tempat kerjasama formal dari sekelompok orang dalam melakukan tugas-tugasnya.

4. Organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Lembaga Kesenian Sikambang sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang kesenian yang di mana di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas kesenian juga melakukan kegiatan organisasi terbukti seperti yang dikemukan oleh Achmad Sobirin dalam Budaya Organisasi. Dalam kiprahnya terhadap kehidupan manusia dan dalam upayanya agar bisa diterima manusia (lingkungan masyarakat), organisasi dengan kemampuanya berusaha menciptakan nilai tambah dan berbagai output yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan beberapa kelompok orang yang berbeda kepentinganya. Secara umum proses penciptaan nilai tambah terjadi dalam tiga tahap yaitu: masukan (input), proses transformasi (konversi) dan keluaran (output).

3.2.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Sikambang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia struktur adalah susunan atau bagunan. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan bagimana susunan pengurus yang diterapkan oleh Lembaga Kesenian Sikambang. Menurut S. P.

Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26), struktur organisasi adalah suatu gambar yang mengambarkan tipe organisasi atau bagan organisasi (Organization Chart), pendepertemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dalam hal ini

(53)

53

yang penulis maksud adalah struktur kepengurusan dalam Lembaga Kesenian Sikambang yang menggunakan tipe Piramid yaitu: Dimana bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari puncak pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya (2002:36). Pada masa sekarang ini beberapa sistem pengelolaan atau manajemen dari budaya barat diambil oleh kelompok-kelompok kesenian yang terdapat di nusantara. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Takari:

Bentuk organisasi kesenian banyak yang menggunakan sistem organisasi Barat, Seperti adanya ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, ketua bidang musik, ketua bidang tari, tata busana, make-up, manajer panggung, dan lain-lainya.

Dalam kebudayaan barat sistem manajemen seperti ini disebut sebagai sistem organisasi bentuk garis (2008:23).

Struktur organisasi rancang dan dibangun sesuai dengan perkembangan organisasi dan sesuai dengan sumber-sumber kemampuannya, biasanya disusun oleh pihak pimpinan.

Struktur organisasi yang terdapat di Lembaga Kesenian Sikambang ialah:

<

Gambar

Gambar 2.1  Peta Kecamatan Badiri
Tabel Luas Wilayah Dirinci Menurut Desa
Gambar 4.1  Tari Adok
Gambar 4.2  Randai
+3

Referensi

Dokumen terkait

“ KESENIAN TRADISIONAL TEK-TEK LOKA JAYA DI DESA JENANG KECAMATAN MAJENANG KABUPATEN CILACAP: KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN DAN FUNGSI ” , saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu

peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dalam pembangunan.. desa di Huta Sisundung Kecamatan Angkola Barat Kabupaten

Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah sudah menerima alokasi dana desa sejak tahun 2015 untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang

Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan Dana Desa yang ada di Desa Kalahunde Kecamatan Pakue Tengah Kabupaten Kolaka Utara, pemerintah

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, didalam melakukan pertunjukannya jika tidak menggunakan musik secara live atau langsung maka

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam angka 1990.. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam

RITA DESPRIANA BUTAR-BUTAR: Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah pada Agroforestri Karet dan Monokultur Karet di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli

Desa Gunung Marijo yang lokasinya berada di Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah diharapkan dengan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah