• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN Kompetensi dan Peran Sebuah Tinjauan Manajemen Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Shahla Shafaa

Academic year: 2024

Membagikan "DOKUMEN Kompetensi dan Peran Sebuah Tinjauan Manajemen Bimbingan dan Konseling"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Edukasi : Jurnal Bimbingan Konseling

P-ISSN : 2460-4917 E-ISSN : 2460-5794 Vol. X, No. X, XXXX

Hal : XXX sd XXX DOI : 10.22373/je.v8i2.XXXX

Kompetensi dan Peran Sebuah Tinjauan Manajemen Bimbingan dan Konseling

Shahlla Shafaa Hasanah1, Muhamad Imam Fauzi2, Dr. Aam Imaduddin M.Pd3

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Jawa Barat , Indonesia

Email: shahlashafaa@gmail.com , fauziimam581@gmail.com1 2 , aam.imaddudin@umtas.ac.id3

Received: (diisi editor) Accepted: (diisi editor) Published:

(diisi editor)

Abstract: This article discusses the competencies and roles of the Head of the Guidance and Counseling Study Program in the context of guidance and counseling management in higher education. The research was conducted using an in-depth interview method with the Head of the Guidance and Counseling Study Program as the main respondent, and the research instruments used included structured interview guidelines focused on aspects of the competencies and roles of the Head of the Guidance and Counseling Study Program. This study aims to gain an in-depth understanding of the competencies required by a Head of Guidance and Counseling Study Program and how their role in the effectiveness of guidance and counseling management. The results showed that the required competencies include a deep understanding of guidance and counseling theories, managerial skills, expertise in curriculum development, as well as strong interpersonal skills. In addition, the role of the Head of the Guidance and Counseling Study Program is very prominent in leading, managing, and developing the guidance and counseling program. They act as a facilitator of collaboration between lecturers, students, and other related parties. In addition, the head of the Guidance and Counseling study program also has an important role in directing study program policies, ensuring the sustainability of innovations in the field of guidance and counseling, and providing support to lecturers and students to achieve study program goals. This research contributes to further understanding of the competency criteria and roles required by a Head of a Guidance and Counseling Study Program. The practical implications of this study can be the basis for the development of training and professional development programs to improve leadership competencies in the context of guidance and counseling management in higher education.

Keywords: Competence, Role, Head of Study Program, Guidance and Counseling

.

Abstrak: Artikel ini membahas tentang kompetensi dan peran seorang Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) dalam konteks manajemen bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam bersama Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai responden utama, dan instrumen penelitian yang digunakan meliputi pedoman wawancara terstruktur yang difokuskan pada aspek kompetensi dan peran ketua prodi Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang kompetensi yang diperlukan oleh seorang Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan

(2)

pemahaman mendalam tentang teori-teori bimbingan dan konseling, keterampilan manajerial, keahlian dalam pengembangan kurikulum, serta kemampuan interpersonal yang kuat. Selain itu, peran Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sangat menonjol dalam memimpin, mengelola, dan mengembangkan program bimbingan dan konseling. Mereka berperan sebagai fasilitator kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan pihak terkait lainnya. Selain itu, ketua prodi Bimbingan dan Konseling juga memiliki peran penting dalam mengarahkan kebijakan program studi, memastikan keberlanjutan inovasi dalam bidang bimbingan dan konseling, serta memberikan dukungan kepada dosen dan mahasiswa untuk mencapai tujuan program studi. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman lebih lanjut tentang kriteria kompetensi dan peran yang diperlukan oleh seorang Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Implikasi praktis dari penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan program pelatihan dan pengembangan profesional untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dalam konteks manajemen bimbingan dan konseling di perguruan tinggi.

Kata Kunci: Kompetensi, Peran, Ketua Program Studi, Bimbingan dan Konseling

.

A. PENDAHULUAN

Bimbingan dan Konseling memiliki peran sentral dalam membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Manajemen Bimbingan dan Konseling menjadi krusial dalam mengarahkan dan mengelola proses ini, dan salah satu elemen kunci dalam struktur manajemen tersebut adalah peran yang dimainkan oleh Ketua Program Studi Bimbingan Konseling. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dengan lebih mendalam mengenai kompetensi yang diperlukan dan peran yang diemban oleh seorang Ketua Program Studi Bimbingan Konseling.

Pentingnya manajemen yang efektif dalam konteks bimbingan dan konseling tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebagai sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada pengembangan personal dan sosial, Bimbingan dan Konseling memerlukan kepemimpinan yang kompeten untuk menjamin bahwa misi dan tujuan dari program tersebut dapat tercapai dengan optimal. Dalam konteks ini, Ketua Program Studi Bimbingan Konseling menjadi sosok kunci yang tidak hanya bertanggung jawab atas manajemen operasional program, tetapi juga memiliki peran strategis dalam mengembangkan kompetensi baik di kalangan mahasiswa maupun staf pengajar.

Kompetensi yang dimiliki oleh seorang Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sangat menentukan keberhasilan program tersebut dalam

(3)

mendalam tentang tren dan perkembangan terkini dalam bidang bimbingan dan konseling. Selain itu, kemampuan untuk mengelola sumber daya, berkomunikasi secara efektif, dan memimpin tim dengan visi yang jelas juga menjadi bagian integral dari kompetensi yang dibutuhkan.

Artikel ini akan membahas secara rinci mengenai kompetensi esensial yang seharusnya dimiliki oleh seorang Ketua Program Studi Bimbingan Konseling. Kami juga akan menyelami peran mereka dalam memastikan kelancaran operasional program, pengembangan kurikulum yang relevan, dan memberikan dukungan yang optimal bagi mahasiswa dan staf pengajar.

Dengan memahami esensi kompetensi dan peran ini, kita dapat menggali potensi penuh dari Manajemen Bimbingan dan Konseling untuk memberikan dampak positif yang besar dalam pembentukan generasi yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan.

B. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus guna mendalam memahami kompetensi dan peran dalam konteks manajemen bimbingan dan konseling.

Asesmen wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data utama untuk merinci persepsi dan pengalaman praktisi bimbingan dan konseling terkait dengan kompetensi dan peran mereka dalam upaya manajemen bimbingan dan konseling. Selain itu, instrumen penelitian yang sudah ada seperti skala penilaian kinerja dan survei kepuasan klien akan diimplementasikan untuk mengukur secara kuantitatif aspek-aspek tertentu dari kompetensi dan peran dalam konteks manajemen bimbingan dan konseling. Responden dalam penelitian ini akan dipilih melalui teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi yang mencakup praktisi bimbingan dan konseling dengan pengalaman kerja minimal lima tahun di lembaga pendidikan atau instansi terkait.

Pengolahan data kualitatif akan dilakukan melalui analisis tematik, sementara data kuantitatif akan dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif untuk mengidentifikasi pola dan tren yang muncul dari hasil instrumen penelitian. Validitas hasil penelitian akan diuji dengan triangulasi data, yaitu membandingkan dan mengonfirmasi temuan dari berbagai sumber data, seperti wawancara, observasi, dan hasil instrumen penelitian.

Kesimpulan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kompetensi dan peran dalam manajemen bimbingan dan konseling, serta memberikan sumbangan bagi pengembangan praktik dan kebijakan di bidang tersebut.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

(4)

Bimbingan konseling merupakan sebuah program studi Universitas yang sedang marak di incar oleh mahasiswa-mahasiswa jurursan Pendidikan di Indonesia. Program Bimbingan dan Konseling memiliki prospek kerja yang pesat, seperti kerja di Kantor Perlindungan anak dan Perempuan, BNN, Guru BK, Rehabilitasi, Rumah Sakit Jiwa, panti asuhan, HRD (human resources development) bahkan bisa membuka kantor praktek konseling sendiri. Sehingga tidak heran banyak anak-anak lulusan SMA ataupun gapyaers yang mengejar program studi Bimbingan dan Konseling.

Bimbingan dan Konseling memiliki peran sentral dalam membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Manajemen Bimbingan dan Konseling menjadi krusial dalam mengarahkan dan mengelola proses ini, dan salah satu elemen kunci dalam struktur manajemen tersebut adalah peran yang dimainkan oleh Ketua Program Studi Bimbingan Konseling. Pentingnya manajemen yang efektif dalam konteks bimbingan dan konseling tidak dapat dipandang sebelah mata.

Sebagai sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada pengembangan personal dan sosial, Bimbingan dan Konseling memerlukan kepemimpinan yang kompeten untuk menjamin bahwa misi dan tujuan dari program tersebut dapat tercapai dengan optimal. Dalam konteks ini, Ketua Program Studi Bimbingan Konseling menjadi sosok kunci yang tidak hanya bertanggung jawab atas manajemen operasional program, tetapi juga memiliki peran strategis dalam mengembangkan kompetensi baik di kalangan mahasiswa maupun staf pengajar.

Kompetensi yang dimiliki oleh Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sangat menentukan keberhasilan program tersebut dalam mencapai standar kualitas yang diinginkan. Dalam era yang terus berubah dan penuh kompleksitas ini, ketua prodi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang tren dan perkembangan terkini dalam bidang bimbingan dan konseling. Selain itu, kemampuan untuk mengelola sumber daya, berkomunikasi secara efektif, dan memimpin tim dengan visi yang jelas juga menjadi bagian integral dari kompetensi yang dibutuhkan.

1. Hasil

Adapun hasil wawancara dari salah satu rekomendasi dosen pengampu mata kuliah saya, yaitu Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus sebagai tenaga pendidik (Dosen) Universitas Al-Ma’seom Sumedang yaitu bersama bapak Irfan Fahriza, M.Pd. Beliau menjabat sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dimulai tahun 2023. Selain mengajar di Universitas Al-Ma’seom Jatinangor, Sumedang, beliau juga sebagai dosen peneliti di Universitas Al-Ma’soem, konselor, dan juga praktisi layanan konseling. Selain dari hasil perkenalan sedikit dengan bapak Irfan, beliau juga menyampaikan tugas dari seorang Ketua Progam

(5)

Studi (KaProdi) Bimbingan dan Konseling, ada beberapa tugas yang harus diselesaikan oleh KaProdi yaitu:

Berdasarkan hasil wawancara deskripsi kualitatif terkait tata kelola ranah fakultas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Secara keseluruhan, hasil wawancara menunjukkan bahwa pengelolaan tata kelola fakultas ini tidak hanya mencakup aspek administratif, tetapi juga melibatkan upaya kolaboratif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kontribusi terhadap masyarakat.

Responden kaprodi memiliki pengalaman yang luas dan mendalam dalam organisasi perguruan tinggi, serta memiliki keterampilan dan sifat kepemimpinan yang positif. bahwa standar mutu yang digunakan dalam menilai kinerja staf, dosen, dan mahasiswa melibatkan beberapa aspek.

Pertama, penggunaan sistem asesmen sebagai alat ukur dan evaluasi setiap kegiatan memberikan gambaran menyeluruh terhadap capaian mereka. Kedua, publikasi CV umum dan kegiatan aktivitas di luar menjadi indikator transparansi dan akuntabilitas dalam menunjukkan kompetensi dan dedikasi. Selain itu, kesesuaian jumlah tes menjadi fokus untuk memastikan bahwa evaluasi dilakukan secara proporsional dan efektif.

Terakhir, tindakan upgrading mencerminkan komitmen untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan BK. Dengan demikian, standar mutu yang diterapkan Kaprodi BK mencakup aspek pengukuran, transparansi, proporsionalitas, dan perbaikan berkelanjutan.

Kaprodi menekankan pentingnya aktualisasi diri dalam konteks pengembangan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memudahkan koordinasi, pengembangan, dan menjaga keterkaitan dengan staff serta tenaga akademik lainnya. Dengan keterlibatan langsung, kaprodi memiliki peran aktif dalam memastikan bahwa pengembangan staff akademik berlangsung sejalan dengan perkembangan diri kaprodi sendiri, menciptakan sinergi yang bermanfaat bagi kemajuan bersama.

Kaprodi memiliki tanggung jawab yang luas dalam memastikan pembinaan, bimbingan, dan pendidikan di prodi tersebut. Selain itu, Kaprodi juga turut aktif dalam mendukung upaya peningkatan kualitas Program Studi melalui pendampingan dalam proses akreditasi, sehingga program studi dapat terus berkembang dan kurikulum dapat diimplementasikan dengan lancar. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa peran Kaprodi tidak hanya terfokus pada aspek melit, tetapi juga melibatkan upaya strategis dalam mengelola dan meningkatkan mutu Program Studi BK. Rencana untuk mengadakan rapat evaluasi dan pengembangan menunjukkan fokus pada beberapa hal penting. Dalam rapat tersebut, akan dibahas instrumentasi yang melibatkan penggunaan daftar ceklis, studi banding baik oleh mahasiswa maupun staf akademik, serta studi syukur. Selain itu, terdapat upaya yang ditargetkan untuk

(6)

melibatkan alumni dari tahun ke tahun. Kesimpulan ini menegaskan komitmen dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas program, dengan melibatkan berbagai aspek dan pemangku kepentingan yang relevan.

Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan efektivitas prodi BK. Dosen dan mahasiswa memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan kolaboratif yang mendukung pembelajaran dan pengembangan profesional. Dari hasil wawancara, terlihat bahwa komunikasi terbuka dan saling pengertian menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan ini.

Dosen perlu melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pengambilan keputusan terkait kurikulum dan strategi pembelajaran, sehingga mahasiswa merasa memiliki kontribusi yang signifikan dalam proses pendidikan mereka. Selain itu, ditemukan bahwa penyelenggaraan forum diskusi dan lokakarya bersama antara dosen dan mahasiswa dapat menjadi sarana efektif untuk memperdalam pemahaman tentang kebutuhan dan harapan masing-masing pihak.

Selain itu, adanya mentoring atau pembimbingan yang personal antara dosen dan mahasiswa juga dapat membantu dalam pengembangan kompetensi dan keterampilan mahasiswa. Pemahaman mendalam tentang keunikan setiap mahasiswa dan memberikan dukungan yang tepat dapat menciptakan hubungan yang positif dan membangun kepercayaan.

Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan Program Studi Bimbingan Konseling dapat menciptakan lingkungan yang memperkuat kolaborasi antara dosen dan mahasiswa, menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan di dunia profesional.

Terdapat beberapa tantangan utama dalam manajemen BK. Salah satu tantangan tersebut adalah kurangnya sumber daya dan anggaran yang memadai untuk mendukung program bimbingan konseling. Selain itu, terdapat kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi yang berkaitan dengan layanan bimbingan konseling.

Meskipun demikian, Kaprodi BK tetap berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan dan mencari solusi inovatif guna mengatasi kendala yang dihadapi. Kesimpulan ini mencerminkan kompleksitas tugas manajemen BK di lingkungan perguruan tinggi dan menunjukkan pentingnya dukungan serta adaptabilitas untuk menghadapi tantangan yang ada. Pengelolaan tantangan manajemen BK memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif. Langkah-langkah konkret, seperti meningkatkan pelatihan staf, memperkuat kerjasama lintas departemen, dan mengimplementasikan teknologi informasi untuk mempermudah administrasi, dianggap krusial dalam meningkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling.

Kesimpulan ini menekankan perlunya penerapan strategi yang terintegrasi

(7)

untuk menghadapi berbagai kompleksitas manajemen BK di lingkungan perguruan tinggi.

Terkait isu-isu kontemporer dalam bimbingan dan konseling (BK) di perguruan tinggi, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian dengan perkembangan teknologi menjadi aspek krusial yang perlu diperhatikan.

Mahasiswa cenderung menghadapi tantangan dalam mengelola dampak teknologi terhadap kehidupan akademik dan sosial mereka. Oleh karena itu, perlu adanya strategi BK yang proaktif untuk membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan adaptasi dan pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan teknologi.

Selain itu, isu kesehatan mental juga menjadi fokus utama. Wawancara mengungkapkan bahwa mahasiswa menghadapi tekanan akademik, sosial, dan ekonomi yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Oleh karena itu, program BK di perguruan tinggi perlu memperkuat peran mereka dalam mendukung kesejahteraan mental mahasiswa. Langkah-langkah preventif, dukungan emosional, dan sumber daya kesehatan mental yang mudah diakses dapat menjadi bagian integral dari layanan BK. Perlunya perhatian lebih pada penyesuaian dengan perkembangan teknologi dan kesehatan mental mahasiswa dalam konteks layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Strategi yang holistik dan responsif terhadap kebutuhan mahasiswa menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh.

langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk memastikan bahwa Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) tetap relevan dan responsif terhadap isu-isu teknologi dan kesehatan mental mahasiswa melibatkan beberapa aspek. Pertama, proaktif memperbarui kurikulum dengan memasukkan materi terkini tentang teknologi dan kesehatan mental.

Kedua, meningkatkan pelatihan dosen agar memiliki pemahaman mendalam tentang perkembangan teknologi dan isu-isu kesehatan mental.

Ketiga, mengintegrasikan teknologi dalam praktik konseling untuk memberikan layanan yang lebih efektif. Terakhir, menjalin kolaborasi dengan pihak eksternal, seperti pakar kesehatan mental dan industri teknologi, guna memastikan bahwa prodi BK selalu terhubung dengan perkembangan terkini di bidang tersebut. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan prodi BK dapat terus beradaptasi dan memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan mahasiswa.

peran Kaprodi BK dalam manajemen BK di perguruan tinggi sangat penting. Oleh karena itu, sejumlah saran dan rekomendasi dapat diusulkan untuk meningkatkan efektivitasnya. Pertama, diperlukan peningkatan dalam pengembangan program pembinaan dan pelayanan psikologis guna lebih mendukung mahasiswa. Selanjutnya, perlu adanya pelatihan dan

(8)

peningkatan kualifikasi bagi staf BK guna memastikan kompetensi yang optimal. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak di perguruan tinggi, seperti dosen dan pihak administrasi, juga perlu diperkuat untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pertumbuhan holistik mahasiswa. Dengan menerapkan saran dan rekomendasi ini, diharapkan Kaprodi BK dapat memimpin unitnya dengan lebih efektif dan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan mahasiswa.

2. Pembahasan

Bimbingan konseling merupakan sebuah program studi Universitas yang sedang marak di incar oleh mahasiswa-mahasiswa jurursan Pendidikan di Indonesia. Program Bimbingan dan Konseling memiliki prospek kerja yang pesat, seperti kerja di Kantor Perlindungan anak dan Perempuan, BNN, Guru BK, Rehabilitasi, Rumah Sakit Jiwa, panti asuhan, HRD (human resources development) bahkan bisa membuka kantor praktek konseling sendiri. Sehingga tidak heran banyak anak-anak lulusan SMA ataupun gapyaers yang mengejar program studi Bimbingan dan Konseling.

Bimbingan dan Konseling memiliki peran sentral dalam membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Manajemen Bimbingan dan Konseling menjadi krusial dalam mengarahkan dan mengelola proses ini, dan salah satu elemen kunci dalam struktur manajemen tersebut adalah peran yang dimainkan oleh Ketua Program Studi Bimbingan Konseling. Pentingnya manajemen yang efektif dalam konteks bimbingan dan konseling tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebagai sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada pengembangan personal dan sosial, Bimbingan dan Konseling memerlukan kepemimpinan yang kompeten untuk menjamin bahwa misi dan tujuan dari program tersebut dapat tercapai dengan optimal. Dalam konteks ini, Ketua Program Studi Bimbingan Konseling menjadi sosok kunci yang tidak hanya bertanggung jawab atas manajemen operasional program, tetapi juga memiliki peran strategis dalam mengembangkan kompetensi baik di kalangan mahasiswa maupun staf pengajar.

(9)

Kompetensi yang dimiliki oleh Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sangat menentukan keberhasilan program tersebut dalam mencapai standar kualitas yang diinginkan. Dalam era yang terus berubah dan penuh kompleksitas ini, ketua prodi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang tren dan perkembangan terkini dalam bidang bimbingan dan konseling. Selain itu, kemampuan untuk mengelola sumber daya, berkomunikasi secara efektif, dan memimpin tim dengan visi yang jelas juga menjadi bagian integral dari kompetensi yang dibutuhkan.

Adapun hasil wawancara dari salah satu rekomendasi dosen pengampu mata kuliah saya, yaitu Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus sebagai tenaga pendidik (Dosen) Universitas Al-Ma’seom Sumedang yaitu bersama bapak Irfan Fahriza, M.Pd. Beliau menjabat sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dimulai tahun 2023. Selain mengajar di Universitas Al-Ma’seom Jatinangor, Sumedang, beliau juga sebagai dosen peneliti di Universitas Al-Ma’soem, konselor, dan juga praktisi layanan konseling. Selain dari hasil perkenalan sedikit dengan bapak Irfan, beliau juga menyampaikan tugas dari seorang Ketua Progam Studi (KaProdi) Bimbingan dan Konseling, ada beberapa tugas yang harus diselesaikan oleh KaProdi yaitu:

a. Taat dan Menjalani Tri Dharma Perguruan Tinggi

Menurut Eka (2021) mengatakan bahwa, mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan bangsa dan tanah air Indonesia, maka pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi. Undang-undang ini menyatakan bahwa tujuan pendidikan tinggi meliputi pembentukan manusia yang bermoral dan berjiwa Pancasila, penyiapan manusia yang cocok untuk pekerjaan yang memerlukan pendidikan tinggi, dan pemajuan penelitian dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan Pendidikan kehidupan bermasyarakat, yang mengatur hal ini termasuk pelaksanaan usaha.

Berbicara mengenai pendidikan tinggi tidak lepas dari tiga dharma pendidikan tinggi yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga poin ini penting dalam mewujudkan visi pendidikan tinggi. Ketiganya juga menjadi tanggung jawab seluruh elemen perguruan tinggi baik mahasiswa, dosen, maupun berbagai akademisi yang terlibat.

Adapun beberapa penjelasan dari poin-poin dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:

1) Pendidikan dan Pengajaran

Poin pertama dari tri dharma perguruan tinggi adalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini sebenarnya perlu dilakukan dalam konteks

(10)

Pendidikan dan pengajaran merupakan upaya untuk mengembangkan individu yang mampu mentaati pedoman yang berlaku. Lebih lanjut, pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk menciptakan suasana dan proses belajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Sebaliknya jika proses belajar mengajar tidak terlaksana dengan baik maka akan berdampak pada pembangunan negara itu sendiri yang kualitas sumber daya manusianya berada pada titik paling rendah.

Oleh karena itu, pendidikan dan pendidikan merupakan tugas terpenting perguruan tinggi.

2) Penelitian dan Pengembangan

Poin kedua dari tri dharma perguruan tinggi adalah melakukan penelitian dan pengembangan. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi yaitu mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, cerdas dan kritis. Misalnya, negara-negara maju di seluruh dunia sudah mempunyai sistem penelitian dan pengembangan yang maju. Oleh karena itu, negara-negara dengan tingkat penelitian yang tinggi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari segi teknologi maupun produk lainnya.

Salah satu bentuk kontribusi untuk menjamin kemajuan dan pembangunan nasional adalah dengan diselenggarakannya penelitian dan pengembangan. Keduanya akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian, pendidikan, masyarakat dan bidang lainnya. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa atau guru hendaknya membiasakan diri melakukan penelitian, menulis laporan, dan melaksanakan tugas sesuai bidang keahliannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.

3) Pengabdian Kepada Masyarakat

Selanjutnya poin Tri Dharma Perguruan Tinggi terakhir adalah pengabdian kepada masyarakat, yakni dengan terjun langsung ke lapangan untuk membantu masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas. Salah satu contoh untuk dapat mengabdi kepada masyarakat yakni mengadakan workshop atau seminar. Dimana dalam pengadaan workshop atau seminar harus memiliki tim yang solid dan satu tujuan yang sama. Tanpa jiwa dan semangat pengabdian kepada masyarakat, tentu saja tidak ada artinya.

Mahasiswa hanya menjadi cikal bakal manusia yang egois dan tidak peduli terhadap masyarakat. Hal itu tentu bukan sesuatu yang baik,

(11)

diharapkan mampu tumbuh, berkembang, dan menjadi harapan masa depan bangsa.

Selain itu juga, tugas KaProdi pun harus bisa merangkul dosen, menjadi peneliti dari niat diri sendiri, menjadi dosen wali/ berkoordinasi dengan mahasiswa, menerima layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa yang membutuhkan, elaborasi denga prodi lain, dan meningkatkan perkembangan kurikulum, dosen aktif.

b. Tata Kelola Ranah Fakultas

Pemerintah telah mengeluarkan banyak regulasi untuk membantu pengelola perguruan tinggi membuat rencana yang tepat untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif. Dalam ranah fakultas pun sangat begitu butuh tata pengelolaan dalam menjaga fakultas Bimbingan dan Konseling. Ada dua lembaga penting dalam tata kelola perguruan tinggi swasta: Yayasan sebagai Penyelenggara Perguruan Tinggi dan Perguruan Tinggi Swasta sebagai Pengelola Perguruan Tinggi, yang mengelola bidang akademik dan non-akademik.

Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 ayat 3 PP No. 4 Tahun 2014, bidang akademik meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; bidang non-akademik meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan, dan saranaprasarana. Untuk melaksanakan tata kelola Perguruan Tinggi, kedua lembaga ini harus bekerja sama dengan baik sesuai dengan wewenang, tugas, dan fungsi masing-masing.

Pimpinan perguruan tinggi bertindak sebagai pemerintah dan bertanggung jawab atas operasinya. Mereka seharusnya menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik saat mengelola pemerintahannya.

Dalam mengelola dan mengelola perguruan tinggi, terutama dalam hal memberikan pendidikan kepada masyarakat, sebagai berikut:

1) Partisipasi

2) Aturan Hukum (rule of law)

3) Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.

4) Ketanggapan (responsiveness).

5) Orientasi pada consensus.

6) Kesetaraan (equity).

7) Efektivitas dan efisiensi: penggunaan sumber-sumber secara berhasil guna dan berdaya guna.

8) Akuntabilitas: pertanggungjawaban yang baik.

c. Standar Mutu Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

1) Menggunakan Asessment system (alat pengukuran pencapaian pimpinan, mahasiswa, maupun sivitas-sivitas akademik) juga mengadakan evaluasi setiap akhir UTS dan UAS (bagi mahasiswa),

(12)

2) CV Publikasi bagi tenaga akademisi baru

3) Jumlah tes sesuai dengan bakat minat tenaga akademisi dan sivitas-sivitas akademik

4) Upgrading

Dan hal tersebut Kaprodi terlibat langsung melakukan aktualisasis diri, untuk mempermudah pengelolaan koordinasi, pengembangan dan bisa beriringan dengan dosen maupun sivitas akademik lainnya. Membangun sistem manajemen mutu di perguruan tinggi tidak harus mahal. Kualitas pendidikan lebih ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan tingkat masuknya modal. Sebuah lembaga think tank yang baik dapat memberikan perubahan besar terhadap kualitas pendidikan, bahkan dalam kerangka keuangan yang ada, yang hanya memerlukan kemauan administratif dan desain yang cerdas. Tinjauan terhadap sistem mutu seperti ini akan memungkinkan universitas untuk menerapkan sistem tersebut kapan saja tanpa menimbulkan biaya yang signifikan.

Oleh karena itu, standar mutu diklasifikasikan menjadi sistem yang tidak memerlukan usaha, sistem yang memerlukan masukan manusia dalam jumlah besar, dan sistem yang memerlukan anggaran moderat.

Bahwa semua sistem ini sama pentingnya terlepas dari tingkat pengeluarannya. Sistem yang tidak memerlukan tambahan penanaman modal Sistem yang dapat dikembangkan tanpa tambahan penanaman modal meliputi: Akademi Staf, Ikatan Alumni, Umpan Balik Mahasiswa, Rekan dan Komunitas, Mengidentifikasi dan Mengenali Keunggulan Karyawan, Pelatihan Staf Manajemen, Program Pengembangan Siswa, Program Peningkatan Keterampilan, Buletin Perusahaan, Kursus Belajar Mandiri Lengkap, dan banyak lagi.

Sistem ini sangat membantu dalam meningkatkan kualitas. Akademi Staf dianggap sebagai pertemuan rutin fakultas di mana guru dapat melakukan presentasi tentang topik terkini dan topik berorientasi kompetensi yang menarik bagi staf pengajar dan non-pengajar. Ini akan menjadi bagian dari program penelitian dan penyuluhan fakultas.

Ceramah dari anggota fakultas akan disampaikan kepada staf Akademi.

Partisipasi instruktur dalam resensi buku singkat dari pemula perpustakaan dapat memberikan informasi berguna untuk penulisan makalah kolaboratif.

Ikatan Alumni merupakan bagian penting dari institusi pendidikan. Jika tidak ada asosiasi, universitas muda dapat membuat database dari dokumen tahunan. Mahasiswa dapat memilih mata kuliah berdasarkan rencana karir mereka atau hanya berdasarkan minat dan keingintahuan mereka. KaProdi internal dapat melatih staf non-pengajar di tingkat submata pelajaran. Direktori alumni baru dapat disediakan dalam arsip mahasiswa setiap tahun mulai tahun keempat

(13)

Hari dimana alumni berkumpul untuk mendiskusikan prospek unifikasi dapat ditetapkan sebagai “Hari Alumni”, disaat menjalankan ikatan alumni, informasi dan komunikasi adalah kunci efisiensi saling menjalin ikatan kedepannya.

d. Peran Utama Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Ketua Program Studi memiliki peran utama dalam mengatur manajemen program yang akan dan sedang direncanakan pasti berpkir secara matang dan diskusi berlarut-larut bersama jajarannya. Untuk mememnuhi kriteria tersebut kaprodi pasti memiliki cara berupa melit.

Yang dimana melit tersebut seperti membina, membimbing, dan mendidi.

Supaya kaprodi terus membersamai program tersebut terus berkembang, meningkat dan kurikulum terus bekerja lancar. Selainn itu rencana peningkatan akreditasi prodi pun itu tugas dari kaprodi itu sendiri. Karena melihat prodi tersebut sejauh mana kinerja dan perkembangan suatu prodi di tangani oleh kaprodi yang sedang berjalan.

Dan juga kaprodi bertugas sebaga pengawasan pelaksanaan program.

Pengawasan adalah bagian dari kontrol untuk memastikan program pelayanan BK di Perguruan Tinggi diselenggarakan dengan baik dan benar. Pengawasan dilakukan secara internal oleh Pimpinan Perguruan Tinggi dan secara eksternal oleh Pengawas Ditjen DIKTI. Tujuan dari pengawasan adalah untuk memastikan bahwa konselor melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Hasil pengawasan dianalisis, dicatat, dan dipertimbangkan untuk program selanjutnya.

Setelah itu rapat institusi yang dilakukan oleh kaprodi dan staff akademisi program srudi bimbingan dan konseling. Yang dimana dalam rapat instisusi tersebut meliputi evaluasi dan pengembangan. Di dalam evaluasi dan pengembangan kaprodi sangat benar-benar merencanakan dengan matang melalui instumensasi berupa daftar ceklis, mengadakan study banding bagi mahasiswa, juga study Syukur (study banding ke kampus yang menurut kita patut bersyukur bisa kuliah di kampus sekarang), Juga kaprodi juga berusaha menargetkan mahasiswa lulus setiap tahun terus meningkat, dan car aitu sangatlah tidak mudah.

Dalam hal strategi yang digunakan kaprodi khususnya bimbingan dan konseling membutuhkan elaborasi berupa silaturahmi konseling keluarga.

Ketika ada perbedaan saat siaturahmi berlangsung, maka ketua prodi memposisikan diri untuk menjadi penengah bagi staff, dosen, maupun mahasiswa. Sebisa mungking saat proses berlangsung berbicaralah dengan santai tapi lugas. Agar semuanya memoderisasi diri, berpikir kritis, dan solutif, serta inovatif dan kreatif dalam menggapai cita-cita program studi.

(14)

2) Organisasi dalam asosiasi dalam forum 3) Belum menjadi profesi yang ajeg

4) Program pemerintah dalam dunia Pendidikan khususnya bidang bimbingan konseling terbilang belum tertata rapi.

Cara menyikapi hal tantangan tersebut oleh ketua prodi dilakukan komunikasi. Karena dari komunikasi yang jelas Keputusan ada di tangan kaprodi itu sendiri sesuai dengan visi misi bersama dan siap memberi tantangan, memancing harapan, derterminasi dalam program studi Bimbingan dan Konseling itu sendiri.

f. Pandangan Soal Isu Teknologi dan Kesehatan Mental Pada Mahasiswa Oleh Ketua Program Studi BK

Dalam persoalan perkembangan tenologi dan Kesehatan mental mahasiswa, kaprodi menyelidiki kebutuhan dan keinginan pelajar kesehatan mental mengenai alat digital dan konteks di mana pelajar ingin mempelajari dan menggunakan alat kesehatan mental digital. Peran penting dari hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui tercermin dalam cara siswa mendiskusikan hambatan terhadap layanan kesehatan mental tradisional, strategi penanggulangannya, jenis alat kesehatan mental digital yang mereka inginkan, dan metode pembelajaran digital yang ingin mereka pelajari. Alat kesehatan mental kami berkontribusi pada literatur HCI dengan mengidentifikasi beragam peran sosial yang tampaknya mempengaruhi minat dan pengambilan keputusan mahasiswa dalam penggunaan sumber daya kesehatan mental. Selain itu, kami berkontribusi dengan mengidentifikasi peluang untuk merancang dan menerapkan teknologi kesehatan mental dengan cara yang konsisten dengan pertimbangan masyarakat yang teridentifikasi.

Selain terfokus soal Kesehatan mental bagi mahasiswa, kaprodi juga memperhatikan sisi literasi digital mahasiswanya. Pengelolaan Instruksi dan Saran Peningkatan literasi digital peserta didik juga dicapai melalui pengembangan pendidikan karakter melalui perancangan tujuan, materi, strategi, dan penilaian pembelajaran. Pengelolaan kompetensi digital mahasiswa menjadi salah satu aspek penting di era digital saat ini. Saran dan Saran (BK) Sebagai direktur program gelar, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut untuk meningkatkan kompetensi digital mahasiswa:

1) Saran dan Pelatihan:

- Informasi rutin tentang kompetensi digital Menyelenggarakan acara dan kursus pelatihan.Mengundang pakar atau praktisi di

(15)

- Ajari siswa cara mengelola informasi secara efektif, mengevaluasi kredibilitas sumber online, dan menggunakan alat digital dengan bijak.

2) Kurikulum Terpadu:

- Mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum mata kuliah BK. Pastikan materi yang diajarkan mencakup keterampilan yang relevan dengan kebutuhan siswa dalam menghadapi tantangan literasi digital.

3) Platform E-Learning:

- Gunakan Platform e-Learning kami untuk menyediakan sumber daya, modul, dan tugas online untuk membantu siswa memahami dan meningkatkan keterampilan digital mereka.

4) Kemitraan industri:

- Membangun kemitraan dengan perusahaan atau organisasi di bidang teknologi dan keterampilan digital. Menampilkan pembicara tamu dari industri, nahasiswa mendapatkan wawasan praktis dan pengetahuan langsung.

5) Monitoring dan Evaluasi:

- Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi untuk mengukur tingkat literasi digital mahasiswa. Hal ini akan membantu mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan perhatian lebih lanjut dan menyesuaikan program literasi digital dengan program gelar BK.

6) Meningkatkan Akses Internet:

- Memastikan siswa memiliki akses Internet yang memadai. Hal ini memungkinkan mereka mengakses sumber daya online dan berpartisipasi dalam kegiatan literasi digital tanpa hambatan.

7) Forum Diskusi:

- Memfasilitasi forum diskusi dan kelompok belajar kecil dimana siswa dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang literasi digital. Hal ini menumbuhkan kolaborasi dan saling belajar antar siswa.

8) Konseling Karir Digital:

- Memberikan konseling karir digital untuk membantu siswa merencanakan karir mereka di era digital. Ini termasuk mempelajari cara membuat profil karier online, jaringan digital, dan cara mencari pekerjaan secara online.

9) Sosialisasi Program:

- Melakukan kegiatan sosialisasi program secara berkala untuk memastikan mahasiswa sadar akan pentingnya keterampilan digital dalam pengembangan akademik dan profesional.

10) Evaluasi dan Adaptasi:

- Melakukan evaluasi berkala terhadap program literasi digital yang dilaksanakan. Menyesuaikan strategi dan kurikulum sesuai

(16)

Mengambil langkah-langkah ini akan memastikan bahwa siswa dalam program gelar BK mengembangkan keterampilan digital yang kuat untuk memenuhi tuntutan dunia yang semakin digital.

g. Saran Meningkatkan Manajemen BK di Perguruan Tinggi

1) Forum Prodi BK: Wahana Kerja Sama dan Pertukaran Pikiran Pembentukan Forum Prodi BK bidang pendidikan tinggi merupakan sebuah langkah awal yang sangat penting.

Forum ini akan menjadi wadah kerjasama antara pengajar BK, staf, dan siswa. Forum ini memungkinkan Anda untuk bertukar ide-ide inovatif, berbagi pengalaman terbaik dan berdiskusi mendalam tentang isu-isu terkini di sektor BK

2) Elaborasi Prodi BK: Mengintegrasikan Aspek-Aspek Utama Elaborasi Prodi BK adalah proses pengembangan suatu program agar lebih relevan dan responsif terhadap kebutuhan mahasiswa.

Hal ini mencakup peninjauan kurikulum, penambahan materi yang mencerminkan perkembangan saat ini, dan integrasi teknologi dalam proses pembelajaran BK.

3) Komunikasi Efektif: Kunci Sukses Pengelolaan BK Meningkatkan komunikasi antara dosen, pegawai, dan mahasiswa BK merupakan aspek penting dalam pengelolaan BK yang efektif.

Membentuk kelompok diskusi online, penerapan email, bahkan pelatihan komunikasi bagi pegawai BK dapat menjadi solusi untuk meningkatkan interaksi dan berbagi informasi.

4) Promosi Menjadi Direktur Program BK: Pengembangan Keterampilan dan Kepemimpinan Direktur Program BK mempunyai peranan penting dalam menentukan arah dan keberlanjutan program.

Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan talenta melalui pelatihan, lokakarya dan kursus untuk meningkatkan kualifikasi dan keterampilan kepemimpinan mereka.

D. PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa kompetensi dan peran dalam tinjauan manajemen bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung perkembangan individu. Kompetensi para konselor dalam

(17)

dalam konteks ini juga memberikan landasan yang kokoh untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pengembangan seseorang.

Dengan mengintegrasikan kompetensi dan manajemen dengan baik, dapat diharapkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling akan mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Meningkatkan pengajaran dan memberikan nasihat kepada administrator di pendidikan tinggi merupakan investasi penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan membantu siswa mengatasi berbagai tantangan. Dengan menyelenggarakan forum program BK, mengembangkan program lebih lanjut, meningkatkan komunikasi, dan terus melatih pemimpin program, kita dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam mengoptimalkan peran BK di perguruan tinggi.

DAFTAR REFERENSI

Dr. I Nyoman Gede Remaja, S. M. (2017). PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN. Unit Penerbitan (UP) Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Unipas Singaraja, 27-40. Diambil kembali dari https://ekonomi.unipas.ac.id/wp- content/uploads/2018/09/20171

Emily G Latie, R. K. (2020). Designing Mental Health Technologies that Support the Social

Ecosystem of College Students. Proceedings of the SIGCHI conference on human factors in computing systems. CHI Conference. doi:10.1145/3313831.3376362

Juningsih, E. H. (2021). Apa Itu Tri Dharma Perguruan Tinggi? Simak 3 Poin Pentingnya Di Sini!!!

Diambil kembali dari https://news.bsi.ac.id/2021/09/21/apa-itu-tri-dharma-perguruan- tinggi/

Knowledge, M. G. (2022). Management Guidance Counseling Improving Students' Digital

Literature Knowledge. Riwayat: Educational Journal of History and Humanities, 6(2), 319- 933. Retrieved from https://jurnal.usk.ac.id

Raheem, K. A. (2019). Building a Quality Management System in Higher Education. International Journal of Trend in Scientific Research and Development (IJTSRD), 3(4), 977-979.

Retrieved from https://www.ijtsrd.c om/papers/ijtsrd23 986.pdf

Tuasikal, J. M. (2020). PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI PERGURUAN TINGGI DAN IMPLIKASI PENGEMBANGANNYA. Retrieved from

https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/10/10/program-bimbingan-dan- konseling-di-perguruan-tinggi-dan-implikasi-pengembangannya.html

Referensi

Dokumen terkait

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa

Sosok pendidik yang dimaksud adalah Guru BK (Bimbingan dan Konseling), sosok pendidik yang dikenal peserta didik sebagai penolong kehidupan. Kehadiran Guru BK sangat dibutuhkan

Peran guru bimbingan konseling dalam membantu siswa yang mengalami kecanduan game online diantaranya melalui pemberian layanan konseling baik secara individu

Peran tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.. Kata Kunci :

BANDA ACEH.. Kata Kunci : Peran Guru Bimbingan konseling, pilihan jurusan. Pemilihan jurusan adalah awal pemilihan karir masa depan siswa, dengan adanya pemilihan jurusan siswa

5.3.1 Merinci sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan formal. Mengevaluasi program bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa peran guru bimbingan dan konseling dalam mementukan arah pilihan karier peserta didik dilihat dari pengambil keputusan karier pada

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Peran Bimbingan dan Konseling Pada Kurikulum Merdeka