BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian Postpartum
Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (2019), post partum merupakan masa yang dimulai setelah wanita melahirkan sampai kira-kira 6 minggu.
Post partum merupakan masa pemulihan yang dimulai ketika selesai persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan lama masa nifas sekitar 6-8 minggu (Zubaidah et al, 2021).
Post partum merupakan masa transisi baik fisik dan psikologis bagi ibu dan keluarga. Semua anggota keluarga harus beradaptasi dengan struktur keluarga baru, menyatukan bayi baru lahir ke dalam sistem keluarga yang sudah ada dan mengembangkan pola interaksi yang berbeda dalam unit keluarga tersebut (Reeder, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa post partum adalah masa yang berlangsung dari bayi lahir sampai 6 minggu dan dalam masa ini terjadi pemulihan organ-organ reproduksi kepada keadaan tidak hamil serta terjadi masa transisi baik fisik maupun psikologis pada ibu dan keluarga.
2. Anatomi Dan Fisiologi a) Anatomi
Anatomi Fisiologi Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Arma, 2015).
a) Struktur Eksterna
Gambar 2.1 Organ reproduksi eksterna wanita Sumber: Arma (2015)
1) Mons Veneris (Mons Pubis)
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan padat serta mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) yang ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
2) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stukturstruktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
3) Labia Minora
Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga tampak kemerahan, dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-
kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
4) Klitoris
Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora) dibatasi oleh klitoris dan perinium. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar pervagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina.
7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.
b)Struktur Interna
Gambar 2.2 Organ reproduksi interna wanita Sumber: (Arma,2015)
1) Vagina
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam, interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fundus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istimus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
3) Tuba Falopii
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba fallopi ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
4) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.
b) Fisiologi
1) Involusi Uterus
Involusi uterus adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan normal/sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini segera setelah pascapartum, berat uterus menjadi 1.000 gr. Sedangkan masa nifas, dua hari setelah pelahiran uterus mulai berimvolusi. Sekitar 4 minggu pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum hamil (Dewi Vivian &
Sunarsih, 2013).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a. Iskemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus b. Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
c. Efek Oksitosin
Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
2) Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka itu mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi gangguan pada proses ini, dapat terjadi perdarahan para puerperal awitan
lambat. Segera setelah lahir, kemudian ukurannya mengecil secara cepat dalam waktu satu jam.
3) Perubahan pada servik dan vagina
Pada servik terbentuk sel-sel otot terbaru, karena adanya kontraksi dan retraksi, segera setelah lahir menjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 mingg, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Vagina terregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang normal. Nampak perubahan kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 minggu sampai 8 minggu, bentuk ramping, lebar, produksi mucus normal dengan ovulasi.
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa, dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Komposisi lochea adalah jaringan endometrial, darah dan limfe. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.
Tahapan lochea yaitu:
1. Lochea Rubra (Merah)
Muncul pada hari pertama hingga hari ketiga masa postpartum.
Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada plasenta serta serabut.
2. Snguinolenta (Merah Kuning)
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pengeluaran pada hari ketiga sampai hari kelima postpartum.
3. Serosa (Pink Kecoklatan)
Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan. Warnanya kekuningan atau kecoklatan, terdiri dari sedikit darah dan lebih banyak serum.
4. Alba (Kuning Putih) 10-14 hari
Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini terus keluar sampai 3 minggu, berbau amis normal seperti bau darah
menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata- rata 240-270 ml.
5) Siklus menstruasi
Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai 12 minggu rata-rata 18 minggu postpartum. Menstruasi pada ibu postpartum tergantung dari hormon prolaktin. Apabila ibu tidak menyusui menstruasi mulai pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8. Menstruasi mungkin tidak terlambat, namun dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
6) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang banyak, maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat masa nifas.
7) Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu
8) Nyeri setelah persalinan
Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada interval tertentu dan menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada saat persalinan namun lebih ringan.
9) Saluran kencing
Dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan belum kembali normal dalam 2 minggu.
10) Laktasi
Keadaan payudara pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Payudara belum mengandung susu melainkan coclostrum. Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
3. Etilogi Postpartum
Menurut Dewi Vivian, Sunaarsih (2013), Etiologi postpartum dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Postpartum Dini
Postpartum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir, dan hematoma.
b. Postpartum Lambat
Postpartum lambat adalah tertingginya Sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas sectio caesarea.
4. Patofisiologi
Adanya hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal misalnya, plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin serta ketuban pecah dini. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan Sectio Caesarea.
Dalam proses operasi dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin yang akan ditutup dan menimbulkan rasa nyeri. Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Untuk pengaruh terhadap pernafasan yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup, anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Setelah persalinan sectio caesarea, ibu akan mengalami hambatan dalam bergerak yang disebabkan oleh tindakan pembedahan sectio caesarea yang mengakibatkan putusnya kontinuitas jaringan yang merangsang area sensorik yang menimbulkan rasa nyeri, sehingga ibu lebih memilih untuk tidak bergerak agar nyeri pada luka operasi tidak bertambah, yang membuat ibu tidak bisa melakukan Activity Daily Leaving secara mandiri salah satunya yaitu kebutuhan Personal Hygiene seperti mandi Sehingga mengalami gangguan mobilitas fisik dan setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
5. Pathway
Panggul sempit, Pre-eklamasi berat, ketuban pecah dini, partus lama/tidak maju, plasenta previa tolalis, Bayi kembar,
faktor hambatan jalan lahir, kelainan letak kepala/sungsang
Sectio caesarea
Luka operasi SC Pra Operasi SC
Penurunan kerja
otot Jaringan luka Kelemahan otot
terbuka Jaringan terputus
Gangguan relaksasi dan kontraksi otot Merangsang area
sensorik Penurunan kerja
otot eliminasi Terjadi invasi
bakteri Penurunan
peristaltik usus Terjadi penurunan
masa otot Kurang proteksi
pada luka Gangguan
kenyamanan
Nyeri Akut Konstipasi
Tidak mampu mempertahankan
aktivitas Resiko Infeksi
Gangguan Mobilitas Fisik
6. Komplikasi 1) Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran. Kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
3) Hb turun sampai 3 gram %
Tiga penyebap utama perdarahan antara lain:
a) Atonia uteri
Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post partum.
b)Laserasi jalan lahir
Perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.
d)Lain-lain
Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka. Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup. Inversio uteri
2) Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
3) Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesarea, ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
4) Mastitis
Mastitis yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum.
5) Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
6) Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebabkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500-750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7) Emboli Yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil.
8) Post partum
Depresi Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
9) Tanda-Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain:
a. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
b. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
c. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa vagina.
7. Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit sering kali dibutuhkan pada hari pertama pada postpartum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b) Pemeriksaan urine
Pengambilan sampel urine dilakukan dengan menggunakan kateter atau dengan tehnik pengambilan bersih. Spesimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika kateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan terapi yang mungkin.
8. Penatalaksanaan Medik
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1) Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.
2) Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:
1) Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi. Suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2) Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi agar jangan masuk dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer laktat.
3) Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan, oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan infus atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
4) Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedatife, alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional atau umum.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai kesadaran, kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu berespon secara efektif. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien.
Pada tahap pengkajian post partum yakni:
a. Identitas klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, penghasilan per bulan.
b. Riwayat Kesehatan 1) Status Kesehatan:
Alasan kunjungan, kunjungan, keluhan utama, riwayat kesehatan.
2) Riwayat obstetri dan ginekologi:
Riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat KB, riwayat kehamilan
& persalinan yang lalu, riwayat kehamilan & persalinan sekarang.
3) Pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
Nutrisi, eliminasi, oksigenasi, aktivitas dan istirahat.
4) Dukungan sosial:
Dukungan emosi, dukungan informasi, dukungan fisik, dukungan penghargaan.
5) Fungsi keluarga 6) Pengkajian budaya 7) Stress
8) Pemeriksaan fisik ibu a. Mata:
Konjungtiva normalnya berwana merah muda dan sklera normalnya berwarna putih.
b. Mammae:
Payudara simetris atau tidak, putting susu bersih dan menonjol atau tidak. Hiperpigmentasi areolla atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.
c. Abdomen:
Terdapat luka bekas SC atau tidak, ada linea atau tidak, striae ada atau tidak.
d. Genetalia:
Bersih atau tidak, oedema atau tidak, kemerahan atau tidak, perineum ada bekas luka epiostomi atau tidak.
e. Ekstremitas:
Edema atau tidak dan varises atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Wayan, 2017)dan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosa keperawatan pada ibu post partum adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
4. Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.
5. Resiko gangguan perlekatan ditandai dengan khawatir menjalankan peran sebagai orang tua.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
Nyeri Akut Tujuan Umum:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama waktu tertentu diharapkan tingkat nyeri menurun.
Kriteria Hasil :
1) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang 2) Keluhan nyeri meringis
menurun
3) Pasien enunjukkan sikap protektif menurun.
4) Pasien tidak tampak gelisah.
Manajemen Nyeri Observasi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri.
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
Terapeutik:
6) Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 7) Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi:
8) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
9) Jelaskan strategi meredakan nyeri
10)Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
11)Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Menyusui Tidak
Efektif Tujuan Umum:
Setelah dilakuan intervensi keperawatan selama waktu tertentu diharapkan status menyusui membaik.
Kriteria Hasil:
1) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat.
2) Kemampuan ibu
memposisikan bayi dengan benar meningkat.
3) Pancaran ASI meningkat 4) Suplai ASI adekuat
meningkat.
5) Pasien melaporkan payudara tidak bengkak
Konseling Laktasi Observasi:
1) Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui.
2) Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.
3) Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling menyusui.
Terapeutik:
4) Gunakan tehnik mendengar aktif.
5) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.
Edukasi: Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.
Defisit Pengetahuan Tujuan Umum:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat Kriteria Hasil:
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat
2) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat 3) Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topik meningkat
4) Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat
5) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 6) Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi menurun
7) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 8) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun 9) Perilaku membaik
Edukasi Kesehatan Observasi:
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2) Identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
3) Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan
4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan
5) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
6) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat Resiko Infeksi Tujuan Umum:
Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun.
Kriteria Hasil:
1) Tidak ada tandan –tanda infeksi (Demam, Nyeri, Kemerahan dan Bengkak).
2) Kadar sel darah putih membaik.
Pencegahan Infeksi:
Observasi:
1) Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal dan sistemik.
Terapeutik:
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
3) Pertahankan tehnik aseptik pada psien beresiko tinggi.
Edukasi:
4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi 5) Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
6) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka.
7) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
Resiko Gangguan
Perlekatan Tujuan Umum:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan kemampuan berinteraksi ibu dan bayi meningkat.
Kriteria Hasil:
1) Pasien menunjukkan peningkatan verbalisasi perasaan positif terhadap bayi
2) Pasien menunjukkan peningkatan perilaku mencium bayi, tersenyum pada bayi, melakukan kontak mata dengan bayi, berbicara dengan bayi, berbicara kepada bayi serta berespon dengan isyarat bayi.
3) Pasien menunjukkan peningkatan dalam menggendong bayinya untuk menyusui.
Promosi Perlekatan:
Observasi:
1) Monitor kegiatan menyusui.
2) Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan ASI
3) Identifikasi payudara ibu.
4) Monitor perlekatan saat menyusui Terapeutik:
5) Diskusikan dengan ibu masalah selama proses menyusui.
Edukasi:
6) Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi
7) Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat menyentuh payudara ibu.
8) Ajarkan ibu agar bayi yang
mendekati kearah payudara ibu dari bagian bawah
9) Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan jarinya sepertu huruf “ C”.
10)Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi terbuka lebar sehingga areola dapat masuk dengan sempurna.
11)Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat, dan apakah tindakan yang dilakukan belum teratasi, teratasi sebagian atau teratasi dengan baik.