PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penanaman padi disawah biasanya dilakukan oleh petani dengan sistem tanam pindah (Tapin) tetapi ada pula sistem tabur benih langsung (Tabela). Suprihatno dkk (1996) pada studi kasus di Kabupaten Subang dan Karawang menunjukkan bahwa kekurangan tenaga kerja banyak terjadi pada kegiatan tanam. Salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut diupayakan dengan memperkenalkan teknik budidaya tabur benih langsung (Tabela.
Zaini (1996) menyatakan bahwa secara ekonomis kelebihan Tabela tersebut ditunjukkan dengan penghematan pemakaian tenaga kerja 25-30 %, air 21 %, sarana produksi 5-10 %, produksi lebih tinggi 10-25 % dan kualitas gabah lebih baik dibandingkan dengan Tapin. Selain kelebihan tersebut di atas salah satu kekurangan dari Tabela adalah banyaknya gulma yang tumbuh. Banyaknya gulma yang tumbuh dan kurangnya pengetahuan petani dalam pengendalian gulma, mengakibatkan sistem Tabela kurang diminati oleh sebagian besar petani, khususnya petani padi sawah yang ada di Kabupaten Tabanan.
Cara pengendalian gulma yang kurang tepat pada sistem ini akan menambah biaya produksi yang sangat tinggi, sehingga pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi sangat berkurang (Pasek dkk, 2005). Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengendalian gulma pada tanaman padi sistem tabela dengan beberapa jenis herbisida , sehingga memudahkan dalam menentukan metode pengendalian yang paling tepat.
Tujuan Penelitian
Hipotesis
KAJIAN PUSTAKA
- Penanaman Padi Sistem Tabela
- Jenis-jenis Gulma pada Padi Sawah
- Persaingan Gulma dengan Tanaman Padi
- Cara Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi
- Diskripsi Herbisida
- Herbisida DMA 6 825 SL
- Herbisida Ally Plus 77 WP
- Herbisida Logran 75 WG
Zaini (1996) menyatakan bahwa secara ekonomis kelebihan Tabela ditunjukkan dengan penghematan pemakaian tenaga kerja 25-30 %, air 21 %, sarana produksi 5-10 %, produksi lebih tinggi 10-25 % dan kualitas gabah lebih dibandingkan dengan Tapin. Selain kelebihan tersebut di atas beberapa kekurangan dari Tabela baris adalah tanaman mudah rebah (perakaran dangkal) dan meningkatnya jumlah gulma yang tumbuh. Banyaknya gulma yang tumbuh dan kurangnya pengetahuan petani dalam hal cara pengendalian dan pemberantasannya, mengakibatkan sistem Tabela kurang diminati oleh sebagian besar petani, khususnya petani padi sawah yang ada di Kabupaten Tabanan.
Pengendalian gulma yang kurang tepat pada sistem ini akan menambah biaya produksi, sehingga pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi berkurang. Lovett (1979) menyatakan, gulma adalah tumbuhan yang mempunyai nilai negatif, tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Gulma yang berasosiasi dengan tanaman dapat menimbulkan kerugian, karena kehadirannya menyebabkan terjadinya persaingan untuk memperebutkan sumber daya tumbuh antara gulma dan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian Balitan Bogor terdapat 33 spesies gulma pada tanaman padi sawah, dan yang paling dominan adalah Monochoria vaginalis, Paspalum disticum, Frimbristylis, Cyperus difformis, Scirpus juncoide, Echinochloa crusgalli, Spenochlea zeylanica, Cyperus iria, Limnocharia flava, Lersia hexandra, Echinochloa colonum, dan Leptochloa chinensis, Jussiaea linifolia, Jussiaea angustifolia, Rotala leptopetala, Cyperus halpan, Leptochloa chinensis (Sundaru dkk, 1976). Daun tersebard engan bentuk memanjang atau lanset, tepi daun rata, warna hijau muda, panjang 2,5-12,5 cm, lebar 0,5-5 cm,. Daun berbentuk agak bulat, bagian pangkal membulat, warna hijau muda, panjang 7,5-28 cm dan lebar 5-22 cm.
Helaian daun rata, agak kasar pada kedua sisi, meruncing ke arah ujung, panjang daun 3-28 cm, lebar 2-12 mm, warna hijau terang. Daun bentuk bulat memanjang berbentuk lanset, letak berselang-seling, meruncing ke arah ujung, panjang 1-10 cm, lebar 0,25-3,5 cm, tepi daun sering berwarna ungu kemerah-merahan. Daun bervariasi dari bangun jorong sampai lanset sempit, dengan panjang 2,5-15 cm, lebar 0,25-3,0 cm, tepi daun rata.
Persaingan merupakan proses fisik antara dua jenis tumbuhan yang tumbuh bersama dalam mengambil sumber daya yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Dua atau lebih tumbuhan yang hidup pada lingkungan yang sama membutuhkan persyaratan tumbuh yang sama, dan jika salah satu tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka timbulah persaingan (Moenandir, 1988). Pengendalian adalah mengurangi sebagian dari populasi gulma yang tumbuh agar tidak merugikan baik secara ekonomis maupun ekologis terhadap tanaman.
Sedangkan tindakan memberantas (eradikasi) hanya ditujukan terhadap gulma yang sangat merugikan dan hanya terbatas pada tempat-tempat tertentu (Anon., 1976). Pada umumnya dalam budidaya tanaman padi setelah pasca tumbuh pengendalian gulmanya dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : 1) pengendalian secara mekanik yaitu dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti sabit atau mencabutnya dengan tangan.;.
METODE PENELITIA
- Rancangan Penelitian
- Tempat dan Waktu Penelitian
- Bahan dan Alat Penelitian
- Pelaksanaan di lapangan
- Penyiapan lahan
- Penaburan benih
- Penyulaman
- Pengendalian gulma
- Pengendalian hama dan penyakit
- Pengamatan dan Pengumpulan Data
- Identifikasi gulma
- Berat gulma basah dan kering oven m -2 (g)
- Analisis Data
Lahan yang diberikan perlakuan herbisida DMA dikeringkan terlebih dahulu sedangkan lahan yang diberikan perlakuan Ally Plus dibiarkan macak- macak. Penentuan berat basah dan berat kering oven gulma dilakukan pada umur 14 hari setelah penaburan benih. Apabila perlakuan herbisida memberikan pengaruh yang nyata atau sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5.
Berdasarkan hasil statistika diperoleh bahwa perlakuan herbisida berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap parameter populasi jenis gulma m-2umur 14 hss, berat gulma basah dan kering oven m-2 umur 14hss,. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa pemberian herbisida berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss. Pengaruh jenis herbisida terhadap rata-rata populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa antara herbisida DMA dan Ally Plus populasi jenis gulma m –2 pada umur 14 hss tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P ≥ 0,05), tetapi berbeda nyata (P < 0,05) dibanding dengan herbisida Logran dan Kontrol. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perlakuan herbisida berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap berat gulma basah dan kering oven m –2 pada umur 14 hss. Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa herbisida Logran (HL) memberikan berat gulma basah dan kering oven m–2 pada umur 14 hss yang paling rendah yaitu masing-masing 9,63g dan 2,99 g, berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya .tetapi perlakuan herbisida DMA tidak berbeda nyata (P . ≥ 0,05) dibanding dengan perlakuan herbisida Ally Plus yaitu masing-masing sebanyak 23,74 dan 16,55 g utuk berat gulma basah dan 4,99 dan 4,72 g untuk berat kering ovennya.
Diantara perlakuan herbisida yang dicoba, terlihat bahwa perlakuan herbisida Logran (HL), populasi jenis gulma m –1 pada umur 14 hss paling sedikit diikuti perlakuan herbisida Ally Plus dan DMA dan berbeda nyata dibandingkan dengan tanpa herbisida (control). Rendahnya populasi gulma yang tumbuh dan menurunnya berat gulma basah dan kering oven pada umur 14 hss pada perlakuan herbisida Logran (HL) dan berbeda nyata dibandingkan dengan herbisida DMA dan Ally Plus disebabkan karena herbisida tersebut adalah herbisida pra tumbuh (preplanting) dan pemberiannya dilakukan 3 (tiga) hari sebelum sebar benih, sehingga biji-biji gulma yang ada di permukaan tanah yang sudah siap tumbuh akan mengalami kerusakan atau keracunan atau mati karena toksisitas dari herbisida Logran tersebut sebagai herbisida pra tumbuh yang digunakan. Sebaliknya lebih banyaknya gulma yang tumbuh pada petak dengan perlakuan herbisida DMA dan Ally Plus yang penyemprotannya dilakukan 7 (tujuh) hari setelah sebar benih disebabkan karena herbisida tersebut adalah herbisida purna tumbuh dan lebih bersifat selektif terhadap jenis gulma berdaun lebar dan jenis teki-tekian dan tidak efektif terhadap jenis gulma berdaun sempit.
Rendahnya berat gulma basah dan kering oven pada perlakuan herbisida baik pada perlakuan herbisida DMA, Ally Plus dan Logran sudah tentunya disebabkan karena herbisida tersebut mampu mengendalikan sebagian gulma yang tumbuh sesuai dengan fungsinya sehingga gulma yang masih ada akibat perlakuan herbisida tersebut jauh lebih sedikit dan berbeda nyata dibanding dengan control. Perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap populasi jenis gulma m-2, berat gulma basah dan kering oven m-2, dibandingkan dengan control. Perlakuan herbisida Logran, Ally Plus dan DMA dapat menurunkan berat gulma basah m-1 pada umur 14 hss masing-masing sebanyak dan 49,66 % dibandingkan tanpa herbisida (control) dan menurunkan berat gulma kering ovennya masing-masing sebanyak dan 47,57 % dibandingkan dengan tanpa herbisida (control).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Populasi jenis gulma m -2 umur 14 hss (batang)…
- Berat gulma basah dan kering oven m -2 umur 14 hss )
Signifikansi pengaruh herbisida terhadap semua parameter yang diamati disajikan pada Tabel 4.1 dan satu contoh perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Dari Lampiran 1 terlihat bahwa pemakaian herbisida DMA tidak berbeda nyata dibanding dengan herbisida Ally Plus tetapi berbeda nyata terhadap semua perlakuan lainnya (Logran dan Kontrol). Jenis-jenis gulma yang tumbuh tersebut adalah 2 (dua) dari golongan rumput yaitu Echinochloa crusgalli (L.) Beauv dan Echinochloa colonum (L.) Link., 4 (empat) dari golongan teki yaitu Cyperus difformis L, Cyperus iria L., Cyperus halpan L, Frimbristylis littoralis Gaudich, dan 4 (empat) dari golongan berdaun lebar antara lain Jussiaea linifolia Vahl, Jussiaea angustifolia Lmk, Rotala leptopetala (BI.) Koehne, Monochria vaginalis (Burm.f.).
Berat gulma basah dan kering oven yang paling tinggi di dapat pada perlakuan tanpa herbisida (control) yaitu masing-masing 47,15 dan 9,30 g dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Jenis-jenis gulma yang tumbuh tersebut antara lain Jussiaea linifolia Vahl, Jussiaea angustifolia Lmk, Frimbristylis littoralis Gaudich, Cyperus difformis L, Cyperus iria L., Cyperus halpan L., Echinochloa crusgalli (L.) Beauv, Rotala leptopetala (BI.) Koehne, Monochria vaginalis (Burm.f.) dan Echinochloa colonum (L.) Link. Akan tetapi pemakaian herbisida DMA dan Ally Plus cukup efektif pengendaliannya dan sangat berbeda nyata dibanding dengan control.
Herbisida yang paling efektif dalam mengendalikan gulma pada sistem tanam tabela adalah herbisida Logran yang diberikan 3 hari sebelum sebar benih. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis herbisida pra tumbuh yang diberikan sebelum sebar benih pada sistem tabela. Peningkatan Pendapatan Petani Padi dengan Penanaman Padi Sawah dengan Sistem Tabelatot (Tabur Benih Langsung Tanpa Olah Tanah) di Desa Kerambitan, Kabupaten Tabanan.
Perbaikan Budidaya Tanaman Padi Sawah dengan Sistem Tabelatot (Tanam Benih Langsung Tanpa Olah Tanah) di Desa Penatih, Kabupaten Badung.
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran