• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP TABAYYUN DALAM AL-QUR AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP TABAYYUN DALAM AL-QUR AN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP TABAYYUN DALAM AL-QUR’AN (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

ANSHORI NIM. 14531003

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

ِرِقاَع ْ

لا ِرَج َّشلا َكَ ٍبَدَأ َلاِب ُلْقَعْلَا

ُ فح َمْ ْ

لَ ا(

)تا َ ظو

(Akal tanpa adab, bagaikan pohon yang gersang)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk Ayahanda Hayat dan Ibunda Usnaini

Abangku Wahyu Hidayat dan Adikku Wardatul Jannah Yang menjadi semangat serta motivasi

Terbesar Penulis

Untuk almameterku Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Angkatan 2014 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988 No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

ba' B Be

ت

ta' T Te

ث

ṡa es (dengan titik di atas)

ج

Jim J je

ح

ḥa ha (dengan titik di bawah)

خ

kha' Kh ka dan ha

د

Dal D de

ذ

Żal Ż zet (dengan titik di atas)

ر

ra' R er

ز

Zai Z zet

س

Sin S es

(8)

viii

ش

Syin Sy es dan ye

ص

ṣad es (dengan titik di bawah)

ض

ḍad de (dengan titik di bawah)

ط

ṭā ta (dengan titik di bawah)

ظ

ẓa' zet (dengan titik di bawah)

ع

‘ain koma terbalik (di atas)

غ

Gain G ge

ف

fa' F ef

ق

Qaf Q qi

ك

Kaf K ka

ل

Lam L el

م

Mim M em

ن

Nun N en

و

Wawu W we

ه

ha' H h

ء

Hamzah apostrof

ي

ya' Y Ye

(9)

ix

II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap

ةد ّ

دعتم

ditulis muta'addidah

ة ّ

دع

ditulis ‘iddah

III. Ta’ Marbutah diakhir kata

a. Bila dimatikan tulis h

ةمكح

ditulis ḥikmah

ةيزج

ditulis jizyah

(ketentuan ini tidak diperlakukan pada kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakāt, ṣalāt dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

ءايلولآا ةمارك

ditulis karāmah al-auliyā'

c. Bila Ta’ Marbūṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah

ditulis t.

ةرطفلا ةاكز

ditulis zakāt al-fiṭrah

(10)

x IV. Vokal Pendek

--- fatḥah ditulis a

--- kasrah ditulis i

--- ḍammah ditulis u

V. Vokal Panjang

1. fatḥah + alif

ةيلهاج

ditulis ditulis

ā jāhiliyah

2. fatḥah + ya’ mati

سىنت

ditulis ditulis

ā tansā

3. fatḥah + ya’ mati

ميرك

ditulis ditulis

ī karīm

4. ḍammah + waw mati

ضورف

ditulis ditulis

ū furūḍ

VI. Vokal Rangkap

1. fatḥah + ya’ mati مكنيب

ditulis ditulis

ai bainakum 2. fatḥah + wāw mati

لوق

ditulis ditulis

au qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

متنأأ ditulis a’antum

تدعا ditulis u’iddat

متركش ن ئل ditulis la’in syakartum

(11)

xi

VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan “al”

سايقلا ditulis al-qiyās

ءام ّسلا ditulis al-samā’

سم ّ

شلا ditulis al-syams

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

ضورفلا ىوذ ditulis żawī al-furūḍ

ةنسلا لها ditulis ahl al-sunnah

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, hidayah, rahmat serta karunia-Nya, sehingga skripsi ini bisa terwujud.

Shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dengan harapan untuk mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti.

Pada kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari banyak pihak yang turut serta membantu, baik secara moral maupun materi. Maka penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kementrian Agama RI dan seluruh jajaran, khususnya kepada Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang telah memberikan beasiswa penuh kepada penulis selama masa studi S1 di Jurusan Ilmu al- Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D. selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Dr. Alim Roswantoro, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

5. Dr. H. M. Alfatih Suryadilaga, M.Ag sebagai ketua pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).

(13)

xiii

6. Dr. Afdawaiza, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

7. Dr. Saifuddin Zuhri, S.Th.I, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis dari semester awal hingga penulis menyelesaikan proses belajar di jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

8. Bapak Ahmad Rafiq, S.Ag., M.Ag selaku pembimbing skripsi sekaligus dosen yang senantiasa berkenan meluangkan waktu untuk membaca, mengoreksi, membimbing penulis serta memberikan semangat serta motivasi. Terima kasih untuk segala yang telah bapak berikan kepada saya.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dengan penuh semangat dan tulus telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta wawasan yang mendalam dalam berbagai aspek keilmuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

10. Seluruh pimpinan dan staf administrasi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pelayanan yang baik selama penulis mengikuti perkulian sampai selesainya penulisan skripsi ini.

11. Seluruh jajaran pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang berkenan disibukkan sekaligus direpotkan dengan banyak sekali urusan penulis beserta teman-teman dalam berbagai kepentingan. Terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya. Terimakasih juga kepada mas Amu karena sudah menjamin kelangsungan hidup kami setiap bulannya dan

(14)

xiv

menyempatkan diri untuk bersabar terhadap segala ketidaknyamanan yang kami ciptakan.

12. Ayahanda Hayat dan ibunda Usnaini yang telah berjuang dengan penuh kesabaran mendidik penulis. Terimakasih untuk doanya yang selalu dikirimkan kepada penulis. Abangku Wahyu Hidayat dan adekku Wardatul Jannah yang juga menjadi motivasi penulis dalam menyelasaikan skripsi ini. Terimakasih tak terhingga penulis ucapkan untuk dukungan, motivasi serta doa yang selalu mengalir untuk penulis.

13. Drs. KH. Muhadi Zainuddin, Lc., MA selaku pengasuh Pondok Pesantren al-Muhsin, Krapyak. Bapak Dr. Anis Masduqi Lc., MA, dan bapak Taufiq Ridho, sebagai guru dan teladan saya, terima kasih yang sebanyak- banyaknya penulis haturkan karena sudah berkenan menjadi bapak kedua kami selama di Yogya. Terimakasih untuk segala kedisiplinan dan pelajaran hidup yang telah bapak ajarkan kepada penulis dan terimakasih karena telah menjadi pengasuh kami dengan begitu sabar dan penuh pengertian.

14. Pak Yai Ahmad Faizin, selaku pengasuh MDT Thoriqul Jannah, penulis haturkan terimakasih yang tiada terkira. Terimakasih untuk kesabarannya dalam mendidik para santri, terutama penulis. Terimakasih untuk ilmu yang telah diberikan, baik secara lisan maupun perbuatan. Terimakasih karena sudah mau menjadi orangtua kedua penulis selama berada di Yogya.

(15)

xv

15. Pondok Pesantren al-Muhsin, Krapyak, Yogyakarta, untuk pengasuh, pengelola, para guru dan juga kepada teman-teman penulis. Terimakasih karena telah membersamai penulis selama penulis menimba ilmu di sana.

Terkhusus untuk kamar al-Razzaq, Imam Nurzahidin, Gupronillah dan Rizky Rahmad Fikry. Terimakasih atas kebersamaannya, susah senang kita jalani bersama, semoga menjadi cerita indah di hari tua.

16. MDT Thoriqul Jannah, Umbulharjo, Yogyakarta, untuk pengasuh, para guru dan juga teman-teman seperjuangan. Penulis haturkan terimakasih karena sudah menemani dan membimbing penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Terkhusus untuk penghuni kontrakan utara, Mas Ikbal Tawakal, Mas Adib Falahuddin, Mas Tepur, Mas Yogi dan Mas Ali Saefuddin Hamzah. Terimakasih atas kebersamaannya, dan terimakasih penulis haturkan untuk Mas Abdur Rasyid yang sudah menuntun penulis menuju pesantren ini.

17. All of my best friend on UA-Comandan, Ali Imran, Nihayatul Chusna, Annas Rolli Muchlisin, M. Luqman Daim Fathony, Marwah, Muhammad Haekal, Muhammad Taufiqurrahman, Muhammad Muadz Hasri, Yusuf, Maharani Rumfoat, Fitrianti Litiloly, Imaniar Djabar, Imroatush Sholihah, Fahmil Aqtor Nabillah, Iqbal Ansari, Sekar Istiqamah, Opisman, Puji Astuti, Fahmi Ibnu Faiz, Dwi Elok Fardah, Zidna Zuhdana Musthoza, Dara Humaira, Gupronillah, Khairun Nisa, Khairul Amin, Luqman Hakim, Imam Nurzahidin, Yolan Nur Rohmah, Rizky Rahmad Fikry. Serta teman-

(16)

xvi

teman jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, Terimakasih atas kebersamaannya, motivasi, serta masukan-masukannya.

18. Seluruh rekan dan rekanita di Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSSMoRA) UIN Sunan Kalijaga, penulis ucapkan terimakasih untuk pelajaran dan kebersamaannya. Terimakasih karena telah menjadi inspirasi penulis untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Kalian semua hebat.

19. Teman-teman seperjunganku KKN di Desa Siluk 1, Selopamioro, Imogiri, Imam Nawawi, Akbar Abdullah, Alfian Huda, Umma, Fajar, Dewi, Nuzulul Hikmah, dan Mufty. Penulis ucapkan terimakasih kepada kalian semua karena berkenan berproses selama kurang lebih sebulan setengah bersama. Pak Dukuh beserta masyarakat Desa Siluk 1, Selopamioro, Imogiri, terimakasih karena telah bersedia membantu semasa KKN.

20. Kepada semua pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat.

Sebagai penutup, penulis menyadari dengan sangat bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik maupun saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk kebaikan ke depannya. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan juga keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin.

Yogyakarta, 08 Mei 2019 Penulis,

Anshori 14531003

(17)

xvii ABSTRAK

Informasi pada saat sekarang ini sangat mudah sekali didapatkan, terutama informasi yang tersebar di media sosial. Informasi tersebut tidak serta merta diterima lalu disebarkan, tetapi juga perlu melalui proses klarifikasi terlebih dahulu. Dalam Islam, klarifikasi disebut juga dengan tabayyun. Kata tabayyun diteliti dari akar katanya, yaitu bāna dengan berbagai bentuk derivasinya berjumlah 19 kata yang disebut sebanyak 257 kali dalam 58 surat dan 244 ayat dalam al-Qur’an. Setiap ayat pada surat tersebut, memiliki pemaknaan yang berbeda, baik dari penjelasan ayatnya, maupun penjelasan untuk kata tabayyun.

Karenanya, dibutuhkan pemahaman yang mendalam untuk melihat perbedaan pemaknaan tersebut.

Dalam skripsi ini, penulis mengungkapkan makna dan konsep yang terkandung di dalam kata tabayyun dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Proses penelitian ini dilakukan dengan melihat makna dasar dan makna relasional kata tabayyun yang terbagi menjadi dua analisis, yaitu analisis sintagmatik dan paradigmatik. Makna dasar diteliti dari asal kata tabayyun beserta derivasinya, yaitu bāna, istabāna, tabayyana, abāna dan bayyana. Penelitian makna relasional, diteliti dari kata tabayyun beserta derivasinya, yaitu tabayyana, tabayyanat, yatabayyanu dan tabayyanū yang penulis temukan dari keseluruhan ayat-ayat tabayyun. Keempat kata ini juga yang digunakan untuk meneliti kosakata tabayyun dilihat dari makna sinkronik dan diakroniknya, serta meneliti weltanschauung atau pandangan dunia al-Qur’an terhadap kata tabayyun. Untuk makna diakronik kata tabayyun, terbagi menjadi tiga masa, yaitu masa pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kata tabayyun memiliki makna dasar menjelaskan sesuatu, baik bersifat material maupun immaterial.

Makna relasional memiliki empat makna, yaitu kejelasan yang diingkari, berfungsi sebagai batasan, bukti akan kekuasaan Allah, dan kejelasan atas informasi. Pemaknaan makna sinkronik merujuk pada makna relasional dan Qur’anik. Sedangkan pada makna diakronik, penggunaan kata tabayyun mengalami perkembangan makna. Pada masa pra Qur’anik, penggunaan tabayyun dalam ruang lingkup sosial. Pada masa Qur’anik, penggunaan kata tabayyun dalam ruang lingkup sosio-teologis. Sedangkan masa pra Qur’anik, penafsiran kata tabayyun mengalami perkembangan pada penjelasannya yang lebih bervarian dan merupakan bentuk penekanan akan penjelasan kata tabayyun pada masa Qur’anik. Seperti dalam surah al-Ḥujurāt ayat 6, kata tabayyun diartikan dengan lima pendapat, di antaranya ialah bermakna “imhalū ḥattā ta’rifū ṣiḥḥataḥu”, yakni janganlah kamu tergesa-gesa, sampai kamu mengetahui kebenarannya.

Juga diartikan “ta’rifū wa lā ta’jalū”, yakni ketahuilah terlebih dahulu, dan janganlah kamu tergesa-gesa. Kedua makna ini bermakna sama, yakni menekankan arti pentingnya klarifikasi atas informasi yang diterima. Pandangan dunia al-Qur’an (weltanschauung) kata tabayyun ialah konsep sosio-teologis, yaitu adanya penjelasan bahwa proses klarifikasi merupakan bentuk interaksi sosial dan juga merupakan bagian dari ketaatan kepada Tuhan.

Kata Kunci: Tabayyun, Makna Dasar, Makna Relasional, Sinkronik, Diakronik, Weltanschauung.

(18)

xviii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN TRANSLITERASI ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... xii

HALAMAN ABSTRAK ... xvii

HALAMAN DAFTAR ISI ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Telaah Pustaka ... 6

E. Kerangka Teori ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II MAKNA DASAR DAN MAKNA RELASIONAL TABAYYUN A. Ayat-ayat Tabayyun dalam al-Qur’an ... 17

B. Makna Dasar Tabayyun ... 20

C. Makna Relasional Tabayyun ... 27

1. Analisis Sintagmatik ... 32

2. Analisis Paradigmatik ... 90

(19)

xix

BAB III PEMAKNAAN RUANG SINKRONIK DAN DIAKRONIK TABAYYUN

A. Klasifikasi Ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah ... 99

B. Makna Sinkronik Tabayyun ... 103

C. Makna Diakronik Tabayyun ... 104

1. Periode Pra Qur’anik ... 105

2. Periode Qur’anik ... 124

3. Periode Pasca Qur’anik ... 128

D. Weltanschauung ... 140

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 143

B. Saran-saran ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 151

CURRICULUM VITAE ... 156

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di zaman teknologi yang berkembang pesat saat sekarang ini, mencari informasi bukanlah hal yang sulit. Informasi bisa didapatkan melalui media sosial, baik itu radio, televisi, media cetak dan juga internet yang menjadi sarana paling sering digunakan untuk menyebarkan informasi.1 Namun, tidak semua informasi yang ada dan tersebar di media sosial dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, mengingat banyak berita hoax yang beredar di internet.

Internet dengan media sosialnya, membuat sebagian besar pengguna memosisikan diri sebagai pelaku utama dari sebuah peristiwa yang sedang terjadi, menjadi pembenar atas sebuah berita yang didapatkan kemudian disebarluaskan ke media sosial, meskipun sekadar menerima tanpa didahului proses klarifikasi kebenaran terlebih dahulu.2 Padahal, di dalam Islam, ajaran tabayyun semestinya didahulukan ketika dihadapkan pada sebuah berita ataupun terhadap peristiwa apapun yang sedang terjadi.3

Bersikap selektif tentu sangat diperlukan dalam menerima dan juga menyampaikan informasi. Sikap selektif dan hati-hati (tabayyun) atas informasi tersebut dianjurkan agar setiap orang tidak tergesa-gesa menuduh orang lain

1 Agus Sofyandi Kahfi, “Informasi dalam Perspektif Islam” dalam jurnal Mediator, Vol 7, No 2, 2006. hlm. 321.

2 Subhi Ridho, “Kelas Menengah Muslim Baru dan Kontestasi Wacana Pluralisme di Media Sosial” dalam jurnal pemikiran sosiologi, Vol. 4, No 2, 2017. hlm. 102.

3 Subhi Ridho, “Kelas Menengah Muslim Baru dan Kontestasi Wacana Pluralisme di Media Sosial”,...., hlm. 101.

(21)

2

dengan sesuatu yang tidak benar dan pada akhirnya berujung pada penyalahan, penghujatan dan penghakiman secara sepihak.4

Di dalam al-Qur’an, Allah menganjurkan kepada umatnya agar senantiasa untuk bersikap hati-hati dalam menyikapi suatu berita, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Ḥujurāt ayat 6 sebagai berikut:

َٰٓ ي

َٰٓا هُّي أ ٱ

َٰٓ وُن ما ءَٰٓ نيِ لَّ ذ

َٰٓ ا جَٰٓنِإَٰٓ ْا

َٰٓ مُك ء

َٰٓ

َٰٓ ُقِسا ف

َٰٓ إ ب نِب َٰٓ

َٰٓ

َٰٓ وُنذي ب ت ف

َٰٓ و قَْٰٓاوُبي ِصُتَٰٓن أَْٰٓا

َٰٓ م

َٰٓ ه ِبَِٰٓا

َٰٓ ة لَٰٓ

َٰٓ صُت ف

َْٰٓاوُحِب

َٰٓ عَ

َٰٓ

َٰٓ ل ع فَٰٓا م

َٰٓ مُت

ََٰٰٓٓ ن

َٰٓ يِمِد

َٰٓ

٦

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. {QS. Al-Ḥujurāt (49) : 6}

Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk tidak terburu-buru menerima begitu saja ketika mendapati suatu berita. Teliti dan cari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Karena itu pula berita harus disaring, karena dengan banyaknya orang yang mengedarkan informasi atau isu, belum menjamin kebenaran atas informasi itu dan banyak faktor juga yang harus diperhatikan jika hendak menyebarkannya.5

Kata tabayyun merupakan kata kunci yang menarik untuk dikaji melalui kajian semantik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, semantik berarti ilmu yang membahas tentang makna dan kalimat, pengetahuan mengenai seluk beluk

4 Mawardi Siregar, MA, “Tafsir Tematik tentang Seleksi Informasi” dalam Jurnal at- Tibyan, Vol. II, No. 1, 2017. hlm. 145.

5 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 589.

(22)

3

dan pergeseran arti suatu kata.6 Sedangkan menurut ahli bahasa, semantik diartikan sebagai kajian analisis terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa yang bertujuan untuk mengetahui pandangan konseptual masyarakat pengguna bahasa tersebut.7

Dalam dunia tafsir, kajian yang menitikberatkan pada penjelasan ayat-ayat al-Qur’an melalui kata atau kebahasaan disebut dengan tafsir linguistik (al-tafsīr al-lugawi)8 yang di dalamnya meliputi aspek semantik, morfologi, sintaksis, stilistika dan lain-lainnya.9 Dalam hal ini, semantik merupakan bagian dari kajian tafsir linguistik. Sudah barang tentu, kajian semantik berbeda dengan kajian tematik yang dalam penelitiannya berusaha mengumpulkan ayat-ayat yang setema, lalu kemudian dikonstruksi secara logis menjadi sebuah konsep yang utuh, holistik dan sistematis dalam perspektif al-Qur’an.10 Machasin, dalam pengantar buku Relasi Tuhan dan Manusia karya Toshihiko Izutsu mengatakan bahwa meskipun semantik dan tematik sama-sama digunakan untuk bisa menangkap konsep al-Qur’an mengenai tema tertentu, tetapi pendekatan semantik memiliki kelebihan dari sisi penggunaannya dalam khazanah sastra Arab klasik

6 Ernawati Waridah, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bmedia Imprint Kawan Pustaka, 2017), hlm. 252.

7 Nur Khalis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2006), hlm. 166

8 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, (Yogyakarta: Adab Press, 2014), hlm. 114

9 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2015), hlm. 58

10 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir,...., hlm. 58

(23)

4

sebelum Islam. Begitu juga dari usaha mengungkapkan perubahan atau perkembangna makna dari kata kunci yang dikaji.11

Namun, pembahasan kajian semantik ini dianggap sangat luas, sehingga membingungkan bagi pembaca maupun peneliti di luar dari disiplin linguistik untuk mendapat gambaran secara umum tentang semantik. Begitu luasnya kajian semantik ini, sehingga hampir apa saja yang mungkin dianggap memiliki makna merupakan objek semantik. Oleh karena pembahasan semantik yang dianggap masih sangat luas, Izutsu berusaha mengkonsepkan suatu metodologi semantik yang lebih terstruktur, dan juga berusaha mengungkap konsep pandangan dunia al-Qur’an melalui kajian kosakata dalam penelitiannya. Lalu kemudian menjadikan keluasan makna itu disempitkan lagi dengan adanya penjelasan medan semantik. Sehingga memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa ada batasan makna dibalik luasnya makna.12

Dari penjelasan di atas, menarik jika kata tabayyun diteliti dengan menggunakan metodologi semantik Toshihiko Izutsu, paling tidak ada beberapa alasan. Pertama, berkenaan dengan kata tabayyun, kiranya penting untuk diteliti, mengingat fenomena hoaks yang tersebar di media sosial. Kedua, kajian semantik memfokuskan pada kajian makna dari suatu kata, sehingga akan dapat diketahui lebih mendalam tentang makna tabayyun dalam al-Qur’an. Ketiga, Izutsu memiliki metodologi semantik yang terstruktur, yaitu dengan mencari makna dasar dan relasional suatu kata, sinkronik dan diakroniknya dan juga

11 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, terj. Agus Fahri Husen (dkk.), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997) hlm. xv.

