• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dramaturgi Pertunjukan Tari Negeri Budaya Latah Koreografer Deslenda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Dramaturgi Pertunjukan Tari Negeri Budaya Latah Koreografer Deslenda"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

74 Fitri Nurmayanto Kusumo Wibowo1, Sahrul N2, Afrizal H3

1Program Pascasarjana, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

2 Jurusan Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

3Program Studi Humanitas Pascasarjana, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Pendahuluan

Gerak merupakan unsur utama pada tari. Sebagai salah satu alat yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan, tari digunakan oleh koreografer sebagai upaya eksplorasi suatu kretivitas dalam dirinya. Perkembanganya, tidak sedikit koreografer yang mencoba keluar dari zona nyaman proses kreatif. Proses kreatif yang dilakukan koreografer tidak hanya sebatas dengan gerak, bahkan penggarapan sebuah

ABSTRAK

Artikel berjudul “Dramaturgi dalam Pertunjukan Tari Negeri Budaya Latah, Koreografer Deslenda” secara eksplisit merupakan usaha peneliti di dalam menjawab berbagai pertannyaan terkait bentuk karya tari yang digarap oleh Deslenda, terlihat berbeda dengan karya beberapa koreografer Sumatera Barat di masanya, sebut saja Gusmiati Suid, Boy G Sakti, Hartati, Indra Yudha, Syaiful Erman, Susas Rita Loravianti (sekadar menyebut beberapa nama). Hal yang membedakan terletak pada kemampuan Deslenda di dalam meletakkan unsur teaterikal pada karya tarinya, sehingga secara visual bentuk yang diusung tidak lagi bentuk tari konvensional, tetapi Deslenda berupaya untuk keluar dari zona nyaman untuk menemukan bentuk tari kontemporer yang anti mainstream.

Kecenderungan unsur teaterikal di dalam karya Deslenda, apakah dipengaruhi oleh latar belakang suaminya Hardian Radjab (alm), atau justru hal tersebut lahir sebagai bentuk perenungan sehingga melahirkan bentuk dramaturgi pertunjukan tari yang estetik dan artistik. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan tentang konsep galuik dalam pertunjukan Tari Negeri Budaya Latah karya Deslenda dan menganalisis tentang kencendrungan Deslenda selaku seniman sekaligus koreografer, dalam mencipta karya tari dengan menggunakan unsur teaterikal pada tari Negeri Budaya Latah.

Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif berpusat pada data wawancara dan dokumentasi. Temuan dari penelitian ini adalah Galuik sebagai konsep dramaturgi dalam proses kreatif yang dilakukan oleh Deslenda, terutama dalam penggarapan karya tari kontemporer Negeri Budaya Latah.

Riwayat Naskah

Submitted : 29-2-2022 Revised : 27-04-2023 Accepted : 10-04-2023

Korespondesi:

fitrinurmayanti95@gmail.com

Kata Kunci:

Konsep; Dramaturgi; Galuik Tari Kontemporer;

Negeri Budaya Latah

(2)

75 tari tidak sedikit yang mencoba memasukan unsur teater. Unsur-unsur teater yang biasanya masuk ke dalam tari seperti unsur vokal, mimik, gestur, dan lainnya.

Deslenda merupakan salah satu koreografer Minang yang mencoba keluar dari zona nyaman seorang koreografer. Ia memberikan sentuhan baru terhadap karya tari, Deslenda mencoba melakukan penggabungan antara gerak dengan unsur-unsur teaterikal. Unsur teaterikal yang biasa dimunculkan oleh Deslenda seperti mimik, gestur, vokal yang sangat mendominasi dalam gaya berkarya Deslenda. “Bundo tidak percaya dengan gerak yang seutuhnya dalam sebuah karya, terkadang penonton tidak mampu memahami serta mencerna sepenuhnya terhadap pesan apa yang kita sampaikan jika hanya dengan gerak dan teknik-tekniknya, makanya didalam pertunjukan bundo selalu memasukan vokal, mimik, gestur, pada penari” (Wawancara : 26 Januari 2022)

