• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN RENDAHNYA KUNJUNGAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO BARU SIMALANGGANG KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2024

N/A
N/A
Silvia Junika

Academic year: 2024

Membagikan "DETERMINAN RENDAHNYA KUNJUNGAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO BARU SIMALANGGANG KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2024 "

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN RENDAHNYA KUNJUNGAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO

BARU SIMALANGGANG KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

TAHUN 2024

PROPOSAL

OLEH :

GERI APRILLIANDA NIM : 2013201013

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN 2024

1

(2)

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “Determinan Rendahnya Kunjungan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2024”.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd Ns, M.Kes, selaku Rektor Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

2. Ibu Adriani S.SKP,M.Kes Selaku Ketua Prodi Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Bapak Dr. Athosra, SKM, M.SE selaku dosen pembimbing yang banyak mengorbankan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

5. Selanjutnya rasa terimakasih dan syukur kepada kedua orang tua yang telah memberika do’a restunya kepada penulis secara moril, material dan spiritual serta kasih sayang darinya yang tak terhingga dan dengan ridho dan keikhlasannya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

i

(3)

6. Semua teman sejawat dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih terdapat kekurangan baik isi maupun kalimatnya oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan proposal ini.

Bukittinggi, April 2024

Penulis

ii

(4)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR BAGAN... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Ruang Lingkung... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu Lansia... 11

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Di Posyandu 18 C. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan Lansia... 19

D. Kerangka Teori... 29

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep... 30

B. Definisi Operasional ... 32

C. Hipotesis... 34

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 36

C. Populasi dan Sampel... 37

D. Teknik Pengumpulan Data... 38

E. Instrumen Penelitian... 39

F. Etika Penelitian... 39

G. Teknik Pengolahan Data... 41

H. Teknik Analisis Data... 42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional... 32

iv

(6)

Bagan 2.1 Kerangka Teori... 29 Bagan 3.1 Kerangka Konsep... 30

v

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara global angka kehidupan lansia di dunia akan terus meningkat.

Proporsi lansia di dunia pada tahun 2015 sebanyak 12% dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 22% pada tahun 2050 (WHO, 2018). Jepang sebagai salah satu Negara di Asia yang memiliki jumlah lansia terbanyak yaitu 33,1%

pada tahun 2015 dan diperkiran mencapai 37,3% pada tahun 2030. Indonesia menduduki urutan ke 9 dengan jumlah 8,2% pada tahun 2015 dan diperkirakan mencapai 13,2% pada tahun 2030. Individu yang mempunyai usia lebih dari enam puluh tahun disebut dengan lansia. Proses menuanya pada lansia ditandai dengan hilangnya kemampuan jaringan untuk melakukan pertahanan dalam bentuk struktur dan juga fungsinya pada tubuh dan nantinya tidak memperoleh ketahanan pada suatu penyakit (Delhi, 2018).

Secara umum, kemunduran biologi yang terjadi pada lansia antara lain, kulit mulai mengendur, rambut mulai memutih dan gerakan menjadi sangat lambat serta kurang lincah. Kisaran umur dari yang berusia lanjut sebagai pra lansia dengan kategori usianya yaitu empat puluh lima sampai empat puluh sembilan dan juga usia enam puluh keatas. Lansia yang mempunyai usia berlanjut akan mengalami yang namanya perubahannya yang terdapat dalam diri yang

(8)

dimulai dari fisik termasuk psikis. Terjadinya suatu perubahan akan memberikan pengaruh dari setiap aspek kehidupan terutama pada kesehatan lansia sendiri.

Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia provinsi Sumatera Barat mencapai 10,8% dari total jumlah penduduk. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 8,08% (BPS Sumbar, 2021).untuk kabupaten 50 kota menunjukan jumlah penduduk usia lanjut dari 2021 berjumlah 50.147 dan terdapat peningkatan pada tahun 2022 sebanyak 52.139. Peningkatan akan jumlahnya orang yang berlanjut usia menjadikan pemerintahnya memerlukan pembuatan suatu pengambilan keputusan dan juga programnya yang diberlakukan untuk kelompok yang berlanjut usianya dan nantinya memperoleh peran untuk melakukan pembangunan akan kesehatan untuk masyarakatnya.

Terkait programnya yang dilakukan pemerintah yaitu layanan akan kesehatan yang nantinya diberikan di puskesmas seperti pelayanan kepada lanjut usia yang terdapat di posyandu tempat lansia berada ( BPS Lima Puluh Kota, 2021).

Sesuai data dari BPS menunjukan bahwa jumlah penduduk yang berusia lanjut yang terdapat di indonesia di tahun 2016 berjumlah 8,69 persen dari populasi dari penduduk. Di Tahun 2020, jumlah lansia mengalami peningkatkan mencapai 9,92% atau 26,82 juta jiwa. Pemerintah mencatat Jawa Timur sebagai suatunya kota yang mempunyai akan penduduk lansia tertinggi yang berada di indonesia diperkirakan mencapai 13,38% dari jumlah penduduk. Di Kabupaten Malang, di tahun 2020 terdapat seseorang yang berumur lanjut dengan jumlah 14,20 juta dari jumlah penduduk (Iverson & Dervan, n.d 2020).

(9)

3

Layanan yang mempunyai keterpaduan yang sejenis pos yang terdapat di lingkungan masyarakat yang berusia lanjut di suatu wilayah disebut posyandu berusia lanjut. Posyandu lansia sangat efektif digunakan untuk sarananya dan juga fasilitasnya dalam hal kesehatan untuk yang berusia lanjut dapat memberikan pemonitoran akan kesehatan sehingga semakin meningkat. Posyandu yang khusus untuk yang berusia lanjut mempunyai tujuannya yaitu memberikan peningkatan akan jangkauannya dalam hal layanan pada bidang kesehatan yang berusia lanjut yang terdapat di masyarakat dan juga memberikan dorongan untuk yang berusia lanjut yang nantinya keaktifannya tetap dimiliki dan juga produktivitasnya dan kemandiriannya termasuk peningkatan akan komunikasinya diantaranya masyarakat yang berusia lanjut (Pandiana & Ningsih, 2019).

Pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari lima bentuk usaha pada bidang kesehatan seperti promotif dan preventif dan juga diagnosis awal dimulainya pengobatan dan melakukan pembatasannya terkait kecacatan dan pemulihan.

Kegiatan yang dilakukan pada saat posyandu antaranya pengukuran BB dan TB, tensi darah, nadi, pencatatan KMS serta konseling dan penyuluhan. Meskipun pelayanan posyandu dilakukan sebulan sekali, tetapi masih ada yang berusia lanjut yang terbilang keaktifannya kurang melakukan pemanfaatan akan posyandu yang berusia lanjut tersebut. Banyak yang memberikan pengaruhnya dalam hal faktor yang terjadi pada yang berusia lanjut sesuai dengan kegiatannya yang terdapat di posyandu (Gerontologi & Asuhan, 2018).

(10)

Menurut Suseno (2020), ada faktor yang memberikan pengaruhnya terkait keaktifan yang berusia lanjut dalam hal memberikan pengikutan akan kegiatannya yang dilakukan di posyandu bahwa diantaranya pengetahuan dan keluarga yang memberikan dukungan dan juga motivasi serta keluhan fisik termasuk keaktifan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan lansia terkait pemanfaatan akan posyandu yang terbilang kurang dan paling banyak respondennya kurang dalam hal mendapatkan dukungannya yang asalnya dari keluarga dan motivasinya lansia juga kurang serta terdapat keluhannya yang terbilang fisik yang berusia lanjut terbilang banyak dengan keluhannya pada kategori sedang ( Suseno, 2020).

Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan oleh Sumarmi &

Desmawati tahun 2021 memberikan penjelasan adanya pengaruhnya diantara peranan dari kader pada rendahnya akan yang berusia lanjut dalam hal memanfaatkan posyandu untuk yang berusia lanjut bernilai p valuenya 0,005 terdapat pengaruhnya akan pengetahuan berusia lanjut pada rendahnya akan memanfaatkan posyandunya yang berusia lanjut bernilai p valuenya 0,009 dan juga adanya pengaruhnya melalui dukungan keluarga pada rendahnya memanfaatkan posyandunya yang berusia lanjut bernilai p valuenya 0,006, dengan kesimpulannya adanya pengaruhnya antara pengetahuan dan dukungan keluarga dan juga peranan kadernya pada rendahnya akan memanfaatkan posyandu untuk yang berusia lanjut.

Hasil penelitian Suseno dan Muhlisin dan juga Maliya (2019) menunjukkan bahwa terdapat tujuh puluh dua responden yang mempunyai

(11)

5

pengetahuan yang terbilang kurang dan terdapat tujuh puluh tiga responden yang terbilang kurang mendapatkan dukungannya dari keluarganya dan juga terdapat enam puluh lima responden mempunyai motivasi yang terbilang kurang serta lima puluh enam responden mempunyai keluhannya fisik yang masuk dalam kategori sedang. Dukungannya yang berasal dari keluarga sebagai faktor yang terbilang kuat memberikan pengaruhnya akan dukungannya dari keluarga sebagai aktifnya responden dalam hal ikut berkegiatan di posyandu berusia lanjut bernilai 0,326 dengan nilai pvaluenya 0,04.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan Desmawati dkk, tahun 2029 memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh dari peranan akan kader pada pemanfaatan yang terbilang rendah pada posyandu yang berusia lanjut dengan bernilai sepuluh koma tujuh ratus empat puluh sembilan bernilai p valuenya 0,005 dan adanya pengaruhnya pengetahuan dari yang berusia lanjut pada rendahnya akan pemanfaatan akan posyandu yang berusia lanjut bernilai sembilan koma empat ratus tiga puluh satu bernilai 0,009 dan juga terdapat pengaruhnya akan dukungan pada keluarga pada memanfaatkan posyandu yang berusia lanjut yang terbilang rendah bernilai sepuluh koma dua ratus lima bernilai dengan p valuenya 0,006.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizki Rahmawati Lestari tahun 2021 dengan judul “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Penyebab Rendahnya Kunjungan Lansia Di Posyandu Lansia Salo Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian sebanyak 45 orang (58,4%) responden bersikap negatif, ini disebabkan kurangnya pengetahuan, informasi, dan pendidikan. Sesuai

(12)

menurut Green (2029) dalam buku (Notoadmodjo, 2020) menerangkan bahwa sikap dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Ada tiga faktor yang menunjang untuk membentuk sikap yaitu : Kognitif, konatif dan afektif yang merupakan predisposisi terhadap tindakan dan perilaku seseorang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fera Meliyanti, dkk tahun 2023 yang berjudul “Determinan Rendahnya Kunjungan Posyandu Lansia”. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik tetapi tidak memanfaatkan posyandu lansia disebabkan responden merasa sehat dan tidak merasakan keluhan sehingga tidak perlu datang ke posyandu, responden juga mempunyai kegiatan lainseperti menjaga toko dan berkebun yang tidak memungkinkan untuk ditinggalkan. Sedangkan untuk lansia dengan tingkat pengetahuan kurang baik mereka sulit untuk memahami pentingnya posyandu lansia, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi tentang posyandu lansia itu sendiri. Sejalan dengan penelitian Kurniawati (2019) di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu, dengan pvalue 0,000.

Hasil data kunjungan lansia posyandu di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota pada tahun 2022 sebanyak 1052 kunjungan, dan tahun 2023 mulai bulan agustus samapai dengan oktober sebanyak 825 kunjungan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan maret terhadap 10 orang lansia yang berumur diatas 60 tahun didapatkan hasil

(13)

7

bahwa 3 orang (30%) mengatakan tidak adanya informasi termasuk informasi yang disampaikan yang asalnya para kadernya terkait kapan berkegiatan yang dilakukan di posyandu yang berusia lanjut dilaksanakan kembali, 3 orang (30%) mengatakan mereka tidak menanyakan informasi tentang kegiatan posyandu lansia, 4 orang (40%) mengatakan keseringan akan kelupaan terkait jadwal dalam hal kegiatan yang dilakukan di posyandu.

Beberapa penelitian sebelumnya fokus pada variabel variabel pelayanan petugas kesehatan, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini fokus pada variabel pengetahuan, akses ke posyandu, dukungan keluarga,motivasi lansia.

Jadi pada ada pembedaan penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian sebelumnya.

Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji determinan rendahnya kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota tahun 2024 dan dilihat dari beberapa keluhan dari lansia yang berkunjung di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota, untuk itulah penulis tertarik untuk mengkajinya lebih dalam dengan harapan adanya peningkatan kunjungan lansia ke posyandu di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota.

(14)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan npada penelitian ini masalahnya yaitu apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota tahun 2024?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota tahun 2024

2. Tujuan Khusus

a. Distribusi frekuensi pengetahuan lansia dengan tingkat partisipasi lansia di posyandu.

b. Distribusi frekuensi dukungan keluarga dengan tingkat partisipasi lansia di posyandu.

c. Distribusi frekuensi akses ke posyandu dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia

d. Distribusi frekuensi antar motivisi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu.

e. Untuk mengetahui pengetahuan lansia dengan tingkat partisipasi lansia di posyandu.

f. Untuk mengetahui dukungan keluarga dengan tingkat partisipasi lansia di posyandu.

(15)

9

g. Mengetahui hubungan akses ke posyandu dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia.

h. Mengetahui hubungan antar motivisi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu

D. MANFAAT PENELITIAN 1.

Bagi peneliti :

Untuk mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat yang telah didapat dibangku pendidikan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan proses penelitian.

2.

Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan bagi kader untuk memaksimalkan kegiatan yang ada dalam Posyandu lansia dan meningkatkan minat lansia untuk datang ke Posyandu.

3.

Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi dan mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat berkaitan dengan determinan kunjungan lansia di Posyandu.

E. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota tahun 2024. Variabel dependen yang

(16)

diteliti adalah kunjungan lansia ke posyandu lansia. Sedangkan variabel independennya adalah faktor faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini menggunakan kuisioner penelitian dan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling. Menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus slovin. Populasi penelitian adalah seluruh kunjungan lansia tahun 2023 mulai bulan agustus sampai oktober yaitu sebanyak 825 kunjungan.

sedangkan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 97 pasien. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah editing, entry, cleaning, dan Tabulating.

Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. POSYANDU LANSIA

1. Pengertian Posyandu

Posyandu dikembangkan atas prakarsa Presiden Soeharto pada tahun 1984. Posyandu dulu pernah menjadi kebanggaan rakyat. Setiap bulannya,

rakyat berbondong-bondong mendatangi Posyandu yang dikelola berbasiskan komunitas. Tenaga sukarelawan kesehatan di Posyandu yang telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan setempat memberikan panduan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Posyandu juga memberi vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan balita. Selain itu, terdapat salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyararat yaitu posyandu lansia. Peran dan tanggung jawab pelaksana di lapangan yaitu kader dan petugas kesehatan tentang penyelenggaraan dan pengembangan posyandu lansia dapat memberikan gambaran dan pedoman bagi semua pihak.

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini, posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antar program keluarga berencana kesehatan di tingkat desa (Depkes, 2019). Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa

(18)

Indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Untuk meningkatkan pembinaan posyandu sebagai pelayanan dan kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh kembangkan perlu serta aktif masyarakat dalam wadah LKMD (Ismawati, 2020).

Alasan pendirian posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan menurut Depkes (2019) sebagai berikut :

1. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan sekaligus dengan pelayanan KB.

2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan.

Dukungan dari puskesmas/petugas kesehatan memberikan pelatihan kepada kader menurut Depkes (2019) yang terdiri dari :

1. Aspek komunikasi 2. Teknik berpidato

3. Kepemimpian yang mendukung Posyandu 4. Proses pengembangan

5. Teknik pergerakan peran serta masyarakat

6. Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa : a. Cara melakukan pendataan/pencatatan

b.Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyanpaikan pesan kesehatan pada masyarakat.

(19)

13

2. Definisi Posyandu Lansia

Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan dari kebijakan Pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut,keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraan, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Ismawati, 2020).

Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarkat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintar sektor pemerintahan dan non pemerintahan, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (KomNas, 2020).

3. Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia menurut Ismawati dkk (2020) ini adalah:

a. Tujuan Umum :

a) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga.

(20)

b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

b. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan kesadaran pada lansia.

b) Membina kesehatan dirinya sendiri c) Meningkatkan mutu kesehatan lansia d) Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia 4. Pengelola Posyandu Lansia

Pengelolaan posandu meliputi unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasarakatan, lembaga swadaya masarakat, lembaga mitra-pemerintah, dan dunia usaha terpilih. Semua elemen tersebut memiliki kesediaan, kemampuan, dan waktu serta kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu.

Menurut Erpandi (2014), penjabaran dari penyelenggara posyandu adalah sebagai berikut :

a. Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan puskesmas dan sektor lain di kecamatan.

b. Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu lansia secara sukarela.

c. Kader posyandu terlatih adalah kader yang telah mengikuti pelatihan terkait

(21)

15

bidang layanan posyandu lansia.

d. Kelompok Kerja Posyandu (Pokja Posyandu) adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dengan pembinaan penyelenggaraan atau pengeloaan posandu lansia yang berkedudukan di desa atau kelurahan.

5. Sasaran Posyandu Lansia

Adapun sasaran posyandu lansia menurut Erpandi (2019) adalah a. Sasaran langsung

a) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun).

b) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)

c) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas) b. Sasaran tidak langsung

a) Keluarga dimana usia lanjut berada

b) Oragnisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut c) Masyarakat luas

6. Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Depkes RI (2019) manfaat dari posyandu lansia adalah:

a. Kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar b. Kesehatan rekreasi tetap dipelihara

c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

d. Pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat lansia sehingga lebih percaya diri di hari tuanya.

(22)

7. Kegiatan Dalam Posyandu Lansia

Bentuk kegiatan pada posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masyarakat kesehatan yang dihadapi. Beberapa kegiatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia (Depkes RI, 2019) adalah :

1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil .

2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta perhitungan denut nadi selama satu menit.

5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahliatau curprisulfat.

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus).

7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginal.

8) Penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek sehat dan gizi lanjut usia dan kegiatan olahraga seperti

(23)

17

senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

9) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain : tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat berbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) USILA.

8. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 (lima) meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 (lima) meja seperti balita, ada yang menggunakan sistem pelayanan 7 (tujuh) meja, ada juga yang menggunakan sistem pelayanan 5 (lima) meja (Sulistyorini.,dkk, 2021).

a. Meja 1 : tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia sudah terdaftar di buku register kemudian menuju meja selanjutnya.

b. Meja 2 : tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.

c. Meja 3: pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan mengisi KMS.

(24)

d. Meja 4 : tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan pojok gizi, penyuluhan kesehatan individu berdasarkan KMS, serta pemberian PMT.

e. Meja 5 : pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatan (Sulistyorini dkk, 2021).

9. Faktor-faktor yamg Mempengaruhi Perilaku Kesehatan di Posyandu

Menurut analisa Green (1980) kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku kemudian di bentuk oleh tiga faktor yaitu (Notoatmodjo, 2019) :

a. Predisposing factors (faktor predisposisi)

Merupakan faktor yang menjadi dasar/motivasi perilaku. Faktor presdiposisi mencakup pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan, atau keyakinan yang membentuk persepsi sehingga memotivasi individu untuk melakukan tindakan. Faktor ini juga mencakup faktor demografi seperti status sosio ekonomi, umur, jenis kelamin, dan besar keluarga.

b. Enabling factors (faktor pemungkin)

Enabling memungkinkan motivasi dapat terlaksana, faktor ini mencakup ketersediaan sarana/fasilitas kesehatan, kemudahan mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, ketersediaan transportasi, pelayanan kesehatan dan ketrampilan petugas kesehatan.

(25)

19

c. Reinforcing factors (faktor penguat)

Yang termasuk faktor penguat adalah sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan. Dalam berperilaku sehat tidak hanya butuh pengetahuan dan sikap positif saja tetapi masyarakat juga perlu contoh aplikasi dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KESEHATAN YANG BERKAITAN DENGAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

1. Pengetahuan Lansia

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2019).

Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau maslaah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi

(26)

meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikapa dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu.

Menurut Bloom dikutip dari Notoatmodjo (2022) secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat penegtahuan, yaitu :

1. Tahu

Tahu berarti seseorang tersebut dapat mengingat kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya dengan cara menyebutkan, menguraikan,dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap obek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepetasikan secara benar tentang objek ang diketahui tersebut.

3. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen ang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

4. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan ang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu keampuan untuk menusuub formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

(27)

21

5. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada sutu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Sikap Lansia

a.

Pengertian sikap

Menurut Notoatmodjo, mendefiniskan sikap sebagai kesiapan seseorang untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif. Kecenderungan tindakan adalah mendeteksi menyenangi dan mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Sebagai makhluk individu manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan hubungan dengan diri sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan. Menurut Allport (2020) dikutip dari Notoatmodjo (2019) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak

(28)

b. Aspek Sikap

Menurut Niven (2020), sikap mempunyai beberapa aspek yaitu:

a) Aspek konitif (perilaku)

Sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untuk berpola perilaku tertentu.

b) Aspek afektif (nilai atau sikap)

Melibatkan perasaan senang dan tidak senang serta perasaan emosional lain sebagai akibat dari proses evaluatif yang dilakukan.

c) Aspek psikomotorik (keterampilan)

Ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

c. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2019), sikap juga memiliki tingkatan seperti halnya pengetahuan, yaitu:

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi .

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

(29)

23

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

3. Pelayanan petugas kesehatan

Pelayanan petugas kesehatan merupakan penilaian pribadi yang baik terhadap petugas kesehatan merupakan dasar lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Petugas kesehatan agar dapat dinilai baik dalam melayani lansia sebaiknya membuat kesan pertama baik. Untuk sikap dan perilaku lainnya dapat dilakukan tanpa mengurangi rasa hormat pada lansia. Keterampilan dan pengetahuan yang memadai akan sangat dibutuhkan lansia saat memperoleh pelayanan petugas kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

4. Dukungan Keluarga

1) Pengertian Dukungan Keluarga

Friedman 2020 dalam Murniasih (2021) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

(30)

anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu sifat memberika pertolongan dan bantuan jika diperlukan.Dukungan keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu, yang diperoleh dari anggota keluarga sehingga anggota keluarga yang sakit atau yang membutuhkan dukungan, motivasi merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh orang terdekat.

Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi.

2) Jenis-jenis Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa jenis dukungan keluarga (Yusra, 2019) adalah:

a. Dukungan informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desiminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekankan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Asapek- aspek dalam dukunga ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi (Nuryanti, 2015). Berdasarkan hal tersebut untuk meningkatkan kunjungan lansia di posyandu sangat

(31)

25

membutuhkan dukungan dari orang lain dalam arti keluarga berupa dukungan informasi. Dukungan yang dibutuhkan lansia dapat berupa pemberian informasi yang berhubungan dengan kegiatan posyandu dan jadwal kegiatan posyandu lansia.

b. Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian merupakan suatu dukungan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan memberikan penilaian dengan menunjukkan respon positif, yaitu dorongan atau persetujuan gagasan atau ide perasaan seseorang. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten, dan dihargai. Dukungan ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutanyang positif dengan orang- orang disekitarnya.

Dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu, perbandingan yang positif dengan orang lain seperti pernyataan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindaklebih baik. Dukungan penilaian yang diberikan keluarga kepada lansia berupa penilaian dapat meningkatkan status mental, semangat, motivasi dan peningkatan harga diri, karena diangggap lansia masih berguna dan berarti untuk keluarga.

c.

Dukungan instrumental

Dukungan yang bersifat nyata dimana dukungan ini berupa bantuan langsung, contoh seesorang memberikan atau meminjamkan

(32)

uang. Dukungan ini memperhatiakn dukungan dari keluarga yang dalam bentuk nyata terhadap ketergantungan anggota keluarga.

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga dana maupun menyediakan waktu untuk melaani dan mendengarkan keluarga yang sakit dan menyampaikan perasaannya. Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada lansia diharapkan lansia dapat lebih aktif dalam kegiatan posyandu dan membuat kesehatan lansia terkontrol dengan baik dan dapat meningkatkan status kesehatannya.

d.

Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek- aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuatnya menjadi lebih baik, memperoleh kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai pada saat stress. Memberikan dukungan emosional kepada keluarga termasuk dalam fungsi afektif keluarga.

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Terpenuhinya fungsi afektif dalam keluarga dapat meningkatkan kualitas kemanusiaan , stabilitas kepribadian dan

(33)

27

perilaku dan harga diri anggota keluarga.

5. Pekerjaan

Orang yang bekerja cenderung aktif dan selalu produktif, mereka melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan memberikan kebugaran bagi tubuh termasuk melakukan pekerjaan nya. Kondisi usia lanjut tidak menjadi kendala untuk selalu aktif dan produktif. Kenyataannya lansia mengalami penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan dan pemantauan dalam hal ini bisa dilakukan dengan pemanfaatan posyandu lansia

6. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sofiana, Qomar, & Astuti, 2018) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keaktifan lansia ke posyandu lansia. Dari data yang diperoleh lansia perempuan dan laki-laki sama-sama seimbang dalam berkunjung ke posyandu lansia. Hal tersebut terlihat tidak adanya perbedaan perilaku yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam proses berkunjung ke posyandu.

Tidak sejalan dengan penelitian diatas, penelitian yang dilakukan oleh (Intarti & Khoiriah, 2018) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengikuti kegiatan dan memanfaatkan posyandu yaitu lansia perempuan (Intarti & Khoiriah, 2018).

7. Motivasi

Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan

(34)

dorongan-dorongan yang timbul pada seseorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku terhadap tujuan tertentu. Posyandu lansia merupakan bentuk peran serta masyarakat lansia dalam upaya bidang kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal serta kondisi menua yang sehat dan mandiri sehingga dalam pemanfaatannya diperlukan suatu motivasi yang mampu untuk menggerakkan diri lansia dalam menghadiri posyandu lansia.

(35)

29

C. KERANGKA TEORI

Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia

Faktor Faktor Pendukung 1. Pelayanan Kesehatan 2. Akses Keposyandu Faktor Predisposisi 1. Jenis Kelamin 2. Pengetahuan 3. Status Pekerjaan 4. Sikap

Faktor Penguat

1. Pelayanan Petugas Kesehatan 2. Dukungan Keluarga

3. Motivasi Lansia

(36)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Determinan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Berdasarkan Lawrence Green (2020)

(37)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realita agar dapat di komunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan suatu keterikatan antara variable dengan variable lainnya (baik variable yang di teliti maupun yang tidak di teliti) (mukhalidah dkk, 2021). Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Dari gambar diatas dapat diuraikan bahwa kunjungan lansia ke posyandu Akses Keposyandu

Pengetahuan

Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Motivasi Lansia

Dukungan keluarga

(38)

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, pengetahuan,status,akses posyandu,dukungan keluarga, pelayanan petugas kesehatan,motivasi lansia. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kunjungan lansia dibentuk menjadi 3 faktor yaitu faktor predisposisi mencakup pendidikan, budaya, umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan, atau keyakinan yang membentuk persepsi sehingga memotivasi individu untuk melakukan tindakan, faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana/fasilitas kesehatan, kemudahan mencapai pelayanan termasuk biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan dan ketrampilan petugas kesehatan dan faktor penguat mencakup motivasi, perilaku petugas kesehatan, peranan media massa dan dukungan keluarga.Dari keterangan di atas, peneliti ingin meneliti : Analisis faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan lansia di posyandu wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang Lima Puluh Kota.

(39)

33

B. DEFINISI OPERASIONAL

No Variable Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh lansia tentang Posyandu lansia.

Peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi penyebab dari perubahan perilaku sesorang, tetapi sangat berkaitan dengan penentu awal untuk seseorang berperilaku.

Kuesioner 1.Buruk 2.Baik

Dari total 5 item pertanyaan, dengan skor nilai:

Skor tertinggi 20 Skor terendah 5

Buruk : 5 - 13 Baik : 14 – 20

Mengisi item soal dengan pilihan jawaban ; 1: Sangat tidak setuju

2 : Tidak setuju 3 : Setuju 4 : Sangat setuju

Ordinal

2. Akses Keposyandu akses yang dimaksud adalah jauh atau dekat jarak antara tempat tinggal lansia dengan posyandu lansia dan alat transportasi apa yang digunakan oleh lansia untuk ke posyandu serta beberapa lama waktu yang dibutuhkan lansia untuk dapat mengakses pelayanan di posyandu

Kuesioner 1.Sulit 2.Mudah

Mengisi kuesioner dengan kriteria jawaban : 0:Tidak 1: Ya

1.Kriteria sulit jika skor berjumlah 0-2 2.Kriteria mudah jika skor berjumlah 3-4

Ordinal

3. Dukungan keluarga Perhatian keluarga terhadap partisipasi lansia pada saat Posyandu lansia.

Kuesioner 1.Tidak mendukung 2.Mendukung

Dari total 5 item pertanyaan, dengan skor nilai :

Skor tertinggi 5

Ordinal

(40)

Skor terendah 0

Tidak mendukung : 0- 2

Mendukung : 3-5 4. Motivasi lansia Suatu dorongan bagi lansia

yang menyebabkan lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia

Kuesioner 1.Buruk 2.Baik

Dari total 4 item petanyaan, dengan skor nilai:

Skor tertinggi 16 Skor terendah 4 1 : Sangat tidak setuju 2 : Tidak setuju

3: Setuju 4: Sangat setuju

Buruk : 4-10 Baik : 11-16

Ordinal

1. Variabel Dependen

Kunjungan lansia ke Posyandu lansia

Partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu dalam 1 tahun terakhir, diukur dengan melihat data kunjungan lansia di buku register

Buku register Data kunjungan

1.Kurang rajin 2. rajin

Kurang Rajin jika jumlah kunjungan (0-6 kali)

Rajin jika

jumlah kunjungan (7-12kali)

Ordinal

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan peneliti menurut La Biodo-Wood Dan Haber (2019) hipotesis adalah suatu

(41)

35

pertanyaan asumsi tentang hubungan antara dua variabel atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2020).

H1: Ada pengaruh pengetahuan lansia dengan kunjungan lansia di posyandu.

H1: Ada pengaruh sikap lansia dengan kunjungan lansia di posyandu.

H1:Ada pengaruh pelayanan petugas kesehatan dengan kunjungan lansia di posyandu.

H1: Ada pengaruh dukungan keluarga dengan kunjungan lansia di posyandu.

(42)
(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional, dimana peneliti mencari hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, status pekerjaan, akses ke posyandu, dukungan keluarga, pelayanan petugas kesehatan, dan motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia melalui pengukuran yang dilakukan dalam suatu waktu tertentu.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan april sampai dengan mei.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

(44)

Koto Baru Simalanggang

C. POPULASI DAN SAMPEL 1.

Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas dan terdaftar dalam Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang yang berjumlah 825 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan keseluruhan objek atau bagian dari jumlah serta ciri-ciri yang dipunyai populasi tersebut (Sugiyono, 2021). Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah secara accidental sampling dengan menggunakan rumus slovin.

Besar sampel dalam penelitian ini

N = besar populasi n = besar sampel

e = tingkat kepercayaan yang diinginkan n = 825 / (1+825 (0.1)2)

n = 825 / (1+825 (0,01)) n = 825 / (1+8,25) n = 825 / 9,25 n = 89

n = N / 1 + (N e (¿¿2)

¿

(45)

39

Jadi, pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 89 orang yang akan dikumpulkan dalam waktu satu bulan.

Adapun kriteria untuk sampel yang di ambil yaitu : a. Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria iklusi. Kriteria inklusi sebagai berikut 1) Lansia yang berusia 60 tahun.

2) Lansia yang terdaftar di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Gunung Selamat.

3) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi :

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria ekslusi dari studi karena berbagai sebab sebagai berikut:

1) Lansia yang berdomisili kurang dari setahun di lokasi penelitian.

2) Lansia yang tidak dapat berinteraksi atau berhalangan dengan penelitian.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui pembagian kuesioner secara langsung kepada responden. Responden mengisi kuesioner secara langsung, bagi responden yang mengalami kesulitan dalam pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti, contohnya responden yang tidak mampu baca tulis.

(46)

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara secara langsung dengan petugas Puskesmas untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas atau di teliti. Untuk memperoreh data kunjungan lansia, peneliti melihat dari buku laporan kunjungan Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Gunung Selamat yang diberikan oleh petugas Puskesmas. tidak hanya itu peneliti juga mendapatkan informasi dengan membaca atau memepelajari buku-buku, jurnal penelitian, skripsi dan lain-lain yang sesuai dengan topik yang di bahas oleh peneliti.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.

F. ETIKA PENELITIAN

Etika atau moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan manusia yang hidup bermasyarakat. Etika ini juga bisa sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan antara yang baik dari yang buruk. Dalam masyarakat kita tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan yang dilaksanakan

(47)

41

setiap orang agar kehidupan bermasyarakat berjalan dengan aman, nikmat, dan harmonis (Asmara, 2002) .

Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga responden tahu bagaimana penelitian ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.

2. Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan berdasarkan kelompok.

4. Sukarela

(48)

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau sampel yang akan diteliti.

G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya : (Notoatmodjo, 2012)

1. Data (Editing)

Pemeriksaan secara umum. Editing adalah kegiatan untuk pengecekan perbaikan isi lembaran kuisioner. Hasil pengukuran yang diteliti sebelum dan sesudah diberikan dicatat pada lembar kuisioner masing-masing responden 2. Pengkodean data (Coding)

Memberikan kode pada setiap informasi yang telah dikumpulkan untuk mempermudah pengolahan data.

3. Memasukkan data (Entry)

Kegiatan memproses data dibuat dalam bentuk kode, kemudian memasukkan data kedalam program komputer.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Data yang sudah dimasukan kekomputer dan telah di lakukan pengecekan kembali dan tidak ada ditemukan kesalahan dan ketidak lengkapan data.

5. Tabulasi (Tabulating)

(49)

43

Menyusun data dengan mengelompokkan data-data sedemikian rupa sehingga data mudah dijumlah dan disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

H. TEKNIK ANALISA DATA

1. Teknik Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

2. Teknik Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang dilakukan adalah uji chi- square dengan derajat kepercayaan 95% dengan α = 0,07. Apabila p ≤ α berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan apabila p ≥ α diartikan tidak ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Allport, 2020. Konsep Sikap. Redika Cipta, Jakarta BPS Lima Puluh Kota, 2021. BPS Lima Puluh Kota BPS Sumbar, 2021. BPS Sumatera Barat

Data Kunjungan Posyandu Lansia, 2022. Data Kunjungan Lansia Puskesmas Simalanggang. Kabupaten Lima Puluh Kota

Delhi, 2018. Pengantar Keperawatan Keluarga.Egc.jakarta

Depkes, 2019. Pelayanan Posyandu Lansia www.Depkes.go.id. diakses 28 Februari 2020.

Desmawati dkk, 2019. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Pekan Baru. An Nada Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 1.(2)

Erpandi, 2014. Posyandu Dan Desa Siaga Panduan Untuk Bidan Dan Kader.

Yogyakarta: Nuha Medika

Fera Meliyanti, dkk , 2023. Determinan Rendahnya Kunjungan Posyandu Lansia.

Indonesian Journal Health Comminity. Vol. No. 2.

Gerontologi, dkk, 2018. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Ismawati, 2020. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

(51)

45

Iverson, Dervan, n.d, 2020. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan Lansia Di Posyandu Lansia Kelurahan Sondakan Purwosari Surakarta. Jurnal Keperawatan. Surakarta. Universitas Muhammdiyah.

KomNas, 2020. Konsep Posyandu Lansia. Jakarta: Trans Info Media.

Lawrence Green, 2020. Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Lansia Berkunjung Ke Posyandu Lansia Di Desa Mayungan Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Surakarta: jurnal Ilmu Kesehatan. Program Ilmu Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Maliya, 2019. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keaktifan Lansia Datang Ke Posyandu Lansia Di Dusun Kudu Desa Kudu Banjar Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang.Skripsi.Diakses Tanggal 20 Juni 2020.

Mukhalidah dkk, 2021. Kerangka Konsep. Jakarta: Pt Rineka Cipta.

Murniasih, 2021. Determinan Kunjungan Lansia Ke Posyandu. Jakarta: Rineka Cipta.

Niven, 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi Kehadiran Lanjut Usia Di Posyandu Lansia. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.

4(1)

Notoadmodjo, 2020.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoadmodjo, 2021. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam, 2020. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Pandiana, Ningsih, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D, Bandung : Alfabeta

Rizki, 2021. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap. Journal Public Healt. Vol 2.1

Sugiyono, 2021. Konsep Dasar Pengetahuan. Surakarta. Revisi Cetakan Ke-2: Cipta Graha

Sulistyorini dkk, 2021. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi Kehadiran Lanjut Usia Di Posyandu Lansia. (Online). 2013;Vol.4,No.1.

(52)

Sumarmi, Desmawati, 2021. Faktor Frekuensi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di Kecamatan Pontianak Timur. J Vokasi Kesehat. 2017;3(2):92–7.

Suseno, 2020. Analisis Kunjungan Lansia Dalam Kegiatan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pintu Langit Padang Sidimpuan. 2020;5(2).

WHO, 2018. WHO. Word Health Statistik. 2018

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional, dimana peneliti ingin melihat Hubungan Umur dan Paritas dengan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian korelasi yang bersifat kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian untuk melihat hubungan

menggunakan Desain Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat survey analitik dengan rancangan survey cross sectional yaitu penelitian dimana data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian bersifat analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independen dan variabel dependen

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dimana dilakukan dalam waktu secara bersamaan dengan sisitem

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian korelasi yang bersifat kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian untuk melihat hubungan

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain peneliti Cross Sectional untuk

METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian bersifat analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independen dan variabel dependen