12 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,...., hlm. 2

(24)

5

weltanschauung. Sehingga dapat diketahui perkembangan makna kata tabayyun dilihat dari sejarah kata itu digunakan, baik sebelum masa al-Qur’an di turunkan, pada masa pewahyuan, ataupun setelah masa pewahyuan. Terakhir, yaitu melihat pandangan dunia masyarakat atau dunia al-Qur’an terhadap kosakata tabayyun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana makna dasar dan makna relasional kata tabayyun dalam al- Qur’an?

2. Bagaimana makna sinkronik dan diakronik kata tabayyun dalam al- Qur’an?

3. Bagaimana weltanschauung kata tabayyun dalam al-Qur’an?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini mempunyai tujuan dan kegunaan sebagai berikut :

➢ Tujuan Penelitian

1. Mengetahui makna dasar dan makna relasional kata tabayyun dalam al-Qur’an

2. Mengetahui makna sinkronik dan diakronik kata tabayyun dalam al- Qur’an

3. Mengetahui weltanschauung kata tabayyun dalam al-Qur’an

➢ Kegunaan Penelitian

(25)

6

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

a. Secara teoritis subtanstif, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam studi al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah semantik mengenai konsep tabayyun. Pencarian makna tersebut dilakukan dengan cara mencari makna dasar dan makna relasional, sinkronik dan diakronik, sehingga akan diketahui bagaimana weltanschauung kata tabayyun dalam al-Qur’an.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan dan menjadi acuan bagi mahasiswa khususnya jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dalam memahami semantik al-Qur’an.

D. Telaah Pustaka

Untuk mengetahui bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang baru, dan belum pernah sebelumnya ada penelitian yang sama, maka penulis perlu melacak literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelusuran literatur-literatur tersebut, penulis mengelompokkannya menjadi tiga bagian.

Pertama, penelitian yang berkaitan dengan kata tabayyun itu sendiri.

Penelitian ini dapat dijumpai pada buku Tabayyun Gus Dur, Pribumisasi Islam Hak Minoritas Reformasi Kultural karya Muhammad Shaleh Isre13. Buku ini berisi gagasan-gagasan Gus Dur berupa wawancara yang tersebar di media sosial.

Buku ini berisi reaksi, afirmasi atau seringkali juga klarifikasi Gus Dur terhadap peristiwa ataupun gagasan-gagasan yang ingin dikemukakannya. Karena itulah,

13 Muhammad Shaleh Isre, Tabayyun Gus Dur, Pribumisasi Islam Hak Minoritas Reformasi Kultural (Yogyakarta: LkiS, 1998).

(26)

7

buku ini diberi istilah “tabayyun”, karena berkaitan dengan klarifikasi pemikiran Gus Dur terhadap peristiwa yang terjadi pada saat itu.

Dr. Sayyid M. Nuh14 melalui bukunya Penyebab Gagalnya Dakwah Jilid I pada bab ‘Adamut-Tatsabbut aw Tabayyun. Dalam buku ini, dijelaskan perihal pengertian apa itu ‘Adamut-Tatsabbut aw Tabayyun, faktor-faktor penyebab tidak cermat dan tidak jelas dalam menyikapi suatu informasi, dampak buruknya bagi kehidupan, lalu juga dijelaskan mengenai cara untuk mengatasi kecerobohan dan ketidaktelitian dalam menerima suatu informasi tersebut.

Selain dalam bentuk buku, penelitian kata tabayyun juga terdapat dalam karya skripsi, seperti dalam skripsinya Ahmad Mudzakir, Penafsiran Tabayyun dalam al-Qur’an Menurut Tafsir al-Misbah Karya Quraish Shihab dan Fi Zilal al-Qur’an Karya Sayyid Qutb, mahasiswa fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitian ini, Ahmad Mudzakir meneliti tentang penafsiran ayat-ayat tabayyun dalam al-Qur’an dengan menitikberatkan pada pendapat dua tokoh mufassir, yaitu M. Quraish Shihab dengan karyanya Tafsir al-Misbah dan Sayyid Qutb dalam karyanya Fī Zilāl al- Qur’ān. Dalam skripsi ini, Ahmad Mudzakir tidak menggunakan teori Toshihiko Izutsu dalam melakukan penelitiannya.

Dina Nasicha yang berjudul Makna Tabayyun dalam al-Qur’an (Studi Perbandingan antara Tafsir al-Muyassar dan Tafsir al-Misbah), mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang. Dalam skripsi

14 Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah Jilid I (Jakarta: Gema Insani Press, 2000).

(27)

8

ini, ia tidak menggunakan aplikasi semantik Toshihiko Izutsu. Dina Nasicha melakukan penelitian yang berfokus pada kajian komparatif tematik tokoh, yaitu dengan memaparkan penjelasan mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan makna tabayyun menurut M. Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir al-Misbah dan penafsiran Aidh al-Qarni tentang makna tabayyun dalam karyanya Tafsīr al- Muyassar.

Kedua, penelitian kata tabayyun dalam bentuk kajian tematik. Pada penelitian ini, kata tabayyun tidak secara eksplisit disebutkan pada judul penelitian, tapi secara implisit menjelaskan perihal tabayyun (klarifikasi). Ada dua jurnal yang penulis temukan berkenaan penelitian ini, yaitu jurnal yang berjudul Tafsir Tematik tentang Seleksi Informasi, ditulis oleh Mawardi Siregar, MA.

Jurnal ini membahas tentang konsep tabayyun dalam al-Qur’an dengan merujuk pada surah al-Ḥujurāt ayat 6. Ayat ini kemudian dikaji melalui sudut pandang tafsir tematik, yaitu dengan mencari ayat-ayat yang berkaitan dengan tema, mencari sebab turunnya ayat, tafsir ayat, munasabah ayat, lalu kemudian menjelaskan aspek penting tabayyun dalam praktek komunikasi.

Lalu kemudian jurnal dengan judul Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem Pemberitaan di Media Sosial) yang ditulis oleh Iftitah Jafar15. Dalam pembahasan ini, term kunci yang diteliti terkait konsep berita dalam al-Qur’an ada empat yaitu al-Nabā’, al-Khabar, al-Hadīṡ dan al-‘Ifk.

Menurut Iftitah Jafar, ada tiga implikasi konsep berita dalam al-Qur’an terkait

15 Iftitah Jafar, “Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem Pemberitaan di Media Sosial)” dalam Jurnal Jurnalisa, Vol. 03, No. 1, 2017.

(28)

9

sistem pemberitaan di media sosial yang mesti diperhatikan oleh setiap orang.

Pertama, sumber berita harus jelas, kedua, berita harus benar dan ketiga, berita harus sesuai dengan fakta.

Ketiga, penelitian kosakata dalam al-Qur’an dengan menggunakan teori semantik Toshihiko Izutsu. Mengenai literatur ini, penulis menemukan beberapa karya penelitian berupa skripsi, seperti skripsi Siti Fatimah Fajrin yang berjudul Konsep al-Nār dalam al-Qur’an (Analisis Semantik Toshihiko Izutsu), mahasiswi fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Skripsi ini menjelaskan gambaran al-Nār dalam al-Qur’an melalui kajian semantik Toshihiko Izutsu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui makna al- Nār ditinjau dari makna dasar dan relasionalnya, sintagmatik dan diakronik serta weltanschauung dari kata tersebut. Meskipun pada skripsi ini menggunakan teori Toshihiku Izutsu dalam penelitiannya, tetapi kata yang dikaji bukanlah kata tabayyun, tetapi kata al-Nār.

Skripsi oleh Aida Nahar yang berjudul Konsep Ḥubb dalam al-Qur’an (Analisis Semantik Toshihiko Izutsu), mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitian ini, Aida Nahar menggunakan teori semantik Toshihiko Izutsu untuk mengetahui konsep Ḥubb dalam al-Qur’an dilihat dari makna dasar dan relasionalnya, sintagmatik dan diakronik serta weltanschauung dari kata tersebut.

Skripsi oleh Zunaidi Nur dengan judul Konsep al-Jannah dalam al-Qur’an (Aplikasi Semantik Toshihiko Izutsu), mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan

(29)

10

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitian ini, ia menjelaskan tentang makna dan konsep mengenai kata al-Jannah yang terdapat di dalam al-Qur’an dengan menggunakan analisis semantik Toshihiko Izutsu.

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Iqbal Maulana dengan judul Konsep Jihād dalam al-Qur’an (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu), mahasiswa Fakultas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penelitian ini, kata kunci jihad adalah kata yang diteliti oleh Muhammad Iqbal Maulana dengan menggunakan teori Toshihiko Izutsu, yaitu mengungkap makna dasar dan relasional, sinkronik dan diakronik serta weltanschauung dari kosa kata itu.

Dari beberapa penelitian di atas, dan sejauh pencarian penulis, belum ada yang membahas tentang konsep tabayyun dalam al-Qur’an dengan menggunakan analisis semantik Toshihiko Izutsu. Meskipun terdapat karya berupa buku yang membahas tentang tabayyun, yaitu Tabayyun Gus Dur, Pribumisasi Islam Hak Minoritas Reformasi Kultural dan juga buku Penyebab Gagalnya Dakwah Jilid I pada bab ‘Adamut-Tatsabbut aw Tabayyun, tetapi keduanya tidak mengkaji kata tabayyun dari segi semantiknya. Begitu pula pembahasan term tabayyun pada dua penelitian skripsi yang penulis temukan, keduanya tidak berkaitan dengan semantik, tetapi merupakan kajian komparatif tokoh. Selanjutnya penelitian berupa jurnal/artikel, yaitu Tafsir Tematik tentang Seleksi Informasi dan juga Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem Pemberitaan di Media Sosial), keduanya memang berkaitan dengan penjelasan tabayyun, akan tetapi dalam ranah kajian tematik. Lalu kemudian beberapa tema penelitian skripsi, seperti konsep Ḥubb, al-Jannah, al-Nār dan jihād memang menggunakan

(30)

11

kajian semantik Toshihiko Izutsu, tetapi tema yang diangkat pada penelitian- penelitian tersebut tentu berbeda dengan tema yang penulis jadikan sebagai penelitian, yaitu konsep tabayyun dalam al-Qur’an.

E. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis semantik Toshihiko Izutsu, yaitu :

1. Makna Dasar dan Makna Relasional

Makna dasar (basic meaning) adalah makna yang melekat pada kata itu sendiri dan selalu terbawa di mana pun kata itu diletakkan baik makna di dalam maupun di luar al-Qur’an.16 Makna ini lebih dikenal dengan makna asli dari sebuah kata. Sedangkan makna relasional adalah makna baru yang diberikan pada sebuah kata yang tergantung pada kalimat di mana kata itu diletakkan atau sesuatu yang konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada posisi dan bidang khusus, atau dengan kata lain makna baru yang diberikan pada sebuah kata yang bergantung pada kalimat di mana kata tersebut diletakkan.17 Untuk mendapatkan makna relasional maka dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Analisis sintagmatik, yaitu analisis yang berusaha menentukan suatu kata dengan cara memperhatikan kata-kata yang terdapat di depan dan di belakang kata dari kata kunci yang sedang dibahas.

16 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,..., hlm. 11.

17 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,..., hlm. 12.

(31)

12

b. Analisis paradigmatik, yaitu analisis yang mengkomparasikan kata atau konsep tertentu dengan konsep lainnya yang bermakna mirip (sinonim) maupun berlawanan (antonim).

2. Sinkronik dan Diakronik

Aspek sinkronik merupakan aspek yang tidak berubah dari konsep atau kata, dalam pengertian lain, ia berada pada ruang sistem bahasa yang bersifat statis. Sedangkan aspek diakronik adalah pandangan bahasa, yang pada prinsipnya menitikberatkan pada unsur waktu. Singkatnya, perkembangan makna kata yang dilihat dari unsur waktunya. Dalam hal ini Toshihiko Izutsu membagi menjadi tiga periode yaitu pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik.18

3. Weltanschauung

Weltanschauung merupakan langkah terakhir dan paling utama dari metode semantik Toshihiko Izutsu. Weltanschauung adalah pandangan dunia masyarakat atau dunia al-Qur’an terhadap kosakata tabayyun.

Weltanschauung tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir, tetapi yang lebih penting lagi sebagai pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.19

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang ditempuh untuk meneliti suatu objek penelitian guna memperoleh pengertian secara ilmiah dan dapat

18 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,..., hlm. 31-35.

19 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,..., hlm. 3.

(32)

13

dipertanggungjawabkan, maka diperlukan metode yang sesuai dengan objek yang dikaji. Metode penelitian ini sangat penting guna menentukan alur penelitian dan sifat keilmiahannya. Metode dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research).

Penelitian kepustakaan merupakan sebuah penelitian yang fokus penelitiannya menggunakan data dan informasi dengan bantuan berbagai macam literatur yang terdapat di perpustakaan, seperti kitab, buku, kamus, jurnal, artikel, syi’ir-syi’ir Arab, dan lain-lain.20

2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai terdiri dari beberapa sumber yang terdiri dari al-Qur’an, buku-buku tentang semantik, kitab-kitab tafsir, kamus- kamus klasik bahasa Arab maupun buku-buku yang menceritakan tentang tabayyun baik terkait dengan al-Qur’an maupun Hadīṡ. Sumber data tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Sumber Data Primer

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber-sumber dari al-Qur’an (terjemah dan tafsirannya), kamus untuk mencari kata dalam al-Qur’an: al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāż al-Qur’ān al-Karīm, kitab untuk mencari makna dasar kosakata: Lisan al-‘Arab, Kamus Al- Munawwir Arab-Indonesia, al-Munjid fi al-Lugah wa al-Adab wa al-‘Ulūm, dan Tāj al-‘Arūs Min Jawāhir al-Qāmūs.

20 Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 33

(33)

14

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder pada penelitian ini yaitu buku-buku yang berkaitan tentang tabayyun, kamus-kamus Arab lainnya, kitab tafsir, kitab ḥadīṡ, skripsi, jurnal, artikel-artikel dan media informasi lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan pada penelitian ini yang dianggap penting untuk dikutip dan dijadikan informasi tambahan.

3. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, data-data yang telah didapat dan dikumpulkan, kemudian diolah dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Deskripsi, yaitu mengumpulkan dan mengelompokkan ayat-ayat tentang tabayyun, kemudian menguraikan makna-makna kata tabayyun yang terdapat di dalam al-Qur’an dan kamus serta mengemukakan berbagai pendapat para ulama tentang arti kata tabayyun.

b. Analisis, yaitu menganalisis dengan menggunakan teori semantik.

Analisis ini meliputi mencari kata kunci kemudian menentukan makna dasar dan makna relasional melalui analisis sintagmatik dan paradigmatik. Selanjutnya mencari aspek sinkronik dan diakronik dengan menelusuri makna kata tabayyun pada masa pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik, kemudian menguraikan weltanschauung dari kata tabayyun.

(34)

15

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan penelitian, dibutuhkan sebuah sistematika penulisan agar pembahasan tersusun secara sistematis dan tidak keluar dari pokok permasalahan yang akan diteliti. Adapun sistematika pembahasan proposal ini adalah sebagai berikut :

Bab I, berisikan Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Hal ini sangatlah penting untuk dikaji agar diketahui problem akademik serta beberapa langkah penelitian yang akan dilakukan untuk menjawab problem akademik tersebut.

Bab II, terdiri dari tiga sub bab yaitu menguraikan ayat-ayat tabayyun dalam al-Qur’an, kemudian menjelaskan makna dasar tabayyun dan makna relasional yang meliputi analisis sintagmatik dan paradigmatik serta medan semantik.

Dengan mengetahui makna dasar dan makna relasional tabayyun maka akan tampak bahwa makna dasar selalu melekat di saat yang sama dan akan memiliki makna yang berbeda jika dihubungkan dengan konsep-konsep lainnya.

Bab III, terdiri dari empat sub bab, yaitu menjelaskan klasifikasi ayat-ayat makkiyyah dan madaniyyah, kemudian menjelaskan makna sinkronik dan diakronik kata tabayyun yang terdiri dari periode pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik. Kemudian sub bab terakhir menjelaskan weltanschauung kata tabayyun. Dari sini maka akan diketahui bahwa kata tabayyun mengalami perkembangan makna pada periode Qur’anik dan memiliki perbedaan konotasi

(35)

16

makna antara periode pra Qur’anik dan pasca Qur’anik yang sangat dipengaruhi oleh konteks historis dan biasa disebut dengan weltanschauung atau pandangan dunia al-Qur’an terhadap kosakata tabayyun.

Bab IV, merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran- saran. Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari penelitian ini dan mengungkapkan segala bentuk kekurangan serta saran agar para peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih baik lagi dalam meneliti konsep ini.

(36)

143 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Makna Dasar dan Makna Relasional Tabayyun

Pencarian makna dasar kata tabayyun diambil dari perubahan bentuk katanya, yaitu bāna, bayyana, abāna, tabayyana, dan istabāna.

Dari penelitian penulis, kelima perubahan kata tabayyun itu merujuk pada dua makna, yaitu ittaḍaḥa dan ẓahara. Kata ittaḍaḥa memiliki arti menjadikannya jelas, terang atau nyata.1 Sedangkan kata ẓahara memiliki arti muncul, tampak, terang atau lahir.2 Penggunaan kata ittaḍaḥa dan ẓahara juga berkaitan dengan menjelaskan sesuatu yang bersifat material dan immaterial, karenanya, tabayyun dalam dunia masyarakat orang Arab digunakan dalam menjelaskan sesuatu, baik yang bersifat material maupun immaterial.

Makna relasional tabayyun terbagi menjadi dua analisis, yaitu analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik. Analisis sintagmatik kata tabayyun, berdasarkan dari kata tabayyana, tabayyanat, yatabayyanu dan tabayyanū memiliki empat makna, yaitu kejelasan yang diingkari, berfungsi sebagai batasan, bukti kekuasaan Allah dan kejelasan atas informasi. Dari penjelasan makna relasional kata tabayyun analisis

1 Aḥmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 1564

2 Aḥmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia,...., hlm. 883

(37)

144

sintagmatik, setidaknya menghasilkan tiga pola umum. Pola umum yang pertama ialah dilihat dari objek yang dijelaskan dan dari objek yang diberikan kejelasan. Dari objek yang dijelaskan ini, memunculkan pola umum yang kedua dan juga pola umum yang ketiga, yaitu penjelasan objek yang dijelaskan mengenai sesuatu yang bersifat material dan immaterial, kemudian objek yang dijelaskan dilihat dari adanya lawan kata atau oposisi pada objek penjelasannya, yaitu penjelasan kata secara ekspilist dan implisit.

Sedangkan pada analisis paradigmatik kata tabayyun, penulis dapatkan pada kata al-kasyf dan ‘addā sebagai sinonim kata tabayyun atau bentuk dari konotasi positifnya. Sedangkan kata al-‘ajalah dan al- ẓann sebagai antonim kata tabayyun atau bentuk dari konotasi negatifnya.

2. Makna Sinkronik dan Diakronik Tabayyun

Pada pemaknaan sinkronik tabayyun merujuk pada makna relasional kata tabayyun pada makna sintagmatik dan paradigmatik dan juga pemaknaan pada masa Qur’anik. Sedangkan yang dimaksud dengan makna diakronik tabayyun ialah adanya perkembangan makna tabayyun dilihat dari penggunaannya pada tiga masa, yaitu pra Qur’anik, Qur’anik dan pasca Qur’anik. Pada masa pra Qur’anik, kata tabayyun lebih banyak digunakan dalam soal sosial dan bersifat material. Pada masa Qur’anik, kata tabayyun bersifat sosio-teologis, artinya klarifikasi tidak hanya digunakan sebagai sarana dalam

(38)

145

berinteraksi sosial, tetapi juga sebagai jalan ketaatan menuju Tuhan.

Sedangkan pada masa pasca Qur’anik, pemaknaan kata tabayyun lebih ditekankan dan dikhususkan lagi pada penafsiran yang terdapat pada kitab-kitab tafsir awal. Meskipun terdapat perbedaan penafsiran atau pemaknaan terhadap kata tabayyun, ia sebenarnya memiliki maksud yang sama, yaitu untuk memperkuat penjelasan kata tabayyun pada masa Qur’anik.

3. Weltanschauung

Konsep weltanschauung kata tabayyun kembali pada pemaknaan kata tabayyun pada masa Qur’anik, yaitu bersifat sosio-teologis.

Artinya, perintah klarifikasi tidak hanya berhubungan dengan interaksi sosial antara sesama manusia, tetapi ia juga berhubungan dengan ketundukan kepada Tuhan. Ketika konsep tabayyun ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang bersifat material maupun immaterial, pada saat itu sebenarnya ia ingin mengarahkan manusia untuk bijak dalam menyaring dan juga menerima berita, serta bijak dalam melakukan klarifikasi dan tidak tergesa-gesa untuk menyebarkan berita yang diterima.

B. Saran-saran

Setelah penulis menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa sebuah penelitian pasti tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penelitian ini tidak dapat dikatakan telah selesai, tapi masih bisa dikaji ulang secara

(39)

146

mendalam lagi, mengingat masih ada yang perlu dikaji lebih dalam lagi penelitian ini:

Pertama, pengkajian secara mendetail mengenai konsep tabayyun dalam pasca Qur’anik yang tidak hanya berkisar pada kitab-kitab tafsir awal masa pembukuan. Tetapi bisa diluaskan lagi dengan menambah literatur tafsir yang bercorak teologi, fikih maupun tasawuf.

Kedua, pengkajian konsep tabayyun dengan metode lain seperti semiotik, hermeneutik dan lain sebagainya. Namun bisa juga pengkajian konsep lain dengan menggunakan steori emantik, mengingat bahwa suatu pengkajian kosakata semantik akan sangat membantu dalam memahami kosakata dalam al-Qur’an yang sarat akan budaya, pesan moral dan peradaban.

(40)

147

DAFTAR PUSTAKA

A. Idris, Idnan. Klarifikasi al-Qur’an atas Berita Hoax. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas-Gramedia. 2018.

Ali, Jawwad. Sejarah Arab sebelum Islam, Geografi, Iklim, Karakteristik, dan Silsilah. terj. Khalifurrahman Fath. Jakarta: PT Pustaka Alvabet. 2018.

Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an. Ciputat: PT. Pustaka Alvabet. 2013.

Andalusī, Abū Muḥammad ‘Abd al-Ḥaqq ibn Gālib ibn ‘Aṭiyyah al-. Al-Muḥarrar al-Wajīz fī Tafsīr al-Kitāb al-‘Azīz. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah: Beirut. 2001.

Bagawī, Abū Muḥammad al-Husein ibn Mas’ūd al-. Tafsīr al-Bagawī Ma’ālim al- Tanzīl. Dār al-Ṭaibah: Riyāḍ. 1989.

Bāqi, Muḥammad Fu’ad ‘Abdul. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Qur’ān al- Karīm. Beirut: Dār al-Fikr. 1987.

Dimasyqī, Al-Imām al-Jalīl ‘Imād al-Dīn Abū al-Fidā’ Ismā’īl ibn Kaṡīr al-.

Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm. al-Mu’assasah Qarṭabah: Giza. 2000.

Fairūzābādī, Tanwīr al-Miqbās min Tafsīr Ibn ‘Abbās. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah:

Beirūt. 1992.

GM, Sidarta. Berita Untuk Mata dan Telinga, Pemahaman Praktis Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Mara Pustaka. 2012.

Hādī, Ṣolāḥ al-Dīn al-. Dīwān al-Syammākh bin Ḍirār al-Żabyānī. Mesir: Dār al- Ma’ārif. 2009.

Ḥasan Fā’ūr, Alī. Dīwān Zuhair bin Abī Sulmā. Beirut: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyyah. 1988.

Hosen, Nadirsyah. Tafsir al-Qur’an di Medsos, Mengkaji Makna Rahasia Ayat Suci Pada Era Media Sosial. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2017.

Husein al-Żahabi, Muḥammad. al-Tafsīr wa al-Mufassirūn. Kairo: Maktabah Wahbah. 2000.

Izutsu, Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia. terj. Agus Fahri Husen (dkk.).

Yogyakarta: Tiara Wacana. 1997 .

(41)

148

Jafar, Iftitah. “Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem Pemberitaan di Media Sosial)” dalam Jurnal Jurnalisa. Vol. 03. No. 1. 2017.

Ja’far Muḥammad ibn Jarīr ibn Yazīd ibn Kaṡīr al-Ṭabarī, Abū. Tafsīr al-Ṭabarī min Kitābihī Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qur’ān. Beirut: Mu’assasah al- Risālah. 1994

Jazairi, Abu Bakar Jabir al-. Tafsir al-Qur’an al-Aisar. terj. Fityan Amaliy (dkk).

Jakarta: Dar al-Sunnah. 2009.

Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. 1996.

Laṭīf bin Muḥammad al-Khaṭīb, Abdul. Ensiklopedia Komplit Menguasai ṣaraf.

terj. Muhammad Azhar. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2016.

Maimūn, Al-A’sya Abī Baṣīr. Dīwān al-A’sya al-Kabīr. Iskandariyah: Maktabah al-Ᾱdāb. 1950.

Malik Abdul Karim Amrullah, Abdul. Tafsir al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. 2007

Mālikī, ‘Abdul Raḥmān ibn Muḥammad ibn Makhlūf Abū Zaid Al-Ṡa’ālabī al-.

al-Jawāhir al-Ḥisān fī Tafsīr al-Qur’ān. Dār Iḥyā’ al-Turāṡ al-‘Arabī: Beirut.

1998.

Ma’luf, Louwis. al-Munjid fi al-Lugah wa al-Adab wa al-‘Ulūm. Beirut:

Percetakan Katolik. 1908.

Mauli Rosa Bustam, Betty (dkk.). Sejarah Sastra Arab dari Beragam Perspektif.

Yogyakarta: Deepublish. 2015.

Mauludi, Sahrul. Seri Cerdas Hukum: Awas Hoax! Cerdas Menghadapi Pencemaran Nama Baik, Ujaran Kebencian & Hoax. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI. 2018.

Miṣrī, Ibn Manẓūr al-Anṣārī al-Ifrīqī al-. Lisān al-‘Arab. Beirut: Dar al-Kutub al-

‘Ilmiyyah. 2009.

M. Nuh, Sayyid. Penyebab Gagalnya Dakwah Jilid I. Jakarta: Gema Insani Press.

2000.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: Adab Press.

2014.

_______ Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Press. 2015.

Musthafa, Bisri. Tafsir al-Ibrīz Lima’rifah al-Qur’ān al-‘Azīz Versi Bahasa Jawa.

terj. Sofwan Sururi (dkk). Kudus: Menara Kudus. 2015).

(42)

149

Nadjib Sadjak, Muhammad. Tarjamah Jawāmi’ al-Mutūn Billugah al- Indūnīsiyyā. Jatirogo: KampoengKyai. 2017.

Qurṭubī, Imam al-. Tafsir al-Qurṭubī. terj. Sudi Rosadi (dkk.). Jakarta: Pustaka Azzam. 2008.

Ridho, Subhi. “Kelas Menengah Muslim Baru dan Kontestasi Wacana Pluralisme di Media Sosial” dalam jurnal pemikiran sosiologi. Vol. 4. No 2. 2017.

Ṣābunī, ‘Alī al-. Kamus Al-Qur’an : Quranic Explorer. Jakarta: Shahih. 2016.

Ṡa’labī, Abū Isḥāq Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ibrāhīm al-. Al-Kasyf wa al-Bayān

‘an Tafsīr al-Qur’ān. Dār al-Tafsīr: Jeddah. 2015.

Samarqandī, Abū al-Laiṡ Naṣr ibn Muḥammad ibn Aḥmad ibn Ibrāhīm al-. Baḥr al-‘Ulūm. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah: Beirut. 1993.

Setiawan, Nur Khalis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Elsaq Press.

2006.

Shaleh Isre, Muhammad. Tabayyun Gus Dur, Pribumisasi Islam Hak Minoritas Reformasi Kultural. Yogyakarta: LkiS,.1998.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

Jakarta: Lentera Hati. 2011.

_______ Tafsir al-Misbah Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002.

Siregar, MA, Mawardi. “Tafsir Tematik tentang Seleksi Informasi” dalam Jurnal at-Tibyan. Vol. II. No. 1. 2017

Sofyandi Kahfi, Agus. “Informasi dalam Perspektif Islam” dalam jurnal Mediator. Vol 7. No 2. 2006.

Suyūṭī, Jalāluddīn al-. al-Durr al-Manṡūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr. Dār al-Fikr:

Beirūt. 2011.

Ṭā’ī, Abū Tammām Ḥabīb bin Aus al-. Dīwān al-Ḥamāsah. Beirut: Dār al- Maktab al-‘Ilmiyyah. 1998.

Tibrīzī, Al-Khaṭīb al-. Syarh Dīwān al-Ḥamāsah li Abī Tammām. Beirut: Dār al- Maktab al-‘Ilmiyyah. 2000.

Waridah, Ernawati. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Bmedia Imprint Kawan Pustaka. 2017.

(43)

150

Warson Munawwir, Aḥmad. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif. 1997.

Zabidī, Muḥammad al-Ḥusein al-. Tāj al-‘Arūs Min Jawāhir al-Qāmūs. Beirut:

Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2007.

(44)

151 LAMPIRAN

AYAT-AYAT VARIASI KATA TABAYYUN

1. ََ َيَّبَت

ََدَو

َريِث َك َ

َ

َ نِ م

َ

َ ه َ

َِلَ أ ٱَ ل

َ َتِك

َِب

َ

َ وَل

َ مُكَنوُّدُرَي

َ

َ نِ م

َ

َ عَب

َِد

َ َميِإ َ

َ مُكِن

َ اًراَفُك

َ

َ د َسَح اَ

َ نِ م

َ

َِدنِع

َ

مِهِسُفن َ أ

َ

َ نِ م

َ

َ عَب

َِد

َ اَم

َ

ََ َيَّبَت

َ

َُمُهَل

َٱ

ََ

َ ُّق ل

َََف ٱ

َ ع

َ اوُف

َََو ٱ

َ ص

َ اوُحَف

َ

َ َتَّح

ََ

ََِت أَي

َٱ

َُ َللّ

َ

َ م َ

َِهِر أِب

َ ۦَ

ََنِإ

َٱ

ََ َللّ

َ

َ َ َعَ

َِ ُكَ َ

َ َش

َ ءَ

َرريِدَق

َ١٠٩

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. {QS. al-Baqarah (2) : 109}

َ َ ل

َ

َ كِإ

ََهاَر

َِف َ

َ ِنيِ ل َٱ

َ دَق

َ

ََ َيَّبَت

َٱ

َ شُّرل

َُد

َ

ََنِم

َٱَ ل

َيِ َغ

َ نَمَف

َ

َ كَي

َ رُف

ََِبٱ

َ َطل

َِتوُغ

َ

َ ؤُيَو

َ نِم

ََِبٱ

َِ َللّ

َ

َِدَقَف

َ

ٱ

َ س

َ مَت

ََك َس

ََِبٱ

َ ل

َ رُع

ََوَِة

َٱَ

ل

َ ثُو

َ َق

َ

َ َ ل

ََما َصِفن َٱ

َ

َ اَهَل

َََو ٱ

َُ َللّ

َ عيِمَس َ

َ

َ ميِلَع

َ ٢٥٦

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. {QS. al-Baqarah (2) : 256}

َ و َ أ

َََك ٱ يِ لَّ َ

َ

ََرَم

َ

َ َ َعَ

َ

َ رَق

َ ةَي

َ

ََ ِهَو

َ ةَيِواَخ َ

َ

َ َ َعَ

َ اَهِشوُرُع

َ

ََلاَق

َ

َ َنّ َ أ

َِ حُي َ ۦَ

َ َه

َِهِذ

َٱ

َُ َللّ

َ

َ عَب

ََد

َ

َ وَم

َ اَهِت

َ

َُهَتاَم َ أَف

َٱ

َُ َللّ

َ

ََةَئ اِم

َ م َعَ َ

َ

ََمُث

َََب

َُهَثَع

َ ۥَ

ََلاَق

َ

َ مَك

َ ثِ َلَ َ

َ َت

َ

ََلاَق

َ ثِ َلَ َ

َُت

َ

َ وَي اًم

َ

َ و َ أ

َ

َ عَب

َ َض

َ

َ وَي

َ مَ

ََلاَق

َ لَب

َ

َ ثِ لَ َ

ََت

َ

ََةَئ اِم

َ م َعَ َ

َََف ٱ

َ ر ُظن

َ

َ َ لِإ

َ

ََكِماَع َط

ََكِباَ َشََو َ

َ

َ مَل

َ

َ هَن َسَتَي

َََو ٱ

َ ر ُظن

َ

َ َ لِإ

ََكِراَ ِحِ َ

َ

َ جَ ِلَِو

ََكَلَع

َ

َ ةَياَء

َ ِساَنلِ ل َ

َََو ٱ

َ ر ُظن

َ

َ َ لِإ

َٱَ ل

َِما َظِع

َ

َ يَك

َ َف اَهُ ِشِنُن َ

َ

ََمُث

َ

َ كَن اَهو ُس

َ

َ َ ل

َ مَيا

َ اَمَلَف

َ

ََ َيَّبَت

َ

َُ َ ل ۥَ

ََلاَق

َ

َ ع َ أ

َُمَل

َ

ََن َ أ

َٱ

ََ َللّ

َ

َ َ َعَ

َِ ُكَ َ

َ َش

َ ءَ

َرريِدَق

َ ٢٥٩

“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya:

"Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum

Referensi

Dokumen terkait

yang dilakukan oleh wirausahawan wanita m e rni­ liki tingkat risiko gaga) bayar yang Iebih rendah dari pada wirausahawan pria (Armendiz & Morduch,2005)... P erbe

Semantik al-Qur’an menurut Toshihiko Izutsu berusaha menyingkap pandangan dunia al-Qur’ān (Weltanschauung) melalui analisis semantik terhadap kosakata atau istilah-istilah

Dia memberikan pengetahuan kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya.Kemudian kata insan (manusia) dalam ayat 5, dimaksudkan sebagai peserta didik,

Dengan demikian maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi

Penelitian ini yaitu studi kepustakaan (Library Reseach), merupakan sebuah kegiatan riset yang dilakukan dengan mencari data dari koleksi kepustakaan. Metode yang

Pembatasan kajian pada penelitian ini adalah mengaplikasikan kata ifk dan buhtân yang terdapat di berbagai ayat dalam al-Qur’an dengan menggunakan metode semantik

dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), Tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan

KONSEP USAHA DALAM AL QUR’AN (ANALISIS SEMANTIK KATA KASABA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta