• Tidak ada hasil yang ditemukan

dokumen SEDIAAN EMULSI

N/A
N/A
puteri nadia muhaliza

Academic year: 2024

Membagikan " dokumen SEDIAAN EMULSI "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III EMULSI A. Pengertian Emulsi

Dalam Ilmu Resep, emulsum adalah salah satu sediaan yang penting, karena untuk bahan-bahan bersifat minyak yang berasa tidak enak/sedap bagi penderita, dubuat menjadi suatu bentuk obat yang rasanya tidak memuaskan bagi pasien, menjadi suatu bentuk obat yang rasanya memuaskan.

Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih.

Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.

B. Komponen Emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu : 1. Komponen dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas :

n Fase dispers / fase internal / fase discontinue

Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.

n Fase kontinue / fase external / fase luar

Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

n Emulgator.

A d al a h b a gi a n d a ri em u l si ya n g b e r f u ng s i u n t u k menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.

Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas dan lain — lain.

Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam sitrat, propil gallat , asam gallat.

(2)

Tipe Emulsi

1. Tipe A/M (air /minyak) atau W/C (water/oil) adalah emulsa dengan air sebagai fase dalam yang terdispersi dalam bentuk tetesan yang halus dalam minyak sebagai fase luar.

Contoh mentega, cream dsbnya

Emulsa dengan kadar air kurang dari 25 % biasanya membentuk emulsa A/M bahkan kadang-kadang dibutuhkan kadar air kurang dari 10 % untuk menjamin terbentuknya emulsa tipe A?M ini. Emulsa ini dapat diencerkan atau dapat bercampur dengan minyak.

2. Tipe M/A (minyak/air) atau O/W (oil/water) adalah emulsa dengan minyak fase dalam, terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan yang halus dalam air sebagai fase luar.

Contoh susu dsbnya

Emulsa dengan kadar air lebih dari 31 % umumnya membentuk tipe emulsa M/A.

Emulsa ini dapat diencerkan atau dapat bercampur dengan air. Tipe emulsa yang terbentuk juga tergantung pada emulgator yang digunakan untuk memungkinkan terjadinya emulsa. Apabila emulgator yang digunakan larut dalam air akan membentuk tipe M/A, sedangkan bila larut dalam minyak akan membentuk tipe A/M.

Dalam perkembangannya peralihan terjadi inversi dikenal tipe emulsa lain yaitu M/A/M (O/W/O) atau (W/O/W), disebut tipe emulsa ganda.

C. Cara Membedakan Tipe Emulsi

Cara membedakan atau menentukan tipe elmusa :

Karena suatu emulsa dalam pembuatanya tidak boleh mengalami inversi maka perlu untuk mengetahui secara mudah dan tepat mengenai tipe emulsa A/M atau emulsa M/A.

Hal ini dapat kita kerjakan sebagai berikut :

1. Dengan cara pengenceran : Dengan prisip bahwa emulsa dapat larut atau bercampur dengan fase luarnya maka kedalam 2 buah tabung reaksi dimasukkan beberapa tetes emulsa, kemudian kedalam tabung pertama ditambahkan air, dan ke dalam tabung kedua ditambahkan minyak.

(3)

Kemungkinan I : pada tabung pertama terdapat campuran sama rata, sedang pada tabung kedua terdapat dua lapisan cairan . maka ini menunjukkan emulsa tipe M/A Kemungkinan II : pada tabung pertama terdapat dua lapisan cairan, sedang pada tabung kedua tererdapat campuran yang sama rata . maka ini menunjukan emuls A/M.

2. Dengan test kelarutan zat warna : Kedalam 3 buah tabung reaksi diisikan emulsa, kemudian ke dalam tabung pertama ditambahkan zat warna sudan III, sedang ke dalam tabung kedua ditambahkan za t warna Metilenblue.

Kemungkinan I : pada tabung pertama terjadi warna merah sama rata, sedang pada tabung kedua terdapat bintik-bintik biru. Maka ini menunjukkan emulsa tipe A/M.

Kemungkinan II : pada tabung pertama terdapat bintik-binyik merah, sedang pada tabung kedua terjadi warna biru sama rata. Maka ini menunjukan emulsa tipe M/A.

Hal ini disebabkan karena zat warna sudan III larut dalam minyak dan memberikan warna merah, sedan zat warna Metilenblue larut dalam air dan memberikan warna biru.

3. Dengan Electrical Conductivity Test : yakni berdasarkan sifat dapat atau tidak dapat mengalirkan arus listrik dari emulsa. Bila emulsa tersebut bisa mengalirkan arus listrik maka menunjukkan emulsa tipe M/A.

Bila emulsa tersebut tidak dapat mengalirkan arus listrik maka menunjukkan emulsa A/m. Hal ini disebabkan karena air dapat meneruskan arus listrik, sedang minyak tidak dapat meneruskan arus listrik.

4. Dengan cara flourensensi atau perpendaran :

Pada cara ini emulsa disinari dengan sinar ultra violet.

Kemungkinan I : Terjadi warna biru yang cerah bila emulsa tipe A/M.

Kemungkinan II : Tidak terjadi warna biru yang cerah terjadi hanya bintik-bintik saja, maka ini menunjukkan emulsa tipe M/A. Hal ini disebabkan karena warna biru cerah terjadi hanya bila fase luarnya minyak yang dapat menimbulkan perpendaran yang cerah dari sinar ultra violet.

5. Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.

D. Tujuan pemakaian emulsi

Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w 2. Dipergunakan sebagai obat luar.

Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

Masing-masing tipe emulsa ini dalam pengobatan dipakai untuk pemakaian tertentu.

Tipe M/A biasanya untuk obat dalam, sedangkan tipe A/M biasanya untuk pemakaian luar misalnya : lotion, cream, liniment dan salep.

(4)

Untuk tipe M/A (obat dalam) mempunyai kelebihan dari cairan lainya yaitu : 1. Rasa dan bau yang tidak enak dari minyak sebagian atau seluruhnya tertutup.

2. Minyak-minyak tersebut terbagi rata-halus, sehingga memudahkan penyerapan.

Tipe yang dipergunakan untuk obat luar, dipilih sesuai dengan gunanya.

Untuk antiseptica dan lain-lainya lebih berkhasiat jika dipergunakan dalam emulsa tipe M/A. Tipe A/M untuk obat luar mempunyai effect emollient yang besar dan therapeutic actionnya agar lunak dan lama.

E. Teori Terjadinya Emulsi

Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori , yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Teori tersebut ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut daya adhesi.

Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface tension).

Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial tension).

Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo).

Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan. mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)

Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok y a k n i :

 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.

 Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H . L . B ( H y d r o p h y l L i p o p h y l B a l a n c e ) y a i t u a n g k a y a n g menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .

(5)

S ema kin besa r ha rga HL B be rar ti se maki n ban ya k kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

Dibawah ini disusun suatu daftar harga HLB bagi surfactan dengan macam-macam penggunaannya :

Jarak HLB Penggunaanya

0-3 Zat pencegah timbulnya busah

4-6 Emulgator A/M

7-9 Zat pembasah (wetting agents) 8-18 Emulgator M/A

13- 15 Deterjen (detergents)

15-20 Zat yang melarutkan (solubilizers)

Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai dengan nilai HLB yang dikehendaki, dapat dilakukan dengan contoh perhitungan seperti tersebut dibawah ini.

Contoh :

Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator dengan harga HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat Span 20 dan Tween 20 ?

Jawab : Rumus I

(6)

Dibawah ini terdapat beberapa daftar yang berhubungan dengan HLB. Daftar HLB dari beberapa surfactan :

No .

Jenis Nama kimia Nama dagang HLB

1.

Nonionik

Sorbital trioleat Span 85, Arlacel 85

1,8 Polyyoxyethilene sorbital beeswax Atlas G1706 2,0

Sorbitol tristearat Span 65 2,1

Ethylene glycol fatty acid ester Emcol EO-50 2,7

Propylene glycol monostearat 3,4

sorbitan sesquinoleate Arlacel C, Arracel 3,7

Glyceril monostearat Atmul 67 3,8

Sorbitol monooleate Span 80 4,3

Propylene glycol monolaurate Atlas G-917 4,5 Sorbitan monostearate Span 60, Arlacel

60

4,7

Glyceril monostearate Also 28 5,5

Diethylen glycol monolaurate Atlas G-2124 6,1 Sorbitan monopalmitate Span 40, Arlacel

40

6,7 Polyoxyethylene mannitolidioleate Atlas G-2800 8,0 Sorbitan monolaurate Span 20, Arlacel 8,6

(7)

20

Polyoxyethylene laurylether Brij 30 9,5

Methylcellulosa Methocel 15 10,5

Polyoxyethylene sorbitan trioleate Tween 85 11,0 Polyoxyethylene monostearate Myrj 45 11,1 Polyoxyethylene glycol 400

monostearate S-541 11,6

Polyoxyethylene sorbitan monolaurate

Tween 21 13,3

Polyoxyethylene sorbitan monostearate

14,9 Polyoxyethylene sorbitan

monooleate

Tween 60 15,0

Polyoxyethylene monostearate Twenn 80 15,0 Polyoxyethylene sorbitan

monopalmitate Myrj 49 15,6

Polyoxyethylene sorbitan monolaurate

Tween 40 16,7

Polyoxyethylene laurylether Tween 20 16,9

2.

anionik

Acacia 8,0

Triethanolamine oleate 12,0

Tragacantha 13,0

Sodium aleate 18,0

Sodium lauryl sulfate 40,0

3.

Kationik

Atlas G-3570 4,5

Atlas G-2090 12,5

Quaternary ammonium

compounds 18-

20

4.Amfoter Gelatin 10,0

Daftar HLB dari surfactan yang dihasilkan oleh pabrik farmasi dan sering digunakan adalah :

Span 85 HLB 1,8 Tween 85 HLB 11,0

Span 80 HLB 4,3 Tween 80 HLB 15,0

Span 60 HLB 4,7 Tween 60 HLB 14,9

Span 40 HLB 6,7 Tween 40 HLB 15,6

Span 20 HLB 8,6 Tween 20 HLB 16,7

Semua Span atau Arlacel bersifat lipofil dan semua Tween bersifat hidrofil.

Dibawah ini adalah daftar “HLB butuh” untuk beberapa fase minyak : No

.

Fase minyak

Emulsi M/A Emulsi A/M

1. Acid . lauric 15-16 -

2. Acid. Oleic 17 -

3. Acid. Stearic 15 6

4. Adeps Lanae 10 8

5. Cera 12 4

6. Cetyl alkohol 15 -

7. Minyak ikan 7-8 -

(8)

8. Minyak kapas 6-7,5 -

9. Minyak mineral 12 5

10. Minyak jarak 14 -

11. Parafin cair 10,5 4

12. Parafin padat 9 4

13. Vaselin 12 5

14. Stearyl alkohol 14 -

Harga-harga tersebut diatas adalah harga pendekatan. Harga yang tepat harus dilakukan dengan beberapa seri percobaan dari berbagai HLB dengan berbagai surfactan atau kombinasi surfactan. Tiap kombinasi yang memiliki HLB sama atau mendekati “HLB butuh” dari suatu fase minyak tertentu akan menghasilkan emulsa yang paling stabil untuk pasangan kombinasi surfactan fase minyak tersebut. Perumusan tersebut di atas diambil sebagai patokan untuk memformulasi sediaan emulsa, sehingga hasil yang relatif stabil dapat diketahui sebelumnya. Perlu ditekankan bahwa konsentrasi surfactan tidak mempengaruhi harga HLB, tetapi berpengaruh terhadap viskositas emulsa. Konsentrasi surfacktan dalam emulsa berkisar antara 1-40 % biasanya 1-2 % dan ditambahn bahan pengental misalnya agar-agar 1-2 %, tilosa 1-2 %, CMC 1-2 %.

3. Teori Interparsial Film

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disper.

Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi stabil.

Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :

 dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak

 jumlahnya cukup untuk menutup semua peimukaan partikel fase- dispers.

 dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera

4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang angsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan, sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan wing berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.

Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar. karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan bertambah.

Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,

o terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel o terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.

(9)

o terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)

 Emulgator alam

Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.

Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab

Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu

 kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

 terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab m e n g g u n a k a n g o m a r a b s e b a n y a k 1/ 2 d a r i j u m l a h minyaknya.

R/minyak kelapa 10 g PGA ? PGA 10 x ½ = 5 g Air 1,5 x 5 = 7,5 ml

Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :

 Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat R/ Oleum cacao 4 g

PGA qs PGA 4 gram Air 1,5 x 4 =

Cara pembuatan

Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum cacao, paraffin solid

o Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri R/ Oleum methae pip 2 g

o Minyak lemak : PGA 1/2 kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oleum amygdalarum

(10)

R/ Oleum Ricini 6 g/ Castrol oil PGA qs

PGA 6 x 1/3 = 2 Air untuk PGA 2,5 x 2 = 5 ml

o Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom ( 1/2 x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )

o Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform. : Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak 3/4 kali bahan obat cair.

o B a l s a m - b a l s a m

Gom sama banyak dengan balsam.

o Oleum Iecoris Aseli

Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b. Tragacanth

Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.

Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar

Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.

Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45°C (bila suhunya kurang dari 45°C larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %.

d. Chondrus

Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e . E m u l g a t o r l a i n Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan a. Kuning telur

Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak menguap dua kali beratnya.

(11)

b. Adeps Lanae

Zat ini banyak mengandung kholesterol, merupakan emulgator tipe w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.

Contoh resep emulsi dengan adeps lanae R/ Adeps lanae 100

0l. Olivarum 400 ml

Zinc. Oxyd 100

Talc. 100

Sol. Pb. Acet. 28 ml Aq. Calcis ad 1000 ml 3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum

Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit

Tanah liar yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang Yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.

• Emu lg ator buatan 1. Sabun.

Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit.

Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2, missal sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.

2. Tween 20:40:60:80 3. Span 20:40:80

Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :

 Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat

 Kationik : senyawa ammmonium kuartener

 Non Ionik : tween dan span.

 Amfoter : protein, lesitin.

G. Cara Pembuatan Emulsi

Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan : 1. Metode gom kering atau metode kontinental.

Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan

(12)

minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris.

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol fortbes.

Digunakan untuk minyak menguap dan zat –zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.

Selain cara-cara tersebut di atas maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Farmakope Belanda menyatakan bahwa untuk minyak lemak bila tidak dinyatakan lain atau tidak disebut emulgatornya maka selalu digunakan gom

- Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain maka untuk 100 bagian emulsi digunakan 10 bagian minyak, kecuali jika minyak berkhasiat keras misalnya : Oleum Chenopodii.

- Jumlah gom ½ dari minyak lemak kecuali untuk oleum Ricini 1/3 nya dan Oleum Iecoris aseli 3/8 nya.

- Bila disebut Mixtura Oleosa atau Emulsa Oleosum maka dibuat dengan minyak amandel atau Oleum Amygdalarum sebanyak 10 %

- Hal ini dapat dilihat uraian emulsi Ph.Bld.V.

- Jumlah air yang telah diperhitungkan harus ditambahkan sekaligus dan tidak boleh sedikit-sedikit, kemudian diaduk dengan cepat. Setelah terjadi emulsa yang pekat (corpus emulsi) baru diencerkan dengan air sedikit-sedikit. Jika air yang pertamakali ditambahkan kurang maka akan terbentuk emulsi yang berlawanan yaitu emulsi A/M yang pada waktu diencerkan akan pecah begitu pula gom terlalu lama direndam dalam minyak sebelum ditambah air.

- Beberapa bahan kental seperti sirup, glyserin dan bahan-bahan yang bersifat lendir ternyata membantu emulsifikasi, bila digunakan dalam jumlah sedikit, sehingga dalam emulsi ditambahkan kedalam corpus emulsi untuk lebih memantapkan emulsi tadi.

- Beberapa macam zat yang dapat mengendapkan gom sehingga menyebabkan pecahnya emulsi : asam, basa, larutan garam, larutan alkohol, dan latutan yang bersifat adstrigent harus ditambahkan dalam keadaan seencer-encernya kedalam emulsi yang sudah diencerkan juga.

- Penambahan-penambahan kedalam emulsi selalu dalam keadaan encer sedangkan bahan-bahan yang tidak larut digerus dahulu dengan air baru ditambahkan dengan emulsa yang sudah jadi.

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi untuk membuat emulsi biasa digunakan :

1. Mortir dan stamper

- Mortir dengan permukaan kasar, bersih dan keringmerupakan mortir pilihan untuk pembuatan emulsi yang baik.

2. Botol

(13)

mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik dari pada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.

3 . M i x e r . b l e n d e r

Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi, akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

4. Homogenizer

Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.

5. Colloid Mill

Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan

H. KESTABILAN EMULSI.

untuk memperoleh emulsa yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor berikut : 1. Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas.

2. Perbandingan optimum dari minyak dan air. Emulsa dengan 2/3 -3/4 bagian minyak, meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan,

3. Penggunakan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.

Faktor-faktor yang dapat memecah emulsa :

1. Bila emulsa yang terjadi belum sempurna lalu diencerkan maka emulsa akan pecah kembali.

2. Pengocokan yang keras. Apabila emulsa dikocok keras-keras maka partikel-partikel akan mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar akobatnya emulsa pecah.

3. Tekhnik pembuatan misalnya terlalu lama merendam gom dalam minyak.

4. Penambahan garam atau elektrolit dalam konsentrasi yang besar akan mempengaruhi stabilnya emulsa, oleh karena itu elektrolit harus ditambahkan dalam keadaan seencer-encernya.

5. Senyawa-senyawa organik yang larut dalam air misalnya eter, etanol, etil asetat dan lain-lain, akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap emulsa, Oleh karena itu zat-zat ini harus ditambahkan sedikit demi sedikit dan dalam keadaan encer.

6. Perubahan pH yang besar.

7. Perubahan temperatur.

8. Emulgator yang berlawanan misalnya gelatin dengan gom.

Jika suatu emulsa ternyata kurang maka kita usahakan memperbaikinya dengan jalan memasukkan emulsa tadi ke dalam miks-blender, lalu dicampur beberapa waktu hingga diperoleh emulsa yang baik.

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

A. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu mengandung face dispers lebih banyak dari pada lapisan yang lain.

Creaming bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

B. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu).

Sifatnya irreversible ( tidak bisa diperbaiki Hal ini dapat terjadi karena :

o Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan

(14)

CaO/CaCl2 exicatus.

o Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendiginan, pengadukan.

C. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible

Referensi

Dokumen terkait

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minak atau lemak dari bahan.. yang diduga mengandung minyak

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan

• Pemisahan asam lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk menetralkan minyak kasar yang mengandung kadar asam lemak bebas relatif tinggi, sedangkan minyak kasar

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan