• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ecodemica, Vol. 1 No. Agustus 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ecodemica, Vol. 1 No. Agustus 2019"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BEI

Oke Shintiasari

Mahasiswa Akuntansi Universitas BSI Bandung Sintiasarioke@gmail.com

ABSTRAK

Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Untuk mencapai laba yang diharapkan manajemen harus dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat dalam menginvestasikan sumber dana yang ada sehingga akan diperoleh likuiditas dan solvabilitas yang cukup memadai dan efesiensi modal kerja serta akhirnya akan diperoleh profitabilitas pada perusahaan yang diharapkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada Perusahaan sektor farmasi.

Penelitian ini mengambil data secara series berupa laporan keuangan periode 2014 sampai 2018. Tehnik pengumpulan data adalah jenis data sekunder. Sumber data yang diperoleh dari situs bursa efek indonesia (Internet Data Exchange /IDX).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas.

Kata kunci: efesiensi modal kerja, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas ABSTRACT

Every company aims to find profitability. To achieve the expected profit management must be able to take appropriate policies in investing existing sources of funds so that adequate liquidity and solvency will be obtained and working capital efficiency and ultimately expected profitability will be ontained. The purpose of this study was to determine the effect of working capital effeciency, liquiditiy, solvency on profitabilty in pharmaceutical companies.

This study takes time series data in the form of financial statements for the period 2014 to 2018. Data collection techniques are secondary data types. Data sources obtained from the Indonesia Stock Exchange (Internet Data Exchange / IDX) site.

Based on the results of the study note that partially there is no significant effect between working capital effeciency, liqudity, and solvency on profitability. Simultan eously there is a significant influence between the efficiency of working capital, liquidty and solvency on profitability

Keywords: Company Size, Profitability, Leverage and Tax Avoidance.

Naskah diterima : 12 September 2019, Naskah dipublikasikan : 14 September 2019

PENDAHULUAN

Para investor biasanya memfokuskan pada analisis profitabilitas sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut harus selalu menjaga kondisi profitabilitasnya agar dapat stabil sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi

pada perusahaan tersebut. Dengan profitabilitas yang stabil perusahaan akan dapat menjaga kelangsungan usahanya, sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu untuk menghasilkan profitabilitas yang memuaskan maka perusahaan tidak akan mampu menjaga kelangsungan usahanya. Mengingat pentingnya

(2)

2 profitabilitas bagi perusahaan maka

perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dapat dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu memcapai profitabilitas yang optimal (Napitupulu, Rina, &

Yulianty, 2019).

Perkembangan sektor industri farmasi menarik untuk diteliti. Industri ini merupakan salah satu industri yang bertahan di tengah kondisi perekonomian yang semakin berkembang dan sub sektor farmasi di Indonesia juga cukup besar di kawasan Asean. Modal berasal dari kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Selain digunakan dalam operasi perusahaaan sehari-hari, modal kerja menunjukkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek (Munawir, 2002).

Modal kerja merupakan bagaimana perusahaan memanfaatkan modal kerja dalam aktivitas operasioonal perusahaan secara optimal. Modal kerja dapat dipengaruhi oleh perputaran modal kerja (Working Capital Turnover). Jika modal kerja yang digunakan oleh suatu perusahaan lebih tinggi dan laba yang dihasilkan lebih rendah, maka perusahaan tersebut tidak efisien dalam pengelolaan ataupun penggunaan modal kerjanya.

Tetapi jika modal kerja yang digunakan oleh suatu perusahaan lebih rendah dan laba yang dihasilkan lebih tinggi, maka perusahaan tersebut dinyatakan telah efisien dalam penggelolaan ataupun penggunaan modal kerjanya (Priyantini, Utomo, & Murwani, 2018).

Perusаhааn dengаn modаl kerjа yаng cukup, аkаn mаmpu beroperаsi secаrа ekonomis dаn efisien sertа tidаk mengаlаmi kesulitаn keuаngаn. Modаl kerjа yаng terlаlu besаr аtаu berlebih аkаn mengаkibаtkаn dаnа yаng tersediа menjаdi tidаk produktif kаrenа аdаnyа dаnа yаng mengаnggur. Sebаliknyа, modаl kerjа yаng terlаlu kecil jugа аkаn menggаnggu jаlаnnyа operаsi perusаhааn dаn mengаkibаtkаn kondisi illikuid,yаitu kondisi perusаhааn kesulitаn untuk melunаsi utаng jаngkа pendek yаng telаh jаtuh tempo (Tul, Topowijono, & Ari, 2018).

Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja, perputaran piutang,dan perputaran persediaaan.

Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas.

Semakin pendek periode perputaran modal kerja, semakin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja semakin tinggi dan perusahaan semakin efisien yang pada akhirnya profitabilitas. Berapa lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Singh, J.P, & S, 2008).

Likuiditas ialah kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya. Jangka pendek disini maksudnya adalah jangka pendek yang kurang dari satu tahun.Jika tingkat likuiditas perusahaan tinggi itu berarti perusahaan mampu mengelola modal kerjannya dengan baik, dari pengelolaan modal kerja yang baik maka semua utang atau kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan dapat dipenuhi. Tetapi jika tingkat likuiditas suatu perusahaan rendah, itu berarti perusaahaan tidak dapat memenuhi kewajiban atau utang jangka pendeknya. Hal semacam ini dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan (Priyantini et al., 2018).

Pembiayaan dengan utang atau solvabilitas keuangan menurut (Brigham, Eugene, & Hounston, 2001) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga,

(3)

maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar.

Return on Assets adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayakan) yang dipunyai perusahaan serta disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Dengan menggunakan rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Wibowo & Wartini, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengajukan penelitian mengenai

“ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN

SOLVABILITAS TERHADAP

PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN SUB SEKTOR

FARMASI YANG TERDAFTAR DIBEI PERIODE 2014 – 2018”.

Bedasarkan uraian dalam indentifikasi masalah penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Efisiensi Modal Kerja berpengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2018 ? 2. Apakah Likuiditas berpengaruh

terhadap Profitabilitas pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2018 ?

3. Apakah Solvabilitas berpengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahan sektor farmasi yang terdaftar di BEI 2014-2018 ?

4. Apakah Efesiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2018 ?

KAJIAN LITERATUR Laporan Keuangan

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya, dalam bentuk laporan keuangan. Jadi, laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Laporan tahunan merupakan dokumen yang memberikan informasi kepada pemegang saham dan diaudit sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan perusahaan dengan pihak- pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Sitohang, Fahrizal, &

Luthfi, 2015).

Modal Kerja

Untuk memenuhi atau membiayai kebutuhan investasi dan kebutuhan operasional perusahaan dibutuhkan modal kerja yang cukup. Karena tanpa kerja yang cukup perusahaan tidak akan dapat bekerja secara optimal dalam mencapai tujuannya.

Semua pihak sepakat bahwa modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk operasi sehari-hari. Pengertian Modаl kerjа secаrа umum dikenаl sebаgаi modаl yаng diperlukаn untuk membiаyаi kelаngsungаn operаsionаl perusаhааn. Modаl kerjа diperlukаn untuk membiаyаi kegiаtаn operаsionаl perusаhааn sehаri-hаri. Modаl kerjа dаlаm istilаh lebih teknis аdаlаh kelebihаn аset аtаu hаrtа lаncаr terhаdаp kewаjibаn lаncаr (Tul, Topowijono, & Ari, 2018).

Efesiensi Modal Kerja

Ukuran perusa Efisiensi modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan sendiri. Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan. Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan

(4)

4 perusahaan sehingga kegiatan perusahaan

dapat terhambat atau terhenti sama sekali.

Efesiensi dalam pengelolaan modal kerja juga sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan (Syamsudin, 2007).

Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memennuhi utang jangka pendeknya. Jangka pendek disini maksudnya adalah jangka pendek yang kurang dari satu tahun. Jika tingkat likuiditas perusahaan tinggi itu berarti perusahaan mampu mengelola modal kerjannya dengan baik, dari pengelolaan modal kerja yang baik maka semua utang atau kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan dapat dipenuhi. Tetapi jika tingkat likuiditas suatu perusahaan rendah, itu berarti perusaahaan tidak dapat memenuhi kewajiban atau utang jangka pendeknya. Hal semacam ini dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan (Priyantini, Utomo, &

Murwani, 2018).

Solvabilitas

Menurut (Munawir, 2002) solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang.

Berdasarkan Pecking Order Theory dari Stewart C. Myers (1984), semakin besar rasio ini, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi semakin tinggi solvabilitas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.

Profitabilitas

Profitabilitas adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan karena dapat menilai efisiensi kinerja perusahaan dan sebagai alat pengendalian bagi perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dapat menunjukkan bahwa perusahaan telah bekerja dengan baik sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan.

Dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya (Sariyana, Yudiaatmaja, &

Suwendra, 2016).

Kerangka Pemikiran

Pengaruh Efesiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Menurut (Tunggal et al., 1995) indikator pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode peputaran modal kerja makin cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya profitabilitas meningkat. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan ke mungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan dengan menutupi kerugian- kerugian dan dapat mengatasi keadaan kritis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas

“Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.

likuiditas yang meningkat merupakan

(5)

biaya dari kemampuan memperoleh laba yang menurun. Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) bergerak searah dengan resiko. Untuk memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi maka resiko harus searah dengan pengembalian, resiko yang dimaksud bisa berupa bagaimana perusahaan tersebut berani mengambil keputusan kas dipakai berinvestasi”

(Adriyanto, 2015).

“Apabila perusahaan ingin mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, maka perusahaan tersebut akan berada pada safety yang tinggi namun akan memperoleh tingkat Profitability yang rendah” (Pandia, 2012).

Pengaruh Solvabilitas terhadap Profitabilitas

“Semakin besar rasio solvabilitas, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya.

Hal ini dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi semakin tinggi solvabilitas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah”

(Stewart C, 1984).

“Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang sebagai sumber pendanaannya, maka beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah hutang sebagai sumber dananya hal tersebut akan meningkatkan risiko keuangan dan perusahaan akan mendapatkan kesempatan mendapatkan laba yang lebih besar. Namun, jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari hutang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan.

Sebaliknya jika hutang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan”

(Adriyanto, 2015).

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran,

maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat pengaruh antara variabel efesiensi modal kerja (working capital turnover) terhadap variabel profitabilitas (return on asset) secara parsial

H2 :. Terdapat pengaruh antara variabel likuiditas (current ratio) terhadap variabel profitabilitas (return on asset) secara parsial

H3 : Terdapat pengaruh antara variabel solvabilitas (debt to equity ratio) terhadap variabel profitabilitas (return on asset) secara parsial H4 : Terdapat pengaruh antara variabel

efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas (working capital turnover, current ratio dan debt to equity ratio) terhadap variabel profitabilitas (return on asset) secara simultan

METODE PENELITIAN

Operasionalisasi Variabel

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, maka pada saat membuat konseptualisasi variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberikan batasan- batasan, selain itu untuk memahami variabel yang digunakan dalam penelitian ini serta untuk memudahkan pengukuran maka diperlukan adanya operasionalisasi variabel. Maka selanjutnya disusun operasionalisasi variabel sebagai berikut : Operasionalisasi Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2017). Berikut ini adalah operasionalisasi variabel indenpenden:

1. Efesiensi Modal kerja

Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan(dalam rupiah yang diperoleh perusahaan untuk tiap modal kerja Perusahaan dirumuskan sebagai berikut:

(6)

6 WCT =

2. Likuiditas

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi utang lancar yang jatuh tempo.

CR =

× 100%

3. Solvabilitas

Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, dengan cara membandingkan antara seluruh utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

DER =

× 100%

Opreasionalisasi Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Rasio Profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Variabel profitabilitas diukur menggunakan return on assets dirumuskan sebagai berikut:

DER =

× 100%

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2017 yang dapat diakses melalui website www.idx.co.id. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan. Data sekunder disebut juga data tersedia (Hasan, 2002).

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek uang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 sampai dengan 2018.

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id maka diperoleh populasi sebanyak 25 perusahaan.

Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Pengertian sampel menurut Sugiyono (Sugiyono, 2012) adalah : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Pada dasarnya ukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan besarnya jumlah sampel yang akan diambil untuk melaksanakan penelitian suatu objek, kemudian besarnya sampel tersebut biasanya diukur secara statistika ataupun estimasi penelitian.

Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sub sektor makanan dan minuman selama periode penelitian 2015 sampai dengan 2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka didapat sampel akhir sebanyak 5 perusahaan dengan periode pengamatan selama 5 tahun diperoleh 25 sampel amatan.

(7)

Pengujian Hasil Deskritif Working Capital Turnover

Tabel IV.1

Hasil Deskritif Working Capital Turnover

Sumber : Hasil Pengolahan menggunakan SPSS 22 (2019) Pengujian Hasil Deskritif Current Ratio

Tabel IV.2

Hasil Analisis Deskritif Current Ratio

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CR 25 104.20 1025.42 357.8204 266.88614

Valid N

(listwise) 25

Sumber: Hasil Pengolahan menggunakan SPSS 22 (2019) Pengujian Hasil Deskritif Debt to Equity Ratio

Tabel IV.3

Hasil Analisis Deskritif Debt to Equity Ratio

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DER 25 7.43 191.55 68.9748 62.94903

Valid N

(listwise) 25

Sumber: Hasil Pengolahan menggunakan SPSS 22 (2019) Pengujian Hasil Deskritif Return On Asset

Tabel IV.4

Hasil Analisis Deskritif Return On Asset

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation WCT 25 130.91 4327.90 680.5124 1066.21226 Valid N

(listwise) 25

(8)

8 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 25 -3.02 19.90 8.8560 6.58107

Valid N

(listwise) 25

Sumber: Hasil Perhitungan menggunakan SPSS 22 (2019)

Berdasarkan tabel IV.1 nilai maksimun yaitu 4327.90.Berarti nilai tertinggi dipegang oleh perusahaan PT indofarma Tbk terjadi tahun 2017 yaitu sebesar 4327.90 sedangkan mencapai working capital turnover terendah dipegang oleh perusahaan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 130.91, working capital turnover diperusahaan Sektor Farmasi diBEI diperoleh melalui Penjualan dibagi Aktiva Lancar dikurangi dengan Kewajiban Lancar dan terakhir dikalikan 100%. Kemudian rata-rata rasio working capital turnover adalah sebesar 680.5124 dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.

Berdasarkan tabel IV.2 nilai maksimum yaitu 1025.42. Berarti nilai tertinggi dipegang oleh perusahaan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 1025.42, sedangkan mencapai nilai current ratio terendah dipegang oleh perusahaan PT Indofarma Tbk terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 104.20, current ratio diperusahaan Sektor Farmasi diBEI diperoleh melalui Aktiva Lancar dibagi dengan Kewajiban Lancar dan terakhir dikalikan 100%. Kemudian rata-rata rasio current ratio adalah sebesar 357.8204 dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.

Berdasarkan tabel IV.3 nilai maksimum yaitu 191.55. Berarti nilai tertinggi dipegang oleh perusahaan PT Indofarma Tbk terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 191.55, sedangkan mencapai nilai debt to equity ratio terendah dipegang oleh perusahaan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk terjadi pada

tahun 2014 yaitu sebesar 7.43, debt to equity ratio diperusahaan Sektor Farmasi diBEI diperoleh melalui Total Kewajiban dibagi dengan Ekuitas dan dikalikan 100%.

Kemudian rata-rata rasio debt to equity ratio adalah sebesar 68.9748 dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.

Berdasarkan tabel IV.4 nilai maksimum yaitu 19.90. Berarti nilai tertinggi dipegang oleh perusahaan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 19.90, sedangkan mencapai nilai return on asset terendah dipegang oleh perusahaan PT Indofarma Tbk terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar -3.02, return on asset diperusahaan Sektor Farmasi diBEI diperoleh melalui Laba Bersih dengan Total Aktiva dan dikalikan 100%.

Kemudian rata-rata rasio return on asset adalah sebesar 8.8560 dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan program SPSS.

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu (1) Dengan melihat P-P Plot apabila titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal maka residual model regresi terdistribusi normal. (2) Dengan melakukan uji statitik dengan uji

(9)

Kolmorogov-Smirnov, apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari = 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual pada model regresi mengikuti distribusi normal Pengujian Normal Probability dapat dilihat pada

output regresi, atau disajikan sebagai berikut:

Gambar IV.1 Hasil Uji Normalitas Data

Sumber: Hasil Pengolahan Menggunakan SPSS 22 (2019) Gambar diatas dapat dilihat bahwa

data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut terdistribusi dengan normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dapat dilihat pada Variance Inflation Factor (VIF) .Batas VIF adalah 10.Jika nilai VIF diantara 1- 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk medeteksi ada tidaknya multikolinieritas

dalam model regresi dapat dilihat dari tolarance value atau variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpukan jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.

Hasil pengujian model regresi yang diperoleh menunjukkan nilai-nilaI VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel IV.6

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 WCT .486 2.059

CR .457 2.188

DER .279 3.590

Sumber : Hasil Pengolahan Menggunakan SPSS 22 (2019) Berdasarkan tabel IV.6 diperoleh bahwa

nilai tolerance untuk variabel X1 working capital turnover adalah 0,486 > 0,10 X2

current ratio adalah 0,457 > 0,10 dan debt to equity ratio X3 0,279 > 0,10 , sedangkan untuk nilai VIF untuk variabel X1 working

(10)

10 capital turnover adalah 2,059 < 10,00 X2

current ratio adalah 2,188 < 10,dan X3 debt to equity ratio 3,590 < 10,00 Maka

mengacu pada dasar pengambilan keputusan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi gejala multikolonieralitas , atau dalam kata lain model regresi ini

terbebas dari gejala multikolonieralitas.

Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi asumsi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan problem autokolerasi. Untuk mendeteksi autokolerasi, dapat dilakukan

uji statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test), ini mempunyai masalah mendasar yaitu tidak diketahuinya secara tepat mengenai distribusi dari statistik itu sendiri. Selanjutnya adalah membandingkan dengan tabel DW.Hasil uji Durbin-Watson (DW test) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel IV.7 Hasil Uji Autokolerasi

Berdasarkan pada tabel IV.7 diketahui nilai Durbin Waston (DW test) sebesar 2,182 terletak diantara nilai du dan (4-du) sebesar 1,7666 dan 4-du = 2,2334

(du < DW < 4-du) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokolerasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

Uji Heterokedastisis

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .192a .037 -.101 315.13050 2.182

Sumber: Hasil Perhitungan Menggunakan SPSS 22 (2019)

(11)

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu ke pengmatan yang lain. Jika satu pengmatan ke pengmatan yang lain tetap

maka dikatakan homokedastisitas dan

jukka berbeda disebut

heterokedastisitas.Berikut ini hasil dari uji heterokedastisitas.

