MEMAHAMI PERTIMBANGAN HAKIM PADA PENETAPAN PENGADILAN
TERHADAP PERMOHONAN IZIN PERKAWINAN BEDA AGAMA
MUH. DJAUHAR SETYADI, S.H., M.H.
Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta
Produk Hukum Hakim
Putusan
Gugatan Contentiosa
(Gugatan)
Penetapan
Gugatan
Voluntair
(Permohonan)
PENETAPAN TERHADAP PERMOHONAN
Penetapan
diberikan Hakim terhadap perkara
Permohonan / yurisdiksi Voluntair
Kewenangan memeriksa dan
mengabulkan
Permohonan apabila hal itu ditentukan oleh
peraturan
perundang-undangan
Penetapan dapat diajukan upaya
hukum Kasasi
CIRI KHAS PERMOHONAN
Bersifat
kepentingan sepihak semata
Prinsipnya
tanpa sengketa dengan pihak
lain
Bersifat
ex-parte
PERTIMBANGAN HAKIM
DALAM MEMBUAT PENETAPAN
Permohonan harus memiliki dasar hukum (landasan yuridis) yang diatur oleh peraturan perundang-undangan Permohonan tidak bertentangan dengan kompetensi absolut dan kompetensi relatif Pengadilan
Fundamentum petendi (Posita)
terdapat hubungan hukum antara
Pemohon dengan permasalahan
hukum yang dimohonkan
PERTIMBANGAN HAKIM
DALAM MEMBUAT PENETAPAN
Prinsip pembuktian terpenuhi:
1. Berdasarkan alat bukti yang ditentukan Undang-Undang
2. Pembebanan pembuktian terhadap Pemohon
3. Mencapai batas minimal pembuktian
4. Alat bukti memenuhi syarat formil dan materiil Petitum harus memenuhi:
1. Bersifat deklaratif
2. Tidak melibatkan pihak lain di luar Pemohon
3. Tidak bersifat condemnatoir
4. Dirinci setiap hal-hal yang dikehendaki Pemohon
5. Tidak boleh bersifat compositur atau ex aequo et bono Penetapan harus dapat dilaksanakan atau dapat dieksekusi
KEKUATAN PEMBUKTIAN PENETAPAN
Sebagai akta otentik
Nilai kekuatan pembuktian hanya melekat kepada Pemohon
Tidak melekat asas nebis in
idem
MACAM-MACAM PERMOHONAN
Pengangkatan wali anak yang
belum dewasa
Pengangkatan
pengampuan Naturalisasi
Dispensasi perkawinan
Izin
perkawinan
Pembatalan
perkawinan
MACAM-MACAM PERMOHONAN
Perbaikan kesalahan dalam akta catatan sipil
Penunjukan arbiter dalam hal para pihak
arbitrase tidak
mencapai kesepakatan pemilihan arbiter
Pernyataan seseorang tidak hadir atau dinyatakan meninggal
dunia
Penetapan wali/kuasa untuk menjual harta
warisan
Pengangkatan anak
Bagaimana dengan Penetapan Permohonan izin perkawinan
beda agama?
UU PERKAWINAN
• Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan
kepercayaannya itu (Pasal 2 ayat (1))
• Para pihak yang
perkawinannya ditolak berhak mengajukan permohonan
kepada pengadilan didalam wilayah mana pegawai
pencatat perkawinan yang mengadakan penolakan berkedudukan untuk
memberikan keputusan, dengan menyerahkan surat keterangan penolakan
tersebut diatas (Pasal 21 ayat (3))
UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
• Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 berlaku pula bagi: a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan (Pasal 35 huruf a)
• Yang dimaksud dengan
”Perkawinan yang
ditetapkan oleh Pengadilan”
adalah perkawinan yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama (Penjelasan Pasal 35 huruf a)
ANALISA DALAM MEMBUAT
PENETAPAN PERKAWINAN BEDA AGAMA
Pasal 21 ayat (3) UU Perkawinan, Pasal 35 huruf a dan Penjelasan Pasal 35 huruf a UU Administrasi Kependudukan mengisyaratkan pada dasarnya perkawinan beda agama adalah tidak diperkenankan, karena hal yang pertama dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah penolakan untuk pencatatan;
Penolakan ini diberikan mekanisme untuk mengajukan permohonan ke Pengadilan;
Artinya penolakan tersebut tidak bersifat mutlak;
Ada syarat atau kondisi khusus yang membuat semula tidak dapat dicatat perkawinannya menjadi dapat tercatat