• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI MAKNA GERAK DAN NILAI-NILAI BUDAYA TARI SEUDATI. Oleh Cut Zuriana**

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMAHAMI MAKNA GERAK DAN NILAI-NILAI BUDAYA TARI SEUDATI. Oleh Cut Zuriana**"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MEMAHAMI MAKNA GERAK

DAN NILAI-NILAI BUDAYA TARI SEUDATI Oleh

Cut Zuriana**

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji bagaimana makna gerak dan nilai budaya Tari

Seudati. Pengupulan datanya dilakukan dengan menggunakan teknik angket dan

teknik wawancara. Kedua teknik ini dilakukan pada informan yang sama untuk mengetahui makna gerak dan nilai budaya dalam tari seudati. Informan penelitian adalah syeh seudati, pelaku seni dan penikmat seni. Hasil penelitian ini menujukan bahwa tari seudati mempunyai makna gerak secara universal, artinya gerakan-gerakan dalam tari seudati tidak dapat dimaknai secara terpisah satu sama lain. Maka gerak tari seudati secara keseluruhan mengambarkan bahwa tari seudati ini merupakan tarian yang membangkit semangat/motivasi atau membangkitkan spirit untuk melakukan sebuah tugas atau sebuah rencana, secara berkelompok atau sebuah persiapan berlaga. Gerakan-gerakan tari seudati yang cepat, lincah, dan herowit selain berfungsi sebagai gerak tari tersebut, juga berfungsi sebagai intrumen tari

seudati. Nilai budaya yang diemban tari seudati merupakan nilai kebahagiaan,

kebersamaan, dan semangat kekompakan yang dimiliki orang Aceh. Kata kunci : Makna gerak, nilai budaya, tari seudati.

ABSTRACT

This study aims to study how meaning of motion and the value of cuture from

tari seudati. The data colected by using queatinative and interview. Both these

techiniquees were conducted to the same informan to know the meaning of motion and values of cuture with tari seudati. The informan of vesearch is syeh seudati, the actor and user of art. The research snows that tari seudati has the mearning of motion universal, it means that the motivatin or spirit to do a duty or one plan together or preparation for cpetation. The motions of tari seudati that be quick, energetic and heroe besides of its fungtion as the motion of dance, also it can fungtion as intrument of tari seudati. The value of curture that is contented by tari seudati is value of happyness, togetherness, and spirit that have Acehness people.

Key word: mearning of motion, value of cuture, tari seudati ** Staf Pengajar FKIP Unsyiah

(3)

I. PENDAHULUAN

Tari-tari tradisional Aceh yang terkenal antara lain tari ranup lampuan, tari

saman, dan tari seudati. Salah satu tari tradisional Aceh yang sangat terkenal adalah tari seudati. Tari ini mempunyai gerakan-gerakan yang unik. Tari seudati dapat

dikatakan sebagai indentitas dan karakter masyarakat Aceh pada umumnya. Hal tersebut disebabkan karena tari seudati meruapakan tarian khas dan unik. Tari

seudati tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Untuk melakukan tari seudati

terlebih dahulu harus memahami budaya dalam masyarakat Aceh.

Tari seudati memang sudah dikenal masyarakat, akan tetapi tidak semua

masyarakat memahami makna gerak dan nilai-nilai yang terkandung dalam tari itu.

Tari seudati yang mempuyai gerakan-gerakan cepat, serentak, lincah dan herowit

menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat tentag gerakan-gerakannya. Gerakan-gerakan tari seudati perlu dipahami maknanya oleh masayarakat pada umunya. Selain itu, nilai-nilai budaya yang diemban tari seudati juga perlu dipahami oleh masyarakat secara luas. Masyarakat awam hampir tidak mengetahui makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati.

Untuk memahami sebuah tarian tidak cukup hanya melihat gerakan-gerakannya saja, tapi lebih jauh masyarakat penikmat seni harus memahami makna gerak dan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah tarian.. Tarian tradisional Aceh yang sangat terkenal ini jarang dipahami secara ilmiah oleh masyarakat menyangkut dengan makna gerak dan nilai-nilai yang dikandungnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena masyarakat yang menciptakannya tidak mensosialisasikannya atau

(4)

karena pergantian generasi yang tidak secara kontinyu perduli terhadap kesenian, khususnya seni tari.

Setiap seni pasti mengandung nilai-nilai di dalamnya. Nilai-nilai yang dikandung biasanya berupa nilai budaya, nilai religius, dan beberapa nilai lainnya. Karya seni itu biasa berangkat dari ide-ide atau nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Hal ini dikuatkan oleh Sumarjo, 2000: 241(dalam Bahry, 2006) mengatakan bahwa ”seni adalah produk masyarakat”.

Oleh karena itu, segala ide-ide atau nilai-nilai yang disampaikan dalam karya seni secara otomatis menyampaikan nilai-nilai kemasyarakatan. Nilai-nilai kemasyarakatan tentunya menyangkut segala persoalan kemasyarakatan dimana karya seni itu dilahirkan. Khusus untuk seni tari, biasanya tari itu diciptakan untuk kepentingan tertentu. Kepentingan itulah yang akan mengandung berbagai nilai-nilai yang dalam masyarakat.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya seni sangat bervariasi dan lengkap. Nilai-nilai yang lengkap tentang kemasyarakatan tidak terpisah satu sama lainnya. Nilai-nilai itu saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lainnya.

Dalam tari tradisional biasanya cendrung mengedepankan nilai-nilai budaya sebagai nilai utama yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Nilai budaya inipun tidak terlepas dari nilai-nilai lainnya. Hal ini terlihat pengelompokan nilai-nilai budaya oleh Djamaris (1993:2) ke dalam lima kategori, yaitu (1) Nilai budaya yang berhubungan degan Tuhan, (2) Nilai budaya yang berhubungan dengan alam, (3) Nilai budaya yang berhubungan manusia dengan manusia lain, (4) nilai budaya

(5)

dalam hubungan manusia dengan masyarakat, (5) Nilai budaya dalam hubungan dengan dirinya sendiri.

Khususnya dalam tari seudati, nilai-nilai budaya merupakan sesuatu yang sangat utama. Tari ini merupakan tari yang diiringi dengan syair, baik secara monolog maupun secara dialog. Tari ini juga dapat dipertaruhkan antar kelompok. Pertaruhan seperti ini biasanya disebut seudati tunang. Dalam seudati tunang itu, biasanya syair yang dimotori oleh seorang syeh saling berdebat tentang sebuah masalah dalam masyarakat. Masalah dalam masyarakat itu diangkat menjadi tema yang akan menimbulkan sebuah dialog panjang. Dialog panjang itulah biasanya mencerminkan bagaimana potret atau nilai-nilai budaya dalam masyarakat Aceh. Nilai-nilai budaya dalam tari seudati akan dipahami apabila terlebih dahulu makna gerakya sudah dipahami oleh masyarakat pada umumnya.

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang dilakukan secara objektif. Nilai-nilai objektifivitas inilah yang telah melahirkan sebuah pedoman makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati. Untuk itu, masalah penelitian ini telah terjawab pada bagian hasil dan pebahasan.

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif yang akan melahir sebuah pedoman yang objektif. Sebuah pedoman objektif yang akan dilahirkan adalah tentang makna gerak dan nilai-nilai budaya dalam tari seudati. makna gerak dan nilai-nilai budaya dalam tari seudati itu lahir berdasarkan makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati yang dikemukan oleh para syeh seudati pelaku seni dan penikmat seni.

(6)

Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan terhadap informan-informan tersebut di atas penelitian telah dapat mendeskripsikan; makna gerak gerakan dalam tari seudati, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam gerakan tari

seudati.

Berdasarkan hasil penelitian yang objektif ini akan sangat berharga untuk menentukan identitas sebuah tari tradisional. Dengan demikian, seni tari tradisional akan terlestarikan. Dengan demikian, khususnya pelestarian budaya daerah dapat dilaksanakan, dan budaya nasional pada umunya. Keduanya akan menjadi aset nasioal yang cukup berharga.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penggunaan metode tersebut untuk memperoleh deskripsi secara faktual mengenai makna gerak dan nilai-nilai budaya dalam tari seudati.

Untuk memahami makna gerak dan nilai-nilai budaya dalam tari tersebut akan dikaji dengan mengali informasi pada informan yang berkompeten. Informan yang berkompeten yang dimaksud adalah informan yang mempunyai syarat-syarat sebaga berikut.

1. syeh seudati

2. mantan syeh seudati 3. seniman/pemain seudati 4. penikmat/peminat seudati

Peneliti mengali informasi pada informan-informan tersebut, dengan menggunakan teknik angket dan teknik wawncara. Teknik angket dilakukan untuk mengali informasi secara tertulis tentang makna gerak da nilai-nilai tari seudati. Dengan teknik ini, informan akan lebih leluasa dalam memberi informasi tentang

(7)

masalah yang diteliti. Teknik wwancara dilakukan kepada informan yang sama untuk memastikan/kroscek kebenaan informasi yang diberkan oleh informan lainnya.

Berdasarkan pendapat/informasi dari informan tersebut, dideskripsikan secara sistematis. Pendeskripsian makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati . Pendeskrisian tentang makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati adalah sebagai usaha nyata pelestarian budaya melalui pelestarian tari tradisional untuk mendukung budaya nasional.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan intrumen kepada informan. Informan yang akan dihubungi adalah syeh seudati, mantan

syeh seudati, seniman/pemain seudati, penikmat/peminat seudati. Informasi yang

diperoleh akan dideskripsikan untuk dikroscek kepada informan lainnya. (2) Pendeskrisian data

Data yang telah terkumpul melalui intrumen dan wawancara dideskripsikan dalam bentuk naratif. Pendeskripsian ini dimaksudkan untuk membandingkan data dari informan satu dengan informan lainnya.

(3) Penarikan kesimpulan

Berdasarkan perian data dan hasil kroscek dari informan, peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan data yang terkumpul dari informan. Kesimpulan penelitian ini merupakan pendeskripsian secara naratif tentang makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati. Makna gerak dan nilai-nilai budaya tari seudati itu akan menjadi pedoman untuk generasi untuk memahami makna gerak dan

(8)

nilai-nilai budaya tari seudati. Yang pada akhirnya akan melestarikan budaya daerah dan mendukung budaya nasional.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menujukan bahwa tari seudati mempunyai makna gerak secara universal, artinya gerakan-gerakan dalam tari seudati tidak dapat dimaknai secara terpisah satu sama lain. Ketrip jari, secara harfiah memang bermakna bahwa orang melakukan kegiatan itu sedang dalam kesenangan, demikian juga tepuk dada, jika dimaknai secara terpisah merupakan sebuah kegiatan membanngakan diri. Gerakan/kegitan tersebut apabila sudah dimasuk dalam tari seudati tidak lagi bermakna secara harfiah tetapi bermaka secara keseluruhan/kontekstual bahwa tari tersebut sebuah tari yang penuh kebahagian, kegiarangan, dan penuh motivasi untuk terus bersemangat menyelesaikan sebuah tugas untuk mencapai sebuah harapan yang maksimal. Dengan kata lain, gerakan tari seudati merupakan gerakan-gerakan membangkit semangat/motivasi atau membangkitkan spirit untuk melakukan sebuah tugas atau sebuah rencana, secara berkelompok atau sebuah persiapan berlaga. Hal terlihat pada gerakan-gerakan Gerakan-gerakan tari seudati yang cepat, lincah, dan herowit. Gerakan-gerakan tari seudati, selain berfungsi sebagai gerak tari tersebut, juga berfungsi sebagai intrumen tari seudati.

3.1 Makna Gerak Seudati

Gerakan-gerakan pada tari seudati dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu gerak pokok dan gerak ikutan. Gerak pokok inilah yang disebut dengan gerak dasar, yaitu yang meliputi : langkah, peh dada, , grop, keutrip, plueng. Gerakan-gerakan tersebut dilengkapi dengan gerakan yang mengikutinya atau

(9)

gerakan-gerakan ikutan. Gerakan-gerakan-gerakan ikutan itulah yang akan menjadikan gerakan-gerakan dalam

tari seudati menjadi lentur, estetis, dan dinamis.

Ketikan menarikannya, beberapa dasar gerak tersebut tergabung menjadi satu, misalnya grop dengan plueng (loncat dan lari). Gerakan dalam tari seudati dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

a. gerak nyap: gerak ini dilakukan dengan membungkukkan atau menekuk lutut sambil merendahkan badan, naik turun (gerak mengeper), dilakukan mula-mula secara perlahan kemudian cepat. Gerakan ini mempunyai makna bahwa dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatan hendaknya dimulai dengan pelahan-lahan (hati-hati), kemudian beransur-ansur semakin cepat apabila sudah memahaminya.

b. gerak langkah: gerak ini dimulai kaki kiri dengan hitungan delapan. Riciannya tiga langkah ke depan: hitungn satu-dua-tiga. Langkah ke belakang dimulai dengan kaki kanan, hitungan empat-lima-enam. Pada hitungan ketujuh kaki kiri ke depan dan pada hitungan kedelapan kaki kiri kembali di tarik ke belakang.

Gerak langkah tersebut mempunyai makna bahwa dalam melakukan pekerjaan dan perbuatan dalam sehari-hari dilakukan dengan dengan teratur, tertib dan sistematis. c. gerakan rheng: pada gerakan ini, penari memutar badannya dengan hitungan empat atau dua dan diakhiri dengan gerak, yaitu: memutar tubuh ke arah kanan, terus memutar ke arah semula dengan hitungan satu, dua, tiga, dan empat. Geraknya dimulai secara perlahan kemudian semakin cepat. Gerakan ini bermakna bahwa dalam kehidupan harus mempunyai variasi dan pertimbangan dalam menentukan kebijkan dalam kehidupan.

(10)

d. gerak asek/lingiek: gerak asek adalah gerakan memalingkan kepala ke kanan atau ke kiri, mula-mula secara berlahan kemudian cepat. Pada gerakan ini terlihat ekpresi muka seperti orang yang sedang asyik sehingga kelihatan keceriaan dan senyumannya pada muka. Gerakan ini menandakan bahwa dalam kehidupan masyarakat Aceh selalu diikuti atau dilengkapi dengan kegembiraan dan kebahagiaan.

e. gerak ketrep jaroe: pada gerak ini jari tengah dan ibu jari gesekkan dengan keras sehingga menibulkan bunyi, serta dikombinasikan dengan kaki sebelah kanan terangkat. Bunyi dari gesekan itu dipadukan dengan gerak kaki, sehingga iramanya saling isi mengisi. Gerakan ini juga menandakan bahwa keceriaan dan kesenangan dalam kehidupan masyarakat Aceh sangat tinggi dan dipertunjukan atau dinampakan secara terang-terangan.

f. gerak nyet/keutheet: gerak ini mirip dengan gerakkan nyap. Berat badan bertumpu pada kedua kaki, tumpuan berpindah pada kaki kanan atau kaki kiri, tergantung pada syair lagu. Gerakan ini juga mengambar sebuah kegembiraan dan keasyikan dalam kehidupan, sehingga terlihat secara spontan kegembiraan yang diekspresikan dengan gerakan tubuh.

g. gerak dhiet: gerak ini adalah gerakan mengangkat bahu sambil tangan ditepukkan mengikuti irama lagu. Gerakan ini dilakukan secara pelahan beransur-ansur semakin cepat. Gerakan ini juga mengambarkan sebuah kegembiraan, yang diekpresikan pada gerakan tubuh (bahu).

h. gerak gedham kaki: gerak ini dilakukan dengan menghentakkan kaki kanan kuat-kuat sehingga menimbulkan bunyi yang keras. Gerakan yang tegas ini

(11)

menandakan bahwa dalam mengambil keputusan harus dilakukan dengan cepat dan tegas.

Berdasarkan deskripsi makna gerak secara harfiah yang tersebut di atas, tari

seudati merupakan sebuah tari tradisional yang sangat dinamis. Hal tersebut terlihat

pada gerakan-gerakannya. Secara terperinci gerakan-gerakan itu dideskripsikan satu per satu, namun gerakan-gerakan tari seudati akan sangat bermakna jika sudah digabungkan satu sama lain.

Dengan kata lain, gerakan-gerakan tari seudati sangat bermakna jika dinjau secara kolektif. Maksudnya gerakan-gerakan tari tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Keseluruhan gerakan-gerakan tari seudati mengambarkan betapa dinamis, erotisnya kehidupan dalam masyarakat Aceh. Dinamis dan erotisnya kehidupan masyarakat Aceh juga mempunyai nilai estetis yang sangat tinggi.

3.2 Nilai-Nilai Budaya Tari Seudati

Tari tradisional biasanya cendrung mengedepankan nilai-nilai budaya sebagai nilai utama yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Nilai budaya inipun tidak terlepas dari nilai-nilai lainnya dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya tari seudati tercerminkan dalam berbagai babak dan pola lantai. Nilai-nilai budaya berdasarkan babak dan pola lantai, dapat diperhatikan berikut ini.

3.2.1 Babak-babak dalam Tari Seudati

Tari seudati merupakan sebuah tari tradisional yang dapat dinarikan dalam waktu yang relatif lama. Karena lamanya tarian tersebut, tari seudati dapat dibagi dalam beberapa babak. Tiap babak seudati terbagi dalam bagian-bagian, yang masing-masing bagian tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri. Kesempurnaan dan

(12)

kelengkapan bagian–bagian ini mutlak harus dipenuhi. Jika tidak maka seudati itu dianggap tidak lengkap, atau disebut saman silapeh. Urutan bagian-bagian dalam babak tersebut dapat diperincikan: glong, saleum, likok, saman, kisah, cahi pyang dan lanie.

Tari seudati merupakan tari tradisional Aceh yang dapat diperlombakan. Tari seudati yang diperlombakan itu adalah seudati tunang. Tari seudati (seudati tunang ) antara dua kelompok. Setiap kelompok diketuai oleh seorang syeh.

Pergelaran seudati tunang dilakukan dalam babak demi babak yang diatur selang-seling. Misalnya babak pertama yang naik ke panggung syeh I, kemudian babak kedua kelompok syeh II. Naik turun diselang seling, sehingga selesai pergelaran yang ditentukan oleh juri.

Tari seudati mempunyai babakan dalam menarikannya. Babak-babak tari

seudati dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Babak glông: Babak glông dapat diartikan lingkaran semua pemain membentuk lingkaran. Pada babak ini syeh berada di tengah mereka melakukan musyawarah dan memutuskan saman. Hal ini mengandung nilai budaya bahwa dalam kehidupan masyarakat Aceh sebuah keputusan diputuskan dalam musyawarah.

b. Babak saleum: babak saleum berarti salam, disampaikan dalam bentuk ucapan penghormatan dan terima kasih dan dilanjutkan dengan permohonan maaf jika terjadi kesalahan syair dan tariannya kepada penyelenggara, dewan juri, dan penonton. Babak salem ini mengandung nilai budaya bahwa dalam masyarakat Aceh segala sesuatu dimulai dengan salam/penghormatan.

(13)

c. Babak Likok: likok merupakan “Ragam gerak“ atau “motif tari“. Pada permulaan tari aneuk syahi mendendangkan nama Allah dengan suara yang merdu. Likok yang merupakan gerakan, hal ini menandakan bahwa dalam kehidupan masyarakat Aceh sangat dinamis dan estetis. Di samping mempunyai gerakan yang dinamis, estetis, masyarakat Aceh juga sangat religius.

d. Babak saman: saman dimulai nyayian oleh syeh. Kemudian diikuti oleh penari lainnya dengan irama yang telah ditentukan. Nyanyian syeh diulangi oleh semua aneuk syahi. Hal ini mengandung nilai budaya bahwa kedinamisan hendaknya diikuti nilai estetis yang tinggi.