Tabel IV.8 Uji Heterokedatisitas

Nilai Sig untuk variabel (X1) 0,844, nilai Sig variabel (X2) 0,421 sedangkan nilai Sig untuk (X3) adalah 0,254, dikarenakan nilai signifikansi ketiga variabel lebih dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas juga dapat diungkapkan melalui diagram plot dibawah ini:

Sumber : Hasil Pengolahan Menggunakan SPSS 22(2019) Pada Gambar IV.2 Terlihat bahwa

titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu.Dengan demikian pada persamaan regresi berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Analisis Uji Regresi Linier Berganda Menurut (Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa analisis regresi linier berganda bermaksud untuk meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium),

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 337.795 196.532 1.719 .100

WCT .015 .075 .060 .199 .844

CR -.254 .309 -.253 -.820 .421

DER -1.972 1.680 -.464 -1.174 .254

(12)

12 bila dua atau lebih variabel sebagai

faktor prediator dimanipulasi (naik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi linier berganda dilakukan bila jumlah

variabel independennya minimal dua atau lebih.

Tabel IV.9

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.782 1.910 6.170 .000

WCT -.001 .001 -.097 -.819 .422

CR .006 .003 .253 2.072 .051

DER -.069 .016 -.658 -4.216 .446

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 22 (2019)

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut :

1. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antar variabel independen pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tanda (+) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah antar variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen (working capital turnover, current ratio, dan debt to equity ratio) maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen (return on asset) pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

2. Nilai konstanta sebesar 11,782, hal tersebut menunjukkan bahwa apabila efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas tidak berubah atau pada kondisi konstan (bernilai 0), maka rata-rata profitabilitas sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan bernilai sebesar 11,782.

3. Koefisien regresi variabel working capital turnover (X1) sebesar -0,001 menunjukan bahwa jika variabel working capital turnover meningkat satu satuan maka variabel return on asset akan mengalami penurunan sebesar 0,001 satuan rupiah dengan ketentuan variabel lain konstan.

Y = 11,782 – 0,001 + 0,006 – 0,069 + €

(13)

4. Koefeisien regresi variabel current ratio (X3) sebesar 0,006 menunjukan bahwa jika variabel current ratio meningkat satu satuan maka variabel return on asset akan mengalami peningkatan

sebesar 0,006 satuan rupiah dengan Koefisien regresi variabel debt to equity ratio (X2) sebesar -0,069 menunjukan bahwa jika variabel debt to equity ratio meningkat satu satuan maka variabel return on asset

akan mengalami penurunan sebesar 0,069 satuan rupiah dengan ketentuan variabel lain konstan.

5. Koefisien regresi variabel debt to equity ratio (X2) sebesar -

0,069 menunjukan bahwa jika variabel debt to equity ratio meningkat satu satuan maka variabel return on asset akan mengalami penurunan sebesar 0,069 satuan rupiah dengan ketentuan variabel lain konstan.

Pengujian Hipotesis Parsial Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris (Sugiyono, 2012).

Tabel IV.10 Hasil Uji Parsial (Uji T)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.782 1.910 6.170 .000

WCT -.001 .001 -.097 -.819 .422

CR .006 .003 .253 2.072 .051

DER -.069 .016 -.268 -4.216 .446

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 22 (2019)

Berdasarkan hasil uji parsial variabel X1 terdapat nilai standard coefficients beta sebesar -0,097 atau 9,7%, artinya antara working capital turnover (X1) dan return on asset (Y) memiliki pengaruh sebesar -9,7%. Sedangkan hasil statistik dari uji T yang telah

diperoleh working capital turnover t_hitung< t_tabel (-0,819 < 2,080) dengan nilai signifikan sebesar 0,422 > 0,05, dengan demikian H1 diterima dan Ha ditolak artinya secara parsial tidak berpengaruh antara variabel working capital turnover terhadap return on asset.

(14)

14 Berdasarkan hasil uji

parsial variabel X2 terdapat nilai standard coefficients beta sebesar

0,253 atau 25,3%, artinya current ratio (X2) dan return on asset (Y) memiliki pengaruh

25,3%. Sedangkan hasil statistik dari uji T yang telah diperolehi current ratio t_hitung < t_tabel (2,072 < 2,080) dengan nilai signifikan sebesar 0,051 > 0,05, dengan demikian H2 diterima dan Ha ditolak artinya secara parsial tidak berpengaruh antara variabel current ratio terhadap return on asset.

Berdasarkan hasil uji parsial variabel X3 terdapat nilai standard coefficients beta sebesar -

0.658 atau -65,8%, artinya debt to equity ratio (X3) dan return on asset (Y) memiliki nilai nol maka nilai variabel tidak terdapat pengaruh sebesar -65,8%.

Sedangkan hasil statistik dari uji T yang telah diperoleh debt to equity ratio t_hitung < t _tabel (- 4,216 < 2,080) dengan nilai signifikan sebesar 0,446 > 0,05, dengan demikian H3 diterima dan Haditolak artinya secara parsial tidak berpengaruh antara variabel debt to equity ratio terhadap return on asset.

Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji tingkat signifikan koefisien regresi variabel independen (working capital

turnover, current ratio, dan debt to equity ratio) secara simultan terhadap variabel dependen (return on asset). Berdasarkan Hasil Pengolahan SPSS 22, maka dapat dinilai F_hitung sebagai berikut:

Tabel IV.11 Hasil Uji Simultan (F)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regressi

on 891.204 3 297.068 42.081 .000b

Residual 148.249 21 7.059

Total 1039.453 24

Sumber : Hasil Pengolahan Menggunakan SPSS 22 (2019)

Berdasarkan tabel IV.11 diatas diperoleh nilai F_hitung sebesar 42,081 dan F_tabel 2,87 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan secara simultan antara variabel X1 efesiensi modal kerja dan variabel X2 current rasio dan X3 debt to equity ratio terhadap variabel Y return on asset.

Analisis Koefesien Korelasi

(15)

Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara

variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel

independennya dibuat

tetap/dikendalikan.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diperoleh keputusan sebagai berikut:

1. Keeratan hubungan antara efesiensi modal kerja terhadap profitabilitas Berdasarkan hasil nilai pearson correlation efesiensi modal kerja (X1) dengan profitabilitas (Y) adalah sebesar - 0,092, memiliki kolerasi yang sangat kuat dengan arah negatif.

Hal ini mengartikan bahwa setiap efesiensi modal kerja (X1) akan diikuiti dengan penurunan nilai Y dan sebaliknya.

2. Keeratan hubungan antara likuiditas terhadap profitabilitas Berdasarkan hasil nilai pearson correlation likuiditas (X2) dengan profitabilitas (Y) adalah sebesar 0,060, memiliki kolerasi yang kuat

dengaarah positif. Hal ini mengartikan bahwa setiap kenaikan dan penurunan likuiditas akan diikuti dengan kenaikan dan penurunan profitabilitas.

3. Berdasarkan hasil nilai pearson correlation antara solvabilitas (X3) terhadap profitabilitas adalah sebesar - 0,164 ada tingkat hubungan yang sangat rendah (mendekati angka -1) yang artinya menunjukan adanya pengaruh negatif dan korelasi antara solvabilitas terhadap profitabilitas yang diuji lemah.

Analisis Koefesien Determinasi Nilai koefisien determinasi diperoleh berdasarkan hasil korelasi antar variabel. Besar pengaruh secara simultan hasil koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

Tabel IV.13

Hasil Output Koefisiensi Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .192a .037 -.101 315.13050

Sumber:HasilPengolahanMenggunakanSPSS22(2019) Analisis pengaruh

efesiensi modal kerja (X1) dan likuiditas (X2), dan solvabilitas (X3) terhadap profitabilitas (Y1) diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,192, sehingga dapat dikatakan bahwa efesiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas memiliki hubungan yang positif dan kuat terhadap profitabilitas sebesar 19,2%, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Sedangkan nilai koefisien

determinasi yang tertulis Adjusted R square sebesar 0,037 dapat dijelaskan bahwa variabel terikat yaitu profitabilitas 3,7 % dipengaruhi oleh seluruh variabel bebas yang terdiri dari efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas sedangkan sisanya yaitu sebesar 96,3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

(16)

16 Pembahasan

Pengaruh Efesiensi Modal Kerja (WCT) Terhadap Profitabilitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel efesiensi modal kerja tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas di Perusahaan sektor farmasi Periode 2014-2018. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji t dimana variabel efesiensi modal kerja (-0,819) <

(2,080) dengan tingkat signifikansi lebih besar dari (0,422 > 0,005) dengan nilai

standardized coefficient

beta senilai -0,097 atau setara dengan -9,7% tidak terdapat pengaruh efesiensi modal kerja terhadap profitabilitas. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel efesiensi modal kerja (working

capital turnover)

terhadap profitabilitas (return on asset).

Nilai koefisien regresi efesiensi modal kerja sebesar -0,001 yang memiliki arah negatif, artinya tidak berpengaruh efesiensi modal kerja terhadap profitabilitas terlalu besar.

Nilai pearson correlation efesiensi

modal kerja (X1) dengan profitabilitas (Y) adalah sebesar -0,092, artinya memiliki kolerasi yang sangat kuat dengan arah negatif. Hasil

penelitian ini didukung dengan penelitian dari Setyo Budi Nugroho (2012) yang menyimpulkan bahwa .besar kecilnya tingkat efisiensi modal kerja tidak akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan sektor farmasi, yang juga menunjukkan bahwa secara parsial efisiensi modal kerja tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara parsial antara efesiensi modal kerja terhadap profitabilitas ditolak.

Pengaruh Likuiditas (CR) Terhadap Profitabilitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas di Perusahaan sektor farmasi periode 2014- 2018. Hal ini ditunjukkan dari

hasil uji T

dimana (2,072) >

(2,080) dan nilai

standardized coefficients beta sebesar 0,253

atau setara dengan 25,3%

pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas dengan tingkat signifikansi (0,51 > 0,05) jauh

diatas lebih

dari 0,05. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap profitabilitas. Nilai koefisien regresi likuiditas 0,006 sebesar, yang memilliki arah positif artinya pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas

terlalu besar. Nilai pearson correlation likuiditas (X2) dengan profitabilitas (Y) adalah sebesar 0,060, artinya memiliki kolerasi yang kuat dengan arah positif.

Hasil penelitian ini tidak

mendukung hasil dari penelitian

(17)

Asih (2009), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

dengan demikian H2 yang

menyatakan bahwa adanya pengaruh secara parsial antara likuiditas terhadap profitabilitas di tolak.

Pengaruh Solvabilitas (DER) Terhadap Profitabilitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel solvabilitas tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas di Perusahaan sektor farmasi Periode 2014- 2018. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji t dimana variabel efesiensi modal kerja

(-4,216) <

(2,080) dan nilai

standardized coefficient beta senilai -0,658

atau setara dengan -65,8% tidak berpengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari (0,446 > 0,005). Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara solvabilitas terhadap profitabilitas. Nilai koefisien regresi efesiensi modal kerja sebesar -0,069 yang memiliki arah negatif, artinya tidak berpengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas terlalu besar. Nilai pearson correlation antara solvabilitas (X3) terhadap profitabilitas adalah sebesar -0,164 artinya menunjukan adanya pengaruh negatif dan korelasi antara solvabilitas terhadap profitabilitas yang diuji lemah.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian (Bonita, Seno, & Suryoko, 2013) yang menyimpulkan bahwa besar kecilnya perubahan tingkat solvabilitas secara nyata akan

mempengaruhi tinggi rendahnya perubahan tingkat profitabilitas perusahaan, dengan demikian H3 yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara parsial antara solvabilitas terhadap profitabilitas diterima.

Pengaruh Efesiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil penelitian ini pengaruh antara variabel bebas secara simultan diperoleh hasil untuk analisis pengaruh efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas sebesar 3,7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas mempengaruhi profitabilitas sebesar 3,7% , sisanya 96,3% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil uji hipotesis menggunakan Uji Simultan atau (Uji F) menunjukkan bahwa sebesar 42,081 dan 2,84 (42,081 > 2,84) dengan nilai signifikansi 0,000 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel X1 efesiensi modal kerja, X2 likuiditas, dan X3 solvabilitas terhadap variabel Y profitabilitas yang artinya kenaikan jumlah efesiensi modal kerja, likuiditas maupun solvabilitas berpengaruh terhadap kenaikan profitabilitas pada perusahaan sektor farmasi 2014-2018.

Dengan demikian H4 diterima. Hasil

penelitian sejalan dengan penelitian

Syam pada tahun 2013 meneliti tentang

(18)

18

Analisis Efesiensi Modal Kerja,

Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada industri barang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hasil pengujian secara simultan efesiensi modal kerja (working capital turnover),

likuiditas (current

ratio)

dan solvabilitas (debt to equity ratio) secara bersama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (return

on asset).

Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti paparkan terhadap data penelitian yang telah tekumpul dan kemudian diolah, mengenai pengaruh efesiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah yang menjadi acuan dasar dari maksud dan tujuan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Secara parsial variabel efisiensi modal kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel profitabilitas, Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya tingkat efisiensi modal kerja tidak akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dan juga dapat disebabkan karena perusahaan masih belum dapat memanfaatkan modal kerja yang dimiliki sehingga dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva tetap berlebih tidak efektif.

2. Secara parsial variabel likuiditas berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap variabel profitabilitas, Hal ini terjadi karena perusahaan dengan likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana- dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.

3. Secara parsial variabel solvabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel profitabilitas, Hal ini terjadi karena peningkatan risiko dimana perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang.

4. Secara simultan dapat diketahui bahwa variabel independen yang digunakan yaitu variabel efisiensi modal kerja (WCT), likuiditas (CR), dan solvabilitas (DER) terdapat pengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Dapat disimpulkan bahwa efisiensi modal kerja yang tinggi dan likuiditas yang tinggi serta solvabilitas yang tinggi menjamin akan mendapatkan profitabilitas yang tinggi pula.

Saran

Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya:

1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.

2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data,

sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih normal.

3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset

sehingga dapat menjadi luas penelitian.

4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.

5. Melakukan alat analisis yang lebih baik dan teliti lagi sehingga akan menghasilkan data yang lebih akurat lagi.

(19)

REFERENSI

Adriyanto, W. D. (2015). Pengaruh Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas.

(2), 1–12.

Agnes, P. N. (2004). Analisis Efesiensi Modal Kerja.

Alamsyah, A. R., Muchlas, Z., & Dosen, S. A. M. (2016). Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja dan Leverage terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 10(2), 1–10.

https://doi.org/10.32812/jibeka.v10i2.67

Bonita, R. A., Seno, A. H. D., & Suryoko, S. (2013). Analisis Pengaruh Efesiensi Modal Kerja, Likuiditas, Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Kosmetik Dan Barang Keperluan Rumah Tangga Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis.

Brigham, Eugene, & Hounston. (2001). Manajemen Keuangan (jilid 1). Jakarta:

Erlangga.

C Van, H., James, & M, M. J. (2009). Prinsip - Prinsip Manajemen Keuangan (Edisi kedu). Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, & Ilham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerit Universitas Diponegoro.

Halim, & A. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah.

Yogyakarta: UPP STIM.

Harahap, Sofyan, & Syafri. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan (Edisi 11).

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ikhsan, N. (2013). Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan Automotive And Components Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011. 2, 1–39.

Iskandar, T., Dp, E. N., & Darlis, E. (2014). Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Industri & Chemical di Bursa Efek Indonesia. JOM FEKON, 1(2), 1–15.

Kalele, A. E., Soegoto, A. S., & Roring, F. (2017). Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Perusahaan Dengan Rasio Keuangan (Studi Kasus Pada PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK). 5(2), 2307–2312.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kurniawan, A., & Supriyanto, A. (2019). Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Likuiditas terhadap Profitabilitas (Studi kasus pada PT. MAYORA, Tbk Cabang Banyuasin). Mbia, 18(1), 18–36. https://doi.org/10.33557/mbia.v18i1.310

Miswanto, Abdullah, Y. R., & Suparti, S. (2017). Pengaruh Efesiensi Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan.

Jurnal Bisnis Dan Ekonomi (JBE), 24(2), 119–135.

(20)

20 Munawir. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Napitupulu, Rina, D., & Yulianty. (2019). Determinasi efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di bei, &

A. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah.terdaftar di bei. 12(1), 32–46.

Nurmansyah, A., Slamet, B., & Herlisnawati, D. (2017). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Pada PT GOODYEAR INDONESIA TBK.

Octavianty, E., & Syahputra, D. J. (2015). Pengaruh Efesiensi Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar DI Bursa Efek Indonesia. 1(2), 41–50.

Priyantini, A., Utomo, S. W., & Murwani, J. (2018). Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Consumers Good Industry.

Priyatno, & Duwi. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Jakarta:

Mediakom.

Putrawan, P. W., Sinarwati, N. K., & Purnamawati, I. G. A. (2015). Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013. E-Journal S1, 3(1).

Putri, T. Y. (2015). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Studi Pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Rifai, M., Arifati, R., & Magdalena, M. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas.

Riyanto, & Bambang. (2010). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE.

S.Lalu, R., S.Saerang, I., & Sri Murni. (2014). Analisis Efesiensi Penggunaan Modal Kerja Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di BEI Periode 2010-2014. 4(5), 334–342.

Sari, A. W. (2010). Analisis Pengaruh Efesiensi Modal Kerja, Leverage, Likuiditas dan Firm Size terhadap Profitabilitas. 1–102.

Sariyana, B. M., Yudiaatmaja, F., & Suwendra, I. W. (2016). Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas ( Studi Pada Perusahaan Food And Beverages ). E-Journal Bisma, 4(1).

Sartono, & Agus. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BFFE.

Sawir. (2001). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Singh, J.P, & S, P. (2008). Impact Of Working Capital Manegement In The Profitability Of Hindako Industries Limited. The up University Journal of Financial, 6(4), 62–72.

Sitohang, H., Fahrizal, A., & Luthfi, M. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Modal Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013 1 . Memberikan informasi bagi investor tentang kondisi perusahaan , termasuk pertumbuhan d. 4(1), 14–21.

(21)

Stewart C, M. (1984). The Capital Structure Puzzle. The Journal of Finance, 39(3), 575–

592.

Suciwati, D. P., Dewi, P. Y., & Parnata, I. K. (2015). Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, Dan Leverages Terhadap Profitabilitas Perusahaan Food Dan Beverages Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Valid, 12(3), 315–322.

Sugiono, & Arief. (2009). Manajemen Keuangan untuk praktisi Keuangan. Jakarta:

Grasindo.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Syamsuddin, & Lukman. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tul, A. L., Topowijono, & Ari, D. (2018). Analisis Efisiensi Pengelolaan Modal Kerja Dalam Hubungannya Dengan Profitabilitas Perusahaan ( Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Kosmetik Dan Keperluan Rumah Tangga Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016 ). Jurnal Administrasi Bisnis, 58(1).

Tunggal, Widjaya, & Amin. (1995). Dasar - Dasar Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: Rhineka Cipta.

Wibisono Handoyo. (1997). Manajemen Modal Kerjz. Jakarta: Universitas Atma Jaya.

Wibowo, A., & Wartini, S. (2013). Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jdm, 4(1), 69–81. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm

www.idx.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengujian, diperoleh hasil uji f dengan nilai f hitung 48,865 > f tabel 2,433 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat