1
Pengembangan o Samboang Bea
JURNAL LA BISECOMAN
VOL. 01, EDISI 02 (001-009), 2020 DOI: 10.37899/journallabisecoman.v1i2.83
f Atraksi Wisata Bahari Berbasis Masyarakat di ch di Kabupaten Bulukumba
Syahrial1, Muh. Zainuddin Badollahi1
1Dosen, Politeknik Pariwisata Makassar Corresponding Author: Syahrial
Info Artikel Riwayat artikel:
Diterima 08 April 2020 Diterima dalam bentuk revisi 16 April 2020 Diterima 24 April 2020
Kata kunci:
Pariwisata
Pengembangan Daya Tarik Wisata Wisata Bahari
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan destinasi pariwisata di pantai Samboang melalui 4 komponen pariwisata yaitu Atraksi, Aksesibilitas, Ancillary, Amenitas dalam mendukung destinasi wisata bahari agar lebih berkembang lagi. Kecamatan Bonto Tiro merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bulukumba yang memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata bahari, salah satunya adalah pantai Samboang, dimana pantai ini memiliki panorama yang indah dengan hamparan pantai berpasir putih dan keberadaan terumbu karang. dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik, selain itu pemandangan bawah lautnya juga dapat diandalkan dan juga merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan wisata bahari, penelitian ini difokuskan pada aspek pengembangan destinasi wisata dengan berbagai komponen destinasi wisata yang ada di Pantai Samboang Kecamatan Bonto Tiro Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan observasi, dan instrumen penelitian berupa daftar wawancara, observasi lapangan dan studi kepustakaan, sedangkan teori yang melandasi penelitian ini adalah teori destinasi pariwisata dan teori pengembangan pariwisata. Dan dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan destinasi wisata bahari sangat mendukung dalam
mengembangkan kawasan tersebut sebagai kawasan yang memiliki daya tarik wisata.
Pendahuluan
Industri pariwisata pada saat ini semakin menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu faktor penghasil devisa negara selain minyak dan gas bumi, disamping industri pariwisata dapat memberikan kontribusi berupa tambahan pendapatan bagi kelangsungan hidup masyarakat, juga dampak pengaruh global sangat dirasakan oleh masyarakat yang tentunya akan menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi semua sendi kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya, selain itu pariwisata merupakan salah satu sektor yang turut andil dalam memberikan sumbangsih terhadap perekonomian, sehingga dalam mensukseskan sektor ini perlu adanya upaya-upaya dalam mengelola segala sesuatu yang menjadi aset pariwisata, baik berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya.
Negara pada tahun 2019 hingga bulan April tercatat dari data KEMENPAR (Kementerian
Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.
Visit www.DeepL.com/pro for more information.
Pariwisata) sebanyak 1.142.180 wisatawan mancanegara, yang berarti mengalami peningkatan
yang signifikan dibandingkan tahun 2018 yaitu 956.381, dan dapat meningkat 26,75% dari bulan
yang sama tahun lalu. Hal ini tentu saja berdampak pada pemasukan devisa, perekonomian
masyarakat menjadi baik, terutama bagi masyarakat yang berada di daerah tempat
wisata/destinasi, selain itu
3
negara Indonesia sendiri semakin diakui oleh negara lain sehingga kedaulatan negara dapat semakin terjaga (Jupir, 2013).
Dalam pengembangan potensi pariwisata, perlu adanya langkah-langkah untuk mewujudkan suatu destinasi pariwisata, terutama pada perencanaan, pengembangan serta pemasaran suatu Daya Tarik Wisata¸ (Amalyah et al, 2016) bahwa pengembangan daya tarik wisata akan menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik pula bagi masyarakat setempat, dari hal tersebut kerjasama antara pihak-pihak terkait juga turut andil dalam mensukseskan sebuah destinasi pariwisata, dimana telah kita ketahui bahwa destinasi adalah suatu daerah tertentu yang dipilih oleh pengunjung agar dapat tinggal dalam jangka waktu tertentu dan terencana, dimana dalam daerah tersebut sebagian atau seluruhnya dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan produk wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung (Hasbi & Badollahi, 2019).
Pengembangan sebuah destinasi pariwisata telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Tahun 2009, yang telah dijelaskan bahwa kepariwisataan merupakan satu kesatuan pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, dan berkelanjutan, serta bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, budaya masyarakat, kelestarian lingkungan hidup, dan mutu serta kepentingan nasional (World Tourism Organization, 2004), Dijelaskan pula bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal dan global, serta dituliskan bahwa Daya Tarik Wisata (DTW) adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, (Poria et al., 2003) menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik orang untuk berkunjung ke suatu daerah tertentu.
Salah satu objek yang dijadikan daya tarik wisata adalah wisata bahari, dimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya terdiri dari beberapa wilayah yang ruang lingkupnya terletak di daerah pesisir pantai. Salah satu daerah yang berada di Sulawesi Selatan adalah kabupaten Bulukumba yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah yang berbatasan dengan pesisir pantai, sehingga salah satu keunggulan yang ditampilkan oleh kabupaten ini adalah wisata bahari sebagai daya tarik wisata, dimana salah satu Daya Tarik/Destinasi Wisata yang terdapat di kabupaten ini memiliki keunggulan untuk dijadikan sebagai objek wisata bahari (Wahyuni & Setyobudiandi, 2017). Pantai Samboang yang terletak di Desa Eka Tiro, Kecamatan Bonto Tiro dengan jarak tempuh sekitar 42 Km dari ibukota Kabupaten Bulukumba, dan keberadaannya tidak jauh dari pantai Tanjung Bira yang berjarak sekitar 25 Km, jarak yang ditempuh jika dari Kota Makassar sekitar 195 Km dengan menggunakan jalur darat, dan melalui beberapa Kabupaten antara lain Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Bantaeng, atau sekitar 6 jam waktu tempuh dari Kota Makassar.
Saat ini dapat dirasakan bahwa peningkatan aktivitas atau kegiatan pariwisata semakin tinggi,
termasuk wisata bahari di Samboang, hal ini tidak terlepas dari gaya hidup masyarakat yang
mulai berubah, seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat, sehingga perlu adanya
peningkatan fasilitas, sarana dan prasarana pendukung objek wisata Samboang, Dapat dilihat dari
hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa salah satu kendala yang sangat penting untuk
diperhatikan di destinasi pantai Samboang adalah fasilitas penunjang yang belum sepenuhnya
tersedia, selain itu belum adanya penerapan strategi pengembangan destinasi di kawasan tersebut
dimana perlu adanya keseimbangan antara strategi yang diterapkan dengan kondisi yang ada di
objek wisata pantai Samboang untuk menggali potensi-potensi yang ada di kawasan tersebut
sehingga dapat menghasilkan kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat
dikembangkan. dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Kondisi potensi yang
terlihat di DTW Pantai Samboang belum sepenuhnya sesuai dengan 4 komponen pariwisata dari
segi Atraksi, Aksesibilitas, Ancillary, dan Amenitas. Sehingga perlu adanya strategi dalam
mengembangkan potensi yang ada di DTW pantai Samboang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengembangan destinasi pariwisata di pantai Samboang melalui 4
komponen pariwisata yaitu Attraction, Accessibility, Ancillary, Amenity dalam mendukung
destinasi wisata bahari agar lebih berkembang lagi.
5 Metode
Untuk penelitian mandiri ini, peneliti membutuhkan waktu sekitar 6 (enam) bulan, dimulai dari bulan April sampai dengan bulan September, sedangkan lokasi dan tempat penelitian ditetapkan pada Objek Wisata Pantai Samboang karena peneliti melihat masih banyak yang perlu diperbaiki dan perlunya memberikan saran kepada setiap pemerhati pariwisata yang ada di daerah tersebut, baik itu dari pihak pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan. Selain itu, Sulawesi Selatan sendiri memiliki banyak sekali daya tarik wisata pantai yang masih perlu dikembangkan. Hal ini juga yang mendasari peneliti untuk menentukan lokasi penelitian di pantai Samboang.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, adapun pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan dua teknik yaitu teknik interaktif dan teknik non interaktif, adapun peneliti menggunakan teknik interaktif dengan menggunakan wawancara, observasi partisipatif, sedangkan untuk teknik non interaktif peneliti menggunakan teknik pencatatan, dokumentasi. Proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh sumber data yang penulis miliki, baik itu dari wawancara, pengamatan atau observasi, dokumen yang relevan, gambar, foto dan lain sebagainya, setelah itu semua data yang dihasilkan dilanjutkan dengan mereduksi data, menyusun satuan- satuan, kategori dan yang terakhir adalah penafsiran data.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data SWOT Analysis, yaitu dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di objek wisata pantai Samboang, sehingga penulis dapat menyimpulkan bagaimana pengembangan pariwisata khususnya di objek wisata pantai Samboang.
Hasil dan Pembahasan
Kondisi objek wisata di pantai Samboang.
Pantai Samboang yang terletak di Desa EkaTiro, Kecamatan Bonto Tiro merupakan salah satu DTW yang ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu destinasi wisata selain pantai Bira. Dengan kondisi yang didapatkan langsung oleh peneliti, dapat dilihat bahwa di Pantai Samboang panorama yang disajikan agak berbeda dengan panorama yang disajikan oleh pantai-pantai disekitarnya misalnya pantai Bira, sedangkan Pantai Samboang yang terletak di bagian selatan pantai Bulukumba, memiliki hamparan pasir putih yang landai pada saat air laut sedang surut, serta air laut yang jernih dan tempat wisata yang teduh karena banyaknya pohon kelapa yang berjejer dipinggir pantai.
Setelah peneliti melakukan proses wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata kabupaten Bulukumba, Bapak M. Aling Saleng, SH.M.Si terkait dengan kondisi DTW pantai Samboang, hasilnya adalah dinas pariwisata akan segera mengidentifikasi potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata kedepannya, khususnya yang berada di wilayah Bulukumba, sehingga diperlukan kerjasama dan keterlibatan para pemangku kebijakan dan stakeholder untuk turut serta dalam mewujudkan percepatan pembangunan pariwisata di Bulukumba.
Peneliti juga menanyakan lebih lanjut mengenai percepatan yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengidentifikasi pengembangan daya tarik wisata dan dalam waktu kurang lebih dua bulan pemerintahannya telah mengidentifikasi beberapa DTW di daerah ini, salah satunya adalah Pantai Samboang, yang dipilih karena wilayah atau lokasinya diunggulkan baik untuk wisata pantai maupun olahraga. Untuk menuju ke tempat tersebut dapat menggunakan kendaraan bermotor dengan lama perjalanan kurang lebih lima setengah jam dari pusat kota Makassar. Penamaan Samboang sendiri berasal dari kata bahasa Sembo Konjo yang berarti bersenang-senang dilihat secara langsung lokasi pantai Samboang dapat dikatakan strategis sebagai tempat tujuan wisata karena keindahan yang disuguhkan di DTW ini sangat indah baik keindahan alam sekitar maupun keindahan bawah laut terdapat terumbu karang pantai Samboang sendiri terbagi menjadi dua wisata, yaitu kawasan Samboang kiri dan kanan masing- masing memiliki keunggulan.