e. Babak kisah: sesuai dengan nama bagian (sub babak) ini kisah, maka di sini syair-syair menggambarkan suatu kisah-kisah dalam sejarah yang diambil dari hal-hal tertentu. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Aceh kerap dengan syair yang dapat membawa syiar untuk keperluan sesuatu.

f. Babak cahi panyang: cahi panyang adalah ungkapan perasaan dari peristiwa ataupun pengalaman yang dialaminya. Hal ini menandakan bahwa kisah dan syair dalam masyarakat Aceh sangat dipertahankan untuk mengenal/mengenang kisah/sejarah.

g. Babak lanie: lanie dalam bahasa Indonesia dapat diartikan “tingkah polah“ pada bagian ini nyanyian dipadukan dengan lagu-lagu yang sedang populer di kalangan masyarakat. Hal ini menandakan bahwa setiap kisah dalam masyarakat Aceh diimplementasikan dalam tindakan nyata.

h. Babak penutup: pada babak ini syair lagunya adalah lanjutan lagu terakhir yang dibawakan pada babak lanie dan diakhiri dengan kata-kata penutupan.

(14)

Penutup dalam setiap kegiatan menandakan bahwa kegiatan tersebut merupakan sebuah kegiatan yang santun dan tertib.

3.2.2 Pola Lantai

Nilai budaya yang dideskripsikan dalam tari seudati juga dideskripsikan dalam pola lantai. Nilai-nilai budaya yang dapat dideskripsikan pada pola lantai dapat diperhatikan sebagai berikut.

a. Pola lantai puta taloe: pola lantai puta taloe (putar tali), pola lantai ini bergerak selang-seling antara penari dengan penari lainnya seolah-olah seperti orang menjalin tali. Nilai budaya adalah membentuk satu kesatuan yang akan menjadi suatu kekuatan yang kuat dan berdaya guna. Pola ini mengandung nilai budaya yang berhubungan dengan nilai sosial/kebiasaan dalam masyarakat Aceh yang selalu bersatu padu.

b. Pola lantai lidah jang: jang (sejenis alat penangkap ikan dari bambu yang dijalin dengan tali ijuk yang berbentuk lembaran panjang yang dapat digulung. Nilai budaya adalah sebuah kosistensi dalam memeluk agama (Islam). Hal ini juga bermakna begitu kuatnya prinsip keacehan, namun sangat ramah. Pola ini mengandung nilai budaya dengan kebiasaan dan sifat masyarakat Aceh yang selalu saling melindungi satu sama lainnya.

c. Pola lantai lang-leng: pola ini merupakan pola tak beraturan/berserakan. Nilai budaya adalah untuk mencari rahmat Allah dipersilakan bertebaran di atas bumi ini, namun mempunyai satu fisi dan prinsip yang kokoh. Pola lantai ini juga mengambarkan begitu beraneka ragamnya masyarakat Aceh, namun mempunyai satu fisi dan tujuan yang sama. Pola ini mempunyai nilai budaya yang mempunyai nilai budaya dengan kebiasaan dan sifat.

(15)

d. Pola lantai bintang buleun: pola ini membentuk setengah lingkaran dan mengapit syeh sebagai bintangnya. Nilai budaya bintang buleun ini sebagai lambang Islam, sekaligus untuk menghayati betapa besarnya rahmat Allah sebagai pencipta alam jagat raya ini.pola lantai ini mengandung nilai budaya hubungan manusia dengan Tuhan (pencipta alam).

e. Pola lantai Tampong: pola ini membentuk bagian dari atap rumah yang lurus. Komposisinya berbaris semua anggota sehingga membentuk atap rumah. Pola lantai ini mempunyai Nilai budaya bahwa lurus (kejujuran) merupakan hal yang utama dala kehidupan. Kejujuran harus diutamakan sehingga diletakkan di atas. Tampong ini juga sebagai penyatu antara pemimpin dan rakyat. Pola lantai ini mengandung nilai budaya dengan nilai sosial dalam masyarakat Aceh yang selalu bersatu-padu.

f. Pola lantai Binteh: pola ini berbentuk dinding rumah. Pada pola ini penari berdiri berbentuk dinding, seolah-olah melindungi apa yang ada di dalamnya. Nilai budaya adalah bahwa sesama masyarakat harus melindungi sesama mereka. Pola ini mengandung nilai budaya yang berhubungan dengan nilai sosial.

g. Pola lantai tulak angen: pola ini berbentuk segi tiga yang diletakkan pada kedua ujung atap rumah/bagian yang bergantung di bawah atap. Fungsinya sebagai penahan angin sehingga atap rumah tidak rusak atau berterbangan. Nilai budayanya bahwa masyarakat harus mampu menghambat pengaruh budaya luar yang dapat merugikan/merusak norma-norma keacehan. Pola ini mengandung nilai budaya yang behubungan dengan sifat dalam kehidupan masyarakat Aceh.

(16)

h. Pola lantai dapu: pola ini berbentuk tungku dapur, yang digunakan untuk memasak. Nilai budayanya bahwa hidup di dunia hanya merupakan sebuah perjalanan ke akhirat. Oleh karena itu, hidup di dunia ini hanya untuk mencari amal untuk persiapan akhirat. Pola ini mengandung nilai hubungan manusia dengan kebiasaan dan sifat dalam kehidupan.

i. Pola pha rangkang: pola ini berbentuk tiang gubuk/dangau. Tempat ini merupakan tempat beteduh. Nilai budayanya adalah bahwa masyarakat kita harus bersedia menjadi penolong/meringankan beban orang yang lemah, melarat. Pola ini mengandung nilai kemanusian yang tinggi.

j. Pola ek troen: pola ini berbentuk naik turun. Naik turun yang dimaksud adalah bagaimana naik turun antara serambi depan dengan serambi belakang rumah Aceh. Nilai budayanya adalah bahwa kehidupan dalam masyarakat kita sangat beragam dan dituntut untuk menerima keberagamannya. Oleh karena itu, kepada semua golonga masyaakat diharapkan harus saling menolong/membantu. Dengan kata lain pola ini mengandung nilai kemanusian yang tinggi.

k. Pola lantai kapai teureubang: pola ini mempeunyai komposisi pesawat terbang. Nilai budayanya melambangkan sikap moderen dan keperkasaan. Pola ini mengandung nilai budaya yang berhubungan dengan teknologi atau alam.

Berdasarkan analisis makna gerak dan nilai budaya yang terkandung dalam

tari seudati dapat dideskripsikan bahwa tari seudati mempunyai makna gerak dan

(17)

manusia, (2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan nilai sosial/kemuliaan, (4) nilai budaya dalam hubungan dengan kebiasaan dan sifat.

Nilai-nilai budaya tersebut di atas, dapat terjalin dalam tari seudati secara menyeluruh. Hal ini disebabkan pemahaman makna gerak dan nilai-nilai budaya tari

seudati akan lebih bermakna apabila dipahami secara menyeluruh antara satu

gerakan dengan gerakan lainnya, atau antara satu pola lantai dengan pola lantai lainnya.

Nilai budaya yang diemban tari seudati merupakan nilai kebagiaan, kebersamaan, dan semangat kekompakan yang dimiliki orang Aceh. Makna kemenangan, terlihat pada gerakan ketrip jari dan lenggokan-lenggokan yang dilakukan pada saat ketrip jari, ditambah lagi dengan senyuman para penari dan syair yang dibawakan. Makna kesenangan yang diimplementasikan dalam gerakan – gerakan pola lantai yang sangat lentur, namun memberi makna budaya yang sangat mendalam. Gerakan-gerakan pola lantai yang lentur namun serentak dan semua gerakan yang cepat dan lincah menggambarkan nilai kekompakan yang tidak mudah dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.

Mengenai pola lantai yang beragam dalam tari seudati diekpresikan berdasarkan nilai-nilai keacehan. Hal tersebut terlihat pada pola lantai, dapu, binteh,

pha rangkang, dan puta talo semuanya dilakukan berdasarkan sesuai dengan

bangunan dan kegiatan sosial keacehan. Nilai filosofis yang dikandungnya sangat beragam dari nilai kekompakan, kebersamaan, dan semangat yang tinggi.

