TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Oleh
WAHYU LUTHFIATUL ULUM NIM 084 131 502
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
NOVEMBER 2017
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
WAHYU LUTHFIATUL ULUM NIM 084 131 502
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
NOVEMBER 2017
i
Kurikulum dan proses pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Kurikulum adalah pedoman untuk memberi arah dan tujuan pendidikan, berisi materi yang akan diberikan. Sedangkan pembelajaran adalah bentuk tindakan untuk mewujudkan cita-cita kurikulu, termasuk menanamkan sikap sosial kepada siswa.
Fokus penelitian meliputi: (1) Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap kejujuran siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII SMP Negeri 1 Jenggawah Jember tahun pelajaran 2017/2018? (2) Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap amanah siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII SMP Negeri 1 Jenggawah Jember tahun pelajaran 2017/2018? (3) Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap istiqamah siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII SMP Negeri 1 Jenggawah Jember tahun pelajaran 2017/2018?
Tujuan penellitian meliputi: (1) Mendiskripsikan implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap kejujuran siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII SMP Negeri 1 Jenggawah Jember tahun pelajaran 2017/2018. (2) Mendiskripsikan implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap amanah siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII SMP Negeri 1 Jenggawah Jember tahun pelajaran 2017/2018. (3) Mendiskripsikan implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap istiqamah siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti kelas VII SMP Negeri 1 Jenggawah Jember tahun pelajaran 2017/2018.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisa data dengan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) penanaman sikap kejujuran pada siswa menggunakan pendekatan Scientific yang merupakan pendekatan pembelajaran secara ilmiah. (2) Penanaman sikap amanah pada siswa diaplikasikan degan memberikan tanggung jawab terhadap siswa seperti pada kerja kelompok atau pada organisasi lainnya. (3) Penanaman sikap istiqamah diterapkan dengan cara pembiasaan para peserta didik untuk melaksanakan sholat sunnah dan membaca al-Qur’an pada setiap awal pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung.
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Istilah ... 11
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 15
A. Kajian Terdahulu ... 15
B. Kajian Teori ... 19
1. Kajian Teoritik tentag Implementasi Kurikulum 2013 ... 19
2. Sikap Sosial Siswa ... 38
a. Kejujuran ... 39
b. Amanah ... 43
c. Istiqamah ... 48
3. Implementasi Kurikulum dalam Menumbuhkan Sikap Sosial Siswa ... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 57
B. Lokasi Penelitian ... 58
C. Subyek Penelitian ... 58
D. Sumber Data ... 60
E. Teknik Pengumpulan Data ... 61
F. Analisis Data ... 65
G. Keabsahan Data ... 67
H. Tahap-Tahap Penelitian ... 68
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 70
A. Gambaran Obyektif Penelitian ... 70
1. Profil SMP Negeri 1 Jenggawah ... 70
2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Jenggawah ... 73
3. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Jenggawah ... 78
1. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Kejujuran Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII
di SMP Negeri 1 Jenggawah Jember TP 2017/2018 ... 84 2. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan
Sikap Amanah Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII di SMP
Negeri 1 Jenggawah Jember TP 2017/2018 ... 96 3. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan
Sikap Istiqamah Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII
di SMP Negeri 1 Jenggawah Jember TP 2017/2018 ... 105 C. Pembahasan Temuan ... 114
1. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Kejujuran Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII
di SMP Negeri 1 Jenggawah Jember TP 2017/2018 ... 114 2. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan
Sikap Kejujuran Siswa pada Mata Pelajaran
Sikap Kejujuran Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII
di SMP Negeri 1 Jenggawah Jember TP 2017/2018 ... 119
BAB V PENUTUP ... 122
A. Kesimpulan... 122
B. Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN
No Uraian Halaman
2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian 18
4.1 Data Ruang Kelas SMP Negeri 1 Jenggawah 79
4.2 Rombongan Belajar SMP Negeri 1 Jenggawah 82
4.3 Data Hasil Temuan 113
3. Pedoman Penelitian 4. Jurnal Penelitian 5. Surat Izin Penelitian
6. Surat Keterangan Selesai Penelitian 7. Denah SMP Negeri 1 Jenggawah Jember 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 9. Hasil Evaluasi
10. Foto Kegiatan Penelitian 11. Profil Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi yang sangat maju saat ini, istilah pendidikan dan juga lembaga pendidikan tentunya bukanlah suatu hal yang asing lagi dan tabu dalam masyarakat. Setiap manusia di berbagai lapisan masyarakat, pasti mengalami dan menjajaki suatu pendidikan. Namun hanya beberapa kalangan saja dari banyaknya lapisan masyarakat tersebut yang mengetahui komponen- komponen yang ada dalam pendidikan yang salah satunya adalah kurikulum.
Dikatakan sebagai komponen, karena pada pengertiannya yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum diartikan sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, dan juga perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus pada perguruan tinggi. Namun dari pengertian tersebut, istilah kurikulum tidaklah hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami secara langsung oleh siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.1
Di Indonesia kurikulum telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda yang dikenal dengan sebutan curriculum (dalam bahasa Inggris). Kurikulum pedidikan Belanda tersebut bertujuan agar melestarikan penjajahan di Indonesia. Kurikulum di Indonesia mulai diterapkan pada tahun 1947 dengan sebutan Rentjana Pelajaran. Kemudian dengan seiring berjalannya waktu,
kurikulum tersebut mengalami perubahan dan diperbaiki. Kurikulum kembali diperbarui pada tahun 1952 dengan sebutan Rencana Pelajaran Terurai.
Sejatinya, kurikulum terus mengalami perubahan dan perkembangan, setelah kurikulum pada tahun 1952, kurikulum terus mengalami perubahan dan penyempurnaan yaitu pada tahun 1964, kemudian diperbarui lagi dengan kurikulum periode 1968, kurikulum periode 1975, kurikulum periode 1984, kurikulum periode 1994, dan terus berkembang lagi menjadi kurikulum periode 2004-2006 yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan disempurnakan lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada periode (2006-2013), dan kurikulum 2013 merupakan pembaruan dari serentetan kurikulum yang telah diterapkan sebelumnya.2
Implementasi kurikulum 2013 tersebut berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81a tahun 2013 tentang implentasi kurikulum. Pada saat ini, pengertian kurikulum mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”3
Tujuan pendidikan tercapai tidak hanya sebatas terlaksananya suatu pembelajaran. Melainkan tujuan pendidikan tersebut akan tercapai bila
2 Ibid., 37.
3 Undang-Undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1.
dinamis dan berkembangnya nilai-nilai dalam tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang bersifat fundamental , seperti nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama.4 Berkaitan dengan hal tersebut, dewasa ini dunia akan menghadapi tantangan kehidupan yang berkenaan dengan kemerosotan moral dan budi pekerti yang akan berdampak pada sikap sosial siswa terhadap sesamanya, hal tersebut ditandai dengan:
1. Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan tantangan tersendiri di mana informasi, baik positif maupun negatif dapat langsung diakses dalam kamar atau rumah. Tanpa adanya bekal yang kuat dalam penanaman agama (yang telah tercakup di dalamnya nilai moral dan budi pekerti) hal itu akan berdampak negatif jika tidak disaring dengan benar.
2. Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.
3. Moral para pejabat atau birokrat yang memang sudah amat melekat seperti koruptor, curang/tidak jujur, tidak peduli pada kesusahan orang lain, dan lain-lain, ikut menjadi tantangan tersendiri karena apabila mengeluarkan kebijakan, diragukan ketulusan dan keseriusannya mengimplementasikan secara benar.
4. Kurikulum di sekolah mengenai dimasukkannya materi moral dan budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran juga cukup sulit. Hal ini terjadi
karena ternyata tidak semua guru dapat mengaplikasikan model integrated learning tersebut ke dalam mata pelajaran lain yang sedang diajarkan atau yang diampunya.
5. Kondisi ekonomi Indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena bagaimanapun, setiap ada kebijakan pasti memerlukan dana yang tidak sedikit.5
Tantangan-tantangan tersebut merupakan tantangan sosial yang berkaitan dengan moral anak bangsa. Oleh karenanya, penanaman sikap sosial pada diri seseorang sangatlah penting guna mengatasi permasalahan moral yang terjadi saat ini. Karena seperti apa yang terdapat dalam al-Qur’an yang menganjurkan untuk senantiasa berlaku sosial kepada sesamanya (masyarakat), yaitu:
Artinya :“... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ...”.6
Berangkat dari dunia pendidikan berbasis lembaga formal yaitu lembaga sekolah, penanaman sikap sosial haruslah ditanamkan ke dalam setiap mata pelajaran yang ada. Dengan demikian perlunya komponen perencanaan pendidikan berupa kurikulum.
5 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008), 166.
6 Al-Qur’an, 5:2.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan istilah baru dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti (KI).
Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Awalnya kompetensi sikap hanya ada satu rumusan saja, namun setelah ada pendalaman materi maka arti sikap dibedakan antara sikap spiritual dan sikap sosial. Pendalaman pembahasan mengenai sikap spiritual dan sikap sosial tersebut dibahas dalam Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, dan yang telah diperbarui pada Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016.7
Oleh karena itu, dengan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum 2013 tersebut, diharapkan penanaman aspek sikap yang terdiri dari sikap spiritual dan sikap sosial ke dalam semua mata pelajaran akan terlaksana dan akan menciptakan generasi yang dalam basic sosialnya memiliki moral dan budi pekerti. Kurikulum 2013 diharapkan juga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh pendidikan dewasa ini, terutama memasuki era globalisasi yang penuh tantangan.
Kurikulum 2013 telah diterapkan secara bertahap sejak Senin (15/7/2013), dan dalam uji publik pelaksanaan kurikulum 2013 masih dikatakan belum siap dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015 dan masih tersandung oleh berbagai macam problem yang mendasar di lapangan yaitu
guru kesulitan membuat dan mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran yang memuat 4 (empat) muatan Kompetensi Inti (Aspek Spiritual, Aspek Sosial, Aspek Pengetahuan/Kognitif, Aspek Keterampilan /Psikomotorik), namun dengan adanya pembaruan kurikulum 2013 pada tahun 2016, dan perintah pelaksanaan kurikulum tersebut di semua lembaga sekolah diharapkan semakin maksimal penerapan kurikulum 2013 terutama dalam penanaman sikap sosial pada siswa.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah sekolah dimana terdapat masa transisi dari masa anak-anak di sekolah dasar, menuju masa remaja. Pada masa inilah seharusnya siswa perlu sekali akan penanaman nilai-nilai yang agamis yang nantinya akan berguna dalam masyarakat. Salah satunya yaitu penanaman sikap spiritual dan sikap sosial yang terdapat dalam kurikulum 2013.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Jenggawah Jember merupakan sekolah yang memiliki tujuan yakni menciptakan lulusan yang berkualitas. SMPN 1 Jenggawah adalah salah satu dari 5 (lima) lembaga sekolah sasaran pertama dalam penerapan kurikulum 2013 dan menerapkan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Seperti yang dijelaskan oleh Sucipto selaku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 1 Jenggawah:
SMPN 1 Jenggawah merupakan salah satu lembaga yang ditunjuk oleh Permendikbud untuk melaksanakan Kurikulum 2013 pertama kali yaitu pada tahun ajaran 2013/2014 bersamaan dengan empat lembaga lainnya yakni SMPN 1 Jember, SMPN 3 Jember, SMPN 10 Jember, dan juga SMPN 2 Puger Jember. Kemudian disusul pada tahun 2015
ada 45 lembaga sekolah menengah pertama, dan pada tahun ajaran 2017/2018 sekitar 125 lembaga sekolah menengah pertama.8
Hal tersebut tentunya sangat menarik mengingat para guru tentunya telah memahami secara mendalam bagaimana penerapan kurikulum 2013 yang baik dan benar. Pada catatan perilaku sebagian besar siswa-siswi di SMP Negeri 1 Jenggawah menunjukkan bahwa memiliki catatan yang baik berkenaan dengan sikap sosial mereka. Akan tetapi penanaman akan sikap sosial yang merupakan salah satu tujuan utama dari implementasi kurikulum 2013 haruslah diterapkan pada siswa dengan tidak memandang bagaimana keadaan sikap sosial siswa ketika di sekolah, bertujuan agar catatan sikap siswa yang buruk akan menjadi baik, dan juga untuk mempertahankan sikap siswa yang telah baik dan lebih memperkuat. Disamping hal tersebut, Bapak Sucipto juga merupakan salah satu guru di Jember yang ditugaskan untuk membimbing guru-guru sekolah menengah pertama di Jember untuk menerapkan kurikulum 2013.
Dari uraian di atas maka peneliti mengusulkan judul penelitian
“Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan fokus penelitian dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Kejujuran Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember Tahun pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Amanah Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?
3. Bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Istiqamah Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Rumusan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan.9 Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yakni:
1. Untuk mendiskripsikan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Kejujuran Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan
9 Riduwan, Metode & Teknik Penyusunan Propsal Penelitian (Bandumg: Alfabeta, 2014) 11.
Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Untuk Mendiskripsikan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Amanah Siswa pada Mata Ppelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.
3. Untuk Mendiskripsikan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Istiqomah Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMPN 1 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara mendasar dapat diartikan sebagai dampak dari tercapainya tujuan. Kegunaan penelitian adalah untuk menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri. Adapun manfaat penelitian itu ada dua yaitu: (1) manfaat untuk mengembangkan ilmu atau manfaat teoritis (2) manfaat praktis ialah membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.10
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran guna memperkaya khazanah keiulmuan dalam bidang implementasi kurikulum. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi stimulus bagi penelitian selanjutnya. Sehingga proses pengkajian
implementasi kurikulum yang secara mendalam akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
1) Hasil dari penelitian ini, dapat menambah wawasan ilmiah peneliti mengenai implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap sosial pada siswa.
2) Serta dengan penelitian tersebut, diharapkan mampu menambah pengalaman peneliti, sehingga dapat digunakan bekal untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Lembaga SMPN 1 Jenggawah
1) Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah mengenai implementasi kurikulum di SMPN 1 Jenggawah.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif serta dapat dijadikan evaluasi oleh lembaga terkait tentang implementasi kurikulum dalam menumbuhkan sikap sosial siswa.
c. Bagi IAIN Jember
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur atau referensi mengenai implementasi kurikulum dan perbendaharaan perpustakaan IAIN Jember.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada mahasiswa yang ingin mengembangkan kajian mengenai implementasi kurikulum pada waktu setelahnya.
E. Definisi Istilah
1. Implementasi Kurikulum 2013
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan; penerapan. Sedangkan pengertian kurikulum dalam Undang- Undang tentang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
Jadi implementasi kurikulum 2013 merupakan penerapan kurikulum 2013 pada suatu lembaga yang berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu.
2. Menumbuhkan Sikap sosial Siswa
Menumbuhkan merupakan kata kerja yang melambangkan suatu perbuatan yang menjadikan (menyebabkan) tumbuh. Sedangkan sikap sosial merupakan sikap yang menggambarkan kepedulian untuk melakukan sesuatu kepentingan kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan.
Menumbuhkan sikap sosial pada siswa diantaranya sikap kejujuran, amanah, dan istiqamah merupakan suatu bekal awal terhadap siswa agar dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Sikap sosial yang ditumbuhkan
pada diri siswa melalui dunia pendidikan tentunya harus berpaku pada dasarnya. Pada saat ini, kurikulum yang telah disempurnakan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2013, merupakan kurikulum yang sarat akan pendidikan karakter yang di dalamnya terdapat aspek sikap sosial yang harus diterapkan pada diri peserta didik.
3. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Sikap Sosial Siswa
Dalam kurikulum 2013 telah tersusun rumusan kompetensi inti yang diterapkan pada proses pembelajaran. Pada kompetensi inti tersebut terdapat tiga aspek penilaian, diantaranya aspek sikap, aspek kognitif, dan juga aspek psikomotor. Aspek sikap merupakan aspek yang paling utama pada kurikulum ini, karena kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bertujuan agar membentuk karakter pada diri peserta didik. Pada aspek sikap terdapat sikap spiritual dan sikap sosial.
Implementasi kurikulum 2013 dalam menumbuhkan sikap sosial siswa ini dimaksudkan agar siswa memiliki rasa sosial terhadap lingkungan di sekelilingnya sesuai dengan rumusan dalam kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan guna membentuk karakter siswa demi memperbaiki kualitas generasi muda yang semakin menurun kualitas moralnya yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII pada KI.2 yang berbunyi: “Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kompetensi Dasar pada KI tersebut antara lain:
a. Menghargai perilaku jujur sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
al-Baqarah: 42 dan hadis terkait.
b. Menghargai perilaku amanah sebagai implementasi dari Q.S. al-Anfal:
27 dan hadis terkait.
c. Menghargai perilaku istiqamah sebagai implementasi dari Q.S. al- Ahqaf: 13 dan hadis terkait.
F. Sistematika Pembehasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga pada bab penutup.
Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan skripsi. Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut:
Bab pertama, pada bab ini berisi pendahuluan, latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang merangkum manfaat teoritis dan manfaat praktis, dfefinisi istilah, dan sistematikan pembahasan.
Bab kedua, pada bab ini berisi tentang kajian kepustakaan yang memuat penelitian terdahulu dan kajian teori berkenaan dengan permasalahkan yang ingin dipecahkan berdasarkan dengan fokus penelitian
sikap sosial iswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Bab ketiga, pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang mencakup pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahapan-tahapan penelitian.
Bab keempat, pada bab ini berisi tentang penyajian dan analisis data yang memuat tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta pembahasan tujuan.
Bab kelima, pada bab ini berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.
Sejauh ini peneliti menemukan beberapa penelitian mengenai impelentasi kurikulum 2013 dan mengenai sikap sosial siswa, beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Aizzatul Maufiroh pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Krejengan Kabupaten Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Dalam penelitian ini tercantum tiga fokus penelitian yaitu: 1) bagaimana implementasi perencanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Krejengan Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2013/2014?
2) bagaimana implementasi pelaksanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Krejengan Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2013/2014?
3) bagaimana implementasi evaluasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Krejengan Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2013/2014?.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa interview, observasi, dan dokumentasi. Dan dari hasil
penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Krejengan Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2013/2014, telah berjalan atau diterapkan dengan baik, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anny Naqdli Elfitriyah pada tahun 2016 dengan judul peneitian “Implementasi Sikap Sosial Siswa Muslim dalam Lingkungan Sekolah di SMP Negeri 3 Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Dalam penelitian ini tercantum dua fokus penelitian, yaitu: 1) bagaimana sikap sosial asosiatif siswa Muslim dalam lingkungan sekolah di SMP Negeri 3 Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016? 2) bagaimana sikap sosial disosiatif siswa muslim dalam lingkungan sekolah di SMP Negeri 3 Ambulu tahun pelajaran 2015/2016?. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan implementasi sikap sosial siswa muslim dalam lingkungan sekolah di SMP Negeri 3 Ambulu tahun pelajaran 2015/2016.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuaitatif. Dan uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teknik. Dan hasil dari penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa sikap sosial asosiatif siswa muslim di SMP Negeri 3 Ambulu sangat baik dan sikap disosiatif siswa muslim di
SMP Negeri 3 Ambulu ada akan tetapi tidak sampai ke ranah pelecehan agama. Dan beberapaa langkah telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk menumbuhkan rasa saling menghormati antar sesama.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim pada tahun 2015 dengan judul penelitian “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Islam Tulupari Tiris Probolinggo Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana problematika guru pendidikan agama Islam dalam merancang pembelajaran, dalam menentukan pendektan pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran, dalam mengevaluasi, pembelajaran kurikulum 2013 di SMP Islam Tulupari Tiris Probolinggo tahun pelajaran 2014/2015.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, interview, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: 1) dalam merancang pembelajaran kurikulum 2013, sosialisasi dari pemerintah yang kurang, minimnya pengetahuan dan pemahaman guru terhadap kurikulum 2013, dan SDM guru dalam merancang atau merencanakan pembelajaran kurikulum 2013 masih kurang maksimal, serta kurangnya fasilitaas atau sarana dan prasarana. 2) dalam pendekatan pembelajaran kurikulum 2013. Guru yang
merasa kesulitan mencari strategi dalam merubah siswa yang pasif menjadi aktif, sarana dan prasarana yang tidak memadahi. 3) dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu pertama, perlunya adaptasi sesama guru guna untuk memahami implementasi kurikulum 2013. Adaptasi siswa dan fasilitas yang kurang memadahi. 4) dalam mengevaluasi kurikulum 2013, bahwa problem dalam mengevaluasi pembelajaran kurikulum 2013 adalah minimnya pengetahuan dan pemahaman cara mengevaluasi, seperti pengisian rapor siswa dan jurnal gharian guru.
Tabel 2.1
Tabel Perbedaan dan Persamaan
No Nama Tahun Judul Perbedaan Persamaan
1. 1. Aizzatul Maufiroh
2014 Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Krejengan Kabupaten Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014
- Penelitian yang dilakukan oleh Aizzatul Maufiroh mengupas
mengenai implementasi kurikulum 2013 secara global.
- Sedangkan peneliti di sini mengupas lebih spesifik yaitu implementasi kurikulum 2013 dalam
menumbukan sikap sosial siswa.
- Penelitian oleh Aizzatul Maufiroh dan peneliti sama- sama meneliti mengenai
kurikulum 2013.
2. 2. Anny Naqdli Elfitriyah
2016 Implementasi Sikap Sosial Siswa Muslim dalam Lingkungan Sekolah di SMP Negeri
- Penelitian yang dilakukan oleh Anny Naqdli Elfitriyah
menekankan pada implementasi sikap sosial.
- Sedangkan peneliti
- Penelitian yang dilakukan oleh Anny Naqdli Elfitriyah dan peneliti sama-sama berobjek sikap sosial.
3 Ambulu Tahun Pelajaran 2015/2016
menekankan pada implementasi kurikulum 2013.
3. 3. Lukman Hakim
2015 Problematika Guru
Pendidikan Agama Islam dalam
Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Islam
Tulupari Tiris Probolinggo Tahun Pelajaran 2014/2015
- Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim membahas
mengenai
problematika guru dalam
implementasi kurikulum 2013.
- Sedangkan peneliti membahas
m,engenai implementasi kurikulum 2013 dalam
menumbuhkan sikap sosial pada siswa.
- Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim dan Peneliti sama- sama menekankan pada implementasi kurikulum 2013, dan jenjang yang di teliti yaitu tingkat SMP.
B. Kajian Teori
1. Kajian Teoritik tentang Implementasi Kurikulum 2013
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata implementasi memiliki arti pelaksanaan; penerapan. Tertulis dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Sehingga implementasi kurikulum 2013 memiliki arti penerapan atau pelaksanaan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004 dan juga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi kompetensi aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.11
Implementasi atau pelaksanaan kurikulum terlihat dengan jelas berpengaruh terjadi dalam suatu pembelajaran. Karena yang dari pengertiannya kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi apa yang ada pada kurikulum merupakan apa yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran.
11 M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 16.
Dalam suatu kegiatan pembelajaran terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen yang terdiri dari suatu pembelajaran diantaranya perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
a. Perencanaan Pembelajaran
Dalam melakukan segala kegiatan, selalu diawali dengan suatu perencanaan. Perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang berarti rancangan; buram (rangka sesuatu yang akan dikerjakan); konsep.
Sedangkan perencanaan secara definisi merupakan suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencakup elemen-elemen:
1) Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan 2) Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
3) Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan
4) Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan
5) Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan
6) Identifikasi strategi alternatif yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.12
Secara singkatnya perencanaan pembelajaran berarti suatu proses merencanakan suatu pembelajaran agar tercapainya tujuan dari suatu pelaksanaan pembelajaran. Dalam pengertian secara luasnya, dirumuskan Perencanaan Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan upaya untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut.13
Secara umum dalam perencanaan kurikulum tidak boleh mengesampingkan kebutuhan masyarakat atau dengan kata lain perencanaan kurikulum harus mengedepankan kebutuhan masyarakat itu sendiri, karakteristik pembelajaran dan ruang lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan. Peserta didik dengan karakter tersebut memiliki dua kemungkinan, meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau terjun ke dunia kerja serta masyarakat. Oleh karena itu, pengelolahan komponen perencanaan kurikulum harus memperhatikan faktor tujuan, kontenm, kegiatan (aktivitas), sumber yang digunakan, dan instrumen evaluasi (pengukuran).
1) Tujuan
Perumusan tujuan belajar diperlukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
13 Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran (Malang: UIN- MALIKI Press, 2010), 2.
budaya dan alam sekitarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggara sekolah berpedoman pada tujuan pendidikan nasional. Sumber dari tujuan (aim, goal, maupun objective) ini adalah sumber empiris, sumber filosofis, sumber mata pelajaran, konsep kurikulum, analisis situasional, dan tekanan pendidikan.
Implikasi tujuan (objective) adalah sebagai berikut:
a) Suatu pengertian tentang arah (sasaran) bagi setiap orang yang tertarik dengan proses pendidikan seperti siswa, guru, administrator, orang tua, penilik, pengawas, dan sebagainya.
b) Basis perencanaan kurikulum yang rasional dan logis.
c) Memberikan suatu basis untuk penilaian siswa.
2) Konten
Konten atau isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajat\ran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata pelajaran. Pemilihan isi menekankan pada pendekatan mata pelajaran (pengetahuan) atau pendekatan proses (keterampilan).
Untuk itu, terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan isi kurikulum ini, yaitu:
a) Signifikansi, yaitu seberapa penting isi kurikulum pada suatu disiplin atau tema studi.
b) Validitas, yang berkaitan dengan keotentikan dan keakuratan isi kurikulum tersebut.
c) Relevansi sosial, yaitu keterkaitan isi kurikulum dengan nilai moral, cita-cita, permasalahan sosial, isu kontroversial, dan sebagainya, untuk membantu siswa menjadi anggota efektif dalam masyarakat.
d) Utility atau kegunaan (daya guna), berkaitan erat dengan kegunaan isi kurikulum dalam mempersiapkan peserta didik menuju kehiodupan dewasa.
e) Learnability atau kemampuan untuk dipelajari, yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam memahami isi kurikulum tersebut.
f) Minat, yang berkaitan dengan minat siswa terhadap isi kurikulum tersebut.
3) Aktivitas belajar
Aktivitas belajar dapat didefinisikan berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar.
Aktivitas bel;ajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai.
Berkaitan dengan aktivitas belajar, harus diperhatikan pula strategi belajar mengajar yang efektif, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Pengajaran expository
Pengajaran expository atau penjelasan rinci ini melibatkan pengiriman informasi dalam arah tunggal, dari sutau sumber ke pembelajar. Contoh dari pembel;ajaran ini adalah ceramah, demonstrasi, tugas membaca dan presentasi audio visual.
b) Pengajaran interaktif
Pada hakikatnya, pengajaran ini sama dengan pengajaran expository. Perbedaannya, dalam pengajaran interaktif terdapat dorongan yang disengaja ketika terjadi interaksi antara guru dan pembelajaran, yang biasanya berbentuk pemberian pertanyaan. Pada dasarnya, dalam pendekatan ini guru harus lebih aktif, dan keterampilan berfikir ditingkatkan melalui unsur interaktif.
c) Pengajaran atau diskusi kelompok kecil
Karakteristik pokok dari strategi ini melibatkan pembagian kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang yang bekerja relatif bebas, untuk mencapai suatu tujuan.peran guru berubah, dari seorang pemberi pengetahuan menjadi koordinator aktivitas dan pengarah informasi.
d) Pengajaran inkuiri atau pemecahan masalah
Ciri utama strategi ini adalah aktifnya guru dalam penentuan jawaban dari berbagai pertanyaan serta pemecahan masalah. Pengajaran inkuiri biasanya melibatkan pembelajaran dengan aktivitas yang dilaksanakan secara bebas, berpasangan atau dalam kelompok yang lebih besar.
e) Strategi belajar mengajar lainnya
Strategu belajar mengajar lain yang relatif lebih baru adalah cooperative learning, community service project, mastered learning, dan project approach.
4) Sumber
Sumber atau resources yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut antara lain:
a) Buku dan bahan tercetak b) Perangkat lunak momputer c) Film dan kaset video d) Kaset
e) Televisi dan proyektor
f) CD ROM interaktif, dan masih banyak lagi 5) Evaluasi
Evaluasi atau penilaian dilakukan secara bertahap, berkesinambungan dan bersifat terbuka. Dari evaluasi ini dapat diperoleh keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar
siswa, dan pelaksanaan kurikulum oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini, terdapat banyak instrumen pengukuran yang dapat digunakan oleh pendidik, antara lain:
a) Tes standar b) Tes buatan guru c) Sampel hasil karya d) Tes lisan
e) Observasi sistematis f) Wawancara
g) Kuesioner
h) Daftar cek dan skala penilaian i) Kalkulator anekdot
j) Sosiogram dan pelaporan
Selain itu, dalam evaluasi kurikulum ini terdapat prosedur yang harus diikuti, yang meliputi tujuh langkah berurutan yang berhubungan secara integral, yaitu:
a) Penanda evaluasi, sebagai pemecahan terhadap konteks ukur.
b) Spesifikasi tugas, yang menggambarkan cakupan evaluasi.
c) Desain evaluasi, sebagai penyusunan perencanaan untuk melaksanakan evaluasi.
d) Pengumpulan data, untuk memperoleh data, baik dari sumber data yang ada maupun menggunakan teknik yang dirancang dalam tahapan desain.
e) Analisis data, sebagai analisis, sintesis, dan interpretasi dta seperti yang diatur dalam tahapan desain.
f) Kesimpulan, untuk mempersiapkan kesimpulan yang didasarkan pada hasil dan persiapan laporan.
g) Menghadirkan kesimpulan dan rekomendasi pada audiens.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, perencanaan pembelajaran merupakan tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses, dan perancanaan pembelajaran tersebut diwujudkan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan silabus.
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP dalam kurikulum 2013 mencakup : (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester;
(2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran;
metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (8) penilaian.
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (gurui kelas) di SD dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.
Pengembanngan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
2) Silabus
Dalam kurikulum 2013, ada salah satu administrasi pembelajaran yang harus dipenuhi dan dibuat oleh seorang
pendidik, yaitu silabus. Silabus merupakan suatu yang pokok dalam kegiatan pembelajaran. Sebab, silabus silabus digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan adanya silabus, seorang pendidik dapat mengetahui bagaimana ia akan melaksanakan pembelajaran yang baik, efektif dan efisien sehingga apa yang menjadi standar kompetensi lulusan yang ditetapkan dapat tercapai dengan maksimal.
Definisi dari silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dari ruang lingkung yang telah ditetapkan oleh pemerintah di dalam silabus tersebut selanjutnya dikembangkan oleh satuan pendidikan masing-masing dengan memperhatikan kompetensi maupun kebutuhan daerah setempat.14
Menurut Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran yang paling sedikit memuat:
14 Fadlillah, implementasi Kurikulum, 136.
a) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan)
b) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas c) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran
d) Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keteramp[ilan yang terkait muatan atau mata pelajaran
e) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A)
f) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi
g) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan h) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
i) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun
j) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembeljaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan suatu pembelajaran merupakan perwujudan atau pengaplikasian dari suatu perencanaan. Pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar mengajar (KBM) atau dapat dikatakan juga sebagai proses belajar mengajar. Secara prinsip berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:
(1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang;
(4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,efektif, efisien, dan bermakna.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran, diantaranya proses pembelajaran langsung yaitu proses pembelajaran yang terjadi sesuai dengan rancangan RPP dan silabus. Dan pembelajaran tidak langsung merupakan proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung akan tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.
Pada proses suatu pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegitaan awal sebelum memasuki pada inti dari pelajaran. Pada kegitan pendahluan yang silakukan guru yaitu:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisikl untuyk mengikuti proses pembelajaran
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari
c) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan
tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
Dalam kegiatan pendahuluan ini bersifat fleksibel. Artinya, guru dapat menyesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing.
Dalam pendahuluan yang terpenting ialah motivasi belajar dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan stimulus mengenai materi yang akan dipelajari. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik betul-betul siap dalam mengikuti proses pembelajaran.15
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling penting dan utama dalam proses pembelajaran. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
15 Ibid, 183.
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembanga fisik serta psikologis peserta didik. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a) Mengamati b) Menanya
c) Mengumpulkan informasi d) Mengasosiasi
e) mengkomunikasikan
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam RPP dan silabus. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun tugas kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung bagaimana interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik itu sendiri berjalan dengan aktif. Selain itu, pembelajaran berlangsung dengan menarik dan menyenangkan bagi peserta didik apabila guru mampu mengelola kelas dengan baik.
c. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Sedangkan menurut Stufflebeam dan Shinkfield, evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung-jawaban, dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.16
Dalam suatu pembelajaran, evaluasi dikatakan sebagai penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan pendidik, manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara
16 Sahlan, Evaluasi Pembelajaran (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 9.
keseluruhan. Pada kurikulum 2013 penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2016 didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena kebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berati penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
10) Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan peserta didik.
Evaluasi pada aspek sikap sosial yaitu terdiri dari tiga macam, diantaranya yaitu: observasi oleh guru, penilaian diri sendiri, dan penilaian teman sejawat. Berikut contoh format dari penilaian sikap:
1) Penilaian Guru
Penilaian sikap oleh guru yaitu penilaian sikap siswa yang dilakukan oleh guru dengan cara guru mengamati sikap siswa.
2) Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan bentuk observasi atau penilaian sikap dengan cara siswa menilai dirinya sendiri dengan butir-butir pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan melalui angket.
3) Penilaian Oleh Teman
Penilaian sikap oleh teman merupakan penilaian sikap dengan cara penilaian sikap antar teman. Sehingga akan lebih akurat apabila dengan penilaian teman sejawat tersebut.
2. Sikap Sosial Siswa
Salah satu tujuan risalah Islam yaitu menyempurnakan akhlak. Akhlak yaitu berkaita dengan bagaimana tingkah laku seseorang terhadap orang
lain, atau bagaimana sikap sosial seseorang tersebut. Akhlak atau sikap sosial sangat penting bagi manusia. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiannya sebagai makhluk yang paling mulia. Terlebih dengan kehidupan masyarakat yang sarat dengan persaingan hidup yang kompetitif, pola hidup yang hedonis, materialistis, ketika seseorang tidak mampu mengatasi permasalahan hidupnya, tidak jarang akan memilih penyelesaian destruktif yang pada akhirnya akan merendahkan harkat kemanusiannya seperti bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, penodongan, perampokan dan sebagainya.
Oleh karena itu sebagai khalifah di bumi yang memiliki predikat sebgaai seorang mukmin, seharusnya potret kehidupannya mencerminkan akhlak mulia, karena akhlak merupakan buah dari iman. Perwujudan dari hal tersebut adalah penanaman akhlak pada manusia yang harus dimulai sejak dini.
Penanaman sikap sosial pada siswa diantaranya:
a. Kejujuran
Jujur merupakan bagian dari suatu akhlak terpuji atau dalam istilah Islam disebut dengan Akhlakul Mahmudah. Maksud akhlak terpuji ini adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan . benar dalam perkataan adalah mengatakan keadaan yang sebenarnya. Lain halnya apabila yang disembunyikan itu bersifat rahasia atau karena menjaga nama baik seseorang. Benar dalam perbuatan adalah mengerjakan sesuatu sesuai dengan petunjuk agama.
Apa yanng boleh dikerjakan menurut perintah agama, berarti itu benar.
Dan apa yanng tidak boleh dikerjakan sesuai dengan larangan agama, berarti itu tidak benar.17
Di antara ciri jujur adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT semata dalam semua perbuatan, tidak mengharapkan imbalan dari makhluk, dan benar dalam ucapan. Dan dari ciri di atas sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh al-Ghazali yang menegaskan bahwa benar atau jujur yang sempurna adalah hendaklah seseorang menghilangkan sifat riya’ dari dirinya, sehingga bagi dirinya tidak ada perbedaan antara orang yang memuji dan mencelanya.
Wujud dari sikap jujur terdiri dari beberapa macam diantaranya:
1) Jujur dalam niat
Jujur dalam niat merupakan sikap jujur yang diterapkan dalam suatu kehendak. Artinya dalam melakukan sesuatu hal, tidak ada dorongan atau motivasi lain dalam sengaja tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah SWT.
Jujur dalam niat terletak pada hati. Hanya Allah dan pemilik hati itu sendiri yang mengetahui apakan seseorang jujur dalam suatu kehendak atau tidak. Jujur dalam suatu niat atau kehendak sangat mempengaruhi tindakan lainnya, seperti ketika seseorang tidak jujur dalam niat, maka dalam perkataan dan
17 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 102.
perbuatan pun dia tidak akan jujur, karena niat merupakan awal dari segalanya.
2) Jujur dalam perkataan
Diartikan jujur dalam perkataan adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi, kecuali untuk kemsalahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi peran mendamaikan dua orang yang bersengketa dan semisalnya.
Setiap hamba wajib menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal tersebut sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Nemar atau jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang diantara macam- macam kejujuran.
3) Jujur dalam perbuatan
Jujur dalam perbuatan merupakan seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridai Allah SWT dan melaksanakannya secara terus menerus dan ikhlas.
Kata jujur seolah-olah menjadi barang langka bahkan hampir sirna. Di setiap sudut kehidupan selalu saja tampak perilaku
ketidak jujuran. Saat di lingkungan masyarakat, di jalanan, di pasar, di kantor-kantor, dan lain sebagainya.
Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah, adakalanya pula menjadi kuat. Tentu kita harus menanamkan pada diri kita kesadaran untuk selalu berperilaku jujur, baik kepada Allah SWT, kepada orang lain, bahkan kepada diri sendiri. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku jujur ini diperintahkan dalam agama, karena prilaku jujur merupakan suatu akhlak yang harus dimiliki pada setiap individu.
Allah SWT juga memerintahkan umat manusia untuk berperilaku jujur, yakni yang tertulis dalam firman-Nya pada QS. At-Taubah: 119 sebagai berikut:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”18
18 Al-Qur’an, 9:119.
b. Amanah
Pengertian amanah menurut arti bahasa adalah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah), atau kejujuran, kebalikan dari khianat.
Sedangkan pengertian secara luasnya adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan suatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia, ataupun tugas kewajiban. Pelaksanaan amanat dengan baik disebut al-amin yang berarti dapat dipercaya , jujur, setia, dan aman.19
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian dari iman yang artinya percaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis iman seseorang, maka semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Sikap amanah terdiri dalam beberapa bagian, diantaranya:
1) Amanah terhadap Allah
Allah SWT memberikan amanah kepada semua manusia agar menjaga hak-hak-Nya. Allah menciptakan manusia agar hanya beribadah kepada-Nya, memerintah, dan melarang manusia.
Allah tidak menciptakan manusia secara sia-sia tanpa diperintah dan dilarang. Allah menciptakan manusia untuk satu tujuan yang terpuji dan agung yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan mengimani segala yang datang dari-Nya. Dengan demikian,
mentauhidkan Allah adalah amanah, dan berbuat syirik merupakan perbuatan khianat.
Amanah yang paling besar yang Allah embankan kepada manusia adalah tauhid. Dan penghianatan terhadap Allah yang paling besar adalah syirik. Barangsiapa yang menegakkan hak-hak Allah SWT, mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya, menjalankan perintah-perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya, dan berhati-hati dari syirik, maka seseorang tersebut telah menjalankan amanah terhadap Allah SWT.
Pengetahuan manusia tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, pengetahuan tentang keagungan dan kebesaran-Nya, pengetahuan tentang kekuasaan-Nya, pengetahuan tentang seberapa besar kebijaksanaan-Nya, itu adalah bentuk menunaikan amanah kepada Allah SWT.
2) Amanah terhadap sesama manusia