• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edukasi Pelecehan Seksual pada Anak Usia Dini

N/A
N/A
nadiv

Academic year: 2025

Membagikan "Edukasi Pelecehan Seksual pada Anak Usia Dini"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa sekolah dasar merupakan tahap penting dalam perkembangan anak, di mana mereka mulai membentuk pemahaman tentang dunia di sekitar mereka, termasuk mengenai batasan-batasan fisik dan sosial. Pendidikan mengenai pelecehan seksual di usia dini sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi anak-anak. Menurut penelitian Siregar (2021), anak-anak yang tidak diberikan pemahaman tentang pelecehan seksual lebih rentan menjadi korban karena mereka tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai tanda-tanda pelecehan atau bagaimana cara melindungi diri mereka. Edukasi mengenai pelecehan seksual seharusnya dimulai sejak dini, dengan pendekatan yang sesuai dengan usia anak-anak, untuk membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga keselamatan diri. Sering kali anak-anak tidak menyadari dan tidak mengetahui bahwa tindakan-tindakan itu termasuk dalam pelecehan seksual ataupun tidak. Seperti menggoda, menunjukkan alat kelamin, mencium, memeluk dan sebagainya (Salamor, 2019). Metode cerita bergambar mampu meningkatkan retensi informasi pada anak dibandingkan dengan metode verbal. Selain itu, cerita bergambar juga dinilai mampu menyampaikan pesan kompleks, seperti tentang pelecehan seksual, dengan cara yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak (Fitriani et.,al, 2021)

(2)

Ditahun 2024 ditemukan data sebanyak 762 aduan hingga Maret baik secara langsung, online dan surat. Per Juni 2024 ada 893 kasus terkait Pemenuhan Hak Anak (PHA) dan Perlindungan Khusus Anak (PKA) ditemukan 3 dari 10 kasus tertinggi kluster PHA dimulai dari anak korban pengasuhan bermasalah, anak korban pelarangan akses bertemu orang tua dan anak perebutan hak kuasa asuh. Selanjutnya dijabarkan untuk kluster PHA, dari lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif 486 kasus, pendidikan dan pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya 84 kasus, kesehatan dasar dan kesejahteraan 12 kasus dan hak sipil dan kebebasan 11 kasus. KPAI memberikan data untuk kluster PKA ditemukan 300 kasus, mayoritas berasal dari anak korban kejahatan seksual dan anak korban kekerasan fisik atau psikis.

Dalam kluster ini ada 3 dari 10 kasus tertinggi yang dimulai dari anak sebagai korban pencabulan (Pasal 82 UU PA), anak sebagai korban penganiayaan dan anak sebagai korban kekerasan psikis. Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus melakukan berbagai upaya penanganan dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selama tiga tahun terakhir, angka kekerasan pada perempuan dan anak berhasil menurun secara signifikan. Pada tahun 2022, tercatat ada sebanyak 968 kekerasan terhadap perempuan. Angka ini kemudian menurun pada tahun 2023 menjadi 802 kasus, dan 2024 kembali menurun menjadi 640 kasus. Artinya dalam tiga tahun terakhir menurun sebesar 33,2 persen. Di Bojonegoro pada tahun 2023 terdapat 22 kasus kekerasan pada anak yang tercatat oleh dinas pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak.

(3)

Anak-anak yang menerima edukasi tentang pelecehan seksual sejak dini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengenali dan melaporkan tanda-tanda kekerasan, sehingga mencegah dampak lebih lanjut. Dengan banyaknya kasus pelecehan yang terjadi di lingkungan pendidikan seperti sekolah, sehingga penting untuk mencari tahu sejauh mana pengetahuan siswa terkait bentuk dari tindak pelecehan dan kekerasan seksual (Setyawan, 2023).

Pengetahuan Siswa setelah diberikan pendidikan kesehatan serta dilakukan postest sebagian besar mempunyai pengetahuan tinggi tentang sex education dalam pencegahan pelecehan seksual, sedangkan pada siswa yang tidak diberikan pendidikan Kesehatan (sex education) sebagian siswa mempunyai pengetahuan tentang sex education dalam pencegahan pelecehan seksual meningkat, meningkatnya pegetahuan disebabkan karena siswa telah mendapatkan Sex Education (Elfrida Iryani, 2022). Fakta ini menggambarkan pentingnya penanaman edukasi terkait kekerasan seksual sejak dini. Banyak anak, terutama di tingkat sekolah dasar, masih memiliki pengetahuan yang sangat terbatas mengenai bagaimana melindungi diri dari pelecehan seksual.

Hal ini diperparah dengan rendahnya akses terhadap materi edukasi yang sesuai untuk anak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menyatakan bahwa memberikan edukasi yang efektif dan mudah dipahami, seperti cerita bergambar, dapat membantu meningkatkan kesadaran anak tentang pelecehan seksual (KPPA, 2023). Cerita bergambar adalah salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan daya tarik anak terhadap materi edukasi. Anak-anak lebih mudah memahami informasi yang disajikan dalam bentuk visual, seperti gambar atau cerita. Dengan menggunakan cerita

(4)

bergambar yang dirancang khusus untuk anak-anak usia sekolah dasar, diharapkan dapat terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan terkait pelecehan seksual.

Pendidikan seksual dianggap dapat mengatasi permasalahan pelecehan seksual yang terjadi pada anak. Pendidikan seksual belum menjadi mata pelajaran khusus dalam pendidikan di Indonesia, tetapi sudah banyak sekolah- sekolah yang telah menerapkan pendidikan seksual sebagai langkah pencegahan penyimpangan seksual. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Cerita Bergambar Tentang Pelecehan Seksual Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas 6 Di SDN Sumberrejo 1 Kabupaten Bojonegoro”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana Pengaruh cerita bergambar tentang edukasi pelecehan seksual terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas 6 di SDN Sumberrejo 1 Kabupaten Bojonegoro.

(5)

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengidentifikasi Pengaruh cerita bergambar tentang edukasi pelecehan seksual terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas 6 di SDN Sumberrejo 1 Kabupaten Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk Mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswa kelas 6 sebelum diberikan edukasi melalui cerita bergambar mengenai pelecehan seksual.

2. Untuk Mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswa kelas 6 sesudah diberikan edukasi melalui cerita bergambar mengenai pelecehan seksual.

3. Untuk Menganalisis pengaruh cerita bergambar dalam meningkatkan kesadaran siswa untuk lebih memahami pentingnya menjaga batasan tubuh dan menghargai privasi diri sendiri dan orang lain.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Praktis

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori tentang penggunaan media cerita bergambar sebagai sarana edukasi, khususnya dalam pelecehan seksual pada siswa SD.

(6)

1.4.2 Teoritis

1. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan sumber informasi terkait Pengaruh cerita bergambar tentang edukasi pelecehan seksual terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas 6 di SDN Sumberrejo 1 Kabupaten Bojonegoro.

2. Bagi siswa

Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi siswa terkait pentingnya memahami konsep dasar tentang pelecehan seksual, termasuk cara menghindarinya serta memahami konsep mengungkapkan seksual dengan cara yang sesuai usia, sehingga mereka dapat melindungi diri dengan lebih baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat memperluas wawasan peneliti mengenai konsep penelitian dan meningkatkan ilmu pengetahuan peneliti serta dapat menerapkan ilmu hasil studi yang telah peneliti terima di bangku perkuliahan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan pelecehan seksual di tempat kerja. 2) Memprediksi atau menguji pelecehan seksual di tempat kerja sebagai prediktor

Hasil penelitian ini menunjukkan efikasi diri upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak usia sekolah setelah diberikan edukasi dengan media komik didapatkan

Pelecehan seksual yang dilakukan ayah subyek kepadanya merupakan pelecehan seksual yang fatal. Ayah subyek melakukan perbuatan tidak senonoh dengan anak kandungnya

Pelecehan seksual yang dilakukan ayah subyek kepadanya merupakan pelecehan seksual yang fatal. Ayah subyek melakukan perbuatan tidak senonoh dengan anak kandungnya

0,000) antara usia dan jenis kelamin anak sekolah dasar terhadap tingkat pemahaman anak tentang pendidikan seksual. Pendidikan seksual sangat penting untuk

Strategi yang di lakukan oleh Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Binjai dalam menangani kasus korban pelecehan seksual yaitu dengan Rehabilitasi,

Menurut Esposito dan Field (2016) faktor risiko pelecehan seksual anak dapat didefinisikan sebagai karakteristik, pengalaman, atau peristiwa yang berhubungan dengan peningkatan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “ BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK KORBAN PELECEHAN SEKSUAL YANG DIMUAT MELALUI MEDIA ELEKTRONIK ” adalah murni gagasan saya