• Tidak ada hasil yang ditemukan

E BOOK PERTANIAN ORGANIK

N/A
N/A
Tung Huynh

Academic year: 2023

Membagikan "E BOOK PERTANIAN ORGANIK"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

Meskipun pengetahuan mengenai pertanian organik tergolong baru, namun telah berkembang cukup luas seiring dengan berkembangnya penelitian di bidang pertanian organik. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada tim pengelola Program K-1 Inheren Fakultas Pertanian Unisma atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama penyusunan e-book Pertanian Organik ini.

PENDAHULUAN

Definisi Pertanian Organik

Tujuan utama pertanian organik adalah mengembangkan usaha produktif yang berkelanjutan dan selaras dengan lingkungan. Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia buatan pabrik.

Peluang Pertanian Organik di Indonesia

Di Asia, pasar produk pertanian organik didominasi oleh negara-negara Timur Jauh seperti Jepang, Taiwan, dan Korea. Potensi pasar produk pertanian organik dalam negeri sangat kecil dan hanya terbatas pada masyarakat ekonomi menengah ke atas.

Kendala dan Solusi

Pengembangan pertanian organik di Indonesia tidak memerlukan struktur kelembagaan baru karena sistem ini hampir sama dengan pertanian intensif yang ada saat ini. Dengan adanya alternatif solusi tersebut, diharapkan sistem pertanian organik dapat berkembang menjadi salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga di masa depan.

Masa Transisi Menuju Pertanian Organik Modern

Beberapa komoditas potensial yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah-rempah dan obat-obatan, serta peternakan (Tabel 1). Menyongsong era perdagangan bebas pada tahun 2010, diharapkan pertanian organik Indonesia mampu mengekspor produknya ke pasar internasional.

Tabel 1. Komoditas yang Layak Dikembangkan dengan Sistem Pertanian Organik
Tabel 1. Komoditas yang Layak Dikembangkan dengan Sistem Pertanian Organik

Prinsip-Prinsip Pertanian Organik

Prinsip Kesehatan

Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik liar harus sesuai dengan siklus ekologi dan keseimbangan alam. Mereka yang memproduksi, mengolah, memasarkan atau mengkonsumsi produk organik harus melindungi dan memberi manfaat bagi lingkungan secara umum, termasuk tanah, iklim, habitat, keanekaragaman hayati, udara dan air.

Prinsip Keadilan

Asupan bahan harus dikurangi melalui penggunaan kembali, daur ulang dan pengelolaan bahan dan energi yang efisien untuk melestarikan, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.

Prinsip Perlindungan

Pertanian Berkelanjutan

Keberlanjutan sistem pertanian berarti budidaya tanaman dan hewan yang memenuhi tiga tujuan sekaligus, yaitu: (1) manfaat ekonomi, (2) manfaat sosial bagi keluarga petani dan komunitasnya, dan (3) pelestarian lingkungan. Dalam sistem pertanian berkelanjutan, sumber daya tanah dipandang sebagai faktor kehidupan yang kompleks dan dianggap sebagai aset modal utama yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.

PENGELOLAAN TANAH SECARA BERKELANJUTAN DALAM SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Prinsip dan Karakteristik Tanah Berkelanjutan

Pengelolaan tanah yang baik akan menghasilkan tanaman dan hewan yang lebih sehat, tidak rentan terhadap penyakit, dan lebih produktif.

Tanah Hidup

Selain bahan organik, cacing tanah juga memakan tanah dan mikroba tanah saat mereka bergerak di dalam tanah. Cacing tanah lebih menyukai tanah dengan pH mendekati netral, kondisi tanah lembab, dan banyak sisa tanaman di permukaan tanah.

Tabel 2.  Kelas Tekstur Tanah Mulai dari Kasar sampai Halus
Tabel 2. Kelas Tekstur Tanah Mulai dari Kasar sampai Halus

Organisme Tanah dan Kualitas Tanah

Bahan Organik, Humus, dan Jejaring Makanan dalam Tanah

Semua organisme tanah yang disebutkan di atas, kecuali alga, bergantung pada bahan organik sebagai sumber makanan. Untuk membangun bahan organik tanah, produksi atau penambahan bahan organik harus melebihi penguraian bahan organik.

Tahapan Membangun Tanah Subur

Selain itu, sejumlah besar C akan ditambahkan ke dalam tanah, sehingga mengakibatkan kekurangan bahan organik tanah. Hanya sebagian kecil bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan diubah menjadi humus.

SISTEM PERTANIAN TERPADU (INTEGRATED FARMING SISTEM)

Sistem Pertanian Terpadu (SPT) atau Integrated Farming System (IFS) telah dengan cepat mengubah peternakan konvensional, akuakultur, hortikultura, agroindustri dan seluruh kegiatan pertanian di beberapa negara, terutama di wilayah tropis basah dan subtropis (non-arid). Hal ini dapat mengubah sistem pertanian yang penuh risiko (terutama di negara-negara miskin) menuju sistem pertanian yang ekonomis dan kondisi ekologi yang seimbang.

Sistem Terpadu

Mereka yang memelihara ikan dengan sistem peternakan telah membuat kemajuan besar, tidak hanya meningkatkan pupuk dari limbah ikan, namun juga meningkatkan pendapatan mereka dari hasil ikan yang lebih cepat dan harga pasar yang lebih tinggi. Kolam yang lebih dalam menghasilkan produktivitas ikan yang lebih tinggi, nilai pupuk dan limbah ikan yang lebih tinggi, namun kolam ikan akan menjadi sumber pencemaran, SPT menerima terlalu banyak limbah ikan, sehingga menghabiskan oksigen terlarut.

Pengintegrasian (Keterpaduan)

Dengan mengolah limbah ikan secara aerobik di dalam komposter (digester), dengan tambahan energi biogas, dan secara aerobik di tangki penampung, maka jumlah pupuk dan pakan yang dihasilkan akan meningkat, namun tanpa menggunakan oksigen terlarut di dalam air. Dengan memastikan seluruh unsur hara dan pangan terpakai untuk meningkatkan produktivitas, maka petani akan jauh lebih sejahtera.

Pengolahan dan Oksidasi

Sebarkan pupuk kandang di lahan agar dapat terurai dan berharap masih ada unsur hara yang tersisa setelah amonia menguap dan nitrit jika tidak tersapu oleh air hujan atau air irigasi. Pengolahan limbah ternak yang tidak efektif ibarat tidak efektifnya septic tank yang sudah usang dan tidak dapat digunakan lagi.

Gambar 1.  Kotoran Ternak di Areal Peternakan
Gambar 1. Kotoran Ternak di Areal Peternakan

Peran dan Efek Berbagai Komponen Sistem Pertanian Terpadu Peternakan

Alat Pengompos

Fasilitas pengomposan akan mengolah sampah/sampah organik melalui isolasi, pengendapan, pencernaan, pencairan dan pemisahan padat/cair, kemudian menghasilkan lumpur/sedimentasi di dalam tangki untuk mengurangi BOD (Biochemical Oxygen). Persyaratan), bila kandungan bahan organik diukur mencapai 60% atau lebih. Apabila ditambahkan kotoran/sampah, komposter menghasilkan biogas yang melimpah, yaitu campuran 2/3 gas metana dan 1/3 gas asam arang (CO2), yang merupakan sumber energi terbarukan dan gratis bagi petani dan pengguna industri.

Oksidasi

Daerah tropis (sedikit subtropis) merupakan daerah yang subur untuk produksi protein dari alga chlorella, sehingga merupakan sumber oksigen bebas untuk makanan tambahan ayam, bebek dan angsa.

Tambak (Kolam Ikan)

Dalam sistem pertanian terpadu, beras yang difermentasi atau biji-bijian lain yang digunakan untuk produksi alkohol, atau ulat sutera dan kotorannya yang digunakan dalam hortikultura, semuanya tersedia untuk siklus nutrisi ketiga di kolam, sehingga menghasilkan produksi ikan dan tanaman yang lebih tinggi, asalkan hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas air. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk menemukan inovasi baru dalam penggunaan/serapan unsur hara dalam sistem budidaya perikanan, ikan, dan tanaman, karena bagian yang tidak terpakai berpotensi menimbulkan polusi.

Lahan Tanaman

Menanam tanaman di sekitar empangan boleh meningkatkan hasil menggunakan hampir setengah juta hektar empangan ikan dan tasik di China. Contoh lain ialah teknik hidroponik menanam buah-buahan dan sayur-sayuran dalam satu siri tiub segi tiga, di mana nutrien yang diperoleh daripada mineral dalam kolam ditambah dengan unsur-unsur yang hilang, semuanya diserap oleh tumbuhan.

Prosessing

Lemna, Azolla, Pistia bahkan sejenis teratai menyerap unsur hara seperti nitrat, fosfat dan kalium sebelum melepaskan air bersih ke akuifer.

Residu/Sampah

Kesimpulan

Persyaratan Tanaman Organik

Tanah yang ideal untuk menanam sayuran organik adalah drainase yang baik, kedalaman tanah yang cukup dan memiliki kandungan bahan organik yang relatif tinggi. Upaya pengembangan pertanian organik di Indonesia memerlukan tanah yang mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu bebas dari bahan kimia buatan pabrik yang berasal dari pupuk buatan, pestisida dan bahan lain seperti bahan pembenah tanah dan produk perawatan.

PENGATURAN POLA TANAM

Budidaya Lorong (Alley Cropping/Hedgerow Intercropping)

Dalam pengembangan budidaya tanaman pagar tidak hanya terbatas pada tanaman polong-polongan saja, namun telah dikembangkan dengan menggunakan tanaman yang lebih menguntungkan dan disukai petani serta mempunyai nilai ekonomi yaitu jenis buah-buahan dan tanaman tanaman. Tanaman pagar sebaiknya dipangkas secara berkala, dapat digunakan sebagai pakan ternak, atau sebagai mulsa untuk tanaman utama (makanan).

Gambar 7. Model Praktek Budidaya Lorong
Gambar 7. Model Praktek Budidaya Lorong

Pertanian Sejajar Kontur (Contour Farming)

Rumus sederhana lain yang disampaikan oleh Arsyad (1988) untuk menentukan posisi garis kontur sekaligus menentukan posisi pagar dan lebar areal budidaya antar pagar. tanaman lindung nilai diusulkan oleh Sukmana et al., (1990).

Gambar 9.  Alat dan Bahan Kerangka A dalam Pertanian Sejajar Kontur
Gambar 9. Alat dan Bahan Kerangka A dalam Pertanian Sejajar Kontur

Wanatani/Hutan Tani/Agroforestry

Kriteria pemilihan jenis pohon berumur paruh baya adalah: (1) mudah beradaptasi dengan lingkungan, (2) multifungsi, dapat menyediakan kayu bakar, bahan bangunan, pakan ternak atau pangan lainnya, (3) dapat meningkatkan pendapatan petani, (4 ) ) pertumbuhan dan hasil yang berkelanjutan (5) toleran terhadap naungan dan (6) sesuai dengan selera petani. Kriteria pemilihan jenis pohon berumur panjang adalah: (1) sumber kayu, (2) mudah beradaptasi dengan kondisi lokal, (3) mampu meningkatkan pendapatan petani, (4) pertumbuhan dan hasil berkelanjutan, (5) awal pertumbuhannya toleran terhadap naungan, dan (6) sesuai selera petani.

