• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKIJANG Ratna Juwita STIKes Tengku Maharatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKIJANG Ratna Juwita STIKes Tengku Maharatu"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKIJANG

Ratna Juwita STIKes Tengku Maharatu

Abstrak

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin dalam kandungan. Masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia. Banyak hal yang dapat ditimbulkan sebagai dampak dari anemia, diantaranya adalah dapat menyebabkan abortus, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) < 2500 gr, partus prematurus, perdarahan postpartum karena atonia uteri, partus lama, syok, infeksi baik intrapartum maupun postpartum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 70 orang ibu hamil. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proportional random sampling. Data dianalisa secara

Univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dan jarak anak terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil dengan p value 0,000, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan p value 0,005. Diharapkan kepada Pimpinan Puskesmas dan pemegang program gizi untuk dapat meningkatkan kegiatan promotif seperti pendidikan kesehatan, konseling dan KIE untuk meningkatkan pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil.

Kata kunci : Anemia, Ibu Hamil

Abstract

Pregnant women are one of the groups that vunerable to malnutrition, it is because the imcreasing of pregnant mother and fetus needs. The major nutritional problems that occur to pregnant women is anemia. There are many things can be inflict as a result of anemia, such as abortion, Low Birth Weight (LBW) under 2500 gr, Partus prematurus, postpartum hemorrhage due to uterine atony, prolong labour, shock, infection both intrapartum and postpartum. The purpose of this study is to determine the factors that affect the incidence of anemia in pregnant women in the working area of Puskesmas Sikijang Pelalawan District year 2015. The type of this research is analytical quantitative research with cross sectional study approach. The sample in this study were 70 pregnant women. The sampling technique is using proportional random sampling. Data analyze with univariate and bivariate by using Chi Square test. The results showed no significant correlation between parity and distance of children to the incidence of anemia in pregnant women. There was significant correlation between knowledge to the incidence of anemia in pregnant women with p value = 0.000. There was significant correlation between attitude to the incidence of anemia in pregnant women with p value 0,005. It is expect that the Head of Puskesmas Sikijang and nutritional program holders to increase promotive activities such as health education, counseling and IEC to improve knowledge about anemia in pregnant women.

(2)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

PENDAHULUAN

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin dalam kandungan. Masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia. Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester pertama dan ketiga, dan bawah 10,5 gr% pada trimester kedua. Anemia pada ibu hamil pada umumnya disebabkan karena meningkatnya volume plasma dalam darah dan defisiensi zat besi. Banyak hal yang dapat ditimbulkan sebagai dampak dari anemia, diantaranya adalah dapat menyebabkan abortus, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) < 2500 gr, partus prematurus, perdarahan postpartum karena atonia uteri, partus lama, syok, infeksi baik intrapartum maupun postpartum. Hal ini juga dapat memperlambat proses persalinan karena kontraksi uterus melemah, kematian janin, kematian perinatal, dan cacat bawaan pada bayi (Prawirohardjo, 2009).

Anemia karena defisiensi zat besi menyerang lebih dari 2 milyar total penduduk di dunia. Di negara berkembang terdapat 370 juta wanita yang menderita anemia karena defisiensi zat besi. Prevalensi rata-rata lebih tinggi pada ibu hamil. Di India sekitar 88% ibu hamil menderita anemia, dan pada wilayah asia lainnya di temukan hampir 66% wanita yang mengalami anemia. Di Negara ASEAN pada tahun 2007 angka kejadian anemia bervariasi, di Indonesia berkisar 70%, di Filiphina berkisar 55%, Thailand 45%, Malaysia 30%, dan Singapura 7% yang menderita Anemia. Menurut WHO, 40% kematian Ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan (Gibney, 2008).

Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI)

melahirkan menunjukan peningkatan dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup meningkat menjadi 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal tersebut sangat jauh dari target pemerintah yaitu 108 per 100 ribu kelahiran hidup. Menurut Depkes (2009) Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90 % terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28 %), eklampsi (24 %), dan infeksi (11 %). Penyebab kematian tidak langsung antara lain adalah KEK (Kurang Energi Kronik) pada kehamilan sebesar 37 % dan anemia pada kehamilan sebesar 40%. Kejadian anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Depkes, 2009)

Di Provinsi Riau Angka Kematian Ibu mengalami peningkatan dari 112,7 per 100 ribu kelahiran hidup tahun 2012 menjadi 118 per 100 ribu kelahiran hidup tahun 2013. Proposi penyebab kematian ibu dimana perdarahan merupakan faktor penyebab langsung terbesar AKI yaitu (15%), hipertensi (13%), partus lama (11%), abortus (11%) dimana sebagian besar penyebab kematian ibu merupakan merupakan bagian dari dampak anemia selama kehamilan (Profil Dinkes Riau, 2013).

Menurut Wiknjosastro (2007) faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil adalah umur, tingkat pendidikan, ekonomi, paritas, umur kehamilan, jarak anak, dan kepatuhan minum tablet Fe. Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan antara lain adalah pemahaman tentang intruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga, keyakinan, sikap dan kepribadian.

Di kabupaten Pelalawan tahun 2014 terdapat 7 puskesmas yang rutin melaporkan kejadian anemia, dari 7 puskesmas terdapat tiga puskesmas

(3)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

dengan kejadian anemia paling tinggi yaitu puskesmas Langgam 89,3%, Puskesmas Pangkalan Kuras 72,13% dan di Puskesmas Sikijang 67%. Kejadian anemia di Puskesmas Sikijang mengalami peningkatan dari 60,95% tahun 2013 meningkat menjadi 67% tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sikijang kabupaten Pelalawan tahun 2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional dimana peneliti ingin melihat hubungan antara variabel bebas yaitu kejadian anemia pada ibu hamil dengan variabel terikat yaitu faktor yang mempengaruhi kejadian anemia yang meliputi pengetahuan, sikap, paritas dan jarak anak dengan melakukan pengukuran sesaat. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Sikijang kabupaten Pelalawan tahun 2015.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sikijang. Metode pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus

n

=

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 responden yang di ambil secara

proportional random sampling. Analisis untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka dilakukan uji bivariat menggunakan uji chi square.

HASIL PENELITIAN A.Analisa Univariat

1. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Tabel 1

Distribusi Frekwensi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang

Kabupaten PelalawanTahun 2015 Kejadian Anemia Jumlah (n) Persentase (%) Anemia 45 64,3 Tidak Anemia 25 35,7 Total 70 100

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil mengalami anemia yaitu sebanyak 45 orang ibu hamil (64,3%).

2. Umur

Tabel 2

Distribusi Kategori Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Sikijang Kabupaten Pelalawan tahun 2015.

Umur Ibu Jumlah (n) Persentase (%) 20 th - 35 th (Tidak Beresiko) 60 85,7 <20 th atau >35 th (Beresiko) 10 14,3 Total 70 100

Pada Tabel 2. menunjukkan umur ibu hamil yang berada di wilayak kerja Puskesmas Sikijang minoritas berada pada kategori umur beresiko yaitu sebanyak 10 orang ibu hamil (14,3%).

(4)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

3. Pendidikan Tabel 3

Distribusi Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan tahun 2015.

Pendidikan Ibu Jumlah (n) Persentase (%) Pendidikan Tinggi 26 37,1 Pendidikan Rendah 44 62,9 Total 70 100

Pada tabel 3 menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan berada pada kategori tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 44 orang ibu hamil (62,9%).

4. Paritas

Table 4

Distribusi Paritas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang

Kabupaten Pelalawan tahun 2015. Paritas Jumlah (n) Persentase (%) Beresiko 12 17,1 Tidak Beresiko 58 82,9 Total 70 100

Pada tabel 4 menunjukkan paritas ibu hamil yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang mayoritas berada pada kategori tidak beresiko yaitu sebanyak 58 orang ibu hamil (82,9%).

5. Jarak Anak

Table 5

Distribusi Jarak Anak yang Terakhir dengan Kehamilan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan tahun 2015.

Jarak Anak Jumlah (n) Persentase (%) Beresiko 7 10 Tidak Beresiko 63 90 Total 70 100

Pada Tabel 5. menunjukkan jarak anak yang terakhir dengan kehamilan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sikijang Mayoritas berada pada kategori tidak beresiko yaitu sebanyak 63 orang ibu hamil (90%). 6. Pengetahuan

Tabel 6

Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan

tahun 2015. Pengetahuan Ibu Jumlah (n) Persentase (%) Pengatahuan Baik 32 45,7 Pengetahuan Kurang 38 54,3 Total 70 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan pengetahuan ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sikijang lebih dari separuh berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 38 orang ibu hamil (54,3%). 7. Sikap

Tabel 7

Distribusi Sikap Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan Tahun 2015.

Sikap Ibu Jumlah (n) Persentase (%) Sikap Positif 28 40 Sikap Negatif 42 60 Total 70 100

(5)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

Berdasarkan tabel 7 menujukkan sikap ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sikijang mayoritas berada pada kategori sikap negatif yaitu sebanyak 42 orang ibu hamil (60%). B.Analisa bivariat

1. Hubungan Karakteristik yang mempengarui kejadian anemia pada ibu hamil

Tabel 8

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan Tahun 2015 Karakterist ik Status Hb Total P value Tidak anemia Anemia n % n % n % Umur Tidak Beresiko 21 35,0 39 65,0 60 100 0,737 Beresiko 4 40,0 6 60,0 10 100 Jumlah 25 35,7 45 64,3 70 100 Pendidikan Tinggi 11 42,3 15 57,7 26 100 0,531 Rendah 14 31,8 30 68,2 44 100 Jumlah 25 35,7 45 64,3 70 100 Paritas Tidak Beresiko 22 37,9 36 62,1 58 100 0,517 Beresiko 3 25,0 9 75,0 12 100 Jumlah 25 35,7 45 64,3 70 100 Jarak anak Tidak Beresiko 24 38,1 39 61,9 63 100 0,408 Beresiko 1 14,3 6 85,7 7 100 Jumlah 25 35,7 45 64,3 70 100

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa umur responden yang tidak beresiko (20 tahun atau 35 tahun) lebih banyak yang mengalami anemia (65%) dibandingkan umur responden yang beresiko (<20 atau >35 tahun), sebesar 60%. Hasil uji statistik di peroleh nilai p value = 0,737 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Responden yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak yang mengalami

anemia (68,2%) dibandingkan dengan pendidikan tinggi (57,7%). Hasil uji statistik di poroleh nilai p value = 0,531 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Paritas responden dengan kategori beresiko lebih banyak yang mengalami anemia (75%) dibandingkan dengan responden dengan kategori tidak beresiko (62,1%). Hasil uji statistik di peroleh nilai P Value 0,517 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Jarak anak responden dengan kategori beresiko lebih banyak yang mengalami anemia (85,7%) dibandingkan dengan responden dengan kategori tidak beresiko (61,9%). Hasil uji statistik di peroleh nilai P Value 0,408 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jarak anak dengan kejadian anemia pada ibu hamil. 2. Hubungan Faktor Predisposisi Dengan

Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Tabel 9

Hubungan Predisposisi Dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan

Tahun 2015. Faktor Predisposisi Status Hb Total P value Tidak Anemia Anemia n % n % n % Pengetahuan Baik 21 65,6 11 34,4 32 100 0,000 Kurang 4 10,5 34 89,5 38 100 Jumlah 25 35,7 45 64,3 70 100 Sikap Positif 16 57,1 12 42,9 28 100 0,005 Negatif 9 24,1 33 78,6 42 100 Jumlah 25 35,7 45 64,3 70 100

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa responden dengan kategori pengetahuan kurang lebih banyak yang mengalami anemia (89,5%) dibandingkan dengan responden kategori pengetahuan baik (34,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =0,000 artinya terdapat

(6)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dari hasil analisis di peroleh nilai OR= 16,22 artinya ibu yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 16 kali mengalami anemia dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik.

Responden yang memiliki sikap negatif lebih banyak yang mengalami anemia (78,6%) dibandingkan dengan responden yang bersikap positif (42,9%). Hasil uji statistik di peroleh nilai p value = 0,005 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dari hasil analisis di peroleh nilai OR= 4,588 artinya ibu hamil yang bersikap negatif mempunyai peluang 5 kali mengalami anemia dibandingkan dengan ibu yang bersikap positif.

PEMBAHASAN 1.Analisa univariat

a. Anemia

Di Indonesia anemia masih merupakan salah satu masalah gizi di samping tiga masalah gizi lainnya yaitu: kurang kalori protein, defisiensi vitamin A dan gondok endemik. Pada penelitian ini didapatkan jumlah ibu hamil yang menderita anemia masih tinggi yaitu sebanyak 64,3%. Angka ini lebih tinggi dari hasil riskesdas tahun 2013 dimana terdapat 37,1% ibu hamil yang mengalami anemia dengan kadar Hb kurang dari 11gr%.

Anemia pada ibu hamil bukanlah masalah sederhana karena sel darah merah mempunyai peranan penting membawa nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin. Oleh karena itu agar janin dapat tumbuh sehat dan berkualitas maka sel darah merah ibu hamil harus cukup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil di puskesmas Sikijang dengan dengan kadar Hb dibawah standar. Sehingga jika tidak di perbaiki maka dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga dapat

mengurangi kualitas manusia yang akan dilahirkan.

Anemia bukan hanya berdampak terhadap kualitas hidup, Menurut Wiknjosatro (2007) anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun nifas seperti prematur, partus lama, perdarahan dan masa selanjutnya. Juga terhadap janin yang dikandungnya seperti BBLR, dan abortus bahkan sebagai penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin.

Masih tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil melebihi target penurunan yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa ini merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang harus segera diatasi.

b. Umur

Hasil penelitian menunjukkan umur ibu hamil mayoritas berada pada umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 85,7%. Dimana rentang umur tersebut merupakan umur reproduksi sehat. Menurut depkes RI (2009) umur aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20-30 tahun. Umur ibu saat hamil dan melahirkan merupakan salah satu resiko terhadap kematian maternal dan perinatal.

Menurut Cuninggam (2009) Jika umur ibu hamil kurang 20 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena pada usia muda organ reproduksi dan fungsi fisiologis belum optimal dan secara psikologis belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan kehamilan dan akhirnya akan berdampak pada pemeliharaan dan pekembangan bayi yang di kandungnya. Sedangkan pada umur diatas 35 tahun akan terjadi kemunduran fungsi fisiologis dari sistem tubuh sehingga jika ibu hamil pada usia

(7)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

tersebut maka akan beresiko bagi ibu dan janin yang di kandungnya.

Semakin muda umur ibu hamil makin beresiko terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena pada usia muda (usia dibawah 20 tahun) lebih membutuhkan Fe untuk pertumbuhan. Ditambah lagi jika hamil usia dibawah 20 tahun maka kebutuhan akan Fe lebih banyak karena bukan hanya untuk ibu tapi juga untuk janin yang sedang dikandungnya. Begitu juga dengan usia diatas 35 tahun dimana fungsi fisiologis organ mulai berkurang. c. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebagai upaya untuk menambah wawasan dan khasanah pengetahuan pada seseorang/individu. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh hasil bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden berada pada kategori tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 62,9%. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh responden di wilayah kerja puskesmas Sikijang kabupaten pelalawan. Menurut Sembiring (2006) Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut tidak didapat secara instan melainkan melalui tahap-tahap yang pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan. Manusia akan tertinggal tanpa menempuh pendidikan dan tentunya akan kesulitan pada nantinya menempatkan dirinya di tengah masyarakat untuk kemudian bersosialisasi dengan satu sama lain.

Berdasar hasil penelitian dan teori maka dapat di simpulkan bahwa dengan lebih banyaknya responden berkategori pendidikan rendah dari pada berpendidikan tinggi, maka responden

akan mendapatkan kesulitan dalam proses penerimaan informasi.

d. Paritas

Menurut Prawiriwiharjo (2007) paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan oleh ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Sedangkan paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas responden mayoritas tidak beresiko yaitu sebanyak 82,9 %.

Menurut Arisman (2004) bahwa jumlah paritas lebih dari 3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu < 2 tahun yang disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu.

Ibu hamil dengan paritas tinggi beresiko tinggi menyebabkan kematian maternal dan perinatal. Hal ini disebabkan karena seringnya melahirkan yang dapat mengganggu kesehatan seperti kurang gizi, terjadinya anemia, perdarahan ante partum, preeklamsi dan eklamsi, terjadi kekendoran pada diding perut dan dinding rahim serta kemungkinan lain yang mungkin terjadi. Keadaan tersebut akan mudah menimbulkan penyulit persalinan seperti kelainan his, partus lama bahkan partus prematurus (Depkes RI, 2009). e. Jarak Anak

Jarak kelahiran yang terlalu pendek akan membuat ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan sistem reproduksi akibat kehamilan dan persalinan sebelumnya. Menurut BKKBN (2007) jarak kehamilan yang optimal adalah pada lebih dari 36 bulan sedangkan jarak kehamilan dekat adalah antara kurang dari 2 tahun. Hasil penelitian menunjukkan jarak kehamilan responden mayoritas tidak beresiko (jarak kahamilan kurang lebih dari 2 tahun) yaitu sebanyak 90%. Artinya responden yang berada di wilayah kerja puskesmas

(8)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

Sikijang kabupaten Pelalawan berada dalam usia reproduksi sehat.

f. Pengetahuan

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden berada pada kategori kurang lebih banyak (54,3%) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik (45,7%). Hal ini dapat mengambarkan tindakan dan perilaku kesehatan yang kurang dari ibu hamil. Sehingga masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui tentang anemia dan cara pencegahannya.

Salah satu peran tenaga kesehatan adalah sebagai pendidik (educator). Tenaga kesehatan di tuntut untuk mampu meningkatkan pengetahuan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui kegiatan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan, konseling kepada individu, keluarga dan masyarakat. Agar dapat melaksanakan peran sebagai pendidik ada beberapa hal yang harus di miliki oleh seorang tenaga kesehatan antara lain wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomuniksi.

g. Sikap

Sikap merupakan reaksi tertutup, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Pada penelitian ini di peroleh hasil bahwa sikap responden lebih banyak berada pada kategori sikap negatif yaitu sebanyak 60% dibandingkan dengan responden dengan kategori sikap positif (40%). Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2012) sikap dapat didefinisikan dengan sederhana, yaitu kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Pada penelitian ini responden lebih banyak bersikap negarif, sehingga jangankan untuk berperilaku untuk berespon positif saja masih kurang terhadap pencegahan anemia pada saat kehamilan.

2. Analisa bivariat

a. Hubungan Umur dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Umur responden pada penelitian ini mayoritas berada pada kategori tidak beresiko yaitu sebanyak 85,7%. Untuk melihat hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square. Berdasarkan uji chi square didapatkan hasil bahwa umur ibu hamil yang berada pada kategori beresiko lebih banyak yang menderita anemia (40%) dari pada ibu hamil yang tidak beresiko (35%). Hasil uji statistik di peroleh P value 0,737 dengan ɑ = 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian anemia.

Menurut Arisman (2004) Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 35 tahun lebih cenderung mengalami anemia,

(9)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.

Pada penelitian ini umur responden mayoritas berada pada usia reprodusi sehat. Hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna hal ini disebabkan karena perbedaan proporsi antara umur yang beresiko dengan yang tidak beresiko yang mengalami kejadian anemia hanya 5%

b. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan rendah lebih banyak yang mengalami anemia (68,2%) dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi (57,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,531 dengan ɑ = 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Menurut Arisman (2004) Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia.

Menurut Notoatmodjo (2012) Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Tingkat pendidikan responden yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik sehingga cenderung berperilaku mencegah terjadinya penyakit termasuk anemia selama kehamilan.

Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian anemia dapat terjadi karena mayoritas

responden memiliki tingkat pendidikan rendah (62,9%), dimana pendidikan responden hanya sampai SD dan SMP, artinya homogenitas tingkat pendidikan di Wilayah kerja Puskesmas Sikijang yang mengakibatkan hasil uji statistik menjadi tidak bermakna. Di samping itu perbedaan proporsi antara responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah yang mengalami kejadian anemia hanya 10,5%.

c. Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Pada penelitian ini di peroleh hasil bahwa paritas beresiko lebih banyak yang mengalami anemia (75%) dari pada paritas yang tidak beresiko (62,1%). Hasil uji statistik di peroleh p value = 0,517 dengan ɑ = 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Noviana, dkk (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil (P value 0.432). Begitu juga dengan penelitian Siti. C (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan anemia pada ibu hamil trimester III (p value =0.067).

Menurut Wiknjosastro (2007) Paritas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas ibu atau anak lebih dari 3 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko

(10)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

Pada penelitian ini mayoritas responden berada pada masa reproduksi sehat dengan jumlah anak yang ideal yaitu sebanyak 82,9%. Dimana pada masa ini organ reproduksi serta tubuh ibu lebih siap untuk menjalani kehamilan. Namun hasil penelitian menujukan perbedaan proporsi antara ibu yang beresiko dengan yang tidak beresiko yang mengalami anemia hanya 0,8%. Sehingga pada saat dilakukan uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sikijang Kabupaten Pelalawan.

d. Hubungan Jarak Anak dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Jarak kehamilan berpengaruh terhadap komplikasi kehamilan dan pertumbuhan janin. Pada penelitian ini responden yang memiliki jarak anak pada kategori beresiko lebih banyak yang mengalami anemia (85,7% ) dari pada responden dengan jarak anak yang tidak beresiko (61,9%). Hasil uji statistik di peroleh nilai p value = 0,408 dengan ɑ = 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jarak anak dengan kejadian anemia.

Menurut BKKBN 2007 Jarak kehamilan dekat dapat meningkatkan resiko pada kehamilan seperti Anemia dan sebagai penyulit saat persalinan karena kondisi rahim ibu belum pulih sempurna. Jarak kehamilan yang baik bagi seorang ibu untuk hamil lagi ialah lebih dari 36 bulan atau 3 tahun. Hal ini dimaksudkan supaya kebutuhan zat besi seorang ibu dapat tercukupi, serta mempersiapkan stamina fisiknya sebelum hamil berikutnya (koesno, 2012).

Di wilayah kerja puskesmas Sikijang mayoritas responden memiliki jarak anak

lebih dari 2 tahun dengan jarak kehamilan yaitu sebanyak 90%. Jarak kelahiran dengan kehamilan berikutnya harus direncanakan secara matang untuk menciptakan keluarga sehat bahagia, sejahtera dan terhindar dari penyakit termasuk anemia dalam kehamilan, karena pada masa tersebut ibu dapat memulihkan kesehatannya dan memberikan perhatian cukup pada anak yang dilahirkan dan kehamilan berikutnya. Namun kenyataanya masih terdapat ibu yang memiliki anak dengan jarak kehamilan <2 tahun. Dimana berdasarkan hasil penelitian ibu hamil yang beresiko lebih rentan mengalami anemia dari pada ibu yang tidak beresiko. Walaupun pada penelitian ini tidak menunjukan hubungan yang signifikan antara jarak anak dengan kejadian anemia.

e. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden dengan kategori pengetahuan kurang lebih banyak yang mengalami anemia (89,5%) dari pada responden dengan kategori pengetahuan baik (34,4%). Hasil uji statistik di dapatkan nilai p value 0,000 dengan ɑ = 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Aisyrah, S (2012) yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian anemia dengan p value 0,000 (<0,05). Begitu juga dengan penelitian Nora (2008) yang menyatakan Ibu hamil dengan pengetahuan kurang baik mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding ibu hamil dengan pengetahuan baik (OR=4,76; 95% CI=1,99-11,42).

Menurut Benyamin Bloom (1908) yang di kutip oleh Notoatmodjo (2012)

(11)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

pengetahuan atau knowledge merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Termasuk pengetahuan tentang anemia dan cara pencegahannya yang diperoleh ibu melalui panca indra. Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami tentang anemia, akibat dan dampak anemia serta cara mencegah anemia maka ibu hamil akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko terjadinya anemia pada kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil.

f. Hubungan Sikap dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Pada penelitian di peroleh hasil bahwa responden yang memiliki sikap negatif lebih banyak yang mengalami anemia (78,6%) dari pada responden yang memiliki sikap positif (42,9%). Hasil uji statistik di peroleh nilai p value 0,005 dengan ɑ = 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Sunarti (2013) yang menyatakan Ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu hamil tentang nutrisi dengan kejadian anemia selama kehamilan dengan nilai p value

=0,03 < α (0,05). Begitu juga dengan penelitian Effri, S (2010) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p value =0,002 < α (0,05).

Menurut Notoatmodjo (2012) Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus

atau objek, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Sikap merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Hasil penelitian ini relevan dengan teori diatas dimana sikap responden yang positif cenderung akan berperilaku serta berupaya untuk mencegah agar tidak mengalami anemia, sebaliknya sikap responden yang negatif cenderung berperilaku tidak peduli terhadap kesehatannya sendiri termasuk dalam upaya pencegahan anemia. Hasil penelitian menujukkan mayoritas sikap responden negatif sehingga berdampak terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan khusus penelitian, maka dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Lebih dari separuh ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sikijang mengalami anemia yaitu sebanyak 64,3%.

2. Mayoritas paritas ibu hamil tidak beresiko dan mayoritas memiliki jarak anak tidak beresiko.

3. Mayoritas ibu hamil berpengatahuan kurang dan bersikap negatif tentang anemia pada ibu hamil

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. 5. Tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara jarak anak dengan kejadian anemi pada ibu hamil.

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

(12)

Alamat Korespondensi:Ratna Juwita, Prodi s1 Kesehatan Masyarakat Stikes Tengku Maharatu Pekanbaru. Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: 0821 7286 4400

DAFTAR PUSTAKA

Aisyrah, S.( 2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012. Jakarta. FKM UI

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian.

Jakarta : Rineka Cipta

Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Depkes R1 (2009). Mengapa ibu hamil harus mengkonsumsi tablet Besi. Dinkes Provinsi Riau. (2013). Provil Dinas

Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2013. Pekanbaru. Riau.

Effri, S. (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Tri Semester III Yang Berkunjung Ke Puskesmas

Medan Deli Tahun 2009.

http://repository.usu.ac.id. Medan Noviana, dkk. (2012). Hubungan Antara

Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi 2 Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. e skripsi Stikes Muhamadiyah Pekajangan: Pekalongan.

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sembiring, S. (2006). Himpunan Perundang-Undangan Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Nuansa Aulia. Sunarti (2013). Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Nutrisi Dengan Kejadian Anemia Selama Kehamilan Di RSKDIA ST. Fatimah Makasar Sulawesi Selatan. E library Volume 3 Nomor 5 Tahun 2013. ISSN : 2302 – 1721.Stikes Hasanuddin. Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum kondisi wilayah Padukuhan Kalirandu, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini dapat diketahui melalui observasi secara langsung di lapangan guna

Tradhisi Ruwat Dhusun ing Candhi Belahan minangka perangan saka kabudayan lokal, mligine kabudayan Jawa. TRD kalebu folklor setengah lesan amarga tradhisi iki

(1993) bahwa larva parasitik nematoda stadium dewasa pada ikan mamalia laut pada umumnya ditemukan pada usus, mesenterium dan otot ikan, larva anisakis terdapat juga di dalam

IGF-1 and estrogen from monolayer culture before and after progesterone absorbtion resulted in cleavage rate were 27.48% and 53.61%, respectively stage morula embryo rate were

Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program

Rasio kemungkinan positif 2,58 pada titik potong emergency untuk luaran 24 jam berarti bahwa kecil kemungkinan pasien yang diprediksi meninggal sebelum triase akan meninggal

– Yang termasuk biaya persiapan operasi • Biaya pembelian perangkat lunak sistem • Biaya instalasi peralatan komunikasi.. • Biaya persiapan personil •

Pergerakan mundur dari zona subduksi daerah selatan Jawa terjadi pada kala Miosen Akhie-Pliosen yang diikuti dengan melandaikan sudut penunjaman antara Lempeng