Karya tari Deslenda, secara visual kuat dengan unsur-unsur teaterikal. Ia mampu meciptakan sebuah karya yang berbeda dengan karya-karya koreografer lainnya. Hal yang biasa dilakukan oleh Deslenda seperti gaya tawa yang khas, gestur badan yang mampu menggambarkan bahwa karya itu miliknya mampu dihasilkan oleh Deslenda, sehingga karya Deslenda terlihat seperti konsep pamenan kato dan pamenan mato. Sahrul N menjelaskan bahwaThe art concept of the Minangkabau People in general, including randai, is put in three domains within pamenan, they are pamenan kato, pamenan mato, and pemenan raso jo pareso(Nazar, 2018). Tidak hanya gerak silek sebagai salah satu pijakan dalam bergerak namum perpaduan antara vokal, mimik, gestur, menjadi unsur yang paling penting dalam karyanya Deslenda. Banyak sekali apropriasi ketubuhan yang dikaitkan dengan negosiasi isoterik dalam berbagai local genius di Indonesia (Harun et al., 2022), sehingga hal ini tercermin di dalam karya Deslenda.

Deslenda mulai berkarya sejak tahun 1991 bersama suaminya, seorang teaterawan terkenal di Sumatera Barat yaitu Hardian Radjab (alm). Karya-karya yang digarap bersama,mampu memberikan nuansa yang baru terhadap dunia tari, meskipun tetap mempertahankan vokabuler gerak yang lekat dengan budaya Minangkabau seperti yang terdapat dalam silat dan kesenian rakyat seperti Randai. Kenyataannya berbagai jenis kesenian rakyat yang ada dalam masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, dinamai dengan nama tersendiri, yang tidak dapat dipakai secara umum untuk semua kategori yang sama. Misalnya randai, yang hanya mampu merepresentasikan salah satu genre seni dramatik saja, dan tidak bisa digunakan untuk seni dramatik tradisional lainnya yang juga hidup dalam masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat (Afrizal, H, Yusril, 2020)

Koreografer ini mampu mempertahankan karyanya dengan memiliki ciri khas karya yang selalu dekat ke arah teaterikal. Tentunya karya ini selalu didukung oleh orang banyak bahkan pakar seni. Pada tahun 1997 seorang pakar seni Sal Murgiyanto mengungkap bahwa Deslenda seorang koreografer yang dapat memberikan warna terhadap dunia tari. “ Deslenda mampu menjelajahi gerak-gerak baru tanpa ragu disamping penguasaan teknik tradisi Minang dengan baik.Dukungan yang kita berikan kepada Deslenda dan kelompok seninya semoga dapat memupuk prestasi, agar mampu menghasilkan karya lainya, dengan menghidupkan gerak tardisi yang tidak menjadi beban

(3)

76

melainkan dijelajahi dengan sangat kreatif.” (Sal Murgiyanto dalam Mahatma Muhammad 18 Maret 2012).

Menghasilkan karya-karya terbaik sejak tahun 1991. Deslenda selalu mendapatkan predikat terbaik. Karya-karya terbaik Deslenda seperti Tuduang, Perempuan, Penantian, Negeri Budaya Latah, Sentak Buni, Galang-galang dan lain-lain. Karya Deslenda selalu diapresiasi secara positif dari setiap kalangan. Garapan karya Deslenda sangat gampang dipahami, karena memberikan penekanan kepada penonton dengan mengadirkan ciri khas dirinya dalam setiap karya tari. Minimnya menggunakan idiom gerak pada karya Denlenda, pengkarya ini selalu mendominasi gerak, gestur, dengan gaya teaterikal.

(Erlinda, 2012 : 85)

Salah satu karya terbaik dari Deslenda ialah Negeri Budaya Latah. Penulis tertarik dengan karya ini karena pernah ditampilkan sebanyak tiga kali pertunjukan dengan tempat yang berbeda. Negeri Budaya Latah ditampilkan pertama kali di gedung Pertunjukan utama Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat ditahun 2012. Tema latah diusung Deslenda mengingat maraknya generasi muda saat itu terlalu gampang dalam meniru dari segala aspek yang ada. Deslenda juga memandang bahwa tidak hanya generasi muda yang gampak terpengaruh atas sifat latah, bahkan orang tua, stasiun televisi, dunia advertising, pemerintah yang memilih untuk korupsi menjadi perhatian yang sangat dalam pada karya ini. “Tema latah sengaja kita angkat karena maraknya anak muda yang suka menonton film-film Korea, dari sana mereka banyak meniru baik secara berpakaian, berbicara, tingkah laku sudah mengarah kesana. Bahkan orang tua juga begitu, didalam karya kita buat Deslenda yang berperan monolog tapi berdandan seperti anak muda, itu dia latah, dunia televisi juga kurang memiliki kreativitas sehingga peniruan juga muncul sama dunia advertising, dalam karya kita juga memberi sentilan kepada pemerintah yang suka korupsi” (wawancara Mahatma : 26 Mei 2022).

Pertunjukan Negeri Budaya Latah memiliki durasi penampilan selama 45 menit.

Karya yang cukup gampang dipahami oleh penonton, karena memiliki struktur, dan tekstur yang jelas. Pertunjukan dikemas dengan memadukan Monolog, yang diperankanoleh Deslenda. Pemeran monolog juga dimainkan oleh perempuan muda (Cici). Hal ini sengaja dilakukan sebagai pengungkapan bentuk latah. Selain monolog dalam karya Negeri Budaya Latah Deslenda juga mengarap gerakan yang berpijak pada gerak silat. Gerak silat yang dikembangkan dengan dilakukan eksplorasi gerak pada pertunjukan tari Negeri Budaya Latah. Deslenda mengemas pertunjukan menjadi satu kesatuan bentuk karya, sehingga dapat memberikan pemahaman serta pesan yang jelas kepada penonton.

Deslenda menciptakan karya Negeri Budaya Latah sebagai salah satu wujud kegelisahan kepada negeri ini. Menggandeng seorang teaterawan Mahatma Muhammad, yang merupakan seorang dramaturg. Dramaturg dalam makna dramaturgi, merupakan orang yang mampu menjalankan ilmu. Dapat menggambarkan rentetan cerita pada suatu pertunjukan itulah peran dramaturg. Berperan seabagi dramaturg Mahatma Muhammad membantu Deslenda dalam mengonsep, mengarahkan penggarapan karya. Sehingga dalam garapan karya Deslenda Mahatma Muhammad mampu membantu

(4)

77 mengarahkannya dalam setiap langkah kerja dari Negeri Budaya Latah. Bekerja dalam menyusunskrip monolog,kostum, rias, pencahayaan, unsur musik serta segala sesuatu yang terkait dengan pertunjukan.

Pertunjukan Negeri Budaya Latahmemiliki kejelasan dalam cerita. Memberikan perbedaan serta ciri khas karya, mampu menarik perhatian penulis. Dikaji melalui sudut pandang dramaturgi sebagai ilmu dasar untuk dapat membantu penulis dalam membedah karya.Dengan demikian penulis akan mengetahui bagaimana bentuk jalan dan kerja seorang dramaturg dalam membantu koreografer untuk berkarya. Dikaji bagaimana jalanya sebuah ilmu itu di dalam karya, sehingga penulis mampu menjelaskan bagaimana jalinan cerita dalam tari Negeri Budaya Latah.

Pengemasan dalam garapan ini, penulis menemukan hasil temuan dari apa yang menjadi karakter yang selalu muncul dan diusung Deslenda pada setiap karyanya. Karakter yang selalu digambarkan dalam setiap karyanya, akan dipahami penulis sebagai sebuah temuan, sehingga dapat memberikan pencerahan kepada pembaca, bahkan pengkarya tari perlunya dramaturgi dalam setiap jalinan karya tari. Dibutuhkanya dramaturgi tari dalam penggarapan mampu memberikan kejelasan atas setiap karya tari yang ingin digarap, sehingga karya mampu diserapi oleh penonton dengan gampang.

Hasil dan Pembahasan

Struktur Pertunjukan Negeri Budaya Latah 1. Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang akan hadir di dalam sebuah karya pertunjukan. Rancangan rangkaian peristiwa dengan membagi dalam bagian peristiwa melalui kontruksi dramaturgi. Secara harfiah Ledwin menyatakan bahwa By plot, we mean the seven structural component used in the selection and arrangement of event in the story.

(Yang kami maksud dengan plot adalah tujuh komponen structural yang digunakan dalam pemilihan dan pengaturan peristiwa dalam cerita.) (David Ledwin: XVI).

Pertunjukan Negeri Budaya Latah memiliki alur berjalan. Maksud berjalannya alur ini dimana setiap peristiwa-peristiwa dalam karya tidak memiliki adegan-adegan, bagian- bagian dalam kejadian di pertunjukan. Jalannya alur tersebut karena ada kerja Mahatma selaku dramaturg berperan penting dalam karya Negeri Budaya Latah. Mengusung sebuah konsep pertunjukan yang di dalamnya terdapat penggabungan dua unsur seni pertunjukkan seperti seni tari dan seni teater yang membalut dalam satu kemasan pertunjukkan.

2. Karakter

Membangun sebuah suasana didalam pertunjukkan maka dibutuhkan karakter untuk memperkuat suasana dalam karya. Carakter not only means the individu who are in the drama, but it also, and more importantly, refers to the true essence of those individuals- their character-which can only be revealed through the actions they take over the course of the story. (karakter tidak berarti individu yang ada dalam drama, tetapi yang lebih penting

(5)

78

mengacu kepada esensi sejati dari individu-individu itu, karakter mereka yang hanya dapat diungkapkan melalui tindakan yang mereka lakukan selama jalan cerita.) (David Ledwin : XVI). Pendapat Letwin ini dapat digunakan untuk memaknai karakter-karakter yang muncul di dalam karya Negeri Budaya Latah Karya Deslenda.

Karya Negeri Budaya Latah menghadirkan karakter yang menekankan kepada sorang perempuan tua dan anak perempuan muda. Perempuan tua diperankan oleh Deslenda dalam monolog, sementara itu anak muda diperan oleh Cici sebagai lawan dalam paparan pesan monolog dan para penari perempuan. Penampilan yang sengaja dikonsep ada perempuan tua dan perempuan muda, karena melihat sifat latah tidak dapat melihat siapa saja sasaran sehingga tidak memisahkan antara golongan manapun.

Gambar 1.

Perempuan Tua dan Muda dalam karya Negeri Budaya Latah (foto Oky Anugrah, dokumentasi Nan Tumpah : 2012)

Gambar 2.

Penari muda Febi dan Adist yang sedang berperan memeragakan latah (foto Oky Anugrah, dokumentasi Nan Tumpah :2012)

(6)

79 3. Tema

Ide dan fikiran menjadi landasan besar untuk mengonsep sebuah pertunjukan yang memiliki makna dan arti yang mendalam, sehingga mampu memberikan pesan kepada orang banyak akan apa yang ingin disampaikan kepada orang banyak. Tema menurut Letwin Theme “theme it is the artist’s point of view on the subject metter. If plot answers the question, what’s happening? theme answers the question, what does mean? (Tema

“Tema adalah sudut pandang seniman tentang materi pelajaran. Jika plot menjawab pertanyaan, Apa yang terjadi? tema akan menjawab pertanyaan, Apa artinya?”) (Letwin:

XVI)

Pertunjukan Negeri Budaya Latah secara mendasar memiliki makna yang men- dalam. Selaku generasi penerus bangsa kita harus memiliki pertahanan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita, tanpa harus meniru kebiasaan bangsa asing. Adapun makna lain tentunya kita harus memiliki kemampuan dalam mempertahankan pendirian pada diri sendiri, sehingga tidak gampang terpengaruh dan mengikut-ngikuti kebiasaan orang.

a. Tekstur Pertunjukan Negeri Budaya Latah

Tekstur dapat dilihat pada rupa dan wujud melalui konsep dan gagasan seniman dilahirkan dengan rangkaian gerak-gerak anggota tubuh manusia, tata rias dan busana, musik iringan, setting, properti, tata lighting yang disusun untuk dapat dilihat secara nyata atau bentuk fisik, kemudian dalam bentuk sebuah penyajian dan disajikan kepada penonton. Adapun bagian tekstur yaitu:

1. Gerak

Selain kata verbal untuk penyampaian komunikasi bisa disampaikan melalui gerak.

Gerak menjadi salah satu cara sebagai perantara dalam mempertegas sebuah komunikasi.

Disetiap gerak dapat memberikan penegasan sehingga mampu memperjelas makna yang tertuang dalam sebuah kata. Tugas koreografer dan penari ialah membentuk gerak sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang dapat berbicara dengan kekuatan untuk menciptakan hayalan yang diinginkan dan menyampaikan esensi pengalaman manusia (Sumandiyo, Hadi 2003:5).

Gerak dalam Pertunjukan Negeri Budaya Latah berakar pada gerak dasar silek Minang. Silek Minang dijadikan pijakan Deslenda untuk mengembangkan ekspresi diri dalam perwujudan gerak, gerak dasar silat diikuti dengan gerakan keseharian yang biasa dikerjakan layaknya seorang perempuan. Konteks dramaturgi tari, gerak yang dilahirkan harus sesuai dengan makna yang ingin disampaikan melalui rangkaian peristiwa, karakter dan tema yang ingin disajikan kepada penonton.

(7)

80

Gambar 3.

Penari yang memperagakan gerakan silek yang kombinasikan dengan gerakan keseharian (foto Oky Anugrah, dokumentasi Nan Tumpah : 2012)

2. Musik/Irama

Djelantik, (1999: 28) mengatakan bahwa “musik adalah hasil pengolahan suara, melodi, harmoni, ritme, vokal, dan tempo. Musik dalam pertunjukan memiliki peran yang sagat penting. Pentingnya musik ini berkaitan dengan pembangunan suasana pada pertunjukan seni peran (teater), dan seni gerak (tari) yang terdapat pada pertunjukan Negeri Budaya Latah. Penggarapan musik pada karya Negeri Budaya Latah dilakukan oleh Susandra Jaya sebagai komposer.

Susandra Jaya pada Pertunjukan Negeri Budaya Latah mengemas musik menjadi dua macam bentuk musik yang diterapkan dalam pertunjukanya. Terdapat musik internal dan ekternal yang menjadi pilihan dalam penggarapan karya ini. Biasanya musik internal muncul dari bunyi alat-alat yang dimainkan oleh pemain musik seperti kecapi, gandang, jimbe, saluang, bansi. Sementara musik ekternal hadir dari penari dan pemain lain. Musik- musik eksternal dalam karya Negeri Budaya Latah muncul dari kostum penari seperti sarawa galembong.

Sarawa galembong digunakan selain sebagai kostum penari, tetapi kostum ini bisa digunakan sebagai alat penyampai bunyi. Biasanya bunyi pada sarawa ini dibunyikan melalui tepukan tangan yang diarahkan ke sarawa itu sendiri. Pertunjukan Negeri Budaya Latah menghadirkan bunyi sarawa galembong itu sebagai bentuk kreativitas koreografer dalam penggarapan karya.

(8)

81 3. Dialog

Pertujukan Negeri Budaya Latah memiliki media utama penyampaian pesan yaitu dialog. Dikemas menjadi satu bentuk konsep cerita terkait permasalahan latah. Dialog menjadi bahan naskah yang diperankan melalui dua orang pemain. Selain itu penari dalam karya Negeri Budaya Latah juga ada mengeluarkan dialog yang digunakan sebagai isyarat- isyarat gerak rampak antara mereka. Tidak hanya dialog yang diperankan melalui dua orang pemain monolog, melainkan syair-syair yang dimainkan oleh pemusik dalam pertunjukan menjadi bagian dalam dialog pertunjukan Negeri Budaya Latah. Contoh singkat dialognya, adalah sebagai berikut.

Teks monolog Deslenda dan Dendang Pemusik

Selamat malam ! Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara, sasuaro, para penggemar yang lagi ngetrend, ngemodel, nge-budaya latah, yang hadir pada hari ini….

Maaf anda disebut orang latah!!! tapi……… saya yakin…… anda tidak tersinggung dengan predikat seoerti itu,, karena kita sama-sama orang Indonesia-kan???

Di Indonesia budaya latah tidak pandang bulu,,, mau bulu ayam juga,, kalau sudah buming, yoooo….. pasti banyak orang yang ngikutin.

Dimulai dari orang perorangan, media advertising, bahkan stasiun tv yang tidak kreatif juga tidak pandang bulu…. Eeehhhh adek-adek bulu ayam nyimpen firus flu burung lohh…

4. Handproperty

Properti merupakan alat yang digunakan untuk melengkapi pertunjukan. Menjadi unsur pendukung dalam karya, properti biasa dipakai guna memberikan keindahan bentuk dalam pertunjukan tari. Penggunaan properti dapat mempertimbangkan jenis, bentuk, fungsi, dan ketepatan. Hal ini bermaksud dimana penari harus menguasai penggunaan properti dalam bergerak. Maka properti dapat dimaknai sebagai sebuah benda yang selalu digunakan oleh penari pada suatu pertunjukan tari.

Pertunjukannya Mahatma menggunakan kursi dan meja sebagai alat pendukung dalam pemeranan serta penampilan tari Negeri Budaya Latah. Kursi yang digunakan oleh pemeran monolog sebagai tempat meng-eksplorasi ekpresi, sehingga dalam berperan, pemeran mampu lebih rileks dalam pertunjukannya. Di samping itu meja yang digunakan oleh penari, digunakan penari sebagai tempat bersembunyi. Dua properti ini digunakan untuk bisa memperkuat ekpresi penari dan pemain monolog.

(9)

82

Gambar 4.

Properti kursi yang digunakan pemeran monolog (Foto Oky Anugrah, Dokumentasi Nantumpah : 2012)

Gambar 5.

Properti meja yang digunakan penari

(Foto Oky Anugrah, Dokumentasi Nantumpah : 2012)

5. Tata Rias Dan Kostum

Tata rias dan kostum menjadi unsur yang sangat mendukung dalam sebuah penampilan. Kekuatan dalam rias dan kostum ini akan menjadi penunjang dalam mencptakan sebuah karakter yang ingin di capai oleh seorang pengkarya. Fungsi rias antara lain untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penampilan (kusantati, 2008:487). Secara fungsinya tata rias memiliki beberapa macam fungsi diantaranya, rias aksen, rias jenis, rias bangsawan, rias usia, rias tokoh, rias watak, rias temporal, rias lokal.

Berdasarkan fungsi rias tersebut yang sangat dekat dengan rias pertunjukan Negeri

(10)

83 Budaya Latah ialah rias aksen. Rias aksen merupakan riasan yang hanya memberikan tekanan pada rias tersebut, hingga mampu memperkuat karakter. (Nurdin, 2008 : 44)

Rias aksen memiliki maksud untuk lebih menekankan agar dapat memperjelas suatu sentuhan tangan kepada wajah dengan karakter yang ingin di capai. Seperti di dalam Negeri Budaya Latah, dimana sikap latah selalu membaluti naluri baik generasi muda bahkan orang tua yang selalu bersikap seperti anak muda. Tergambar dengan dandan Cici sebagai seorang pemain monolog muda menggunakan rias cantik. Dadanan hanya menegaskan agar Cici terlihat cantik di atas panggung. Sementara Deslenda yang merupakan orang tua, bersikap latah dengan berias seperti Cici yang menggunakan riasan cantik. Sehingga penegasan rias aksen disini berfungsi sebagai penegasan agar Cici dan Deslenda terlihat cantik sebagai seorang perempuan.

Gambar 6.

Deslenda dengan rias wajah dan ikatan rambutnya (Foto Oky Anugrah, Dokumentasi Nantumpah : 2012)

Gambar 7.

Cici dengan rias wajah dan ikatan rambutnya (Foto Oky Anugrah, Dokumentasi Nantumpah : 2012)

(11)

84

Penari-penari dalam pertunjukan Negeri Budaya Latah juga menggunakan rias cantik. Rias cantik pada penari lebih mengarah kepada rias cantiknya orang Korea dengan menggunakan ikatan rambut satu diatas kepala yang menggunakan teknik sasak pada rambut.

Gambar 8.

Penari dengan rias cantik dan tatanan rambut (Foto Oky Anugrah, Dokumentasi Nantumpah : 2012)

Pada pertunjukan yang mendampingi rias ialah kostum pemain pada pertunjukan.

Kostum yang digunakan dalam pertunjukan juga harus disesuaikan dengan tema dan capaian apa yang ingin di wujudkan. Kostum merupakan segala sandangan dan perlengkapan aksesoris yang dikenakan didalam pentas (Harymawan, 1993 : 127). Terlihat pada gambar di atas lebih menekankan kepada kostum orang Korea. Pilihan kostum disesuaikan oleh Mahatma Muhammad sebagai seorang dramaturg, bersama dengan Deslenda memilih kostum yang digunakan seperti kostum orang Korea.

6. Setting

Setting menjadi pendukung untuk dapat memperkuat keberlangsungan suatu pertunjukan. Setting dapat menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceritaan.

Beberapa setingan dapat diklsifikasikan (1) Setting tempat, (2) setting waktu, dan (3) setting sosial. Maksud dengan setting tempat adalah setting yang dapat menggambarkan lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya. Setting waktu merupakan setting yang berhubungan dengan masalah waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya. Setting sosial lebih kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat dalam karya.

Berdasarkan pemahaman di atas pada pertunjukan Negeri Budaya Latah menggunakan setting tempat. Setting tempat disini dapat diseuaikan dengan tempat dimana penampilan itu ditampilkan. Menggunakan panggung prosenium untuk penampilanya sehingga mampu memberikan latar sesuai dimana pertunjukan ini diampilkan. Penampilan pertama pertunjukan ini di tampilkan di gedung pertunjukan

(12)

85 utama taman budaya Sumatera Barat. Penampilan kedua ditampilkan di gedung bentara budaya Jakarta, yang ketiga tari ini ditampilkan di bentara budaya Bali.

7. Tata Cahaya

Termasuk kedalam salah satu tata artistik, tata cahaya sangat berfungsi guna membatu penunjangan atas suatu pertunjukan. Biasa digunakan pada pertunjukan tari, musik, teater pada sebuah panggung. Memiliki fungsi tata cahaya dimaksud sebagai penerangan, elemen dekorasi, atau pembentuk suasana. Salah satu peran penting tata cahaya dalam pertunjukan adalah terjadinya kesadaran menghadirkan “peristiwa” antara penonton dan pemain.

Sebagai penerangan tata cahaya memiliki fungsi paling mendasar, yaitu memberi penerangan pada pemain pada setiap obyek di atas panggung. Cahaya mampu menciptakan atau membentuk dimensi pada obyek maupun tata panggung. Memiliki cara kerja denga memperlakukan intensitas lampu yang berbeda maka obyek terlihat unsur gelap terang sehingga nampak perspektif atau dimensi. Selain itu tata cahaya juga dimanfaatkan untuk memilih atau memilah obyek dan area. Sinar lampu dapat memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu seperti yang diingankan. Fungsi tata cahaya yang juga penting adalah kemampuannya menghadirkan suasana atau

“atmosfir” dalam peristiwa pertunjukan.

Saaddudin mengungkapkan dalam jurnal ekspresi seni tujuan tata lampu dapat dinyatakan sebagai (1). penerangan terhadap pentas dan aktor pentas dengan segala isinya dapat terlihat jelas oleh penonton, (2). Memberikan efek alamiah dari waktu, seperti jam, musim, cuaca, dan suasana, (3) membantu melukis dekor (secenery) dalam menambah nilai warna hingga terdapat efek sinae bayangan, (4). Melambangkan maksud dengan memperkuat kejiwaanya, (5). Tata lampu juga dapat mengekprsikan mood dan atmosfir dari lakon, guna mengungkapkan gaya dan tema lakon itu, (6). Tata lampu jga memberikan variasi-variasi, sehingga adegan-adegan tidak statis (Saaduddin & Novalinda, 2017).

Pertunjukan Negeri Budaya Latah menggunakan penerangan lampu berwarna merah, biru dan warna netral atau general. Berfungsi sebagai penerangan pada pertunjukan dalam pertunjukan Negeri Budaya Latah. diatur dan disesuaikan dengan pertunjukan lampu general yang menjadi lampu yang paling dominan digunakan.

Sementara lampu yang berwana merah dan biru diberikan sebagai aksen dalam menciptakan sebuah suasana. Penciptaan suasana lampu yang memiliki warna dengan menggunakan alat bantu filter warna yang dimasukan kedalam lampu sehingga dapat menghasilkan warna sesuai apa yang dinginkan.

Kesimpulan

Deslenda seorang koreografer yang memiliki warna baru terhadap dunia tari.

Mencoba keluar dari zona nyaman tari, Deslenda mampu memberikan pembuktian bahwa

(13)

86

karya tari yang dimilikinya layak untuk menjadi bagian dari tari. Menggandeng seorang dramaturg salah satu cara baginya untuk memperjelas rajutan cerita dalam karya.

Membantu dalam mengarahkan, mengatur atas keserasian karya menjadi bagian yang ditugaskan kepada dramaturg.

Pengalaman bermain di dunia teater menjadi cerminan dalam karya tari. Hal baru yang menjadi pembaruan dalam karya tarinya, dimana Deslenda selalu memasukan unsur- unsur yang terkait dengan teaterikal menjadi satu kesatuan karya. Berkaitan dengan relitas, pengalaman, dan ekspresi. Berawal dari realitas yang terjadi dikehidupan sehari- hari sehingga menjadi pengalaman dalam dirinya, kemudian diujudkan dalam sebuah ekspresi. Dapat dimaknai bahwa karya Deslenda merupakan karya yang diciptakan menjadi mode tari baru yang ada di Sumatera Barat dengan cara penyampaian berbeda.

Perkembangan tari saat ini membutuhkan seorang dramaturg agar bisa menjalankan kerja dramaturgi dalam karya. Dramaturgi mampu membantu koreografer dalam mengarahkan tanpa menghilangkan makna dari tari itu sendiri. Drmaturgi tidak akan menhilangkan jati diri tari dengan unsur gerak, namun akan memberikan ruang untuk tari dalam perjelasan makna penyampaian pesan kepada penonton. Sehingga kedepanya sebagai seorang koreografer sebaiknya menggunakan seorang dramaturg berguna untuk membantu pengarahan pada karya.

Kepustakaan

Afrizal, H, Yusril, S. (2020). Ota Lapau Sebagai Alternatif Ide Penciptaan Teater Kontemporer Minangkabau. Ekpresi Seni. Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni,

22(2), 93–112. http://journal.isi-

padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/view/1266/593 BakdiSoemanto, 2001. JagadTeater. Yogyakarta : Media Presindo

Harun, A., Zaitun, K., & Susandro, S. (2022). Postdramatik: Dramaturgi Teater Indonesia Kontemporer. Dance and Theatre Review, 4(2), 57–69.

https://doi.org/10.24821/dtr.v4i2.6450

Hadi, Sumandiyo, Y, 2012.. Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton, Yogyakarta:

PerpustakaanNasional, KatalogDalamTerbitan (KDT),

Hasan,&Saaduddin. (2015). FungsiSandiwaraAmal di MasyarakatDesaPulau Belimbing, KecBangkinang Barat, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

EkspresiSeni, 16(Juni), 1–19. Retrieved from https://journal.isi-

HermawanJ.Waluyo, (2002). Drama TeoridanPengajaranya.Yogyakarta : AninditaGrahaWidya

Luckhurst Mary. (2005). Dramaturgy : A Revolution In Theatre. Amerika :

(14)

87 Cambridge Universitas Press

Murgiyanto.Sal. (1976). The Influence of American Modern Dance on The Contemporary Danceof Indonesia

Nazar, S. (2018). Pamenan as an Aesthetic Concept of Creating a Wayang Padang Theatre.

Dance & Theatre Review, 1(1), 22–35. https://doi.org/10.24821/dtr.v1i1.2248 Profeta Katherine. 2015. Dramaturgy In Motion At Work On Dance And

Movement Performance.Amerika :PersUniversitas Wisconsin

Prof. Dr. Lexy. J. Moleong, M.A, (2005). MetodologiPenelitianKualitatifEdisi Revisi.Bandung:PTRemajaRosdakarya Bandung

Robert Leach, (2008). “Theater and History,“ Robert Leach, Theater Studies: The Basics.London and New York: Routledge/Taylor &

Francis Group

Rma.Harymawan, (1988). Dramaturgi. Bandung :Rosda Karya

Saaduddin, S., & Novalinda, S. (2017). Pertunjukan Teater Eksperimental Huhh Hahh Hihh:

Sebuah Kolaborasi Teater Tari. Ekspresi Seni, 19(1).

https://doi.org/10.26887/ekse.v19i1.128

Saaduddin, S. (2016). Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna PertunjukanTeater Tanah Ibu Sutradara Syuhendri. EkspresiSeni, 18(Nomor 1), 39–61.

Retrieved from

Sepriono. (2000). Transformasi Budaya Pinggiran Ke Budaya Massa.Padang : Taraju Suhariyadi. (2014). Dramaturgi. Lamongan :Pustaka Ilalalng Group

Hansen Pill. (2015). Dance Dramaturgy. London : Palgrave Macmillan

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa Tari Ngancak Balo merupakan tari yang mempunyai bentuk pertunjukan yaitu gerak, pola lantai, tata busana dan tata rias, iringan, tata

Dengan demikian, analisis makna gerak dan nilai budaya yang terkandung dalam tari seudati dapat disimpulkan bahwa tari seudati mempunyai makna gerak dan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui Pertunjukan dari Tari Bekanjar yang terdapat dalam budaya adatdi Desa Kindingan kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah,

Ragam gerak maupun Pola lantai diatas merupakan gerakan yang terdapat dalam Pertunjukan Tari Persembahan Lembaga Adat Melayu di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Tari Kuntulan yang terlihat pada gerak, properti, tempat pertunjukan, syair, instrumen, tata rias dan

Hasil penelitian menjelaskan bahwa rasa dalam konsep budaya Jawa merupakan substansi keindahan tari Bedhaya Ela-ela, yang ditubuhkan oleh koreografer (Agus

Sebuah karya tari atau koreografi tentu penyajiannya memiliki kerangka yang jelas, sehingga dalam penggarapan menjadi lebih mudah dilakukan baik oleh

Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari Sembah Kehidupan seni pertunjukan pada dasarnya merupakan bagian dari perjalanan suatu budaya yang ditentukan oleh masyarakat pendukungnya, yang dalam