DRAFT NASKAH AKADEMIK
KEBIJAKAN PENUGASAN/PERBANTUAN DOSEN ITB KE INSTITUSI LAIN
POLA PIKIR:
Kondisi masa kini akibat keputusan masa lalu - nasib kita di masa depan ditentukan oleh keputusan kita masa kini.
Jika kita masih menggunakan cara-cara masa lalu untuk memecahkan masalah masa kini, artinya kita membawa organisasi mundur ke masa lalu.
Masa depan ditentukan oleh pola pikir dalam memahami tantangan masa kini, dan kemampuan dalam menciptakan perubahan menuju masa depan.
1. LATAR BELAKANG
Ada dua jenis modal bagi organisasi masa kini; modal berwujud (kebijakan, peraturan, tata kelola, tanah, gedung, peralatan, kendaraan) dan modal tidak berwujud (pengetahuan, kreatifitas dan semangat yang dimiliki oleh modal insani organisasi).
Organisasi modern meyakini bahwa di era pengetahuan saat ini, keberadaan modal tidak berwujud (modal insani) jauh lebih penting dan lebih menentukan masa depan organisasi dibandingkan dengan keberadaan modal berwujud.
Mengacu pada konsep di atas, juga berlaku bagi ITB sebagai sebuah Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, bahwa keberadaan (kualitas dan kuantitas) Dosen ITB berperan dan berpengaruh sangat penting sebagai Modal Insani ITB (modal yang tidak berwujud), karena dosen ITB pada dasarnya memiliki potensi (kapasitas) yang “tidak terbatas”, berupa pengetahuan atau pemikiran serta sikap dan perilakunya untuk menghasilkan ilmu dan teknologi baru; menghasilkan ide-ide dan pemikiran kreatif (out of the box); menghasilkan metoda atau cara kerja yang lebih baik; sehingga dosen-dosen ITB merupakan modal utama untuk menghasilkan nilai tambah (menghasilkan return) maksimal bagi dirinya, bagi ITB maupun bagi masyarakat dan bangsa; asalkan ITB mampu memfasilitasi serta mampu menyediakan “ruang” dan
”habitat kerja” untuk tumbuh dan berkembangnya aktifitas dosen-dosen ITB yang produktif dan berkualitas.
Tantangan ITB saat ini adalah, bagaimana ITB memiliki pola Kepemimpinan dan Manajemen Modal Insani ITB yang tepat, yang mampu memotivasi tumbuhnya
potensi serta mampu mengelola potensi Modal Insani ITB untuk mewujudkan masa depan ITB yang dicita-citakan, dengan tantangan internal sebagai berikut:
a. Menumbuhkan kesadaran dan pola pikir (paradigma) yang sama dan benar bahwa dosen adalah modal utama ITB, yang memiliki sikap dan perilaku sebagai insan dewasa - yang mau dan mampu berbagi pengetahuan untuk membangun pengetahuan kolektif (collective knowledge) milik ITB, yang mau dan mampu bekerja lebih efektif dan kolaboratif untuk menghasilkan manfaat maksimal secara bersama, dan memiliki rasa tanggung jawab atas setiap aktifitas dan perilakunya.
b. Menumbuhkan kesadaran dan keyakinan bahwa pengetahuan kolektif ITB sebagai sebuah institusi jauh lebih penting dan lebih besar daya cipta maupun daya ungkitnya (leverage) terhadap kemajuan ITB, dibandingkan dengan pengaruh pengetahuan personal yang dimiliki oleh masing-masing individu dosen.
c. Menumbuhkan kesadaran dan rasa saling percaya bahwa ITB sebagai sebuah institusi memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bersama, baik bagi dosen dan tenaga pendidik (tendik) maupun bagi ITB sebagai sebuah institusi.
d. Menumbuhkan kesadaran agar para dosen ITB mau dan mampu bekerja dan berkarya secara institusional, sehingga mampu memberikan return yang memberikan manfaat serta nilai tambah bagi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan manajemen; bagi terciptanya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat ITB maupun bangsa Indonesia.
Selain tantangan yang bersifat internal di atas, saat ini ITB juga dihadapkan pada beberapa tantangan strategis, diantaranya:
a. Indonesia membutuhkan lulusan ITB lebih banyak. Sehingga pemerintah meminta ITB untuk secara regular meningkatkan jumlah mahasiswa maupun Program Studi, baik dalam kampus Ganesha maupun di luar kampus Ganesha.
b. Indonesia menuntut agar ITB lebih berperan aktif dalam karya pendidikan, riset maupun pengabdian kepada masyarakat, untuk meningkatkan daya saing nasional maupun internasional, serta menghasilkan karya-karya modal insani bangsa Indonesia yang dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
c. Disamping permintaan dalam bentuk program dan karya Modal Insani ITB di atas, para dosen ITB secara personal juga banyak diminta atau dipinjam oleh instansi nasional dan internasional untuk bekerja diluar ITB.
d. Disisi lain, data statistik ITB saat ini menunjukkan bahwa ITB masih kekurangan Dosen, khususnya Guru Besar, sehingga manajemen alokasi Modal Insani ITB untuk memenuhi pertumbuhan oganisasi ITB maupun perbantuan Dosen ITB ke instansi lain, perlu benar-benar dikelola secara professional, harus didukung oleh Sistem Manajemen Modal Insani yang profesional, berdasarkan pertimbangan dan
analisis yang mendalam, agar penugasan dosen ke luar instansi ITB tersebut tidak mengganggu rencana pengembangan ITB.
2. Gejala yang Teramati
a. ITB belum memiliki kesamaan pandangan dan pemahaman yang baik tentang peran dan fungsi Dosen sebagai Modal utama ITB yang sangat menentukan masa depan ITB. Sehingga upaya penambahan serta pengembangan (investasi) Modal Insani ITB terasa masih belum diarahkan secara padu untuk memenuhi sasaran ITB di masa depan.
b. ITB belum memiliki kebijakan dan aturan pengembangan dosen yang mengacu pada peta karir atau rencana kebutuhan kompetensi jabatan yang dibutuhkan di masa depan, serta belum memiliki sistem untuk mengantisipasi kemungkinan atau dampak penugasan/perbantuan Dosen ITB.
3. Landasan: Kebijakan Umum MWA ITB
Peraturan Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung Nomor: 001/P/I1- MWA/2015 Tentang Kebijakan Umum Institut Teknologi Bandung Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, khususnya tentang Kebijakan Umum terkait dengan Modal Insani, telah menetapkan Kebijakan Umum sebagai berikut:
a. ITB mendorong keberagaman modal insaninya, baik dalam hal asal lulusan, gender, latar belakang ekonomi, sosial dan budaya, termasuk menyertakan dosen- dosen asing.
b. ITB hanya merekrut modal insani terbaik.
c. Pengembangan modal insani (dosen dan tenaga kependidikan) harus menjadi perhatian penting manajemen ITB, baik pengembangan keilmuan/kompetensi kerja maupun pengembangan kepemimpinan. Pengembangan tersebut harus disesuaikan dengan peta karir atau kebutuhan jabatan masing-masing.
d. ITB menerapkan sistem remunerasi berbasis kinerja, dengan besaran remunerasi yang cukup untuk hidup sejahtera.
e. Modal Insani dan aset fisik ITB dimanfaatkan untuk kegiatan Tridharma, guna menciptakan nilai tambah atau nilai baru yang bermanfaat bagi masyarakat dan ITB, agar berkesinambungan (sustainable).
f. ITB membangun habitat kerja yang kondusif, yang memotivasi dan memberi
“ruang” kepada modal insaninya, untuk menghasilkan karya atau kinerja dengan kualitas dan produktivitas kerja terbaik.
Enam kebijakan umum tentang modal insani ITB tersebut di atas menggaris bawahi tentang pentingnya dosen dan tendik ITB sebagai modal utama ITB dan pentingnya pimpinan ITB memperhatikan pengembangan keilmuan/kompetensi kerja serta penugasan/perbantuan dosen untuk meraih masa depan ITB.
4. Konsep Pengembangan dan Pendelegasian Dosen ITB.
Memperhatikan bahwa dosen ITB adalah modal utama ITB sebagai sebuah organisasi, maka kapasitas/kuantitas dan kualitas dosen ITB akan menentukan kapabilitas ITB.
Karena itu, penyediaan dan pengembangan dosen ITB harus mengacu pada sasaran kebutuhan kapabilitas ITB. Berikut akan dijelaskan konsep dan prinsip-prinsip pengembangan dosen ITB.
a. Kapabilitas ITB Berbasis Pengetahuan Kolektif ITB dan Skenario Masa Depan
Ada dua modal organisasi yang perlu diperhatikan untuk membangun kapabilitas ITB sebagai sebuah organisasi, yaitu:
Modal tidak berwujud (dosen dan tendik), dan
Modal berwujud, mencakup proses bisnis (kebijakan, peraturan, serta sistem dan prosedur ITB); serta teknologi (peralatan dan fasilitas kerja).
Dari kedua jenis modal tersebut, kita harus meyakini bahwa modal insani (dosen dan tendik) merupakan modal yang paling penting untuk membawa ITB ke sasaran masa depan - artinya, strategi pengembangan dosen ITB harus berbasis sasaran kebutuhan kapabilitas ITB di masa depan (pull system). Artinya, Strategi pengembangan kapabilitas ITB “ditarik” oleh Kebutuhan Kapabilitas (modal tidak berwujud + modal berwujud) Masa Depan ITB, (Lihat gambar-1).
Gambar-1: Pull System (Pengembangan Kapabilitas ITB “Ditarik” oleh Kebutuhan Pengetahuan Kolektif Masa Depan ITB)
b. Strategi dan Langkah-langkah Pengembangan dan Penugasan/Perbantuan Modal Insani ITB, Berbasis Pull System.
Konsep pull system, mengarahkan agar Strategi Pengembangan Modal Insani ITB diarahkan untuk memenuhi Kebutuhan Kolektif Dosen ITB , yang “ditarik” oleh kebutuhan Kapabilitas Kolektif ITB (lihat Gambar-2).
Gambar-2: Strategi Pengembangan Modal Insani ITB Berbasis Pull System
PENGETAHUAN KOLEKTIF ITB Yg Saat
Ini Dimiliki KEBUTUHAN KOLEKTIF
PENGETAHUAN/
DISIPLIN ITB
PENGETAHUAN Kritis
KAPABILITAS KOLEKTIF ITB yg Saat
Ini Dimiliki KEBUTUHAN KAPABILITAS KOLEKTIF ITB
KAPABILITAS Kritis SASARAN
ITB
Inovasi (Kerja Efektif)
Strategi KM ITB
MODAL INSANI ITB Yg Dimiliki Saat Ini KEBUTUHAN KOLEKTIF
MODAL INSANI ITB
MODAL INSANI Kritis
Strategi Modal
Insani ITB
Masa Kini
Kebutuhan Kapabilitas ITB
Masa Depan?
Kebutuhan Pengetahuan
/Disiplin ITB
Masa Depan? KAPABILITAS/
PENGETAHUAN KRITIS?
Kapabilitas ITB Saat Ini
Pengetahuan /Disiplin ITB
Saat Ini Kapabilitas
ITB Masa Lalu
Pengetahuan /Disiplin ITB
Masa Lalu
Masa Lalu Masa Depan
Berikut dijelaskan secara singkat langkah-langkah pengembangan dosen ITB berbasis pull system:
Tetapkan sasaran/target ITB lima tahun yang akan datang (RENSTRA).
Perkirakan Kebutuhan “Kapabilitas Kolektif ITB” (mencakup kebutuhan kapabilitas kolektif Dosen dan Tendik; serta Kebutuhan Kolektif modal berwujud), sehingga ITB mampu mencapai sasaran/target yang diharapkan.
Analisis Gap Kapabilitas (Kapabilitas Sasaran – Kapabilitas Eksisting).
Tetapkan Kapasitas (jumlah) dan Kompetensi Dosen yang dibutuhkan, agar memenuhi kebutuhan Kapabilitas ITB.
Analisis Gap Kapasitas dan Kompetensi Dosen ITB.
Susun rencana pengembangan Dosen ITB dalam lima tahuan yang akan datang.
Siapkan analisis untuk mensimulasi kemungkinan/dampak adanya rencana penugasan atau permintaan perbantuan Dosen ITB ke luar instansi ITB.
5. Kategori dan Ruang Lingkup Kebijakan a. Kategori dan Pengertian:
1) Ditugaskan: ITB secara aktif (sesuai dengan Renstra/RKA) menugaskan Dosen untuk melaksanakan tugas di institusi lain. Kategori ditugaskan juga mencakup:
Magang: Dosen ditugaskan ITB untuk belajar bekerja di instansi lain.
Post Doc: Dosen yang sudah bergelar Doktor ditugaskan ITB untuk melakukan riset di instansi lain.
2) Diperbantukan: ITB memperbantukan Dosen berdasarkan permintaan dari instansi tertentu di institusi lain.
b. Waktu Penugasan/Perbantuan:
1) Penuh Waktu: Dosen ditugaskan/diperbantukan ITB untuk bekerja penuh waktu (5 hari per 1 minggu) di instansi barunya.
2) Paruh Waktu: Dosen ditugaskan/diperbantukan ITB untuk bekerja paruh waktu (kurang dari 5 hari per minggu) di instansi barunya.
a. Manfaat dan Resiko: Penugasan/perbantuan dosen ITB di luar instansi ITB dapat menimbulkan dua manfaat dan satu resiko sebagai berikut:
1) Manfaat untuk masyarakat; Penugasan/perbantuan Dosen ITB diharapkan memberi manfaat untuk Institusi yang dilayaninya.
2) Manfaat untuk ITB: Penugasan/perbantuan Dosen ITB diharapkan dapat meningkatkan modal sosial ITB dan kompetensi praktis dari dosen tersebut, sehingga nilai modal tidak berwujud dosen yang bersangkutan bisa meningkat,
dan jika yang bersangkutan kembali ke ITB, maka ITB akan mendapatkan nilai return yang lebih besar.
3) Resiko bagi ITB: Dosen ITB yang ditugaskan/diperbantukan di institusi lain bisa bekerja dalam waktu yang tidak terkendali atau mungkin tidak kembali ke ITB.
c. Ruang Lingkup Penugasan/Perbantuan:
Dosen ITB dapat ditugaskan/diperbantukan pada instansi-instansi berikut:
1) Instansi Pemerintah 2) Instansi Non Pemerintah:
a) Organisasi Profesi
b) Negara Sahabat atau Badan Internasional
c) Badan lain yang ditentukan Pemerintah, seperti:
Perusahaan Negara/Daerah
Perusahaan Swasta
Palang Merah Indonesia
Rumah Sakit Swasta
Badan-Badan Sosial
Lembaga Pendidikan
Lembaga Penyiaran Publik
d. Matriks Kemungkinan antara Kategori dengan Waktu dan Manfaat/Resiko
Waktu Katagori
Manfaat bagi Masyarakat Manfaat (V) dan Resiko (X)
bagi ITB
Penuh Waktu Paruh Waktu
Pemerintah Non
Pemerintah Pemerintah Non Pemerintah
1. Ditugaskan V V V V V/X
Magang V V V V V/X
Post-Doc - V - - V/X
2. Diperbantukan V V V V V/X
Catatan: V = Potensi Manfaat X = Potensi Resiko
6. Prinsip-prinsip Kebijakan Penugasan/Perbantuan Dosen ITB:
Mengacu pada konsep full system di atas, berikut ditetapkan prinsip-prinsip terkait penugasan/perbantuan Dosen ITB ke institusi lain:
b. Modal Insani: Dosen adalah Modal Utama ITB, harus dikelola secara profesional, perlu dikembangkan sesuai dengan sasaran pengembangan kebutuhan kapabilitas kolektif ITB. Untuk menghasilkan nilai tambah (return) maksimal dari dosen;
sebaiknya ITB memfasilitasi serta menyediakan “ruang” dan ”habitat kerja” untuk tumbuh dan berkembangnya aktifitas dosen-dosen ITB yang produktif dan berkualitas, serta diberdayakan dan dialokasikan pada unit-unit kerja yang
memberikan nilai tambah terbaik secara seimbang, baik bagi kesejahteraan yang bersangkutan, maupun bagi ITB serta masyarakat dan bangsa Indonesia.
c. Institusional: Penugasan/perbantuan dosen ITB harus dilakukan secara institusional, memperhatikan manfaat dan resiko, dan ITB harus mampu mengendalikan berbagai kemungkinan dari akibat penugasan /perbantuan.
d. Kriteria: Harus mempertimbangkan beberapa kriteria, diantaranya:
1) Tidak boleh mengganggu Renstra maupun RKA ITB, artinya ITB harus memiliki rencana untuk mengganti “kehilangan” dosen tersebut dengan kapasitas/
kompetensi yang seimbang, agar unit kerja yang ditinggalkan tidak mengalami kemunduran.
2) Berkontribusi pada capaian tujuan/sasaran jangka pendek (RKA), jangka menengah (RENSTRA) maupun jangka panjang (RENIP) ITB.
e. Meminimasi Kerugian: Perlu dipayungi oleh kebijakan, aturan serta sistem untuk meminimasi kerugian bagi ITB, diantaranya mencakup:
1) ITB harus memiliki sistem memonitor dan pengendalian yang baik atas keberadaan dosen di luar instansi ITB, khususnya yang telah melewati batas waktu perjanjian serta mampu meminimasi dampaknya.
2) “Hilang/berkurangnya” Modal Insani ITB harus diimbangi oleh manfaat yang setimpal bagi ITB. Untuk itu, penugasan/perbantuan dosen ITB harus:
Menguatkan Modal Sosial (jejaring) ITB, untuk mendukung kebutuhan pengembangan ITB.
Khusus perbantuan dosen ITB kepada instansi non pemerintah, ITB harus mempertimbangkan kompensasi material/non material senilai dengan
“dosen yang diperbantukan”, dengan memperhatikan dampak dan lamanya perbantuan.
3) Keputusan Rektor tentang penugasan/perbantuan dosen harus didukung oleh kesepakatan tertulis dari Dekan Fakultas/Sekolah.
4) Kesepakatan ITB dengan instansi penerima, harus dituangkan dalam dokumen kesepakatan yang jelas kurun waktunya.
f. Konsekwensi: Konsekwensi Administrasi dan Remunerasi akibat penugasan/
perbantuan Dosen ITB harus sesuai dengan ketentuan KemenRistekDikti dan BAKN.