Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Setiap orang yang tanpa hak dan/atau izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melanggar hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp lima ratus juta rupiah).
PENDAHULUAN
Kompetensi keterampilan perawat gigi salah satunya adalah dokumentasi keperawatan dengan kompetensi dasar mengidentifikasi kelengkapan dan melaporkan dokumentasi keperawatan. Pelaksanaan pelaporan bulanan dan triwulanan berjalan sesuai jadwal, status klien dikembalikan ke bagian rekam medis setiap hari, pengisian dokumentasi keperawatan gigi dilakukan sesuai adat, apabila beban tugas dokter gigi tidak ada dokumentasi tertulis.
PENGERTIAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN
TUJUAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan yang tidak diberikan, diberikan dan diberikan didokumentasikan secara lengkap sebagai acuan atau pertimbangan biaya perawatan pada klien. Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien untuk pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
KOMPONEN DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Catat kerangka tujuan, pendekatan yang digunakan untuk setiap masalah, rencana alternatif yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah pelanggan, tentukan pendekatan yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Ubah tujuan, kesimpulan akhir berdasarkan pengkajian awal, catatan kemajuan, dan data klien terkini Evaluasi menghasilkan data baru dibandingkan informasi awal dan keputusan yang telah diambil Membandingkan hasil tindakan proses keperawatan dengan standar yang seharusnya dilakukan untuk menilai kemajuan klien. Perubahan rencana dan tindakan berdasarkan hasil penilaian.
STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksana dokumentasi keperawatan adalah perawat gigi sesuai dengan kompetensi dan kinerjanya sebagai kegiatan manajerial yang mampu mengelola dokumen di klinik gigi. Kebijakan dokumentasi keperawatan di klinik gigi merupakan kebijakan tertulis pimpinan instansi yang mengatur pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Penerapan fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengendalian akan mempengaruhi pelaksanaan dokumentasi keperawatan di klinik gigi.
Berkenaan dengan permasalahan kebijakan manajemen dalam penerapan SOP dokumentasi keperawatan di klinik gigi, dan pelaksanaannya belum maksimal karena belum adanya sosialisasi mengenai pelaksanaannya, maka perawat gigi harus mengetahui bahwa dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari kompetensi yang harus dilakukan, jika ada adalah kebijakan. dan SOP. Kebijakan dokumentasi keperawatan pada klinik gigi merupakan kebijakan tertulis dari direktur rumah sakit yang mengatur pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan yang ada saat ini di rumah sakit pada umumnya dilakukan secara tertulis (paper-based dokumentasi).
Dokumentasi keperawatan otomatis telah dikembangkan untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan lebih mudah dan cepat.
SISTEM MANAJEMEN DOKUMENTAS KEPERAWATAN
PROFESI PERAWAT GIGI
Standar profesi perawat gigi disusun berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035/Menkes/SK/1998 pada tahun 1998. kaitannya dengan perawat gigi. Perawat gigi termasuk dalam kelompok profesi yang bertujuan untuk siap menerapkan keterampilan tertentu berdasarkan tuntutan pasar kerja.Untuk memberikan yang terbaik, perlu menghindari tumpang tindih peran dan kesenjangan kualitas melalui pendekatan kemitraan profesional. Perawat gigi merupakan puncak pembangunan kesehatan gigi Indonesia dan sebagai sumber daya kesehatan gigi yang mempunyai peranan sentral dalam pelayanan kesehatan gigi, yaitu garda terdepan dalam aspek promotif dan preventif pelayanan gigi mulut.
Standar profesi keperawatan gigi sebagai pedoman pelaksanaan profesi yang benar ditujukan untuk memberikan pelayanan perawatan gigi sesuai dengan tujuan, fungsi dan kewenangan yang dimilikinya, melindungi perawat gigi dari tuntutan hukum dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan perawat gigi. Standar pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi harus sesuai dengan standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta sesuai dengan standar profesi yang dilaksanakan sesuai dengan standar di institusi kedokteran. Dalam menjalankan profesinya, perawat gigi harus berperilaku dan bertindak terpuji, baik dalam hubungannya dengan klien, masyarakat, rekan kerja maupun dalam profesinya sendiri.
Standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut menjadi acuan bagi perawat gigi dalam menjalankan aktivitasnya untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal.
FUNGSI MANAJEMEN
Tugas pengelola klinik/kepala pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan yang berkualitas sehingga produk pelayanan dapat memuaskan pasien dan petugas yang melakukan kampanye, sehingga diperlukan teknik pemeriksaan dan pengobatan yang berkualitas. Kunci keberhasilan pelayanan yang baik adalah melaksanakannya dengan baik dan terus menerus dalam berbagai keadaan dan mencapai hasil yang diharapkan jika memungkinkan, dan untuk itu kita memerlukan staf yang berkualitas, tempat dan infrastruktur yang baik dan memadai serta pengendalian berkala yang tepat.
PEMBAHASAN
Di lapangan ditemukan bahwa pengelolaan sistem dokumentasi keperawatan di poliklinik gigi belum berjalan dengan baik, hal ini disebabkan karena perawat gigi kurang terpapar dengan dokumentasi keperawatan, selain itu pihak manajemen memberikan SOP untuk pelaksanaan dokumentasi keperawatan. dokumentasi keperawatan, pihak manajemen tidak pernah meminta feedback terhadap SOP yang diberikan, sehingga pengendalian dan pengawasan terhadap SOP yang diberikan tidak maksimal bahkan tidak terlaksana, padahal pengendalian yang dilakukan hanya pada bagian langsung yang melayani keluhan dan kebutuhan pasien. . Permasalahan sistem pengelolaan dokumentasi keperawatan di klinik gigi akan berjalan sebagaimana mestinya, jika para pelaku dalam organisasi memahami tugas pokok kerja yang spesifik pada masing-masing individu, maka dengan dikeluarkannya SOP dokumentasi keperawatan berarti perawat gigi harus menghasilkan dokumentasi. sesuai SOP yang ada, adapun untuk menunjang SOP tersebut pihak manajemen tidak hanya melakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan dari laporan harian dan bulanan saja, namun selain pengawasan terhadap pelayanan juga diperlukan pengawasan manajemen berupa sistem dokumentasi keperawatan. Penyebab : Terdapat SOP pendokumentasian keperawatan di poliklinik rawat jalan, namun belum ada penanggung jawab pendokumentasian keperawatan serta tidak dilakukan pengawasan dan pengendalian, hal ini terlihat dari terpenuhinya status klinik gigi yang hanya mendokumentasikan gigi yang dirawat. dan kasus Solusi: Setiap poliklinik gigi menyediakan SOP dokumentasi keperawatan dan menunjuk penanggung jawab pendokumentasian dan pemantauan SOP tersebut.
Pembelian fasilitas administrasi klinik rawat jalan gigi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Keperawatan Gigi yang memuat standar minimal pengelolaan klinik gigi pada pelayanan keperawatan gigi, seperti khusus. status pendaftaran pemeriksaan dan pengobatan perawatan gigi. Upaya pihak pengelola dalam melengkapi fasilitas berupa administrasi rawat jalan gigi antara lain dengan memberikan kartu registrasi pemeriksaan dan pengobatan gigi. Tidak semua klinik gigi mempunyai SOP yang terdokumentasi, namun SOP yang ada hanya disimpan sebagai arsip dan tidak dipublikasikan.
Klinik gigi dianggap bagian kecil yang kurang mendapat perhatian, yang penting bisa melayani kebutuhan klien dan bekerja sesuai prosedur. Proses adalah aktivitas yang dilakukan secara profesional oleh profesional kesehatan (di klinik gigi adalah dokter gigi dan perawat gigi) dan interaksinya dengan pasien. Selain hal di atas, alasan tidak diterapkannya standar dokumentasi keperawatan adalah jika pihak manajemen menyatakan bahwa klinik gigi tidak memerlukan standar dokumentasi, sehingga ahli kesehatan gigi tidak merasa perlu untuk melakukan dokumentasi keperawatan, padahal itu bagian dari dokumentasi keperawatan. tugas utama ahli kesehatan gigi.
DOKUMENTASI KEPERAWATAN DIGITAL
Perawat juga banyak yang belum mengetahui data apa saja yang harus dimasukkan dan bagaimana cara melakukan dokumentasi keperawatan yang benar, oleh karena itu perlu adanya inovasi pencatatan keperawatan yang benar, oleh karena itu perlu adanya inovasi pencatatan dengan menggunakan pencatatan yang berbasis elektronik. Selain meningkatkan kualitas, dokumentasi berbasis komputer juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Mueller dkk. 2006 yang menyatakan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan meningkat seiring dengan diterapkannya Quality of Nursing Diagnoses, Interventions and Outcomes (Q-DIO).
Dokumentasi Keperawatan Elektronik (Komputerisasi) merupakan modul keperawatan yang dipadukan dengan sistem komputer rumah sakit untuk tenaga keperawatan.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DOKUMENTASI
Kurangnya kemampuan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan keterampilan perawat dalam penggunaan komputer (Ammenthwerth, at all, 2003). Besarnya dana yang akan disediakan baik untuk penyediaan dan pemeliharaan, sumber daya manusia, kebijakan pemerintah dan kemampuan perawat di bidang teknologi. Dikhawatirkan akan terjadi penurunan proses berpikir kritis perawat tersebut, karena informasi yang diperoleh mudah diakses.
Kerahasiaan melibatkan rasa percaya di antara penyedia layanan kesehatan bahwa informasi yang mereka bagikan akan dihormati dan digunakan untuk tujuan rahasia. Melihat banyaknya manfaat yang ditawarkan oleh dokumentasi keperawatan otomatis tentu menjadi tantangan besar bagi komunitas keperawatan di Indonesia. Perkembangan pemanfaatan teknologi komputer khususnya dalam dokumentasi keperawatan di Indonesia saat ini masih sangat minim.
Sampai saat ini, sejumlah kecil rumah sakit telah menggunakan dokumentasi proses keperawatan berbasis komputer, namun hasil evaluasi keberhasilan ini belum disebarluaskan ke seluruh dunia.
PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK
Perangkat keras ini berfungsi untuk menstabilkan tegangan atau daya listrik yang mengalir melalui perangkat komputasi. Perangkat lunak sendiri dibuat dengan menggunakan “bahasa pemrograman” yang dibuat oleh programmer dan kemudian dikompilasi dengan aplikasi compiler hingga menjadi kode yang dapat dikenali/dibaca oleh mesin perangkat keras. Fungsi perangkat lunak adalah mengolah data atau instruksi/perintah untuk memperoleh hasil atau menjalankan perintah tertentu.
Perangkat lunak juga berperan sebagai sarana interaksi yang menjembatani atau menghubungkan pengguna komputer dengan perangkat keras. Shareware, yaitu perangkat lunak uji coba dalam jangka waktu tertentu, seperti aplikasi yang menawarkan uji coba gratis. Perangkat lunak open source, yaitu perangkat lunak yang kode sumbernya dapat dibuka, dimodifikasi, dan dikembangkan oleh komunitas ahli tertentu.
Malware, yaitu perangkat lunak perusak sistem komputer yang terdiri dari virus, trojan horse, rootkit, worm, spyware, adware, crimeware, dan perangkat lunak lain yang bersifat jahat.
PERSIAPAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN BERBASIS
PROGRAM-PROGRAM YANG DIRANCANG DALAM
Sistem yang dibuat pada SIM Keperawatan, angka SKS merupakan rangkuman aktivitas perawat sehari-hari yang dapat diakses secara otomatis setiap hari, mingguan, atau bulanan. Laporan statistik yang muncul pada sistem informasi manajemen keperawatan adalah laporan berupa BOR, LOS, TOI dan BTO di ruangan. Tinjauan pengobatan berguna jika Anda ingin melihat secara global penatalaksanaan pasien selama pengobatan sebelumnya, jika pasien pernah dirawat di rumah sakit.
Standar keperawatan yang ideal didasarkan pada keperawatan berbasis bukti, yaitu hasil penelitian penerapan standar keperawatan yang ada. Sehingga presentasi kasus yang diberikan di ruang perawatan dapat dilakukan secara online selama pasien masih dalam perawatan. Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan yang dilakukan perawat dan juga mengetahui aktivitas keperawatan apa saja yang dilakukan oleh setiap perawat.
Pemantauan pasien oleh PN atau Kepala Ruangan dapat dilakukan pada saat PN atau Kepala Ruangan sedang rapat di ruang rapat.
PENERAPAN KOMPUTERISASI DALAM DOKUMENTASI
Hal ini didukung dengan pernyataan Sitorus (2006) yang menyatakan bahwa pendokumentasian pemberian asuhan keperawatan dapat berbasis manual maupun komputer. Oleh karena itu, untuk menunjang proses profesionalisme keperawatan di Indonesia, penerapan dokumentasi berbasis komputer sangatlah penting.