• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut juga telah mengkaji RENSTRA Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tahun berjalan sesuai dengan perubahan yang terdapat dalam RENSTRA Kementerian Perhubungan. Beberapa perubahan yang tertuang dalam kajian RENSTRA Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tahun ini adalah tujuan dan indikator kinerja utama (KPI) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Ruang Lingkup

Kerangka Pikir

Proses penyusunan revisi renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tahun 2005-2009 diawali dengan penilaian terhadap pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra Subbidang Perhubungan Laut tahun 2005-2009. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mencermati dan mengatasi permasalahan dan tantangan yang mempengaruhi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

EVALUASI PENCAPAIAN DIREKTORAT JENDERAL

KONDISI UMUM

  • Bidang Angkutan di Perairan
  • Bidang Kepelabuhanan
  • Bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran a). Jumlah dan Jenis Kecelakaan Kapal
  • Bidang Perlindungan Lingkungan Maritim

Hasil evaluasi lengkap kecelakaan kapal selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut. Fasilitas dan keselamatan dapat dilihat dari jumlah armada navigasi dan Alat Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).

Tabel 2.1 Perkembangan Perusahaan Angkutan Laut   Tahun  Pelayaran  Nasional
Tabel 2.1 Perkembangan Perusahaan Angkutan Laut Tahun Pelayaran Nasional

EVALUASI PENCAPAIAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TAHUN 2007 - 2011

Selain itu, sistem bongkar muat ini menimbulkan protes keras di negara-negara pengekspor sapi dan kerbau. Pada Januari 2013, baru 26 pelabuhan yang memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.

HAL-HAL STRATEGIS YANG TELAH DICAPAI DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TAHUN 2011-2013

Permasalahan dalam penerbitan SPB terutama terkait dengan bidang kompetensi DLKr dan DLKp, item pemeriksaan fisik administratif di kapal, pendelegasian penandatanganan SPB dan bukti pembayaran biaya penandatanganan dan PUP. Perlu dilakukan kajian terhadap MoU antara Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan dengan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait dengan Syahbandar Perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BIDANG ANGKUTAN LAUT

Saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah mengembangkan kapal tipe 2 in dan kapal tipe 3 in 1 pada kapal Pelni sebagai berikut. Cetak Biru Sistem Inaportnet dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah ditetapkan di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut pada tahun 2011 sesuai dengan rekomendasi hasil audit TI pada tahun 2010.

BIDANG KEPELABUHANAN

Maluku Utara: Pembangunan fasilitas pelabuhan untuk kapal penumpang dan barang di Pelabuhan Wayabula dan Pelabuhan Sopi. NAD: Pembangunan fasilitas pelabuhan untuk kapal penumpang dan barang di Pelabuhan Calang, Pelabuhan Lhokseumawe dan Pelabuhan Kuala Langsa.

BIDANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN SERTA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

Saat ini terdapat 11 (sebelas) pelabuhan di Indonesia yang memiliki VTS yaitu Pelabuhan Belawan, Jakarta, Teluk Bayur, Tg. Hibah pemerintah Jepang saat ini masih dalam proses verifikasi hasil tender oleh JICA Tokyo.

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS

Pakta Reformasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut ditandatangani pada tanggal 13 Februari 2013 di hadapan Menteri Perhubungan sebagai wujud pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Realisasi pencapaian serapan anggaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tahun 2011 sebesar 84,12% dimana realisasi anggaran sebesar Rp.

ANGKUTAN LAUT

Peningkatan keterpaduan jadwal operasional antara angkutan laut perintis dengan penyeberangan perintis dan kapal penumpang PT. Mengkoordinasikan dan mendorong penyelenggara angkutan laut nasional untuk menyediakan kapal khusus angkutan sapi dan kerbau;

KEPELABUHANAN

KESELAMATAN PELAYARAN

Untuk memenuhi unsur keselamatan kapal khususnya di pelabuhan yang belum mempunyai fasilitas SBNP, banyak pihak ketiga yang ingin memberikan fasilitas tersebut, namun masih belum mengetahui tata cara perizinan SBNP, untuk itu akan dilakukan hal-hal sebagai berikut. Sehubungan dengan banyaknya pemeriksaan perangkat radio yang dilakukan secara bersamaan oleh Marine Inspector Tipe A yang akan dilakukan oleh Marine Inspector Radio, maka perlu dilakukan pemberdayaan petugas inspeksi Shipping Telecommunications/Marine Inspector Radio (MIR) dalam bidang navigasi. Kabupaten sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 Pasal 32, dengan koordinasi antara KSOP/UPP dan Disnav.

DUKUNGAN MANAJAMEN DAN TEKNIS

  • POTENSI DAN PERMASALAHAN

Indonesia akan kembali mencalonkan diri sebagai anggota Dewan IMO periode 2013-2015 pada Sidang Majelis IMO ke-28 yang akan diselenggarakan pada tanggal 25 November hingga 4 Desember 2013 di Kantor Pusat IMO di London, Inggris. Menyusul pelaksanaan self-assessment VIMSAS yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Humas dengan hasil berupa Corrective Action Plan (CAP) dan Corrective Action (CA) yang menjadi pedoman pemerintah dalam audit IMO, Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Hubungan Masyarakat akan melakukan audit sukarela menyusul surat permohonan Indonesia untuk diaudit.

Bidang Angkutan di Perairan

Insentif fiskal dan kredit untuk angkutan laut nasional relatif tidak ada dibandingkan dengan yang diberikan oleh negara lain kepada perusahaan angkutan laut nasionalnya; Belum adanya implementasi Forum Informasi Kargo Kapal dan Antariksa (IMRK) antar instansi terkait dalam pemanfaatan kebutuhan ruang kapal angkutan laut nasional;

Bidang Kepelabuhanan

Masih banyak instansi terkait di pelabuhan yang masih memerlukan pelayanan terpadu (one stop service), kondisi infrastruktur yang terbatas dan tingkat pelayanan yang rendah sehingga mengakibatkan pelayanan kurang optimal, serta waktu tunggu (hari di pelabuhan/waktu tunggu) kapal di pelabuhan tidak optimal. panjang; Kapasitas terpasang pelabuhan mengalami penurunan akibat kurangnya dana investasi untuk pengembangan pelabuhan agar mampu memenuhi standar minimal kegiatan pelayanan.

Bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran

adanya gangguan ketertiban dan keamanan di pelabuhan dan kapal di pelabuhan akibat tidak dilaksanakannya ketentuan ISPS Code secara konsisten; Banyaknya kapal yang melakukan kegiatan ilegal di perairan Indonesia (illegal logging, fishing, survey, dan lain-lain);

Bidang Perlindungan Lingkungan Maritim

Kebanyakan Lembaga Diklat Kemaritiman belum mendapat persetujuan sesuai standar STCW 1998, sehingga lulusan Sumber Daya Manusia harus mengikuti ujian tambahan di Lembaga Diklat yang sudah mendapat persetujuan.

Bidang Sumber Daya Manusia

Sejauh ini dukungan pemerintah terhadap investasi sarana dan prasarana transportasi masih sangat dominan, meskipun kapasitas pemerintah sangat terbatas. Ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan tingkat kinerja yang telah ditetapkan, dengan indikator persentase tingkat pelayanan sarana dan prasarana.

