• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditinjau dari segi pelaku tindak pidana penganiayaan menurut kacamata Kitab Undang - undang Hukum Pidana disamakan baik anak-anak maupun orang dewasa sebagai pelakunya

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Ditinjau dari segi pelaku tindak pidana penganiayaan menurut kacamata Kitab Undang - undang Hukum Pidana disamakan baik anak-anak maupun orang dewasa sebagai pelakunya"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

Dalam hal tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak, memang tidak ada pasal yang secara khusus dan luas membahasnya dalam satu ketentuan perundang-undangan. Dalam hal pelaku tindak pidana penuntutan menurut KUHP, baik anak-anak maupun orang dewasa disamakan sebagai pelaku. Penerapan hukum pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak berdasarkan putusan perkara Nomor 142/Pid.B/2014/PN.Kis sudah tepat.

Rumusan Masalah

Faedah Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penegak hukum mengenai upaya penegakan hukum dalam tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh anak dan dapat ikut serta dalam pencegahan atau pemberantasan tindak pidana tersebut.

Tujuan Penelitian

Definisi Operasional

  • Penganiayaan Biasa
  • Penganiayaan Ringan
  • Penganiayaan Berat
  • Penganiayaan Berat Berencana
  • Penganiayaan terhadap orang-orang berkualitas tertentu atau dengan cara tertentu yang memberatkan

Penyalahgunaan diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan atau denda paling banyak Rp4.500,00 (empat ribu lima ratus). Jika perbuatan tersebut mengakibatkan mati, yang bersalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan terencana diancam dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.

Anak

Pengertian Anak

Namun dengan disahkannya undang-undang no. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak, ketentuan tersebut dalam Pasal 45 di atas tidak berlaku lagi. UU no. 11 Tahun 1997 “Tentang Pengadilan Anak” mendefinisikan kriteria anak dalam Pasal 1 angka (1) bahwa: “Anak adalah orang yang dalam hal kenakalan remaja telah mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin”. Jadi, berdasarkan undang-undang ini, jika seseorang yang telah berusia delapan belas tahun atau lebih pada usia 18 tahun melakukan kejahatan, maka tuntutan yang diterapkan sama dengan tuntutan orang dewasa.

Pertimbangan Hukum Berdasarkan Alat Bukti

Metode Penelitian

  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Analisis Data
  • Kitab Undang–Undang Hukum Pidana
  • Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
  • Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012
  • Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014
  • Keputusan Bersama 6 instansi tahun 2009

Ketentuan hukum yang berkaitan dengan anak, khususnya bagi anak yang melakukan tindak pidana, diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997. Apabila hakim dalam putusannya memerintahkan agar anak yang melakukan tindak pidana diserahkan kepada pemerintah, maka anak tersebut ditempatkan di panti pendidikan negara. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 mengatur tentang penuntutan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana.

Pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak yang melakukan tindak pidana adalah pidana pokok dan pidana tambahan. Berdasarkan Pasal 23, pidana pokok yang dapat diterapkan terhadap anak yang melakukan tindak pidana adalah pidana kurungan, kurungan, denda atau pidana pengawasan serta pidana tambahan berupa penyitaan barang tertentu dan pembayaran ganti rugi. Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan terhadap anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Apabila pelaku anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka terhadap anak tersebut. Jika pelaku anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a yang belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun, melakukan tindak pidana yang tidak diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka dilakukan terhadapnya salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. Denda bagi anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam UU Pengadilan Anak dalam Pasal 28 yaitu.

penyitaan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau b. 3) Jika dalam undang-undang substantif dijatuhkan pidana kumulatif berupa pidana kurungan dan denda, pidana denda diganti dengan latihan kerja. Pidana peringatan bagi anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam Pasal 72, yaitu pidana peringatan merupakan tindak pidana ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak. Namun terhadap anak yang melakukan kejahatan berat seperti pembunuhan tingkat pertama, anak tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun, sebagaimana diatur dalam Pasal 81(6): Jika kejahatan yang dilakukan oleh anak merupakan kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Tindak Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Penganiayaan

Kepala Putusan

142/Pid.B/2014/PN.Kis tajuk keputusan tersebut berbunyi “UNTUK KEADILAN, BERDASARKAN TUHAN YANG SATU”, yang bermaksud keputusan berdasarkan Tuhan Yang Esa adalah keputusan hakim semata-mata kerana kehendak hakim itu sendiri dan bukan kerana pemerintah atau undang-undang, tetapi mengikut kehendak Tuhan.

Identitas Terdakwa

Posisi Kasus

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Lapisan-lapisan sistematis disusun secara berurutan dari kejahatan yang diancam dengan hukuman paling tinggi hingga kejahatan yang diancam dengan hukuman paling rendah. Pasal-pasal tersebut tidak terbatas pada satu undang-undang, juga tidak terbatas pada penerapan pasal tersebut terhadap tindak pidana. Contoh penggunaan kata juncto, misalnya: A membantu B melakukan tindak pidana pembunuhan, maka A akan dijerat Pasal 338 KUHP (tentang pembunuhan) jo.

Tuduhan antara keduanya berbeda untuk menjelaskan bahwa A bukanlah pelaku utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP, melainkan turut serta dalam tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 KUHP. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penggunaan kata dan, atau, juncto, atau primary subsider disesuaikan dengan jenis kejahatan yang dilakukan oleh Terdakwa. Sedangkan dalam hal terdakwa melakukan beberapa tindak pidana yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri, digunakan bentuk dakwaan kumulatif (menggunakan kata dan).

Kis, Jaksa Penuntut Umum, sebelum persidangan, mendakwa terdakwa Suhardi alias Hardi secara bergantian dengan sengaja melakukan kekerasan atau perlakuan kejam terhadap anak yang mengakibatkan luka berat yaitu luka gores sepanjang 9 cm pada punggung kiri saksi Muhammad Nasri menurut VER Nomor 814/Pusk/2013, tertanggal 17 November 2013 yang dibuat dan ditandatangani. ed. dr. Elfian Pohan, agar saksi Muhammad Nasri tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari akibat perbuatan terdakwa, maka perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 80(2) UU RI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Selain itu, surat dakwaan ini menunjukkan tanda-tanda penganiayaan yang disengaja, yang diperkuat dengan rasa dendam terdakwa dengan pemuda warga Lorong Beringin, dalam hal ini tempat tinggal saksi Muhammad Nasri, terdakwa segera mengeluarkan pisau yang disimpan terdakwa di saku belakang dan langsung mengarahkan pisau ke tubuh saksi Muhammad Nasri, mengenai bagian belakang tubuh saksi.

Menyatakan bahwa tertuduh Suhardi Alias

Pertimbangan Majelis Hakim

Terdakwa membenarkan bahwa pada hari Minggu, 17 November 2013 sekitar pukul 20:00 WIB, terdakwa melihat saksi Muhammad Nasri bersama dengan saksi Zulkifli, saksi Muhammad Arif Rahman dan saksi Indra Haraha sedang bermain internet di warnet di Jalan Panglima Muda, Desa Pangkalan Dodek, Kecamatan Medang Barau. Kemudian Terdakwa mendekati saksi Muhammad Nasri bersama dengan saksi Zulkifli, saksi Muhammad Arif Rahman dan saksi Indra Harahap sedang bermain internet, kemudian Terdakwa mendekati saksi Muhammad Nasri dan berkata kepada saksi Muhammad Nasri “Kenapa sekarang semakin maju” dan melalui saksi Muhammad “Nasri sudah semakin maju.” Kemudian karena saksi Muhammad Nasri adalah anak dari koridor VII dan Terdakwa dipukul oleh anak-anak dari koridor VII padahal saksi Muhammad Nasri tidak ikut geng, Terdakwa dendam kepada anak-anak dari koridor VII, maka Terdakwa langsung mengambil pisau yang Terdakwa simpan di saku celananya.

Kis, JPU menghadirkan 3 (tiga) orang saksi yaitu Muhammad Nasri, Hermanto dan Zulkifli. Untuk menjelaskan kronologis kejadian yang bermula pada saat saksi Muhammad Nasri, saksi Muhammad Arif Rahman dan saksi Hendra sedang bermain internet, Terdakwa yang sedang dalam pengaruh minuman keras mendekati saksi Muhammad Nasri dan menyuruh saksi Muhammad Nasri. Kenapa sekarang maju" dan saksi Muhammad Nasri dijawab "Siapa Ardi yang maju", kemudian Terdakwa tiba-tiba mengambil pisau yang disimpan oleh Terdakwa di saku belakang dan langsung menyayatkan pisau itu ke badan saksi Muhammad Nasri dan memukul bagian belakang tubuh saksi Muhammad Nasri dan bagian belakang tubuh saksi Muhammad Nasri menderita, kurang lebih Na caus 9 (sembilan) cm. 4) Bukti.

Kemudian terdakwa mendekati saksi Muhammad Nasri bersama dengan saksi Zulkifli, saksi Muhammad Arif Rahman dan saksi Indra Harahap yang sedang menggunakan internet, kemudian terdakwa mendekati saksi. Muhammad Nasri dan berkata kepada saksi Muhammad Nasri “Kenapa sekarang maju” dan saksi Muhammad Nasri menjawab. Hal tersebut di atas menunjukkan kekesalan terdakwa terhadap anak-anak di ruang VII yang pernah bergabung dengan terdakwa, walaupun saksi Muhammed Nasri tidak ikut geng tersebut, dan terdakwa melakukan perbuatannya dengan sengaja membawa pisau ke warnet dan dengan sengaja menggoreskan pisau tersebut pada tubuh saksi Muhammad Nasri.

Kis, melakukan penuntutan terhadap saksi Muhammad Nasri, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, sehingga dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Putusan Majelis Hakim

Penetapan pemidanaan diatur dalam alinea pertama Pasal 193 KUHAP yang mengatur bahwa “jika pengadilan menganggap bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”. Pertanggungjawaban pidana bermuara pada pemidanaan terhadap pelaku jika ia telah melakukan tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur yang ditentukan dalam undang-undang. Ditinjau dari terjadinya perbuatan yang dilarang, seseorang akan bertanggung jawab atas perbuatan tersebut jika perbuatan itu bertentangan dengan hukum dan tidak ada alasan untuk membenarkan atau mengingkari sifat dari perbuatan pidana yang dilakukan melawan hukum.

Untuk menentukan ada tidaknya pertanggungjawaban, seseorang yang melakukan tindak pidana harus ada unsur perbuatan melawan hukum. Berdasarkan salah satu alasan hapusnya suatu kejahatan berupa dasar pembenaran, suatu perbuatan kehilangan sifat melawan hukumnya, sehingga menjadi sah/boleh, orang yang membuatnya tidak dapat disebut sebagai pelaku kejahatan. Dasar penghapusan kejahatan atau disebut juga alasan penghapusan sifat kejahatan ini, terdapat dalam Buku I KUHP, yaitu pembenaran: Pembelaan paksa Pasal 49 ayat (1) KUHP, keadaan darurat, pelaksanaan peraturan perundang-undangan Pasal 50 KUHP, perintah jabatan Pasal 51 ayat (1 KUHP).

Selain itu, penulis tidak melihat adanya pembenaran atau alasan yang dapat dijadikan alasan untuk menghapuskan pidana terhadap perbuatan terdakwa, karena meskipun pada saat melakukan tindak pidana terdakwa dipukuli oleh ayahnya hingga melakukan tindak pidana kekerasan tersebut, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk mencabut pidana karena kedudukan terdakwa masih dapat mengelak dan menentukan apakah akan tetap melakukan tindak pidana atau tidak. Dengan sah dan meyakinkan menyatakan Terdakwa Suhardi Alias ​​​​Hardi bersalah melakukan tindak pidana “penyerangan fisik terhadap anak yang mengakibatkan luka berat” d; Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana yang dilakukan oleh anak tidak jauh berbeda dengan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

Pertimbangan hukum hakim dalam menetapkan pemidanaan tindak pidana penguntit dalam perkara putusan Nomor 142/Pid.B/2014/PN.Kis sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, serta diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana ( KUHP), akan tetapi ternyata aturan maupun sanksi dari undang-undang tersebut belum