• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG Wina Aprilia 1 Erna Juita2 Afrital Rezki 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG Wina Aprilia 1 Erna Juita2 Afrital Rezki 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN

KOTO TANGAH KOTA PADANG

Wina Aprilia 1 Erna Juita2 Afrital Rezki

1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

2 Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.

apriliawina90@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to know and analyze about: 1) Spatial distribution of housing and 2) Spatial distribution of service centers in suburbs District Koto Tangah Padang City. The type of research is descriptive by using survey method.

The location of the research is housing located in suburban area of Koto Tangah district of Padang City. Objects in this study all suburban housing estate Koto Tangah district Padang City, amounting to 48 housing and 60 service facilities. Data analysis using scalogram analysis. The results of the study found that: 1) Spatial distribution of housing in suburban area of Koto Tangah district of Padang City, mostly in Kelurahan Lubuk Buaya 41.67% and the smallest in Balai Gadang Urban Village is 14.58% and 2) Spatial distribution of service center in suburb city of Koto Tangah district Padang city, the most complete village is Lubuk Buaya and kelurahan is not complete is Padang Sarai.

Keywords: Spatial Distribution, Service Centre

PENDAHULUAN

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Selain itu rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter

dan kepribadian bangsa (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).

Pembangunan perumahan dan permukiman selalu menghadapi permasalahan pertanahan, terlebih di daerah perkotaan terkait ketersediaan lahan yang terbatas. Kecenderungan pengembangan pertumbuhan penduduk mengarah pada wilayah pinggiran kota sebagai akibat perluasan aktivitas kota.

Pusat kota sudah tidak mampu lagi menampung desakan jumlah penduduk.

Pertambahan penduduk yang terus

1

(2)

2 meningkat mengindikasikan bahwa perkembangan penduduk menyebar ke arah pinggiran kota (sub-urban) sehingga sebagai konsekuensinya adalah terjadi perubahan penggunaan lahan di perkotaan. Keterbatasan lahan kosong di perkotaan menjadikan daerah pinggiran kota menjadi alternatif pemecahan masalah (Makarau, 2011: 55).

Permukiman hendaknya dapat menyediakan berbagai macam kegiatan pelayanan lingkungan.

Seorang ahli geografi, Walter Christaller menghasilkan sebuah teori yang dikenal sebagai Central Place Theory (teori tempat pusat atau teori kependudukan pusat), dimana teori ini menjelaskan peran sebuah kota sebagai pusat pelayanan, baik pelayanan barang maupun jasa bagi wilayah sekitarnya (pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan perbelanjaan, pelayanan peribadatan, pelayanan jasa, pelayanan pemerintahan dan pelayanan komunikasi) (Yunus, 2010).

Perkembangan kawasan pinggiran kota ini berkembang tidak hanya pada satu kelurahan, tetapi hampir merata di setiap kelurahan. Hal ini sesuai dengan jumlah penduduk kecamatan Koto

Tangah yang merupakan penduduk terbesar di Kota Padang, yaitu 168.194 jiwa (BPS Kota Padang, 2016).

Tingginya jumlah penduduk menyebabkan permintaan terhadap permukiman meningkat. Hal inilah yang mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. Lahan yang ada di dalam kota terbatas sementara kebutuhan akan lahan semakin banyak. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan lahan, fungsi kekotaan mulai mengambil lahan yang ada di pinggiran kota. Berbagai fungsi kekotaan mulai tumbuh dan berkembang di daerah pinggiran tersebut, salah satunya adalah perumahan.

Pusat pelayanan merupakan titik-titik pertumbuhan yang terjadi dibeberapa tempat tertentu saja karena adanya kekuatan penggerak pembangunan, dimana kekuatan tersebut dapat merangsang kegiatan-kegiatan lainnya untuk tumbuh dan berkembang.

Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kecendrungan untuk mengelompok membentuk suatu kesatuan yang pada akhirnya menjadi pusat dari kegiatan atau disebut sebagai pusat pelayanan. Pusat- pusat pelayanan merupakan suatu aglomerasi dari berbagai kegiatan atau aktivitas serta aglomerasi dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat

(3)

3 menunjang pertumbuhan dan perkembangan kota.

Perkembangan dan pertumbuhan wilayah sangat banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, kultural dan politik. Manifestasi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada segi-segi tersebut diatas adalah perubahan-perubahan struktur fisik kota. Pertambahan jumlah penduduk, baik yang disebabkan oleh pertambahan alamiah maupun oleh karena terjadinya perpindahan penduduk dari perdesaan ke kota telah meningkatkan tuntutan akan pelayanan kebutuhan seperti pusat komersial (Sujarto, 2011).

Kawasan pinggiran kota di Kecamatan Koto Tangah terdiri dari Kelurahan Padang Sarai, Kelurahan Lubuk Buaya, Kelurahan Balai Gadang dan Kelurahan Batipuh Panjang. Hasil observasi yang peneliti lakukan, terdapat 48 buah perumahan di kawasan pinggir kecamatan Koto Tangah, yaitu 11 buah di Kelurahan Padang Sarai, 10 buah di Kelurahan Batipuh Panjang, 20 buah di Kelurahan Lubuk Buaya dan 7 buah di Kelurahan Balai Gadang. Namun

tingginya perkembangan perumahan ini kurang diimbangi oleh sarana prasarana pelayanan lingkungan yaitu sarana pendidikan dan jalan. Saat ini fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Padang Sarai berupa 12 TK dan 4 SD Kelurahan Batipuh Panjang yaitu dan 2 buah TK, 6 SD, 2 SMP dan 2 SMA, Kelurahan Balai Gadang memiliki 6 TK, 4 buah SD, 1 SMP dan 1 SMA dan Kelurahan Lubuk Buaya memiliki 13 buah TK, 3 SD, 1 SMP dan 1 SMA, (Koto Tangah dalam angka 2016, BPS).

Aksesibilitas sebagai komponen utama pertama dalam pemilihan lokasi perumahan oleh pengembang mengindikasikan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan, pengembang berusaha mendapatkan lokasi perumahan yang memiliki tingkat aksesibilitas baik.

Aksesibilitas yang baik dapat menjadi faktor daya tarik dalam pemasaran perumahan, karena biasanya konsumen mempertimbangkan kemudahan untuk mencapai pusat kegiatan seperti tempat bekerja, sekolah, atau pusat-pusat perekonomian dalam penentuan lokasi perumahan yang akan mereka tempati.

Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan serta jalan di kawasan pinggiran kota Padang belum seimbang dengan pertumbuhan perumahan.

(4)

4 Pusat pelayanan lingkungan lain yang terdapat di kawasan pinggir kota Kecamatan Koto Tangah diantaranya adalah pasar di Kelurahan Lubuk Buaya. Pusat pelayanan lingkungan selanjutnya berupa jalan, terdiri dari jalan lingkungan, jalan kota, jalan provinsi dan jalan nasional dengan panjang keseluruhan mencapai 327,45 km (Kantor Pertanahan Kota Padang, 2015). Kondisi ini tentu kurang ideal, karena suatu kawasan seharusnya memiliki pusat pelayanan seperti sekolah, pasar serta ditunjang oleh jalan yang memadai.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meninjau lebih dalam perumahan di kawasan pinggiran kota Padang Kecamatan Koto Tangah dengan judul “Distribusi Spasial Perumahan dan Pusat Pelayanan di Kawasan Pinggiran Kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang”.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang:

1) Distribusi spasial perumahan di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dan

2) Distribusi spasial pusat pelayanan di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode survey.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Distribusi Spasial Perumahan di Kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

lokasi penelitian adalah perumahan yang terdapat di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah, meliputi kelurahan Padang Sarai, Kelurahan Lubuk Buaya, Kelurahan Batipuh Panjang dan Kelurahan Lubuk Minturun Lubuk Gadang. Objek dalam penelitian ini seluruh perumahan kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang berjumlah 48 perumahan dan 60 fasilitas pelayanan.

Metode pengumpulan data yaitu metode observasi lapangan, pengukuran lapangan, wawancara terstruktur dan dokumentasi. Alat pengumpulan data yaitu GPS dan instrument penelitian.

Data yang telah dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi dianalisis dengan menggunakan analisis skalogram.

Metode skalogram adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar dari

(5)

5 komponen-komponen pendukungnya.

Komponen-komponen yang

dibutuhkan biasanya meliputi:

1. Data pemukiman wilayah yang ditinjau;

2. Jumlah penduduk/populasi masing- masing pemukiman;

3. Data fungsi/fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap pemukiman.

Metode sklagoram ini sering juga disebut sebagai metode analisis skala Guttman. Dalam studi ini tingkatan tiap-tiap objek penelitian terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah.

Interval nilai = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Persebaran Perumahan berdasarkan kecamatan di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah seperti tabel berikut:

Tabel 1. Persebaran Perumahan berdasarkan Kecamatan di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah

N o

Kelurahan Jumlah Persentas e (%) 1 Padang Sarai 11 buah 22,92 2 Batipuh

Panjang

10 buah

20,83 3 Lubuk Buaya 20 buah 41,67 4 Balai Gadang 7 buah 14,58 Jumlah 48 buah 100,0%

Sumber: Observasi Lapangan, 2017 Dari data tabel 1 di atas terlihat bahwa persebaran Perumahan berdasarkan kelurahan di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah terbanyak di Kelurahan Lubuk Buaya yaitu 20 buah perumahan (41,67%), selanjutnya kelurahan Padang Sarai sebanyak 11 buah perumahan (22,92%), kelurahan Batipuh Panjang sebanyak 10 buah perumahan (20,83%) dan terkecil kelurahan Balai Gadang sebanyak 7 buah perumahan (14,58%).

Pusat Pelayanan Pendidikan

Pusat pelayanan pendidikan di kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah seperti tabel berikut:

(6)

6 Tabel 2. Sarana Prasarana

Pendidikan di Kawasan Pinggir Kota Padang Kecamatan Koto Tangah

N o

Kelurah an

T K

S D

S M

P S M A

Ju ml ah 1. Padang

Sarai

1 0

4 0 0 14

2. Batipuh Panjang

2 6 2 2 12

3. Lubuk Buaya

1 3

3 1 1 18

4. Balai Gadang

6 4 1 1 12

Jumlah Total

56

Sumber: Observasi Lapangan, 2017 Dari data tabel 2 di atas terlihat bahwa persebaran sarana prasarana pendidikan sebanyak 56, terbanyak adalah TK yaitu 31 buah, SD sebanyak 17 buah, SMP sebanyak 4 buah dan SMA sebanyak 4 buah.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Hasil analisis berdasarkan data tabel di atas terlihat bahwa persebaran sarana prasarana berkisar dari 12 – 18 buah. Dalam nenentukan sebaran sarana prasarana pendidikan

digunakan perhitungan skalogram sebagai berikut:

Range = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil

= 18 - 12

= 6

Tabel 3. Analisis Skalogram Sarana Prasarana Pendidikan di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah

N o

Kelurah an

Sarana Prasarana Pendidikan

O r d e T

K S D

S M P

S M A

Ju ml ah 1 Padang

Sarai

1 0

4 0 0 14 II I 2 Batipuh

Panjang

2 6 2 2 12 I V 3 Lubuk

Buaya 1 3

3 1 1 18 I

4 Balai Gadang

6 4 1 1 12 I V Sumber: Pengolahan Data Sekunder,

2017

Dari hasil analisis hirarki jumlah sarana prasarana pendidikan di kawasan pinggir kota Kecamatan Koto Tangah menggunakan metode skalogram dapat diketahui bahwa kelurahan Lubuk Buaya yang menjadi pusat permukiman berada di Kecamatan Koto Tangah. Hal ini dapat dilihat dari tabel hirarki bahwa Kelurahan

(7)

7 Lubuk Buaya mempunyai skor tertinggi yang artinya bahwa secara fasilitas Kelurahan Lubuk Buaya lebih lengkap dari pada kelurahan lain.

Mengingat bahwa kelurahan Lubuk Buaya merupakan pusat perekonomian yang berada di kawasan Ibu Kota kecamatan sehingga sangat wajar jika bayak fasilitas pelayanannya.

Pusat Pelayana Kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan di kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah seperti tabel berikut:

Tabel 4. Sarana Prasarana Kesehatan di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah No Kelurahan Puskesm

as 1. Padang Sarai 0 2. Batipuh Panjang 1 3. Lubuk Buaya 1 4. Balai Gadang 1

5. Jumlah 3

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, 2017

Dari data tabel 4 di atas terlihat bahwa persebaran sarana prasarana kesehatan berkisar dari 0 - 1 buah.

Dalam nenentukan sebaran sarana prasarana pendidikan digunakan perhitungan sebagai berikut:

Range = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil

= 1 - 0

= 1

Orde pusat persebaran sarana prasarana kesehatan dibuat 2 orde yaitu I dan II dengan pertimbangan semua nilai masuk ke dalam kelas tersebut.

Interval kelas = range : orde = 1:1

= 1

Sehingga didapatkan kelasnya adalah sebagai berikut:

Orde I : 1 Oerde II : 0

Tabel 5. Analisis Skalogram Sarana Prasarana Kesehatan di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah

N

o Kelurahan

Sarana Prasarana Kesehatan

Or de

1 Padang Sarai 0 II

2 Batipuh Panjang

1 I

3 Lubuk Buaya 1 I

4 Balai Gadang 1 I

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, 2017

Dari hasil analisis hirarki jumlah sarana prasarana kesehatan di kawasan pinggir kota Kecamatan Koto Tangah menggunakan metode skalogram dapat

(8)

8 di ketahui bahwa kelurahan Lubuk Buaya, Batipuh Panjang dan Balai Gadang yang menjadi pusat permukiman berada di Kecamatan Koto Tangah. Hal ini dapat dilihat dari tabel hirarki bahwa Kelurahan Batipuh Panjang, Lubuk Buaya dan Balai Gadang mempunyai skor tertinggi yang artinya bahwa secara fasilitas kesehatan ketiga kelurahan tersebut lengkap.

Pusat Pelayanan Perekonomian Pusat pelayanan perekonomian di kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah seperti tabel berikut ini:

Tabel 6. Sarana Prasarana Perekonomian (Pasar di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah dengan Perumahan

No Kelurahan Pasar 1. Padang Sarai 0 2. Batipuh Panjang 0 3. Lubuk Buaya 1 4. Balai Gadang 0

5. Jumlah 1

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, 2017

Dari data tabel 6 di atas terlihat bahwa persebaran sarana prasarana perekonomian berkisar dari 0 - 1 buah.

Dalam nenentukan sebaran sarana

prasarana perekonomian digunakan perhitungan sebagai berikut:

Range = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil

= 1 - 0

= 1

Orde pusat persebaran sarana prasarana perekonomian dibuat 2 orde yaitu I dan II dengan pertimbangan semua nilai masuk ke dalam kelas tersebut.

Interval kelas = range : orde = 1:1

= 1

Sehingga didapatkan kelas nya adalah sebagai berikut:

Orde I : 1 Oerde II : 0

Tabel 7. Analisis Skalogram Sarana Prasarana Perekonomian (Pasar) di Kawasan pinggir kota Padang Kecamatan Koto Tangah

N o

Kelurahan Sarana Prasarana Kesehatan

O r d e

1 Padang Sarai 0 II

2 Batipuh Panjang

0 II

3 Lubuk Buaya 1 I

4 Balai Gadang 0 I

Sumber: Pengolahan Data Sekunder, 2017

(9)

9 Dari hasil analisis hirarki jumlah sarana prasarana perekonomian di kawasan pinggir kota Kecamatan Koto Tangah menggunakan metode skalogram dapat diketahui bahwa kelurahan Lubuk Buaya yang menjadi pusat permukiman berada di Kecamatan Koto Tangah. Hal ini dapat dilihat dari tabel hirarki bahwa Kelurahan Lubuk Buaya mempunyai skor tertinggi yang artinya bahwa secara fasilitas perekonomian kelurahan tersebut lengkap.

Pembahasan

Pertama, Distribusi spasial perumahan di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, terbanyak di Kelurahan Lubuk Buaya yaitu 20 buah perumahan (38.,46%), selanjutnya kelurahan Padang Sarai sebanyak 11 buah perumahan (22,92%), kelurahan Batipuh Panjang sebanyak 10 buah perumahan (20,83%) dan terkecil kelurahan Balai Gadang sebanyak 7 buah perumahan (14,58%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Giyarsih, (2001) bahwa saat ini, kota- kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga muncul pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran kota

(urban fringe) yang disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar dari kota (urban sprawl). Akibat selanjutnya adalah di daerah pinggiran kota akan mengalami proses transformasi spasial berupa proses densifikasi permukiman dan transformasi sosial ekonomi sebagai dampak lebih lanjut dari transformasi sosial. Proses densifikasi permukiman yang terjadi di daerah pinggiran kota.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, dimaksudkan agar lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan dan penghidupan (Hariyanto, 2003).

Kedua, Distribusi spasial pusat pelayanan di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, berdasarkan analisis skalogram,

(10)

10 kelurahan paling lengkap adalah Kelurahan Lubuk Buaya dan kelurahan kurang adalah kelurahan Padang Sarai.

Hal ini sesuai dengan Undang- undang Perumahan dan Permukiman Tahun 1992, bahwa sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Dalam kaitan ini, kriteria penentuan baku kelengkapan pendukung prasarana dan sarana lingkungan dalam perencanaan kawasan perumahan kota sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 378/KPTS/1987 menyebutkan bahwa untuk menghasilkan suatu lingkungan perumahan yang fungsional sekurang- kurangnya bagi masyarakat penghuni, harus terdiri dari kelompok rumah- rumah, prasarana lingkungan dan sarana lingkungan. Dewasa ini, potensi pengembangan kota lebih dipengaruhi oleh daya tarik kota akibat adanya akumulasi kegiatan usaha perekonomian bidang industri dan jasa pelayanan. Perkembangan kota-kota besar maupun kecil seringkali bertambah luas bersamaan kegiatan industri dan jasa tersebut

menjadikan kota sebagai pasar tenaga kerja yang memberikan keuntungan aglomerasi danmenyebabkan tingkat produktifitas dan efisiensi yang tinggi (Richardson dalam Malik, 2003 : 27).

Pada sisi lain, kemampuan kota menyediakan prasarana dan sarana sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat menjadi bagian penting untuk

mempertahankan momentum

perkembangan kota. Oleh karenanya, kelangsungan dan kelestarian suatu kota harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Undang-undang R.I Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengartikan bahwa pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam. Wujud pola pemanfaatan ruang diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.

KESIMPULAN

Distribusi spasial perumahan di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, terbanyak di kelurahan

(11)

11 Lubuk Buaya 41,67%dan terkecil di Kelurahan Balai Gadang sebesar 14,58%.

1. Distribusi spasial pusat pelayanan di kawasan pinggiran kota Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, kelurahan paling lengkap adalah Kelurahan Lubuk Buaya dan kelurahan kurang adalah kelurhan Padang Sarai.

DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto, Asep. 2003. “Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat (Contoh Kasus: Kota Pangkalpinang)”.

Jurnal PWK Unisba

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-undang R.I Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang perencanaan kawasan perumahan kota

Yunus, H. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.

Yogyakarta: Pustaka Pelejar.

Referensi

Dokumen terkait

Summary of 2-way ANOVA of microbial growth affected by culture type with 50% moisture content during 72 hour fermentation ... Summary of 2-way ANOVA of microbial growth affected