ISU-ISU STRATEGIS

SUB SEKTOR TRANSPORTASI LAUT

PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN LAUT DI KAWASAN PERBATASAN DAN RAWAN BENCANA TAHUN 2010-2014

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) PADA 6 KORIDOR PEMBANGUNAN

Untuk itu melalui MP3EI Direktorat Jenderal Perhubungan Laut berkontribusi dan berperan aktif dalam mensukseskan program nasional tersebut berupa dukungan pembangunan subsektor angkutan laut secara menyeluruh dan komprehensif di seluruh koridor pembangunan yaitu Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali-Nusa Tenggara dan Koridor Papua-Maluku. Oleh karena itu, strategi pengarusutamaan isu perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan nasional, termasuk koordinasi, sinergi, monitoring dan evaluasi, merupakan tantangan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

Sebagai jalur pelayaran nasional yang dulunya merupakan jalur alternatif terbaik, barangkali kondisi dan karakteristik perairan kini telah berubah dan tidak lagi memungkinkan dilalui kapal-kapal dalam negeri, sehingga harus dicari jalur alternatif dan lainnya. mana yang lebih aman untuk dilewati.

KEBIJAKAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA SUB SEKTOR TRANSPORTASI LAUT

Kebijakan Adaptasi

Kebijakan Mitigasi

  • PENGARUSUTAMAAN GENDER
  • SISTEM LOGISTIK NASIONAL
  • PELABUHAN BITUNG DAN KUALA TANJUNG SEBAGAI GLOBAL HUB PORT

LAPORAN PENDAHULUAN

ANALISIS STRATEGIS

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KONSEP DASAR ANALISIS STRATEGIS DITJEN HUBLA

Melakukan peninjauan secara substantif terhadap kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran dan peraturan turunannya jelas dapat memberikan perubahan baik secara mendasar maupun spasial terhadap kondisi transportasi laut di masa depan. Memberikan gambaran mengenai arah kebijakan yang tertuang dalam Cetak Biru Transportasi Laut mengenai implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Transportasi Laut dan PP Turunannya. Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui posisi eksisting angkutan laut secara statis dan menghitung nilai kinerja yang dihasilkan secara dinamis.

Pengertian Pasal-Pasal UU No. 17 Tahun 2008 tentang Angkutan Laut dan PP Turunannya yaitu PP tentang Kepelabuhanan, PP tentang Angkutan Perairan, PP tentang Pelayaran dan RPP tentang Penjagaan Laut dan Pantai merupakan hal yang mendasar dan menjadi pemicu perubahan substantif dalam bidang transportasi laut dimasa yang akan datang menuju ke arah yang lebih baik. model statis, sehingga perubahan model dinamis (kinerja) juga dapat dilihat kaitannya dengan skenario yang dikembangkan yaitu waktu yang direncanakan. Berdasarkan analisis kebijakan diperoleh posisi angkutan laut saat ini dan profil capaian kinerja angkutan laut eksisting. Kemudian, intervensi politik dilakukan berdasarkan UU No. 17, dan turunannya serta rencana strategis dibangun berdasarkan isu-isu strategis ini dan dimungkinkan untuk mencapai perubahan dalam profil transportasi laut dan perubahan kinerjanya.

Kumpulan kinerja dan intervensi kebijakan digabungkan dalam Cetak Biru ke dalam sebuah skenario untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

INTISARI DAN KANDUNGAN UU.17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

Angkutan Laut

  • Angkutan Laut Perintis

Secara geografis letaknya berada di pedalaman, perbukitan/gunung, kepulauan, pesisir dan pulau terpencil, kepulauan, pesisir dan pulau terpencil, berbatasan sehingga sulit dijangkau oleh jaringan transportasi laut lainnya.

Sumberdaya Alam

Sumberdaya Manusia

  • Angkutan Laut Dalam Negeri
  • Angkutan Laut Luar Negeri
  • Kepelabuhanan

Berdasarkan faktor-faktor pengungkit tersebut, maka kriteria penyelenggaraan pelayaran perintis adalah sebagai berikut. Faktor keselamatan dalam pelayaran perintis masih minim sehingga kapal perintis sering tenggelam. Angkutan laut dan turunannya berupa PP 20 tentang Angkutan Perairan yang mendukung pengembangan angkutan laut perintis.

Faktor keselamatan dalam angkutan laut perintis masih minim sehingga banyak dijumpai kapal perintis. Pelayaran dan turunannya berupa PP 20 tentang angkutan air yang mendukung pengembangan angkutan laut darat. Amanat UU.17 Tahun 2008 tentang transportasi laut dan turunannya berupa PP 20 tentang transportasi air, yang mendukung pengembangan transportasi laut dalam negeri.

Semangat cabotage terlihat jelas pada Pasal 8 yang menjelaskan bahwa angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan pelayaran nasional. Pelayaran dan turunannya berupa PP 20 tentang angkutan air yang mendukung pengembangan angkutan laut luar negeri. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Direktorat Jenderal Perhubungan, porsi angkutan laut asing harus mencapai 15%.

Gambar 4.8 Daerah Tertinggal Kementerian Daerah Tertinggal
Gambar 4.8 Daerah Tertinggal Kementerian Daerah Tertinggal

Global Hub

Penghapusan monopoli tersebut tertuang dalam pasal 81 dan 82 UU 17 tentang Pelayaran Tahun 2008, dimana dalam sistem pengelolaan pelabuhan terdapat pemisahan yang jelas antara fungsi regulator dan operator pelabuhan, dimana untuk kegiatan yang menjalankan fungsi regulasi , pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan pelabuhan yang dilakukan oleh penyelenggara pelabuhan (Pasal 80 ayat 3 jo Pasal 81 ayat 1), yaitu Otoritas Pelabuhan (OP) dan Unit Pengelola Pelabuhan (UPP). Unit pengelolaan pelabuhan untuk pelabuhan non niaga yang saat ini masih dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelabuhan yang berjumlah 614 pelabuhan. Ciri-ciri pengelolaan pelabuhan ini cenderung pada pelabuhan-pelabuhan yang tidak menguntungkan. Terdapat beberapa pelabuhan yang mempunyai wilayah pedalaman yang sama, sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat dan dapat berujung pada penutupan salah satu pelabuhan.

Masih banyaknya arogansi daerah khususnya dalam perencanaan pembangunan pelabuhan yang tidak memperhatikan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) dan Tatanan Pelabuhan Nasional (NKN) sehingga mengakibatkan banyak pelabuhan yang letaknya saling berdekatan. Jelas dalam UU 17 Tahun 2008 terdapat pemisahan kewenangan antara Otoritas Pelabuhan dan Unit Pengelola Pelabuhan, dimana Otoritas Pelabuhan untuk pelabuhan niaga dan Unit Pengelola Pelabuhan untuk pelabuhan yang tidak dioperasikan. Mengusulkan tarif yang akan ditetapkan oleh Menteri, atas penggunaan perairan dan/atau darat, dan fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh Pemerintah serta atas pelayanan kepelabuhanan yang disediakan oleh Otoritas Pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dan.

Sebagai penyelenggara pelabuhan, Badan Usaha Pelabuhan yang bertindak sebagai penyelenggara akan diatur berdasarkan konsesi. Dalam undang-undang no. 17 Tahun 2008, telah dijelaskan secara rinci kewajiban dan tugas badan usaha pelabuhan dalam kaitannya dengan otoritas pelabuhan, yang sebelumnya tidak diatur secara jelas.

Tabel 4.39. Analisis Internal (Strength dan Weaknes)  ANALISIS INTERNAL
Tabel 4.39. Analisis Internal (Strength dan Weaknes) ANALISIS INTERNAL

Gambar

Tabel 2.3 Perkembangan Muatan Angkutan di Perairan  Tahun  Dalam Negeri
Tabel 2.4 Kegiatan Bongkar/Muat Barang Pelabuhan-pelabuhan   PT. PELINDO (Ton/M3)
Gambar 2.11 Grafik Jumlah Armada Kapal Kenavigasian
Gambar 2.13 Grafik Jumlah Armada Kapal Patroli KPLP
+7

Referensi

Dokumen terkait

19 Q Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 139 Tahun 2022 tentang Rencana Induk Bandar Udara El Tari di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur; Keputusan Menteri