BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, oleh karena itu dalam proses pencarian jati diri, orang sering melakukan kesalahan dalam kegiatan sosial, sehingga banyak orang akan melakukan hal-hal yang melanggar norma sosial, seperti mengonsumsi narkoba. Apalagi di era remaja SMA, selebihnya adalah para pelajar senior atau mahasiswa. Jika tidak segera diatasi akan mengancam kesejahteraan generasi penerus, karena generasi muda adalah pewaris cita-cita perjuangan negara, dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional juga perlu dilindungi (Natsir et al., 2012).
Peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa tidak hanya terkait dengan usia, tetapi juga melibatkan perubahan biologi, kognisi, dan emosi sosial.
Perubahan tingkah laku anak, ada yang mengarah ke positif, ada yang mengarah ke negatif. Salah satu perilaku buruk tersebut adalah remaja memiliki kebiasaan minum alkohol dan penyalahgunaan narkoba (Sofia &
Adiyanti, 2013). Efek penyalahgunaan narkoba antara lain kerusakan fisik, mental, emosional dan spiritual (Ali, 2017). Selain itu, narkoba juga mempunyai jangkauan yang sangat luas dampak negatifnya terhadap fisik, psikis, ekonomi, sosial budaya, pertahanan negara, dan aspek kehidupan lainnya. Banyaknya dampak yang dialami para pengguna narkoba, oleh karena
itu bagi mereka yang pernah mengalami penyalahgunaan NAPZA dan yang perlu melakukan pencegahan terhadap Narkoba yang tidak terpakai khususnya remaja / pelajar, perlu disusun rencana pengobatan.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat-obatan terlarang. Fakta penyalahgunaan NAPZA yang sangat memprihatinkan adalah masalah perilaku sosial, oleh karena itu perlu diberikan informasi atau pengetahuan kepada anak usia dini yang harus didukung melalui upaya pendidikan, sehingga selain bimbingan, perilaku dan cara berpikir anak dapat diubah (BNN, 2011). Beberapa faktor penggunaan narkoba oleh remaja antara lain pemahaman yang kurang memadai tentang narkoba, yang mengarah pada sikap atau perilaku pengguna narkoba dalam menggunakan narkoba.
Pengetahuan sangat penting, pengetahuan merupakan salah satu determinan, determinan ini akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap perilaku tertentu. Selain itu, penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba juga membawa banyak dampak negatif, seperti kekerasan masyarakat, perilaku kriminal, seks bebas, dan penyebaran penyakit menular seperti HIV/AIDS.
Peneliti meyakini bahwa penyalahgunaan NAPZA terjadi karena siswa kurang memahami dampak penyalahgunaan NAPZA, yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.
Dalam interaksi sosial, individu beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terdiri dari pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor
emosional. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan penentuan sikap terhadap pemikiran filosofi dan etis. Selain itu, pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.
Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN), 1,99% dari total penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah pengguna narkoba akan mencapai 2,56%. Rentang usia pengguna narkoba adalah remaja antara 15-17 tahun (BNN, 2021). Ada sekitar 70 ribu remaja pecandu narkoba di Indonesia dan sekitar 140.000 remaja berusia antara 12 dan 21 tahun. Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional pada tahun 2020, rata-rata usia pengguna narkoba pertama kali adalah 16 tahun, narkoba yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, ekstasi, sabu dan lem, serta proporsi remaja pengguna narkoba adalah 4,3%.
Menurut data Badan Narkotika Nasional (2020), angka kejahatan narkotika juga meningkat tajam, sekitar 20,5%. Penggunaan narkoba suntikan juga menjadi faktor peningkatan infeksi HIV (Sumiati et al., 2017).
Menurut data Badan Nasional Pengelola Perbatasan BNPP Banten tahun 2019 diketahui dari jumlah 111 orang pecandu narkotika, yang mendapat fasilitas reabilitas hanya 49% atau 55 orang yang merupakan didalamnya adalah seorang pelajar SMA, wiraswata ada 22 orang dan anggota polri sebanyak 10 orang.
Penelitian Yeliasti (2013), sebelumnya tentang hubungan pengetahuan dan sikap siswa SMP dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA menjelaskan bahwa 38,5% responden kurang pengetahuan tentang narkoba. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap positif terhadap rehabilitasi narkoba, namun 1,9% siswa memiliki sikap yang kurang positif terhadap rehabilitasi narkoba.
Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMAN Wanasalam yang beralamat di Jl. Raya Binuangeun, Sukatani, Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten diketahui dari Polsek setempat didapatkan informasi bahwa di daerah lingkungan SMAN Wanasalam banyak penyalahgunaan narkoba, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada guru BP untuk memastikan kebenaran dari informasi tersebut, wawancara dilakukan secara tertutup antara peneliti dan guru BP selang waktu 1 jam, diketahui bahwa menurut guru BP memang benar di dekat lingkungan sekitar SMAN Wanasalam banyak penyalahgunaan tersebut, tetapi di dalam lingkungan SMAN Wanasalam tidak ditemukan kasus tersebut. Hanya saja untuk kasus pendekatan penyalahgunaan narkoba memang banyak, seperti siswa yang merokok dan menghisap lem.
Namun, siswa yang merokok dan ngelem tersebut hanya korban dari lingkungan sekitar. Alasan siswa tersebut merokok dan ngelem yaitu keinginan untuk mencobanya, karena sulit menolak tawaran itu atau terdorong oleh beberapa alasan seperti keinginan untuk diterima dalam kelompok, ingin dianggap dewasa dan jantan. Selain itu, banyak sekali adik kelas yang bertanya tentang bahaya narkoba, yang menunjukkan bahwa mereka masih kurang pemahaman tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Setelah dilakukan wawancara lanjutan pada 10 siswa yang terdiri dari 6 siswi perempuan dan 4 siswa laki-laki, di peroleh hasil bahwa 5 dari 6 siswi perempuan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai narkoba tetapi masih belum tau cara yang tepat untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Pada 4 siswa laki-laki diperoleh hasil bahwa 2 dari 4 siswa laki-laki memiliki pengetahuan yang baik, dan 4 siswa tersebut adalah perokok aktif, 1 dari siswa tersebut pernah mencoba minuman beralkohol.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang seberapa besar gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang penyalahgunaan Narkoba di SMAN Wanasalam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang penyalahgunaan narkoba di SMAN Wanasalam.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang penyalahgunaan narkoba di SMAN Wanasalam.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan narkoba di SMAN Wanasalam.
b. Mengetahui sikap remaja tentang penyalahgunaan narkoba di SMAN Wanasalam.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Penyalahgunaan Narkoba.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Remaja
Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan tentang dampak dalam penyalahgunaan Narkoba.
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan program penyuluhan di lingkungan SMA khususnya tentang dampak dalam penyalahgunaan Narkoba, sehingga siswa dapat terhindar dari penyalahgunaan narkoba.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi, agar dapat meneliti lebih lanjut tentang penyalahgunaan narkoba.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup keperawatan komunitas dan keperawatan anak yang
membahas tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Penyalahgunaan Narkoba.