• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskursus Difabel dalam Al-Qur’an (Aplikasi Metode Tafsir Maqasidi Wasfi ‘Asyur Abu Zaid)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Diskursus Difabel dalam Al-Qur’an (Aplikasi Metode Tafsir Maqasidi Wasfi ‘Asyur Abu Zaid)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Wacana Disabilitas dalam Al-Qur'an (Menggunakan Metode Tafsīr Maqāşidī Waşfī „Āsyūr Abū Zaid)” adalah benar-benar karya asli penulis, kecuali kutipan-kutipan tersebut di atas. Wacana Disabilitas Dalam Al-Qur'an (Menggunakan Metode Tafsīr Maqāşidī Waşfī 'Asyūr Abu Zaid)' Nurul Arifah Hilda.

ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Konsonan Tunggal Huruf

Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap

Tā’ marbūtah di akhir kata

Vokal Pendek

Vokal Panjang

Vokal Rangkap

Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

Kata sandang Alif + Lām a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

Penulisan kata-kata dalam rangkaian Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

Latar Belakang Masalah

Ragam perlakuan tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan sebagian masyarakat tentang agama, khususnya dalam penafsiran Alquran. Intinya, ada wacana tentang kecacatan non-fisik ini yang lebih banyak dibahas di dalam Al-Qur'an. Namun dalam kenyataannya, Al-Qur'an lebih banyak merujuknya sebagai bentuk majāz (kiasan) daripada dalam arti sebenarnya.

7Khairunnas Jamal, dkk., “Eksistensi Difabel dalam Perspektif Al-Qur'an”, dalam Jurnal Ushuluddin, Vol. Golongan pertama, yaitu orang yang mencoba menafsirkan Al-Qur'an dari sudut pandang maqāşid asy-syarī'ah. Salah satu tokoh yang termasuk dalam kelompok ini adalah Muhammad al-Gazālī (w. 1058 M), yang mengklaim bahwa Al-Qur'an itu seperti lautan.

Lihat Dayu Aqraminas, “Tafsīr Maqāşidī and Plural of Religions in the Al-Qur'an Perspektif Jasser Auda,” Tesis, Magister, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2020, hlm. Lihat Muhammad Bushiri, “Menafsirkan Al-Qur’an dengan Maqāşid Al -Qur Pendekatan 'ān dari perspektif Ţaha Jabir Al-'Alwani”, dalam Journal of Tafsere, Vol. Yakni, bahwa dalam pengertian biasa kosakata penyandang disabilitas – dalam Alquran – seringkali dimaknai dalam lokus fisik, tidak termasuk aspek non fisik.

Permasalahan

  • Identifikasi Masalah
  • Pembatasan Masalah
  • Perumusan Masalah

Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menjelaskan adanya disabilitas non fisik (theological disability) tersebut. Penting untuk mengkaji keberadaan wacana disabilitas dalam al-Qur'an untuk menemukan maqāşid kehidupan yang benar. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada 49 ayat dari 28 surah23 yang membahas cacat jasmani dan rohani (gangguan teologis).

Penelitian dalam hal cacat tubuh berfokus pada 3 ayat dari 6 ayat yang masih ada termasuk QS. Risalah tentang cacat inkorporeal ini sebenarnya terdiri dari 43 ayat dari 24 Surat, tetapi penulis membatasi hanya mengambil 3 ayat dari 3 Surat yang ditemukan di dalamnya. 23 Adapun penjelasan yang lebih lengkap mengenai jumlah perincian semua ayat untuk cacat fisik dan non fisik dapat dilihat dari pembahasan bab kedua yang telah penulis klasifikasikan lebih detail.

Ţāhā dan menolak adanya kebenaran dan tidak mendapat kasih sayang dari Al-Qur'an, dalam QS. Al-Ḥajj Jadi, ayat terkait disabilitas yang digunakan penulis dalam penelitian ini sebanyak 6 ayat, yaitu 3 ayat terkait disabilitas fisik dan 3 ayat terkait disabilitas non fisik. Namun, batasan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa penulis juga menggunakan ayat-ayat lain sebagai bentuk kontekstualisasi yang sesuai dengan rambu-rambu Alquran.

Tujuan Penelitian

Al-An'am [6]: 39; berpaling dari peringatan dan lalai dari mengingat Allah, dalam QS.

Kegunaan Penelitian

Kajian Pustaka

Uung Aenunajib yang menulis buku berjudul “Disabilities in the Qur’an (Studi Living Qur’an tentang Penyandang Disabilitas dan Penanganannya di Kota Depok Jawa Barat)” pada tahun 2018 lalu. Bedanya, penelitian yang dia teliti membahas keterbatasan kemampuan dalam perspektif penafsiran hukum fikih al-Qur'an. Muhammad Akrom Adabi yang menulis buku berjudul "Tafsir Ayat-Ayat Kepemimpinan Non-Muslim dalam Al-Qur'an (Tafsir Maqāşidī)" pada tahun 2020.

Kajian ini mendeskripsikan wacana kepemimpinan non-Muslim dalam ayat-ayat Al-Qur'an dari perspektif tafsir maqāşidī. 27 Uung Aenunajib, Disabilitas dalam Al-Qur'an (Studi Al-Qur'an Hidup Penyandang Disabilitas dan Penanganannya di Kota Depok-Jawa Barat, (Ciputat: IIQ Press, 2018), h. Dayu Aqraminas yang menulis disertasi berjudul “Tafsīr Maqāşidī dan Pluralitas Agama dalam Perspektif Al-Qur'an Jasser Auda' Tahun 2020.

29 Muhammad Akrom Adabi, “Tafsir Ayat-ayat Kepemimpinan Non Muslim dalam Al Quran (Penelitian Maqāşidī Tafsir),” Tesis, Magister Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta, 2020, h. 30 Dayu Aqraminas, “Tafsīr Maqāşidī dan Pluralitas Agama dalam Alquran dari Perspektif Jasser Auda,” Tesis, Magister Universitas Islam Negeri Jakarta, 2020, hal. Namun, tesis Lukman Fajariyah memberikan kontribusi bagi penulis dengan tema kecacatan dalam pandangan Al-Qur'an.

Kerangka Teori

Analisis maqāşid khāşşah (tujuan khusus) dari setiap ayat yang dinonaktifkan, yang dapat meliputi: maqāşid sura, maqāşid ayat, serta lafal dan huruf maqāşid dalam Al-Qur'an. Dalam memahami maqāşid yang terkandung dalam ayat-ayat untuk penyandang disabilitas, penulis mengawali dengan menganalisis maqāşid 'āmmah (tujuan umum) pada tema umum disabilitas dalam Al-Qur'an. Adapun maqāşid 'āmmah, inilah tujuan-tujuan yang muncul dalam ayat-ayat Al-Qur'an itu sendiri dan diungkapkan oleh sebagian besar ahli tafsir.

Hingga analisis terakhir yang dilakukan adalah pencarian kontekstualisasi untuk menemukan keadilan makna disabilitas dalam al-Qur'an. Sementara penulis terkait dengan analisis maqāşid lafaz, penulis juga akan menggunakan perangkat teori lain sebagai pendekatan semantik Al-Qur'an. Dengan demikian, apa yang diterangkan selalu dimaksudkan untuk mengungkap hikmah dan makna al-Qur’an sebagai bentuk penyambungan makna dengan realitas.

38 Sayyid Quţb, Tafsir Fi Zilalil Al-Qur'an: Di Bawah Naungan Al-Qur'an, terj. Dimana dalam metode ini penulis akan menggunakannya dalam analisis ayat-ayat Al-Qur'an dalam kaitannya dengan pembahasan yang fokus pada pokok kajian yang mengarah pada kecacatan fisik dan non fisik. Lihat Ahmad Sahidah, Tuhan, Manusia dan Alam: Perspektif Toshihiko Izutsu tentang Hubungan Tuhan, Manusia dan Alam dalam Al-Qur'an, (Yogyakarta: IRCiSod, 2018), Cet.

Teknik dan Sistematika Penulisan

Oleh karena itu, dalam proses menganalisis dan mengkritisi tafsir ini, penulis menggunakan penerapan teori dari metode tafsīr maqāşidī yang digunakan oleh Wasfī 'Āsyūr Abū Zaid dalam Naḥwa Tafsīr Maqāşidī li Al-Qur'ān al-Karīyah Taiīm Ruim. Manhaj Jadid fī Tafsīr Al-Quran. Kajian yang dibahas akan fokus pada pembahasan singkat tentang profil Wasifī 'Asyūr Abū Zaid dan Toshihiko Izutsu, pengantar kedua teori tersebut, hingga metodologi yang digunakan dalam penerapan teori tersebut. Sedangkan yang dibahas oleh analisis tafsīr maqāşidī adalah analisis metode tafsīr maqāşidī dalam penafsiran orang cacat, baik dari analisis maqāşid 'āmmah tema umum orang cacat dalam Al-Quran, maqāşid khāşşah masing-masing ayat difabel, dan penelusuran kontekstualisasi untuk menemukan keadilan dalam pemaknaan penyandang disabilitas di dalam al-Qur'an.

Bab V, bab ini berisi kesimpulan yang mencakup pembahasan kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Kesimpulan

Abasa [80]: 2; maqāşid khāşşah menjelaskan pentingnya menerapkan persamaan sosial dalam memberikan perhatian dan pengajaran, surah makāşid tentang perintah untuk menyamakan perhatian kepada seluruh umat manusia tanpa memandang status sosial, ayat maqāşid berbicara tentang mengajarkan umat Islam bahwa kemuliaan seseorang tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau status sosial, dan maqāşid kalimāt, yaitu menunjukkan sikap lemah lembut Allah dalam menegur kesalahan Rasul-Nya. Al-An'am [6]: 39; maqāşid khāşşah menjelaskan tentang larangan manusia mengingkari Al-Qur'an, makāşid āyāt berisi poin-poin sanggahan terhadap musyrik dan bid'ah yang mengingkari hari kiamat, maqāṣid āyāt tentang adanya perumpamaan bagi orang jahil dan kalimat yang sementara, karena sedikit yang memiliki ilmu, , yaitu adanya penghilangan adat-tesybīh yang menunjukkan penjelasan tersebut sebagai makna yang sebenarnya. Ţāhā maqāşid khāşşah yang menggambarkan berupa perintah untuk memeluk agama, surah makāşid berbicara tentang ancaman bagi orang yang meninggalkan ayat-ayat-Nya, makāşid ayat tentang pahala bagi orang yang menyimpang dari peringatan Al-Qur'an dan makāşid. , yaitu adanya mukabela yang menunjukkan suatu kata yang berlawanan makna dengan ayat lain dalam suatu kalimat.

Al-Ḥajj [22]: 46; maqāşid khāşşah menjelaskan anjuran agar semua manusia mengambil iktibar dari kehancuran umat-umat terdahulu yang telah musnah, maqāşid sūrah tentang kisah kehancuran umat-umat terdahulu yang menzalimi para rasul yang diutus, maqāşid āyāt tentang keadaan orang-orang kafir yang membutakan mata hatinya kerana mereka tidak dapat melihat kebenaran sebenar yang dia berikan, dan maqāşid kalimāt ialah wujudnya isyarat tentang orang yang bermusafir di muka bumi, tetapi mereka tidak dapat menerima nasihat daripadanya. Al-Fatḥ [48]: 17 mengandungi mengenai penyediaan aksesibiliti dalam perkhidmatan awam yang memudahkan pergerakan mereka, QS. Al-An'ām [6]: 39; menggambarkan fenomena tindakan pengganas yang telah berulang dalam dekad yang lalu, QS.

Ţāhā menzahirkan kehadiran fenomena tingkah laku syirik yang meyakini adanya kuasa lain yang lebih kuat daripada Allah, dan QS.

Saran

Oleh karena itu, sangat perlu untuk mempelajari lebih lanjut aspek analisis ayat-ayat lain untuk menemukan maqāşid dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, penulis memiliki saran perlunya dilakukan kajian terhadap living Qur'an terkait dengan muamalah para penyandang disabilitas, khususnya bagi penyandang tuna netra yang setiap harinya hidup dengan Al-Qur'an. Adabi, Muhammad Akrom, “Tafsir Ayat-ayat Kepemimpinan Non Muslim dalam Al Quran (Penelitian Tafsir Maqaşidi),” Tesis, Magister Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta, 2020.

Aqraminas, Dayu, “Tafsīr Maqāşidī and Plurality of Believers in the Qur'an from Perspective of Jasser Auda,” Tesis, Magister, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2020. Fikriyati, Ulya, “Maqasid Al-Qur'an, Aktual, Interpretasi Kontekstual dan Moderat”, Makalah dipresentasikan pada webinar Tafsir Al-Qur'an ID yang diselenggarakan oleh Diskusi Bersambung Tafsir, 19 Desember 2020. Hayati, Inas, “Penyandang Disabilitas Dalam Pandangan Al-Qur'an,” Skripsi, Negara Universitas Islam Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2019.

Marwani, Siti, Skripsi "Analisis Semantik Kata Zalim dalam Al-Qur'an", Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, 2020. Al-Qurţubi, Abū 'Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad ibn Abū Bakr, al-Jāmi 'li Aḥkām Al-Qur'ān, trans. Sahidah, Ahmad, Tuhan, Manusia dan Alam: Perspektif Toshihiko Izutsu tentang Hubungan antara Tuhan, Manusia dan Alam dalam Al-Qur'an, Cet.

Sholihah, Julian Dewi, “The Concept of Ḍaḥika and Bakā in the Qur'an (Toshihiko Izutsu Semantic Studies),” Tesis, Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, 2021. Sibgotallah, Liia Ummu Rohmatul Ummah, “Tafsir Ayat -Al-Jāmi' Li Ahkām Al-Qur'an Tafsir Perspektif Disabilitas Ayat oleh Imam Al-Qurţubi,"Skripsi, Lembaga Ilmu Al-Qur'an, 2020.

Referensi

Dokumen terkait