Samboang sebelah kiri menyajikan daerah perbukitan dengan suasana alam yang masih sejuk dan rindang, sedangkan Samboang sebelah kanan menyajikan keindahan alam desa Tritiro dan masyarakat desa Kalumpang, serta pasir putih yang memiliki ketebalan 2-3 meter, selain itu daerah pesisir pantai yang memberikan suguhan tak kalah indahnya dengan panorama lautnya, di mana di ujung lekukan bibir pantai yang landai dan berpasir putih tersebut terdapat sebuah pulau batu yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan dengan mengandalkan
akses jembatan pulau kecil sepanjang 20 meter, dapat dijadikan keunggulan dari DTW Pantai Samboang.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Gambar Lokasi Lokasi Penelitian Sumber: olahan penulis (Google Earth, 2019)
Selain itu, setelah peneliti melakukan wawancara dengan informan lain yaitu Camat Bontotiro, Andi Andi Ansar, peneliti mendapatkan informasi mengenai tempat wisata yang terdapat di Kecamatan Bontotiro selain DTW Pantai Samboang yaitu pengunjung dapat melakukan wisata budaya dan religi dengan berkunjung ke Makam Dato Tiro, dapat merasakan pemandian air tawar alami "beli Labbu" yang berarti
"sumur panjang" di desa Hila-Hila yang merupakan ibu kota Kecamatan Bontotiro, serta pemandian alam Limbua yang menyuguhkan panorama alam dengan kolam renang air tawar yang bersebelahan dengan DTW lainnya yaitu pantai Limbua yang menjadi salah satu aset pariwisata di kecamatan Bontotiro. Sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat mengidentifikasi hal-hal yang menjadi sub variabel penelitian yang mana hasilnya:
Objek wisata
Untuk hasil observasi dan wawancara mengenai atraksi wisata yang ada di pantai Samboang, penulis dapat menemukan poin-poin yang menjadi dasar atau keunggulan yang dapat dirasakan oleh para wisatawan, terutama yang berkaitan dengan atraksi yang dapat dirasakan antara lain:
Kondisi perairan pantai Samboang
Untuk kondisi air laut di pantai Samboang menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, hasilnya menunjukkan bahwa kondisi air laut pantai Samboang masih bersih dari pencemaran, baik pencemaran akibat limbah industri maupun sampah sehingga para wisatawan dapat melakukan aktivitas seperti berenang (swimming), menyelam (diving), dan aktivitas lain yang dapat dilakukan di perairan pantai seperti memancing. Sesuai hasil observasi yang penulis dapatkan serta gambaran umum yang penulis rasakan dan lihat secara langsung bahwa secara umum panorama alam dan kondisinya masih alami, hal ini disebabkan karena pantai Samboang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan.
7 Gambar 2. Kondisi Pantai Samboang Gambar Kondisi
Pantai Samboang Sumber: Data olahan penulis, 2019 Terumbu karang
Hasil observasi yang diperoleh peneliti terkait terumbu karang, peneliti dapat melihat bahwa kondisi terumbu karang yang berada di bawah laut pantai Samboang masih bagus dan belum terjadi kerusakan yang berarti sehingga dapat digambarkan dan disimpulkan kegiatan wisata yang dapat dilakukan yaitu snorkeling oleh wisatawan Menurut salah satu narasumber informan Bapak Suhardiman Syam yang telah merasakan keindahan bawah laut dan terumbu karang pantai Samboang, beliau menginformasikan kepada peneliti bahwa keindahan terumbu karang yang ada di pantai Samboang sebagian besar dapat dikatakan masih asri dan belum banyak terjadi kerusakan sehingga dapat dijadikan salah satu keunggulan dari pantai Samboang, Namun ketika peneliti melakukan observasi di DTW tersebut penulis mendapatkan serpihan- serpihan karang atau koral yang terdapat di bibir pantai yang dihasilkan dari pengeboman ikan yang dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat yang mencari kehidupan di Pantai Samboang, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah dan stakeholder di daerah tersebut untuk memberikan pemahaman akan pentingnya konservasi terumbu karang yang berujung pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat.
Gambar 3. Kondisi Pantai Samboang Gambar Kondisi Pantai Samboang Sumber; Data olahan penulis, 2019
Biota laut
Salah satu aset yang dapat diunggulkan pada suatu DTW pantai adalah keberadaan biota atau kehidupan yang terdapat di laut, yang dapat dijadikan sebagai daya tarik suatu pantai, sesuai dengan hasil observasi yang penulis lakukan pada lokus penelitian maka terletak di pantai Samboang, sehingga dapat dijadikan
sebagai salah satu
9 daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata yaitu memancing (mancing). Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan bahwa di pesisir pantai Samboang sendiri terdapat spot- spot (area) yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan memancing.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan
Selain kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan selain memancing menurut pengamatan penulis adalah olahraga pantai (voli), berjemur, bermain pasir, bersantai di atas pasir putih dan beristirahat di tempat yang telah disediakan berupa saung-saung yang berada di pantai Samboang. Selain itu pada waktu tertentu diadakan acara yaitu festival budaya Dato Tiro.
Selain itu, di Pantai Samboang terdapat sebuah batu karang yang berjarak sekitar 20 meter dari bibir pantai yang dapat dikunjungi oleh wisatawan dengan berjalan kaki melalui fasilitas berupa jembatan untuk menuju tempat tersebut.
Publik
Gambar 4. Gambar Salah Satu Kegiatan di Pantai Samboang Sumber; Data olahan penulis, 2019
Keterbukaan/penerimaan masyarakat
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan para informan yang berkaitan dengan kondisi dan sikap masyarakat setempat, peneliti dapat memberikan gambaran mengenai keterbukaan/penerimaan masyarakat terhadap kegiatan pariwisata yang dilakukan di pantai Samboang dengan cukup baik.
menyiapkan fasilitas pendukung yang dapat dinikmati oleh pengunjung baik fasilitas akomodasi/penginapan, yang menurut hasil observasi yang penulis peroleh saat ini sudah ada atau dibuat sekitar 20 unit lebih villa/penginapan yang ada di pantai dengan harga sekitar Seratus hingga Dua Ratus Ribu Rupiah, Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti juga menemukan bahwa tidak ada dasar dalam menetapkan harga villa atau penginapan karena dasar yang digunakan adalah keseragaman agar tidak menimbulkan kecemburuan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
Hasil wawancara dengan masyarakat kegiatan pariwisata berdampak pada perubahan perilaku bagi masyarakat dengan adanya perilaku masyarakat yang berada di suatu destinasi wisata namun belum sepenuhnya dilakukan oleh seluruh masyarakat yang berada di kawasan destinasi pantai Samboang, karena pemahaman tentang perilaku sadar wisata belum sepenuhnya tertanam pada masyarakat setempat sehingga masih menimbulkan kondisi yang bertolak belakang dengan kondisi destinasi wisata pada umumnya salah satu contohnya adalah perilaku masyarakat dalam membuang sampah sehingga masih berserakan di bibir pantai.
Gambar 5. Perilaku masyarakat dan pengunjung Gambar Salah satu perilaku masyarakat dan pengunjung Sumber; Data olahan penulis, 2019 Sikap masyarakat terhadap lingkungan
dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti serta wawancara langsung dengan informan di lokasi penelitian yaitu masyarakat sekitar pesisir pantai Samboangmaka, peneliti dapat mengambil hasil pembahasan per sikap masyarakat terhadap lingkungan di sekitar pesisir pantai Samboang sebagai berikut:
Tidak dapat dipungkiri bahwa kawasan pesisir merupakan salah satu kawasan yang berada dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dinamis, sehingga hal ini menjadi pemicu timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat sekitar, terutama berkaitan dengan daya dukung/dukungan aktivitas kehidupan di kawasan tersebut, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dapat berakibat pada kondisi alam di sekitar pesisir akan mengalami perubahan, dimana masyarakat tidak akan mampu menjaga kelestarian sumber daya alam, habitat, dan ekosistem laut, karena adanya alih fungsi menjadi lahan ekonomi bagi kehidupan masyarakat sekitar. Meskipun demikian, partisipasi masyarakat di kawasan tersebut cukup baik dengan secara sadar dan sukarela mendukung keberadaan obyek wisata pantai Samboang, baik yang secara tidak langsung menjelaskan kondisi dan keadaan pantai Samboang yang bersifat informatif kepada pengunjung maupun secara teknis menyediakan dan membuat fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan.
Keramahan
Dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta hasil wawancara dengan responden mengenai keramahan yang diberikan oleh penduduk sekitar pantai Samboang diperoleh gambaran bahwa penduduk sekitar memberikan perlakuan yang ramah kepada pengunjung atau wisatawan yang datang di daerah tersebut
Perhatian
1 Permandian Hila-hila Kelurahan Eka Tiro
Permandian Alam Kelurahan Eka Tiro Makam Karaeng Sapo Desa Tri Tiro
Makam Karaeng Kelurahan Eka Tiro
Berdasarkan uraian tersebut perlu adanya arahan pemanfaatan kawasan wisata pantai Samboang untuk mengoptimalkan fungsi kawasan Pantai Samboang sebagai kawasan wisata, yaitu dengan adanya arahan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan daya tarik wisata di kawasan pantai Samboang agar dalam perkembangannya lingkungan kawasan tetap terjaga dan berkembang secara berkelanjutan.
Destinasi merupakan tujuan seseorang yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan dan dapat dibandingkan di tempat lain yang dilalui selama perjalanan atau daerah transit, menurut Karatzoglou & Spilanis, (2004) destinasi pariwisata adalah kunjungan yang signifikan untuk perjalanan seseorang dengan beberapa bentuk batas aktual atau yang dirasakan dan unit geografis untuk produksi statistik pariwisata. Cutrona dkk., (2019) mengemukakan dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil sebuah pemikiran bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang yang bukan merupakan tempat tinggalnya dan dalam jangka waktu lebih dari satu malam dengan tujuan bukan untuk mencari nafkah, penghasilan di tempat yang mereka tuju.
Fungsi kawasan Pantai Samboang perlu ditingkatkan karena kebutuhan akan pariwisata berkaitan dengan keinginan pengguna atau konsumen, sebagai pasar atau sasaran yang akan dituju dalam menawarkan pariwisata, sehingga faktor permintaan yang datang dari wisatawan menjadi tolak ukur dan sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata. Selain itu pariwisata menurut Vuuren & Slabbert (2011) merupakan fenomena pergerakan orang, barang, dan jasa yang sangat kompleks, yang semuanya berkaitan dengan organisasi, baik dari segi kelembagaan maupun perorangan, kebutuhan akan pelayanan, dan penyediaan kebutuhan lainnya, sedangkan menurut Sulistiyono dkk (2017) mendefinisikan pariwisata adalah suatu perpindahan sementara yang dilakukan oleh manusia dengan suatu tujuan keluar dari rutinitas kegiatan kerja dan tempat tinggal, adapun kegiatan yang mereka lakukan di tempat tujuan dan fasilitas yang dibuat untuk keperluan mereka.
Kesimpulan
Kawasan Ujung Tiro dan Pantai Samboang sedang dalam tahap pengembangan oleh pemerintah setempat. Secara khusus, pantai Ujung Tiro belum meyakinkan investor lokal untuk mengelolanya. Hanya ada satu keluarga yang mengelola, menjual minuman dan makanan ringan, rokok, menyediakan toilet, gazebo, dan kecil, serta mengelola tempat parkir. Pepohonan di area sekitar tebing masih tertata alami belum banyak tersentuh tangan pengelola. Jembatan kayu tua penghubung tebing batu yang panjangnya kurang lebih 10 meter juga harus segera direnovasi dengan bahan baku yang lebih kuat demi kenyamanan dan keamanan pengunjung. Selain itu, objek wisata yang ada di kawasan tersebut belum dikelola secara maksimal dalam hal ini aktivitas masyarakat di pantai Samboang sebagai pembuat perahu kurang memperhatikan kebersihan pantai sehingga mengurangi keindahan pantai dan dikhawatirkan dapat merusak lingkungan.
Selain itu, penggunaan lahan di kawasan wisata pantai Samboang saat ini belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas penunjang yang belum memadai dan masih terdapat pemukiman masyarakat di sekitar pantai Samboang.
Sehingga pemanfaatan kawasan wisata pantai Samboang masih belum optimal sebagai kawasan wisata.
Referensi
Amalyah, R., Hamid, D., & Hakim, L. (2016). Peran Stakeholder Pariwisata Dalam
Pengembangan Pulau Samalona Sebagai Destinasi Wisata Bahari. Jurnal
Administrasi Bisnis, 37(1), 158-163. https://doi.org/10.1007/s101620010039
Cutrona, L. F., Sin, L. G., Adv, M. B., Ph, D., Jurnal, I., Bisnis, A., Manajemen, I., Vardaro, M. J., Sistem, H. I. T., AG, H. T., Jari, A., Pentti, M., Informasi, B.
G., Prosedur, T., Tegangan, H., Prosedur, T., Chen, P. C., Salcedo, R., Zhu, Q.,
Santriono Refki, R. R. (2019). Konstruksi Kode Etik Akuntan Publik dalam
1
Perspektif Nilai-Nilai Budaya Bugis. Jurnal Internasional Bisnis Terapan dan
Internasional Manajemen, 4(2), 33–40.
https://doi.org/10.1109/ciced.2018.8592188
Hasbi, A., & Badollahi, M. Z. (2019). Analisis Partisipasi Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. PUSAKA (Jurnal Pariwisata, Perhotelan, Perjalanan dan Bisnis Event), 1(2), 15-27.
https://doi.org/10.33649/pusaka.v1i2.15
Jupir, M. M. (2013). Implementasi kebijakan pariwisata berbasis kearifan lokal (studi di Kabupaten Manggarai Barat). Jurnal Kajian Pariwisata dan Pembangunan Indonesia, 1(1), 28.
Karatzoglou, B., & Spilanis, I. (2004). Integrasi manajemen berbasis aktivitas dalam pembangunan kartu skor lingkungan tujuan. 1-15.
Poria, Y., Butler, R., & Airey, D. (2003). Inti dari pariwisata warisan budaya. Annals of Tourism Research, 30(1), 238-254. https://doi.org/10.1016/S0160-7383(02)00064-6
Sulistiyono, A. B., Mutmainnah, W., & Furusho, M. (2017). Studi 4M untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Bahari Indonesia. TransNav, Jurnal Internasional Navigasi dan Keselamatan Transportasi Laut, 11(4), 723-728.
https://doi.org/10.12716/1001.11.04.20
Vuuren, C. Van, & Slabbert, E. (2011). Motivasi Perjalanan dan Perilaku Wisatawan ke Resor di Afrika Selatan. Konferensi Internasional Studi Pariwisata dan Manajemen - Algarve
2011, I, 295-304.
https://doi.org/http://tmstudies.net/index.php/ectms/article/view/196
Wahyuni, A. P., & Setyobudiandi, I. (2017). Daya Dukung Pantai Timur Kabupaten Bulukumba untuk Kegiatan Wisata Bahari. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), 135-150.
Organisasi Pariwisata Dunia. (2004). Indikator Pembangunan Berkelanjutan untuk Destinasi Pariwisata. Dalam Potensi pariwisata sebagai strategi pembangunan berkelanjutan.
Prosiding dari forum kebijakan pariwisata WTO 2004 di George Washington University, Washington, DC, AS, 18-20 Oktober 2004. Tersedia dalam bentuk:
http://www.tourisk.org/content/projects/Indicators untuk Pembangunan
Pariwisata.pdf