(18)

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan pada informan secara umum menegaskan bahwa secara menyeluruh gerakan-gerakan tari seudati merupakan gerakan-gerakan yang statis, cepat, lincah dan herowit. Gerakan-gerakan tersebut merupakan perpaduan gerakan yang diciptakan untuk kesenangan, kebanggkitan, keharmonisan, dan kekompakan dalam masyarakat Aceh. Gerakan-gerakan itu ciptakan untuk untuk mempersiapkan sebuah kesepakatan, kekompokan untuk melakukan sebuah tugas. Gerakan-gerakan itu diciptakan dengan memadukan nilai estetika yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk membamkitakan spirit dalam kelompok yang dimaksud. Nilai budaya yang diemban tari seudati sangat kental dengan kehidupan pada saat tari ini diciptakan, yakni pada saat pengembangan agama, dan masa-masa perperangan.

Berdasarkan realita dan perjalanan waktu, tari seudati semakin tidak digemari dan tidak dipahami oleh generasi muda Aceh. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dipikirkan oleh PEMDA, masyarakat Aceh pada umumnya. Untuk itu, sangat diharapkan adanya pembinaan generasi muda untuk dapat mengemari, memahami dan menguasai tari seudati dengan baik.

Dengan demikian, analisis makna gerak dan nilai budaya yang terkandung dalam tari seudati dapat disimpulkan bahwa tari seudati mempunyai makna gerak dan nilai budaya sebagai berikut; (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia, (2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan nilai sosial/kemuliaan, (4) nilai budaya dalam hubungan dengan kebiasaan dan sifat.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, T. Dkk. 1990. Pedoman Umum Adat Aceh. Banda Aceh:LAKA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Bahry, Rajab. 2006. Pemahaman Nilai Budaya Gayo Melalui Syair Saman : Jurnal Mon Mata Volume 8, No. 2, september 2006. Banda Aceh: Lemlit Unsyiah. Djamaris, Edwar. 1993. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Nusantara: Satra

Daerah di Sumatra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Depdikbud. 1981. Kesenian Tradisional Aceh. (Hasil lokakarya 4 s.d. 8 Januari 1981 di Banda Aceh). Banda Aceh: Depdikbud.

Kesuma, Asli. 1991. Diskripsi Tari Seudati. Banda Aceh: Depdikbud.

Suhelmi, et,al. 2004. Apresiasi Seni Budaya Aceh. Banda Aceh: Ar-Raniry Press. Sofyati, Lailisma, dkk. 2004. Tari-Tarian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Suatu Dokumentasi. Banda Aceh: Sanggar Tari Cut Nyak Dhien Meuligoe

NAD.

Ibrahim, Icsan. 1992. Pelestarian ranup lampuan sebaga tari persembahan di

Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh: Sanggar Tari Cut Nyak Dhien Meuligoe

NAD.

Referensi

Dokumen terkait

Antara faktor­ faktor risiko yang telah dikaji termasuk tabiat pengambilan diet, tabiat merokok, tekanan sistolik dan diastolik, obesiti, aktiviti senaman, paras serum

Ada juga atlet Tae Kwon Do wanita yang memandang cidera sebagai suatu resiko normal yang tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, ia akan cederung lebih bebas atau lepas

a) kemasan bagian luar harus lulus pengujian sesuai dengan 4.3 dengan kemasan bagian dalam yang rapuh (misalnya kaca) yang berisi cairan dengan ketinggian jatuh

Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan,

CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah

Keputusan ini tentu telah merekomendasikan Indonesia sebagai negara kepulauan, sebuah negara yang menegaskan prinsip dasar yang mengutamakan konsep kewilayahan negara

150 menit Kajian kepustakaan Presentasi, Diskusi Kelas, Pembelajara n Kerjasama Communication Skill, Collaborative, Creative thinking, Critical thinking, Problem solving2.

Namun pada penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna antara peran kader dengan pemanfaatan posyandu lansia, hal ini dimungkinkan karena meskipun peran kader merupakan