Tabel 6. Jenis Tanaman Pohon yang Tumbuh Cepat dan Bersifat Multiguna
Tabel 6. Jenis Tanaman Pohon yang Tumbuh Cepat dan Bersifat Multiguna

Sistem Pertanaman Campuran dan Rotasi (Pergiliran) Tanaman

Sistem Pertanaman Surjan

Menanam tanaman yang berbeda pada waktu yang berbeda dapat mengurangi timbulnya wabah hama dan penyakit. Pertanian yang baik diperlukan karena melibatkan tanaman yang bervariasi dan jadwal tanam yang berkesinambungan sepanjang tahun.

Intensifikasi Pekarangan

Dalam pembuatan petak tanam perlu dilakukan pemberian pupuk organik guna memperbaiki sifat fisik tanah, menyediakan unsur hara dan meningkatkan aktivitas mikroba tanah. Penyiapan petak tanam yang dilengkapi jalan; membajak tanah sedalam 15-30 cm, untuk mendapatkan tanah yang baik petak ditinggikan dengan lapisan tanah setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah semula.

Gambar 15. Langkah-Langkah Intensifikasi Pekarangan  4.  Membenamkan keranjang untuk menempatkan kompos dengan jalan:
Gambar 15. Langkah-Langkah Intensifikasi Pekarangan 4. Membenamkan keranjang untuk menempatkan kompos dengan jalan:

PUPUK ORGANIK

Masalah dan Solusi Penggunaan Pupuk Kotoran Ternak dalam Bentuk Segar (Mentah) sebagai Persyaratan Penggunaan

Sehingga terkadang produk organik yang berasal dari kotoran hewan lebih berbahaya dibandingkan produk pangan lain yang ada di pasaran. Beberapa penemuan baru pakan ternak juga mengandung tembaga dan dapat terakumulasi dalam kotoran hewan.

Tabel 9. Perkiraan Kandungan NPK dari Berbagai Pupuk Kotoran Hewan  Hewan  % Nitrogen  % Asam Fosfat  % Kalium
Tabel 9. Perkiraan Kandungan NPK dari Berbagai Pupuk Kotoran Hewan Hewan % Nitrogen % Asam Fosfat % Kalium

Manfaat Cover crop dan Pupuk Hijau

Manfaat konservasi tanah yang diberikan oleh tanaman penutup tanah memperluas perlindungan tanah selama masa bera. Tanaman penutup tanah mengurangi munculnya kerak pada permukaan tanah sehingga mengurangi aliran air permukaan (limpasan).

Gambar  19. Penanaman Cover crop untuk Mengurangi Pencucian
Gambar 19. Penanaman Cover crop untuk Mengurangi Pencucian

Biofertilizer

  • Pelarutan Fosfat
  • Oksidasi Sulfur
  • Pengkelatan Besi (Fe 3+ )
  • Produksi Fitohormon

Beberapa PGPR merangsang pertumbuhan tanaman inang dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara anorganik tertentu di zona perakaran tanaman (Rhizosfer). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa PGPR yang menghasilkan sitokinin dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Tabel 11) (Bent, et al., 2001; de Salamone, et al., 2001 dalam Rai, 2005).

Gambar 20. Hasil Scanning Mikroskop Elektron Akar Canola setelah 96 Jam  Inokulasi PGPR dibandingkan dengan Kontrol (Rai, 2005)
Gambar 20. Hasil Scanning Mikroskop Elektron Akar Canola setelah 96 Jam Inokulasi PGPR dibandingkan dengan Kontrol (Rai, 2005)

Aplikasi Pupuk Segar dan Kompos di Lapangan

Biasanya, pupuk kandang segar dan kompos mempunyai pengaruh yang paling kuat pada tanaman pangan atau tanaman penutup tanah bila diterapkan hanya pada tahap penanaman lanjut. Petani tanaman pangan biasanya menerapkannya pada kondisi tanah yang kekurangan N dan pada tanaman reaksi seperti jagung.

TEKNOLOGI PENGOMPOSAN

Proses Dekomposisi dalam Tanah

Senyawa Organik dalam Residu Tanaman

Laju Dekomposisi

Dekomposisi Senyawa Organik pada Tanah Aerobik

Dekomposisi

Pemecahan Protein

Pemecahan Lignin

Dekomposisi pada Tanah An-aerobik

Gas metana yang diproduksi di tanah jenuh air oleh bakteri metanogenik merupakan kontributor utama efek rumah kaca.

Faktor yang Mengendalikan Laju Dekomposisi dan Mineralisasi

Rata-rata mikroba tanah harus memasukkan 8 bagian C ke dalam selnya untuk setiap satu bagian N (rasio C/N 8:1). Pertama, jika rasio C:N bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah melebihi 25:1, mikroba tanah harus mencari sesuatu di dalam larutan tanah untuk memperoleh cukup N, suatu proses yang dikenal sebagai imobilisasi N.

Sebelum Pengomposan

Jika kompos terlalu basah (di atas batas atas), tumpukan atau lapisan kompos harus dibalik, diaduk untuk menghilangkan air, atau ditambahkan bahan kompos kering untuk menyerap kelebihan air. Jika bahan kompos terlalu kering (<45%), harus ditambahkan air dan diaduk hingga mencapai kadar air yang sesuai.

Tabel 12.  Standarisasi Karakteristik Kompos
Tabel 12. Standarisasi Karakteristik Kompos

Metode Pengomposan

Cara ini juga merupakan cara pengomposan berteknologi rendah dan memerlukan energi sedang serta menghasilkan kompos yang seragam. Pengomposan dengan metode ini dilakukan dengan cara menumpuk bahan kompos dan mengaerasinya dengan aerasi mekanis.

Gambar 21. Metode Pengomposan dalam Kotak Kayu Bersekat  Metode Bedengan Terbuka (Passive Windrow Composting)
Gambar 21. Metode Pengomposan dalam Kotak Kayu Bersekat Metode Bedengan Terbuka (Passive Windrow Composting)

Penyimpanan Kompos

SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Teknologi PHT bukan hanya pengetahuan yang harus dimiliki oleh mereka yang bekerja di bidang perlindungan tanaman, namun juga oleh mereka yang bekerja di bidang penyuluhan dan pengembangan pertanian pada umumnya.

Mengapa Harus PHT ?

Berkaitan dengan hal tersebut, muncullah konsep pengendalian baru yang menyatakan bahwa upaya pemberantasan hama tanaman tidak hanya sekedar melakukan penyemprotan pestisida, artinya masih ada cara lain yang dapat dilakukan. Metode ini awalnya muncul sebagai metode pengendalian hayati yang dipadukan dengan metode kimia, kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan memilih beberapa metode pengendalian yang dapat dipadukan secara harmonis dalam upaya pengendalian hama dan lebih menekankan pada aspek ekonomi, ekologi, dan sosiologi.

Apa Itu PHT ?

Tujuan utama PHT bukanlah untuk membunuh, memusnahkan, atau memberantas hama; namun mengendalikan populasi hama sehingga tetap berada di bawah ambang batas yang berpotensi membahayakan. Saat melakukan pengendalian hama, digunakan metode atau teknik pengendalian yang diketahui, yang tidak bergantung pada metode pengendalian individu.

Landasan Utama PHT

Aspek Ekonomis

Pandangan yang menyatakan bahwa setiap hama di lapangan harus diberantas adalah salah dan tidak sesuai dengan prinsip PHT. Dalam mencapai tujuan utama PHT yaitu terpeliharanya populasi hama di bawah ambang batas kerusakan ekonomi, produktivitas pertanian dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi, pelaksanaan PHT harus didukung oleh kelayakan sosial ekonomi masyarakat setempat, dan secara ekologis harus bertanggung jawab.

Aspek Ekologis

Aspek Sosiologis

Dengan cara ini biaya pengendalian dapat ditekan serendah mungkin dengan harapan tercapainya hasil atau keuntungan yang optimal. Banyak konsep dan metode pengendalian hama yang telah diciptakan oleh para ahli, namun penerapannya seringkali terkendala oleh sarana dan prasarana yang tersedia di tingkat petani. Agar metode tersebut dapat diterapkan di tingkat petani, harus diciptakan teknologi pengendalian yang mempunyai fasilitas. dan infrastruktur yang tersedia di tingkat petani (teknologi tepat guna).

Unsur-Unsur Dasar PHT

  • Pengendalian Alamiah (Natural Control)
  • Pengambilan Contoh (Sampling)
  • Tingkat Ekonomik/Ambang Ekonomi (Economic Threshold)
  • Biologi dan Ekologi Hama

Perencanaan pengambilan sampel yang baik dan tidak memihak merupakan prasyarat untuk melaksanakan pengendalian hama yang rasional dan khususnya untuk PHT yang sempurna. 34Tingkat Ekonomi” atau “Ambang Batas Ekonomi” adalah tingkat populasi hama terendah yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi.

Gambar 26. Grafik Skematis Kedudukan Aras Luka Ekonomi dan Ambang  Ekonomi.
Gambar 26. Grafik Skematis Kedudukan Aras Luka Ekonomi dan Ambang Ekonomi.

Komponen Utama PHT

Penerapan PHT akan meningkat jika lebih banyak data biologis dan ekologi mengenai hama dan serangga bermanfaat yang dikumpulkan mengenai lingkungan secara keseluruhan. Pengetahuan tentang agroekosistem dan biologi serta ekologi hama diperlukan ketika menggunakan metode-metode ini, baik secara individual atau kombinasi.

Usaha Penerapan Konsep PHT di Tingkat Petani

Pemberian informasi kepada petani dapat dilakukan oleh penyuluh atau peneliti melalui sekolah lapangan yang saat ini sedang dikembangkan. Keberhasilan penerapan konsep PHT di kalangan petani melalui sekolah lapangan di suatu daerah tidak bergantung pada penyuluh atau pemerhati yang memberikan bimbingan dalam pelaksanaan PHT, tidak juga bergantung pada petani sebagai penerima dan sekaligus pelaksanaan PHT, tetapi juga Hal ini tergantung pada tersedianya dana yang memadai, peralatan, organisasi dan peran partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat dalam pembangunan pembangunan pertanian di suatu wilayah.

Gambar 27. Contoh Kegiatan Sekolah Lapangan PHT
Gambar 27. Contoh Kegiatan Sekolah Lapangan PHT

TEKNOLOGI BIOPESTISIDA Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Sintetik

Biopestisida sebagai Alternatif Pestisida Masa Depan

Biopestisida

Hama Secara Umum

Siapkan 8 kg daun mimba (Azadirachta indica), 6 kg lengkuas, 6 kg serai, 20 kg deterjen/sabun pel dan 80 liter air. Biarkan campuran selama 24 jam, lalu saring dengan kain lembut dan encerkan produk hasil saringan dengan 60 liter air.

Hama Trips pada Cabai

Hama Belalang dan Ulat

Bio-GL mengandung Gliocladium spp., untuk mengendalikan penyakit tanah yang disebabkan oleh Phomosis seclerotiodes, Phytium spp., Rhizoctonia solani, Sclerotinia sclerotiorum. Glikompos berupa kompos yang mengandung bahan aktif Gliocladium spp untuk mengendalikan patogen tular tanah serta layu Fusarium, Phomosis seclerotiodes, Phytium spp, Rhizoctonia solani dan Sclerotinia sclerotiorum pada tanaman hortikultura.

Teknologi Pembuatan Biopestisida

Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui tingkat kesesuaian SlNPV dengan HaNPV sebagai bahan aktif biopestisida NPV berspektrum luas dan virulen terhadap ulat grayak dan ulat pemakan buah kedelai. Nuclear polyhedrosis virus (NPV) merupakan salah satu jenis virus patogen yang menginfeksi beberapa jenis serangga hama, antara lain ulat grayak dan ulat pemakan buah kedelai.

Gambar 29. Ulat grayak yang Terinfeksi  NPV
Gambar 29. Ulat grayak yang Terinfeksi NPV

Biofungisida

Khasiat Tanaman: Tanaman jenis ini mengandung asam sianida pada bagian umbinya yang berpotensi sebagai pengusir hama pada tanaman. Nama Inggris: Anise, anise seed, sweet cumin Nama Indonesia: anise sweet, kembang lawang Nama lokal: anise seed, sweet cumin.

STANDARISASI DAN SERTIFIKASI SARANA DAN PRODUK ORGANIK

Pendahuluan

Kesetaraan berarti menetapkan standar organik yang luas antara dua pemerintah yang memiliki tujuan mendasar yang sama, meskipun cara mereka mencapai tujuan tersebut mungkin berbeda. Standar organik AS mengharuskan hewan dipisahkan secara permanen (karantina) dari kawanannya jika antibiotik digunakan untuk mengobati ternak yang sakit.

Pentingnya Standarisasi dan Sertifikasi Produk-Produk Organik

Ujung-ujungnya citra bangsa terpengaruh, kata Djoko, pemerhati sistem pertanian organik Indonesia. Standar Dasar IFOAM tidak boleh menjadi opini akhir, namun merupakan hasil kemajuan yang berkontribusi terhadap pengembangan pertanian organik di seluruh dunia.

Gambar  37.  Produk Organik yang sudah berlabel
Gambar 37. Produk Organik yang sudah berlabel

Standarisasi Produk Organik

Beberapa bahan yang memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam pengolahan produk pertanian organik disajikan pada Tabel 15. Bahan-bahan yang memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam pengolahan produk pertanian organik disajikan pada Tabel 16.

Tabel  14.  Berbagai Produk Pertanian Organik Segar dan Negara Pengekspor di  Luar Eropa dan Amerika Serikat (Buley et al, 1997)
Tabel 14. Berbagai Produk Pertanian Organik Segar dan Negara Pengekspor di Luar Eropa dan Amerika Serikat (Buley et al, 1997)

Sertifikasi Produk Organik

Menurut Indro, saat ini baru sekitar 1.200 petani di Indonesia yang memiliki sertifikasi produk organik dan fair trade. Purnomo membandingkan biaya sertifikasi lembaga penjaminan produk organik di Indonesia dengan biaya di luar negeri.

Sertifikasi Organik

Produsen madu hutan di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, yang tergabung dalam Asosiasi Perikanan Danau Sentarum (APDS), telah mendapatkan sertifikasi Sistem Pangan Organik untuk madu hutan dari BIOCert. Pengumpulan madu hutan lestari ini dilakukan dengan membuat tikung (ranting buatan dari pohon Tembesu yang sudah mati).

Gambar 40.    Jambu Biji Merah organik Tampilan Agak Kecil
Gambar 40. Jambu Biji Merah organik Tampilan Agak Kecil

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Tabel 1. Komoditas yang Layak Dikembangkan dengan Sistem Pertanian Organik
Gambar 1.  Kotoran Ternak di Areal Peternakan
Gambar 5.  Sistem Pertanian Terpadu
Gambar 6. Lahan Tanaman dan Perikanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji

Berbeda dengan lahan pertanian non-organik, lahan pertanian organik tidak menggunakan bahan kimia dalam kegiatan pengolahan lahan maupun dalam pengendalian hama, sehingga diduga

• The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas

Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut

Berbeda dengan lahan pertanian non-organik, lahan pertanian organik tidak menggunakan bahan kimia dalam kegiatan pengolahan lahan maupun dalam pengendalian hama, sehingga diduga

• The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas

Oleh karena itu dalam rangka menyediakan informasi yang terkait pengembangan pangan organik di Indonesia maka disusunlah Direktori Pertanian Organik yang berisi

 Pangan Organik adalah pangan yang berasal dari suatu lahan pertanian organik yang menerapkan praktek pengelolaan yang bertujuan untuk memelihara ekosistem dalam mencapai produktivitas