• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN IVA TEST DI LAPAS PEREMPUAN KLAS IIB YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN IVA TEST DI LAPAS PEREMPUAN KLAS IIB YOGYAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

10.36419/jki.v12i1.437

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN IVA TEST DI LAPAS PEREMPUAN KLAS IIB YOGYAKARTA

Dheska Arthyka Palifiana1, Sitti Khadijah2, Tia Amestiasih³ Universitas Respati Yogyakarta

(dheska87@gmail.com)

Latar Belakang: Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus) merupakan jenis kanker yang menyebabkan kematian ibu di Indonesia.

Setiap 1 menit muncul 1 orang perempuan karena kanker serviks.Diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal yang berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks.Masih tingginya insiden kanker serviks di Indonesia disebabkan karena kesadaran wanita yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual dalam melakukan deteksi dini masih rendah yaitu kurang dari 5%.Salah satu cara untuk melakukandeteksi dini kanker serviks adalah dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA Test). Warga binaan perempuan di LPP Klas IIB Yogyakarta sebagian besar dalam kategori usi subur (20-45 tahun) dan belum pernah melakukan IVA Test

Tujuan: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang IVA Test dan mendeteksi dini kanker leher rahim pada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIB Yogyakarta.

Metode:Responden terdiri dari 50 warga binaan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive samplingdengan kriteria usia subur (20-45 tahun), sudah pernah berhubungan seksual, tidak sedang menstruasi. Kegiatan dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama penyuluhan tentang IVA Test dan sesi kedua pemeriksaan IVA Test..

Hasil: Karakteristik responden sebagian besar kasus hukum yang dialami adalah narkotika (58%) dan lama hukuman ≤ 10 tahun (80%). Variable perilaku seksual untuk umur pertama berhubungan seksual sebagian besar >20 tahun (60%) dan pasangan seksual 1 orang (68%).Variable pencucian vagina (vaginal douching) sebagian besar melakukan pencucian vagina (98%) dan media pencucian vagina menggunakan sabun mandi (32%).Riwayat obstetric sebagian besar pernah melahirkan 2-4 kali (44%).Riwayat kanker dalam keluarga sebagian besar tidak mempunyai riwayat 84%). Hasil pemeriksaan Iva test sebagian besar negative (98%). Hasil inspeksi serviks sebagian besar erosi portio (42%).

Kesimpulan:Hasil deteksi dini kanker serviks dengan IVA Test di Lapas Perempuan Klas IIB Yogyakarta 80% negatif.

Kata kunci:Deteksi Dini,Kanker Serviks, IVA Test

(2)

Early Detection of Cervical Cancer Using the IVA Test at the Correctional Facility For Females Class IIB Yogyakarta

ABSTRACT

Background:Cervical cancer caused by HPV (Human Papilloma Virus) is a type of cancer that can cause maternal death in Indonesia. For each minute, one woman gets cervical cancer. It is estimated that there are 40 – 45 new cases and 20 – 25 people die every day. This means that, for each hour, one woman dies because of cervical cancer. The high number of cervical cancer cases in Indonesia is affected by the low awareness of married women or those who have had sexual intercourse in undergoing early detection which is still less than 5%.

One of the methods to do early detection of cervical cancer is visual inspection with acetic acid (IVA test). Most of the prisoners in the Correctional Facility for Females, Class IIB, Yogyakarta are women of childbearing age (i.e. 20-45 years old) and have never undergone the IVA test.

Objective:The purpose of this activity was to increase knowledge about the IVA test and the early detection of cervical cancer in the Correctional Facility for FemalesClass IIBYogyakarta

Method:Respondents in this study consisted of 50 female prisoners using a sample appearance technique purposive sampling with the criteria of having childbearing age (i.e. 20-45 years old), having had sexual intercourse, and not in a menstrual period. This activity was divided into 2 sessions, namely counseling about the IVA test for the first session and conducting the IVA test for the second session.

Results:The results of this activity from the characteristics of the respondents indicated that most of the legal cases of the respondents were narcotics (58%) and most of the lengths of their sentence were ≤ 10 years (80%). For the variable

‘sexual behavior’, most of the age at first sexual intercourse experienced by the respondents were > 20 years (60%) and most of them had only 1 sexual partner (68%). For the variable ‘vaginal douching’, most of the respondents conducted it (98%) and most of the media used for vaginal douching were bath soap (32%).

For ‘obstetric history’, most of the respondents had given birth 2-4 times (44%).

Meanwhile, for ‘cancer history in the family’, most of them did not have it (84%).

The results of the IVA test indicated that most of the respondents had a negative test result (98%). Meanwhile, the results of cervical inspection indicated that most of them experienced cervical erosion (42%).

Conclusion:The results of early detection of cervical cancer by the IVA test at the Correctional Facility for FemalesClass IIBYogyakarta indicated that most of the respondents had a negative test result.

Keywords:Early Detection, Cervical Cancer, IVA Test

(3)

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks yang berasal dari metaplasia epitel di daerah sambungan skuamo kolumnar (SSK) yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis (Andrijono, 2019).

Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian terbesar bagi perempuan, setidaknya, setidaknya setiap tahun di seluruh dunia lebih dari 270.000 kematian terjadi akibat kanker serviks dan 85% diantaranya negara berkembang, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, setiap tahun sekitar 15.000 kasus kanker serviks ditemukan di Indonesia.Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi di dunia (Novita, 2015).

Setiap 1 menit muncul 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk leher Rahim datang ke tempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi (Desby, 2015). Masih tingginya insiden kanker serviks di Indonesia disebabkan karena kesadaran wanita yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual dalam melakukan deteksi dini masih tendah yaitu kurang dari 5% (Desby, 2015).

Penyebab primer kanker leher Rahim adalah infeksi kronik leher Rahim oleh satu atau lebih virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik yang berisiko tinggi menyebabkan kanker leher Rahim, ditularkan melakui hubungan seksual (sexually transmitted disease) (andrijino, 2019). Wanit abiasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun sampai tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya (Kemenkes RI, 2015). Sebelum terjadinya kanker didahului oleh perubahan keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS), biasanya memakan waktu beberapa tahun sebelum berkembang menjadi kanker (Andrijono, 2019). Oleh sebab itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup untuk mendeteksi bila terjadi perubahan pada sel serviks dengan pap smear atau inspeksi visual asam asetat (IVA ) serta menanganinya dengan tepat sebelum menjadi kanker serviks.

Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan oleh dokter/bidan/paramedic terhadap leher Rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dengan mata telanjang. Lesi prakanker jaringan ektoserviks Rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat (asam cuka) akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Namun bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan dan pasien segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap (Khinkova, 2010).

Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIB Yogyakarta merupakan satu-satunya lapas perempuan yang berada di wilayah Yogyakarta.Jumlah warga binaan perempuan yang ada di LPP Kelas IIB Yogyakarta sebanyak 80 warga binaan yang sebagian besar dalam kategori usia

(4)

reproduksi (20-45 tahun) dan terdiri dari berbagai kasus kejahatan seperti tindak pidana korupsi, penggelapan, perjudian, tindak pidana korupsi (LPP Kelas IIB Yogyakarta, 2020).Masalah kesehatan reproduksi banyak ditemukan di LPP seperti keputihan yang tidak normal, penggunaan panty liner yang berlebihan, perilaku pencucian vagina (vaginal douching) dengan menggunakan media yang tidak tepat.

Kegiatan yang terdapat di LPP hanya sebatas penyuluhan tentang kanker serviks, kanker payudara dan HIV.Untuk pemeriksaan IVA Test belum pernah dilakukan di LPP Kelas IIB Yogyakarta.Berdasarkan hal tersebut diatas, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta mengadakan kegiatan IVA Test di LPP Kelas IIB Yogyakarta untuk mendeteksi dini kanker serviks sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Responden dalam kegiatan ini adalah 50 warga binaan perempuan ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria dalam usia reproduksi (20-45 tahun), tidak sedang menstruasi dan sudah pernah berhubungan seksual. Kegiatan IVA Test di lakukan dalam 2 sesi yaitu penyuluhan IVA Test dan Pelaksanaan IVA Test. Analisa data menggunakan analisa deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekwensi (f) Prosentase (%) Kasus Hukum

Pencurian 10 20

Narkotika 29 58

Penggelapan 1 2

Penipuan 8 16

Tindak Pidana Korupsi 2 4

Total 50 100

Lama Hukuman

≤ 10 tahun 40 80

<10 tahun Hukuman Mati

9 1

18 2

Total 50 100

Tabel 1 menunjukkan kasus hokum yang dialami responden mayoritas narkotika yaitu 29 orang (58%) dan lama hukuman mayoritas ≤ 10 tahun yaitu 40 orang (80%).

(5)

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual

Perilaku Seksual Frekwensi (f) Prosentase (%) Umur Pertama Hubungan

Seksual

≤20 tahun 20 40

>20 tahun 30 60

Total 50 100

Jumlah Pasangan Seksual

1 34 68

>1 16 32

Total 50 100

Tabel 2 menunjukkan pada perilaku seksual untuk kategori umur pertama hubungan seksual mayoritas pada umur >20 tahun yaitu 30 orang (60%), dan jumlah pasangan seksual mayoritas 1 pasangan yaitu 34 orang (68%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencucian Vagina (Vaginal Douching)

Pencucian Vagina Frekwensi Prosentase (%) Perilaku Pencucian Vagina

Melakukan 50 100

Tidak Melakukan 0 0

Total 50 100

Media Pencucian Vagina

Sabun Kewanitaan 14 28

Sabun Sirih Betadine/Albothyl Sabun Mandi Pasta Gigi

10 6 16

4

20 12 32 8

Total 50 100

Tabel 3 menunjukkan mayoritas responden melakukan pencucian vagina yaitu 50 orang (100%), dan media pencucian vagina mayoritas menggunakan sabun mandi yaitu 16 orang (32%).

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Riwayat Kanker dalam Keluarga

Riwayat Kanker dalam Keluarga Jumlah Prosentasi (%)

Mempunyai Riwayat 8 16

Tidak Mempunyai Riwayat 42 84

Total 50 100

Tabel 4 menunjukkan mayoritas responden tidak mempunyai riwayat kanker dalam keluarga yaitu 42 orang (84%)

(6)

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Riwayat Obstetri

Paritas Jumlah Prosentasi (%)

Belum pernah melahirkan 11 22

1 kali 12 24

2-4 kali 22 44

≥5 kali 5 10

Total 50 100

Tabel 5 menunjukkan mayoritas responden pernah melahirkan 2-4 kali yaitu 22 orang (44%).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hasil Inspeksi Serviks

Inspeksi Serviks Jumlah Prosentasi (%)

Normal 21 42

Erosi Portio 21 42

Lepas IUD 8 16

Total 50 100

Tabel 6 menunjukkan hasil inspeksi serviks normal dan erosi portio yaitu 21 orang (42%).

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan IVA Test

Hasil IVA Test Jumlah Prosentasi (%)

Positif 1 2

Negatif 49 98

Total 50 100

Tabel 7 menunjukkan mayoritas hasil pemeriksaan IVA Test negative yaitu 49 orang (98%).

Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan mayoritas kasus hukum yang dialami responden adalah narkotika dan mayoritas lama hukuman ≤10 tahun. Konsekuensi bagi wanita yang melakukan tindak pidana adalah melaksanakan pidananya di dalam Lembaga Pemasyarakatan.Wanita sebagai suatu kelompok dalam masyarakat di dalam suatu negara merupakan kelompok yang juga wajib mendapat jaminan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya secara asasi.

Negara juga memiliki tanggung jawab untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia kelompok wanita sama seperti jaminan kepada kelompok lainnya (Niken, 2018). Perbuatan melawan hukum yang dilakukan wanita berarti ia telah melakukan tindak pidana. Moeljatno mendefinisikan perbuatan tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar aturan tersebut. Berbeda dengan Van Hamel, menurutnya tindak pidana adalah kelakuan orang (menselike gedraging) yang dirumuskan undang-undang (wet) yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana (strafwaarding) dan dilakukan dengan kesalahan (Sudaryono, 2017).Lembaga pemasyarakatan mempunyai

(7)

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)

peranan sangat penting dalam hal pemberian pembinaan kepada narapidana.

Peranan Lembaga Pemasyarakatan sangat menentukan berhasil atau tidaknya dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana. Pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana dilakukan berdasarkan aturan yang baku, antara lain berupa pendidikan jasmani, pendidikan rohani, pendidikan keterampilan dan pendidikan lainnya yang ada hubungannya dalam rangka program pendidikan. Sesuai dengan system pemasyarakatan yang berlaku, lembaga pemasyarakatan diharapkan mampu menampilkan fungsi yang diharapkan, antara lain merupakan komunitas yang teratur dengan baik, kondisinya tidak menambah kesulitan bagi para narapidana dan aktivitas di dalamnya sebanyak mungkin membantu narapidana untuk mampu kembali ke masyarakat setelah menjalani pidana (Psikologi Politik, 2010).

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan mayoritas umur pertama kali melakukan hubungan seksual >20 tahun dan mayoritas jumlah pasangan seksual 1 pasangan. Factor risiko yang berkaitan dengan infeksi HPV sangat berhubungan dengan perilaku seksual individu. Aspek yang paling penting adalah usia pertama kali menikah karena berhubungan dengan usia awal berhubungan seks, banyaknya jumlah pasangan seks selama hidup, dan hubungan seks dengan orang yang beresiko tinggi (IARC, 2012). Beberapa factor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu factor aktivitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seksual. Wanita yang usia pertama kali berhubungan seksual kurang dari 20 tahun lebih beresiko 3 kali menderita kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang usia pertama kali berhubungan seksual diatas 20 tahun (Darmayanti, 2013). Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) bisa didapat beberapa bulan setelah berhubungan seksual dan seseorang yang pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pasangan tunggal 30% menjadi HPV positif dalam 1 tahun. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya HPV. Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali dan menjadi kanker (Kahn, 2009). Umur pertama kali melakukan hubungan seks terkait erat dengan infeksi HPV yang menjadi penyebab utama lesi prakanker leher Rahim karena epitel serviks yang belum matang sehingga meningkatkan kerentanan terhadap agen kanker dan penyakit menular seksual lainnya.Umur pertama kali berhubungan seks dapat digunakan pula sebagai predictor jumlah pasangan seks dari seorang wanita. Semakin muda usia seorang wanita melakukan hubungan seks, kemungkinan untuk terkena kanker serviks juga semakin besar.

Penelitian Louie (2009) menyatakan bahwa usia terlalu muda saat pertama kali berhubungan seks menjadi factor risiko kanker serviks di 8 negara berkembang.

Wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia 17-20 tahun berisiko 1,80 kali untuk terkena kanker serviks, sedangkan wanita yang melakukan hubungan seks pertama kali pada usia ≤16 tahun lebih beresiko 2,31 kali untuk terkena kanker serviks.

Berdasarkan Tabel 3, semua responden melakukan pencucian vagina (vaginal douching) dan mayoritas media pencucian vagina menggunakan sabun mandi. Vaginal Douching diartikan sebagai uapaya membersihkan atau mencuci vagina baik secara internal maupun eksternal dengan tujuan kebersihan,

(8)

menghilangkan bau tak sedap dan setelah melakukan hubungan seksual.Vaginal douching merupakan kebiasaan orang amerika yang pada tahun belakangan mencapai popularitas dan menjadi bagian dari personal hygiene wanita (Desen, 2009).Penggunaan pembersih vagina memiliki peluang risiko 7 kali lebih besar menderita kanker serviks disbanding yang tidak menggunakan pembersih vagina (Chairani, 2018).Hal ini disebabkan karena dapat mengubah lingkungan kimia vagina dan serviks rentan dengan perubahan patologis dan kanker serviks(Desen, 2009).Organ kewanitaan memiliki kemampuan yang tidak banyak para wanita mengetahuinya yakni melakukan pertahanan yang cukup baik dengan hidupnya bakteri baik di daerah organ tersebut.Lactobacillus acidophilus sebagai bakteri baik bertugas untuk menjaga keseimbangan ekosistem vagina dengan menjaga keasaman dari vagina yang sehat, menghasilkan bakteriosin dan hydrogen peroksida.Ekosistem daerah vagina juga diperngaruhi oleh hormone estrogen (Chairani, 2018). Hormone estrogen berfungsi untuk menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energy dalam tubuh berupa glikogen, dimana glikogen merupakan makanan bagi bakteri lactobacillus yang akan dimetabolisme. Sisa metabolism tersebut berupa asam laktat yang dapat mempengaruhi tingkat keasaman PH vagina 3,8-4,5 (Rasjidi, 2014). Penggunaan obat-obatan pembersih vagina seperti deodorant ataupun antiseptic baik yang komersil maupun yang tradisional secara terus menerus atau terlalu sering akan menyebabkan iritasi pada vagina bahkan serviks yang memicu perubahan sel yang mengarah pada kanker.

Kondisi ini diperburuk oleh kebiasaan dalam teknik mencuci vagina yang seharusnya dilakukan satu arah dari depan ke belakang, namun dilakukan sebaliknya (Desen, 2009).Vaginal douching dapat menyebabkan bakteri baru masuk ke dalam vagina yang dapat menyebar sampai uterus, serviks dan saluran tuba.Penggunaan vaginal douching secara rutin dapat berisiko lebih tinggi mengembangkan penyakit radang panggul (Gilly, 2019).

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan mayoritas responden pernah melahirkan 2-4 kali. Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable.Paritas tinggi juga berkaitan dengan peningkatan resiko kanker serviks.Terdapat hubungan langsung antara jumlah kehamilan cukup bulan dan peningkatan resiko keganasan serviks.Wanita dengan kehamilan berusia tujuh bulan atau lebih memiliki resiko tiha hingga enam kali lipat dibandingkan dengan wanita nullipara yang juga terinfeksi dengan HPV resiko tinggi.Hipotesisnya adalah bahwa peningkatan ektopik yang ditemukan pada wanita para memfasilitasi perkembangan keganasan akibat HPV.Paritas tidak mempengaruhi risiko awal infeksi HPV atau durasi infeksi HPV. Hal ini sesuai dengan teori Aminanti (2013) yang menyatakan bahwa paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlalu dekat, karena dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada serviks dan dapat berkembang menjadi keganasan.Wanita dengan paritas tinggi, selama kehamilan terjadi eversi epitel kolumner serviks yang menyebabkan dinamika baru epitel metaplastik iyang meningkatkan risiko transformasi sel terutama pada serviks sehingga terjadi HPV persisten (Nindrea, 2017).Efek

(9)

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)

hormonal yang diinduksi kehamilan pada serviks dapat mempengaruhi genom HPV yang responsive terhadap progesterone.Progesterone dapat menginduksi onkogen HPV menjadi stabil sehingga terjadi integrasi DNA virus ke dalam genom sel penjamu dan menurunkan kekebalan mukosa zona transformasi (Adekunle, 2012). Kemudian saat hamil, zona transformasi dari ektoserviks melebar ditambah lagi dengan trauma atau luka akibat proses persalinan normal yang berkali-kali sehingga paparan oleh HPV akan lebih mudah (Rasjidi, 2014),

Tabel 5 menunjukkan mayoritas responden tidak mempunyai riwayat kanker dalam keluarga.Wanita yang memiliki riwayat kanker serviks dalam keluarga memiliki risiko 2 kali menderita kanker serviks dibanding wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga (Harahap, 2017). Hal ini disebabkan oleh mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, kedua gen ini yang 90% bertanggung jawab sebagai penyebab kanker ovarium yang diturunkan kepada keturunan yang menderita kanker ovarium, sedangkan angka harapan hidup penderita yang membawa gen mutasi BRCA1 dan BRCA2 sebesar 15-60% sehingga sangat diperlukan dilakukan skrinning kepada penderita yang membawa gen mutasi BRCA1 dan BRCA2 (Doufekas, 2014).

Tabel 6 menunjukkan mayoritas hasil inspeksi serviks terdapat erosi portio dan serviks normal. Erotio Portiones atau yang lebih familiar disebut erosi merupakan bentuk perlukaan ujung leher Rahim (portio uteri).Erosi portio adalah pengikisan lapisan mulut Rahim yang biasanya disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan bagian tersebut oleh suatu benda, misalnya saat pemasangan AKDR, hubungan seksual dan lain-lain (Mansyoer, 2015). Erosi portio yang dialami warga binaan di LPP Kelas IIB Yogyakarta kemungkinan disebabkan karena mayoritas menggunakan panty liner setiap hari dan kondisi air di Lapas. Akibat terjadinya erosi portio jika tidak segera mendapat penanganan kemudian akan terjadi cervicitis. Jika keadaan serviks berubah menjadi permukaannya kasar kemudian akan terbentuk benjolan seperti kembang kol yang mudah patah dan mudah berdarah disertai keluar cairan yang khas berwarna coklat dan berbau busuk berarti keadaan berubah menjadi kanker serviks (sulistyawati, 2011).

Tabel 7 menunjukkan mayoritas hasil pemeriksaan IVA Test negative.

Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher Rahim secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas serviks setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Samadi, 2010).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sankaranarayanan et al tentang perbandingan pasien kanker leher Rahim yang meninggal dunia pada kelompok yang dilakukan deteksi dini dengan IVA dan pada kelompok yang tidak dilakukan deteksi dini pada negara berkembang (India) didapatkan hasil bahwa mereka yang melakukan skrining IVA 35% lebih sedikit yang meninggal dunia dibanding mereka yang tidak mendapat skrinning IVA.Mayoritas perempuan yang terdiagnosa kanker serviks biasanya tidak melakukan deteksi dini (skrining) atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal.Tidak melakukan deteksi dini secara teratur merupakan factor terbesar penyebab terjangkitnya kanker serviks pada seorang wanita, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2014). Saat ini deteksi dini dengan

(10)

metode IVA merupakan praktek yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain. Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan pap-smear, inspeksi visual setelah serviks diusap dengan asam asetat selama satu menit meningkatkan deteksi hingga 30%. Studi di Afrika Selatan bahwa IVA akan mendeteksi dini lebih dari 65% lesi dan kanker invasive sehingga direkomendasikan sebagai alternative skrinning sitology. Sebagai perbandingan, di Zimbabwe skrining IVA oleh bidan memiliki sensitifitas sebesar 77% dan spesifisitas sebesar 64% sedangkan pap smear memiliki sensitifitas sebesar 43% dan spesifisitas sebesar 91%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa sensitifitas IVA lebih baik meskipun spesifisitasnya lebih rendah (Emilia, 2014).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pelaksanaan IVA Test untuk mendeteksi dini kanker serviks di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Yogyakarta telah terlaksana dengan lancar. Mayoritas hasil pemeriksaan IVA Test negatif namun ada 1 responden yang diduga postitif dan dianjurkan untuk melakukan pap smear untuk penegakan diagnose. Hasil inspeksi serviks mayoritas responden mengalami erosi portio dalam kategori sedang dan parah yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan pantyliner yang berlebihan dan kondisi air di lapas.

Saran

Bagi warga binaan diharapkan meningkatkan kebersihan personal hygiene dengan cara menjaga agar daerah kewanitaan tetap kering, bersih dan menggunakan panty liner seperlunya saja tidak setiap hari. Bagi petugas kesehatan di lapas diharapkan dapat memberikan pemantauan dan pelayanan kepada warga binaan terutama tentang kesehatan reproduksi agar kesehatan warga binaan tetap terjaga. Bagi tenaga pendidik terutama kebidanan diharapkan agar dapat memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada warga binaan di lembaga pemasyarakatan untuk meningkatkan pengetahuan..

DAFTAR PUSTAKA

Adenkule. 2012. Cervical Intraepitelial Neoplasia (CIN) (Squamous Dysplasia).

Intraepithelial Neoplasia.

Adrews, Gilly. 2019. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita (Women’s Sexual Health) Jakarta: EGC.

Andrijino. 2019. Kanker Serviks Edisi Kedua. Jakarta. Divisi Onkologi Departemen Obstetri Ginekologi FK UI.

Arif, Mansyoer. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Medica Aesculpalus FKUI.

Chairani R. 2018. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Knaker Serviks pada Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(11)

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)

Desby Juanda. 2015. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Volume 2, Nomor 2, April 2015.

Desen W. 2009. Onkologi Klinik. Guangzhou China : University of Medical Sciences Cancer Center.

Dharmayanti. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Stikes Hangtuah Pekanbaru.

Doufekas K, Olaitan A. 2014. Clinical Epidemiology of Ephithelial Ovarian Cancer in The UK. International Journal of Womens Health.

Emilia, O. 2014. Faktor Resiko Terjadinya :Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 2, Mei 2014. (diakses 08 Desember 2020).

Harahap NH. 2017. Faktor Risiko Kanker Ovarium di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad Provinsi Riau Pekanbaru.Stikes Payung Negeri Pekan Baru.

IARC. 2012. Estimated Cancer Incidence, Mortality, and prevalence worldwide in 2012. International Agency for Research on Cancer (diakses 08 Desember 2020).

Khinkova, Tanchev et all. 2010. The Role of Cytological Examination in Diagnosis of Precancer and Cancer of The Uterine Cervix.

Louie KS, et al. 2009. Early Age at First Sexual Intercouse and Early Pregnancy are Risk Factor for Cervical Cancer in Developing Countries. Br J Cancer.

Niken Savitri. 2018. HAM Perempuan. Bandung : PT Revika Aditama.

Nindra RD. 2017. Prevalensi dan Faktor yang Mempengaruhi Lesi Pra Kanker Serviks pada Wanita.J Endur.

Novita Nining. 2015. Pemeriksaan IVA Test Kerjasama PKBI Jawa Tengah di Lapas Kelas II Semarang Jawa Tengah.Unimus.

Psikologi Politik (online). 2010. http://psikologi-politik.blogspot.com (diakses 08 Desember 2020).

Rasjidi I. 2014.Manual Pra Kanker Serviks.Jakarta : Sagung Seto.

Sudaryono, Natangsa Surbakti. 2017. Hukum Pidana. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sulistyawati. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta : Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini maka untuk meningkatkan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja UPTD

Number: 16 Authors: Sri Mulyaningsih, Nur Widi A.A.T Heriyadi, Desi Kiswiranti and Muchlis - Title: Design of Education-Based Natural Tourism at Giriloyo-WukirsariVillage, Imogiri