PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Tinjauan Pustaka
Kajian Derry Aplianta (2015)11 menyinggung kebijakan Indonesia terhadap sengketa di Laut China Selatan yang tidak mempengaruhi Kepulauan Natuna pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Belum banyak kajian tentang diplomasi maritim Indonesia untuk menyelesaikan persoalan perbatasan laut di Kepulauan Natuna.
Kerangka Teori
- Diplomasi Maritim
- Keamanan Maritim
- Kepentingan Nasional
Oleh karena itu, setiap politik luar negeri memiliki tujuan dan sasaran yang dirumuskan dalam konsep kepentingan nasional. Konsep kepentingan nasional ini memungkinkan perilaku kebijakan luar negeri dianalisis secara lebih objektif.
METODE PENELITIAN
- Metode Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Kerangka Pemikiran
Natuna.https://www.antaranews.com/berita/1230776/pakar-indonesia-harus-hadir-physical-di-zeena-natuna. Besoek op 17 Maart 2020. Natuna.https://www.antaranews.com/news /1230776/pakar-indonesië-moet-fisies-by-zee-natuna-wees.
GAMBARAN UMUM DAN ISU PERBATASAN NATUNA
Geografi dan Potensi Natuna
Pada tahun 2007, Kabupaten Natuna memiliki 16 kecamatan, 6 diantaranya merupakan kecamatan pemekaran baru, antara lain kecamatan Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur dan Jemaja Timur dengan jumlah kecamatan seluruhnya /desa sebanyak 75. Jumlah penduduk Wilayah Natuna pada tahun 2010 berjumlah 69.003 jiwa, terdiri dari 35.741 laki-laki dan 33.262 perempuan.
Isu-isu terkait Perbatasan Maritim
Menurut Ady Muzwardi, keterbatasan pengelolaan perbatasan di perairan Natuna membuat illegal fishing semakin sering terjadi. Tingginya aktivitas illegal fishing di perairan Natuna disebabkan oleh keberadaan Border Crossing Points (BCPs) dan Cross Border Control Points (CPCPs) serta fasilitas Customs, Immigration, Quarantine and Security (CIQS) yang belum maksimal.
Isu di Kawasan ZEE
Batas Zona Ekonomi Eksklusif adalah selebar 200 mil dari zona maritim Indonesia diukur dari garis pangkal laut teritorial Indonesia. Abd Thalib, mengutip pasal III pasal 4 UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, menyebutkan bahwa: Hak dan kewajiban negara lain di zona ekonomi eksklusif diatur dalam Pasal 58 Konvensi Hukum Laut 1982, yaitu sebagai berikut:44.
Di zona ekonomi eksklusif, semua negara, pantai atau non-pantai, yang tunduk pada ketentuan-ketentuan yang relevan dari konvensi ini, menikmati kebebasan navigasi dan penerbangan serta kebebasan untuk meletakkan kabel dan pipa bawah laut dari Pasal 87 dan penggunaan laut sehubungan dengan pengoperasian kapal, pesawat udara dan kabel serta pipa bawah laut dan sesuai dengan ketentuan lain dari Konvensi ini. Pada waktu melaksanakan hak untuk memenuhi kewajiban berdasarkan Konvensi ini di zona ekonomi eksklusif, Negara harus memperhatikan hak dan kewajiban Negara pantai serta menghormati peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Negara pantai sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan aturan hukum internasional, jika ketentuan ini tidak bertentangan dengan ketentuan bab ini. Kewajiban yudisial dan hak lainnya di zona ekonomi eksklusif Indonesia diatur dalam Pasal 4 Bab III UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Untuk ZEE sendiri, angka yang diberikan untuk lebar zona ekonomi eksklusif adalah 200 mil atau sekitar 370,4 km. Jika lebar laut teritorial diterima 12 mil, seperti yang terjadi saat ini, zona ekonomi eksklusif sebenarnya adalah lebar mil laut. Seperti yang telah disebutkan, hak negara pantai atas dua laut berbeda, yaitu kedaulatan penuh atas laut teritorial dan hak berdaulat atas zona ekonomi untuk tujuan pemanfaatan sumber daya kekayaan yang terkandung di zona maritim.
Isu dengan China
Indonesia menolak penggunaan sembilan garis putus-putus sebagai dasar klaim air di Laut China Selatan, bukan dengan UNCLOS 1982. Salah satu hasil dari tindakan tersebut adalah pemerintah China sejak tahun 1995 menyatakan tidak ada klaim yang tumpang tindih terhadap Kepulauan Natuna dan mengakui pulau-pulau tersebut sebagai milik Indonesia. Kerja sama diplomasi maritim dilakukan Indonesia saat berhadapan dengan China di Laut China Selatan agar wilayah Indonesia tidak terganggu.
Untuk mencegah penangkapan ilegal, Indonesia sudah saatnya bekerja sama dengan China di Laut China Selatan dan Laut Natuna Utara. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menegaskan perairan Natuna adalah milik Indonesia. 80 Xiao Qian menyampaikan hal itu usai bertemu dengan Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan pada 24 Januari 2020. Surat edaran itu berisi tiga poin posisi Indonesia. mengenai isu-isu di Laut China Selatan.
Kajian Pengembangan Kabupaten Natuna Sebagai Kota Kunci di Perbatasan Luar Indonesia dengan Penekanan Khusus Isu Pertahanan dan Keamanan Nasional di Laut Cina Selatan.” Journal of Marine and Island Cultures, Vol 7. Suatu negara maritim saat ini didefinisikan sebagai suatu negara maritim yang memerlukan pelaksanaan diplomasi maritim sebagai bentuk implementasi politik luar negeri Indonesia 118. Respons Indonesia terhadap sengketa di Laut Cina Selatan: analisis komparatif era Suharto dan pasca-Soeharto.
PEMBAHASAN
Diplomasi Maritim Kooperatif
Oleh karena itu, sejak tahun 1990 hingga 2000, Indonesia mengadakan pertemuan informal untuk mencari solusi atas tumpang tindih klaim di Laut China Selatan antara China dan anggota ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Ketika Indonesia akhirnya terpaksa bergabung setelah China mengumumkan kebijakan sembilan garis pada 2009 di Laut China Selatan, termasuk perairan Natuna, Indonesia tetap menjaga hubungan diplomatik yang tidak memancing konflik. 61 Namun demikian, masuknya kapal ikan asing ke perairan Natuna dianggap sebagai peringatan bagi Indonesia untuk lebih memperketat pertahanan dan pengawasannya.
Indonesia terus bekerja sama dengan China meski ada pelanggaran di perairan Natuna, menurut pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang mengatakan hal itu tidak akan menghalangi investasi China. Sikap kooperatif terhadap China juga menjadi pandangan Menko Polhukam Mahfud MD yang berharap insiden di perairan Natuna Utara tidak mengganggu hubungan diplomatik Indonesia dengan China. Namun, Indonesia disebut akan mengusir nelayan China yang mencuri stok ikan di ZEE Indonesia.
Namun diakui Xiao Qian, hubungan kedua negara tidak selamanya baik, terutama terkait isu klaim teritorial di perairan Natuna. Di tengah kebutuhan untuk membangun hubungan bilateral antara Indonesia dan China, perselisihan yang muncul terkait penangkapan dan deportasi nelayan China di Natuna harus diarahkan pada kerja sama di bidang ini. Contoh kerja sama di kawasan ini adalah Vietnam dan China; Meski terlibat sengketa perbatasan, keduanya bisa bekerja sama dalam ekstraksi minyak dan gas di Laut China Selatan.
Diplomasi Maritim Persuasif
- Bangun Pariwisata
- Diplomasi Bilateral
- Diplomasi Multilateral
Unjuk kekuatan yang merupakan diplomasi maritim Indonesia terhadap klaim China di ZEE Indonesia masih berlanjut. Kapal Indonesia pantau Kehadiran kapal penjaga pantai dan kapal penangkap ikan China di ZEE Indonesia di perairan Natuna utara kembali membuat tegang hubungan kedua negara. Demonstrasi kekuatan militer dengan latihan bersama di Kepulauan Natuna menandakan pendekatan hard power terhadap isu Natuna dari Indonesia.
Pertama, diplomasi maritim kooperatif digunakan Indonesia dalam menangani masalah perbatasan laut dengan China di Kepulauan Natuna. Kedua, Indonesia juga menggunakan alat diplomasi maritim persuasif untuk menegaskan kedaulatannya di ZEE Kepulauan Natuna. Salah satu penegasan diplomasi ini adalah dengan mengubah nama perairan di sebelah utara Kepulauan Natuna yang masuk dalam ZEE Indonesia menjadi Laut Natuna Utara.
Ketiga, Indonesia secara bersamaan menggunakan pendekatan diplomasi maritim koersif sebagai cara mempertahankan kedaulatan di ZEE Kepulauan Natuna yang diketahui dimanfaatkan oleh nelayan China untuk menangkap ikan secara ilegal. Diplomasi Kelautan Indonesia Terhadap Kegiatan Illegal Fishing Nelayan China di ZEEI Perairan Kepulauan Natuna. Tiongkok.https://www.merdeka.com/dunia/this-5-power-tni-yang-siaga-di-natuna-hadang-china.html.
Bagaimana kebijakan China Indonesia menggunakan peta Laut China Selatan berdasarkan sembilan garis putus-putus, yang membuat wilayah kedaulatan yang diklaimnya tumpang tindih dengan ZEE Kepulauan Natuna. Diplomasi maritim seperti apa yang dilakukan secara multilateral di kawasan Asia Tenggara, terutama dimulai dari kasus Kepulauan Natuna.
Diplomasi Maritim Koersif
- Bangun Pangkalan
Menjaga Kedaulatan Natuna
PENUTUP
Simpulan
Namun, China mengatakan kegiatan penangkapan ikan di wilayah yang disebut ZEE Indonesia adalah wilayah tradisional nelayan China, sehingga Coast Guard China muncul untuk membimbing mereka saat mencari ikan. Kebijakan melakukan diplomasi diplomasi kooperatif dilakukan untuk mengingatkan China bahwa telah terjadi pelanggaran di ZEE Indonesia di Natuna Utara di mana nelayan China menangkap ikan secara ilegal di sana. China juga menyatakan, meski terkesan ambigu, tidak ada sengketa perbatasan dengan Indonesia di Natuna.
Namun, China menyebut penangkapan ikan oleh nelayan di ZEE Indonesia karena kawasan tersebut dikenal sebagai zona penangkapan ikan tradisional, padahal sebenarnya sangat jauh dari garis pantai China daratan. Salah satu pemikiran yang muncul dalam diplomasi kerja sama ini adalah membangun kerja sama di perairan ZEE Indonesia terkait isu pemanfaatan sumber daya laut dengan China agar perikanan dapat dikelola untuk kepentingan bersama yang saling menguntungkan. Diplomasi koersif antara lain unjuk keperkasaan militer dalam bentuk latihan militer atau sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo bahwa hak berdaulat Indonesia di ZEE adalah sesuatu yang sangat patut mendapat perhatian.
Keempat, kedaulatan Indonesia di wilayah maritim khususnya di ZEE Kepulauan Natuna dipertahankan hingga saat ini antara lain melalui diplomasi maritim dan berbagai pejabat pemerintah dari kementerian pertahanan hingga Bakamla. Namun karena China belum menerima prinsip dasar UNCLOS, maka hak berdaulat Indonesia di ZEE Natuna masih perlu diperjuangkan baik secara bilateral maupun multilateral. Indonesia juga dapat membuka peluang kerjasama di ZEE Indonesia dengan negara tetangga termasuk China dalam pemanfaatan sumber daya hayati dan sumber daya alam.
Saran-Saran
Kedua, Kemhan harus selalu hadir dengan patroli atau pembangunan pangkalan di Kepulauan Natuna. Orang, Negara, dan Ketakutan: Agenda Studi Keamanan Internasional di Era Pasca Perang Dingin. Isu keamanan perbatasan di perairan Kepulauan Natuna: antara perbatasan negara dan illegal fishing.
Respons Hukum dan Kebijakan terhadap Tantangan Keamanan Maritim di Selat Malaka dan Singapura. Pengarahan Pers Bersama Pertemuan Pejabat Tinggi ASEAN-Cina ke-14 tentang Implementasi Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut Cina Selatan (SOM-DOC) https://asean.org/joint-press-briefing-on-the -14th-asean-china- pertemuan-pejabat-senior-pada-pelaksanaan-deklarasi-on-the-conduct-of-party-in-the-south-china-sea-som-doc/ . Jadi biodata ini sebenarnya saya buat untuk memenuhi salah satu syarat hibah penelitian bertajuk Diplomasi Maritim Indonesia Dalam Mempertahankan Kedaulatan Kepulauan Natuna 2014-2019.