PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat efektivitas kegiatan filantropi BMH HIDAYATULLAH dalam pelaksanaan penggunaan dana filantropi bagi masyarakat di wilayah kota Bengkulu.
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian Terdahulu
Sedangkan perbedaan penelitian yang akan penulis lakukan adalah pada jenisnya. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis terletak pada objek yang diteliti.
Metode Penelitian
Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsung dari subjek yang diselidiki dan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian. Penyajian data pada dasarnya adalah analisis data yang berupa cerita-cerita rinci dari para informan menurut ungkapan atau pandangannya apa adanya, yang kemudian berdasarkan cerita dalam bahasa aslinya dan ungkapan responden atau informan tersebut, mulai disajikan hasil penelitiannya. , yang akan dijelaskan sesuai dengan perspektif atau teori sebelumnya.12.
LANDASAN TEORI
Teori Efektifitas
Efektivitas juga dapat diartikan sebagai kecukupan atau keseimbangan antara input dan output tanpa mengorbankan pengeluaran waktu. Handoko menyatakan efektivitas berarti menunjukkan keberhasilan dalam hal tercapai atau tidaknya tujuan. Hasil yang mendekati target berarti efektivitas yang tinggi.
Pengukuran Efektifitas
Dari sudut pandang produktivitas, manajer produksi memastikan pemahaman bahwa efisiensi berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Selain itu, tabel 2.1 di bawah ini merupakan bentuk penjelasan kategori atau skala evaluasi dan pengukuran yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat efektivitas program, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. Terhadap program yang dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi secara sistematis guna mengetahui tingkat efektivitas program tersebut.
Dimana evaluasi penting dilakukan untuk memperbaiki dan memperbaiki program atau sistem agar target yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Filantropi
Istilah filantropi Islam dalam QS Al Kahfi (18):30 dapat diartikan sebagai wujud kebaikan sejati (albirr) yang merupakan wujud mendasar keimanan manusia. Kebaikan yang sejati adalah wujud keimanan dan ketaatan yang sejati kepada Allah, yang diwujudkan dalam bentuk rasa sayang terhadap sesama manusia. Selain itu, W.K Kellogg Foundation menjelaskan bahwa filantropi dapat diartikan tidak hanya pemberian dalam bentuk materi, tetapi juga waktu dan pengetahuan tentang cara-cara yang akan digunakan untuk pengembangan kebaikan bersama.
Filantropi Islam memainkan peran penting dalam perekonomian, karena merupakan instrumen transfer pendapatan dari kelompok kaya ke kelompok miskin melalui zakat, infak, dan sedekah.
Bentuk Filantropi
Selain itu, praktik wakaf produktif dalam bentuk uang juga dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Al-Khattāb ketika beliau menjadikan tanah di Khaybar sebagai tanah produktif untuk kemaslahatan ummat Islam. Wakaf dalam bentuk uang juga bisa menjadi solusi. dalam pembiayaan barang publik dan barang publik campuran. Pasca krisis ekonomi sekitar tahun 1990-an, beberapa lembaga keagamaan Islam yang awalnya “acuh” terhadap potensi filantropi Islam mulai menaruh minat pada aspek filantropi Islam sebagai salah satu cara untuk menggalang dana untuk digunakan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat menjadi filantropi Islam yang legal-formal di Indonesia.
Undang-undang baru ini membawa angin segar bagi BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) dan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).
Tujuan Filantropi
Seiring berjalannya waktu, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 sebagai revisi dari undang-undang sebelumnya. Menurut Kasim, ia membagi penyebab kemiskinan menjadi dua, yaitu faktor alam berupa kondisi lingkungan yang buruk, kurangnya pengetahuan, bencana alam, dan lain-lain, dan faktor non alam berupa kesalahan kebijakan ekonomi, praktik korupsi, ketidakstabilan politik, salah urus, sumber daya alam dan lain-lain. Penyebab utama kemiskinan di Indonesia adalah faktor non alam berupa kesalahan dalam kebijakan ekonomi.25.
Perusahaan memprogram sponsorship untuk kegiatan komunitas mengenai isu-isu sosial. Misalnya, perusahaan menawarkan bantuan kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan, 17 Agustus, dan lokakarya komunitas.
Institusi Baitul Maal
31 Fungsi dan keberadaan Baitul Maal terlihat jelas baik pada masa Nabi Muhammad SAW maupun pada masa kekhalifahan setelah wafatnya. Secara spesifik pelembagaan Baitul Maal baru terjadi pada masa Umar Bin Khattab, dimana kebijakan penyaluran dana yang terkumpul mengalami perubahan. Sebagaimana diketahui sejak zaman Rasulullah SAW hingga masa kepemimpinan Abu Bakar, pengumpulan dan pendistribusian zakat serta pungutan lainnya dilakukan secara bersamaan.
Manakala pada zaman Umar bin Khattab, kutipan dana terbukti begitu besar sehingga diputuskan untuk menyimpannya untuk keperluan yang mendesak.
Tujuan dan Fungsi Baitul Maal
Lembaga Baitul Maal berpusat di ibu kota Madinah dan mempunyai cabang di provinsi-provinsi wilayah Islam. Artinya penyaluran dana segera dikumpulkan, sehingga ketika petugas Baitul Maal selesai menjalankan tugasnya tidak mengambil sisa dana untuk disimpan. Secara umum Baitul Maal berfungsi sebagai bendahara negara, namun pada hakikatnya Baitul Maal berfungsi mengelola keuangan negara dengan menggunakan akumulasi dana yang berasal dari pos-pos yang meliputi zakat, kharaj, jizyah, khums, fay, dan lain-lain. diterima, yang juga dapat digunakan untuk melaksanakan program pengembangan program untuk kebutuhan negara.28.
28 Marimin, Agus., Baitul Maal sebagai lembaga keuangan syariah dalam memperlancar kegiatan perekonomian”, (Jurnal Akuntansi dan Pajak, 2014), Vol.
Profil Singkat Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu
Pada awalnya BMH Bengkulu merupakan salah satu lembaga amal Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Bengkulu, dengan jargon pemasaran utama Panti Asuhan Pusat Pendidikan Anak Saleh (PPAS) Mardhatillah yang berada di bawah binaan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Bengkulu. Nilai jual Panti Asuhan Mardhtillah berubah seiring dengan berkembangnya Pondok Pesantren Hidayatullah Bengkulu dan adanya peraturan baru dari dewan pimpinan pusat saat itu, yang diharapkan setiap provinsi harus memiliki Baitul Maal Hidayatullah sebagai bagian dari gerakan tersebut. dari lembaga Amil Zakat nasional. Berkat kerjasama Dewan Pengurus Daerah dan Pondok Pesantren Hidayatullah, pada bulan Mei 2008 di Bengkulu telah diresmikan cabang Lembaga Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah.
Secara historis, BMH Bengkulu tidak lepas dari keberadaan yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Bengkulu.
Visi dan Misi Baitul Maal Hidayatullah
Pada awal berdirinya, untuk mengawal pemberdayaan dan pengembangan donatur, BMH Bengkulu mengelola donatur Panti Asuhan Mardhatillah untuk pengembangan dan akuisisi dalam pembukuannya. Dalam perkembangannya BMH Bengkulu mengalami perbaikan dan peningkatan kualitas, hingga BMH Bengkulu hadir pada tahun 2015 dan cukup berpengaruh di provinsi Bengkulu. Visi dan Misi Baitul Maal Hidayatullah Kota Bengkulu adalah sebagai berikut: Visi Baitul Maal Hidayatullah adalah.
Saat ini Baitul Maal Hidayatullah didukung oleh Kantor Layanan LAZNAS BMH yang hadir di 27 provinsi dengan 69 unit untuk membantu pengumpulan Zakat, Infaq dan Sedekah (UPP).
Penghargaan-Penghargaan Baitul Maal Hidayatullah
Prestasi yang diraih Baitul Maal Hidayatullah setidaknya membuat perwakilan BMH semakin percaya diri dalam memasarkan ZISWAF di masyarakat. Pencapaian ini menunjukkan kepercayaan masyarakat semakin meningkat dan menjadikan anggota semakin percaya diri dan gigih dalam menghimpun dana masyarakat secara lebih terorganisir dan lebih baik.
Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah
Program Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu
Seluruh program BMH fokus pada program dakwah, program pendidikan, program sosial kemanusiaan dan program ekonomi. Sekalipun pelaksanaan di lapangan, khususnya dalam keterbukaannya kepada masyarakat, disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing daerah, namun pada hakikatnya tetap mengacu pada program utama yang dikenal dengan empat pilar program Baitul Maal Hidayatullah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Informan Dari Baitul Maal Hidayatullah
Data pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan biografi peneliti yang umumnya berasal dari Lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu. Dimana peneliti mengidentifikasi 5 (lima) orang informan sebagai sumber untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Pemilihan peneliti ditentukan oleh peneliti berdasarkan tanggung jawab dan kewajiban terkait pengumpulan dan penyaluran dana filantropi atau sosial kemanusiaan di lingkungan lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu.
Penentuan atau pemilihan ketiga informan ini diharapkan dapat mewakili kumpulan informasi yang dibutuhkan peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian terkait tingkat efektivitas penggunaan dana filantropi pada lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu.
Informan Dari Masyarakat Kota Bengkulu
43 Tabel 4.2 di bawah ini merupakan rangkuman data informan masyarakat kota Bengkulu yang pernah menerima bantuan program filantropi atau sosial kemanusiaan dari lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu. Jenis Kelamin Keterangan Umur 1 Alimin Laki-laki 45 tahun Pengurus Yayasan A 2 Lia Perempuan 35 tahun Pengurus Yayasan B 3 Asep Laki-laki 27 tahun Pengurus Masjid B 4 Ahmad Laki-laki 26 tahun Pimpinan Masjid Risma C 5 Fitri Perempuan 37 tahun Penyapu Jalan 6 Desi, perempuan 33 tahun, wiraswasta, 7 Elsi, perempuan 35 tahun, wiraswasta Sumber: Data primer diolah pada tahun 2022. Informasi pada Tabel 4.2 di atas menunjukkan biografi informan penelitian yang berasal dari Bengkulu masyarakat perkotaan pada umumnya.
Peneliti telah menunjuk 7 (tujuh) orang informan sebagai sumber untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Hasil Penelitian
Kegiatan Filantropi Sosial Kemanusiaan Lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu juga melaksanakan program Jumat Berbagi Berkah (JBB). Hasil wawancara penelitian dengan Bapak. Hendri selaku Kepala Bagian Pengumpulan Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu menjelaskan sebagai berikut. Berikut hasil wawancara penelitian dengan Bapak. Yudi selaku Staf Pemasaran pada Lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu.
Berikut wawancara peneliti dengan Bapak. Sopian Amarta tentang program sosial dan kemanusiaan Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu.
Pembahasan
Hal ini terlihat dari efektivitas pelaksanaan program filantropi kemanusiaan Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu yang mempunyai nilai sebesar 93,8%. Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa program filantropi sosial dan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu dalam mewujudkan tanggung jawabnya sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat telah efektif dalam mewujudkan tanggung jawabnya. sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan uang kepada masyarakat. kondisi pembiayaan. Hal ini tercermin dari tingkat efektivitas pembiayaan pada program filantropi kemanusiaan Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu yang memiliki nilai sebesar 99,8%.
Oleh karena itu, lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu harus mampu menjaga konsistensi dalam pelaksanaan program-program yang telah disepakati.
PENUTUP
Saran
Dalam penelitian yang bertajuk efektivitas kegiatan filantropi Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu terhadap masyarakat wilayah Kota Bengkulu hanya fokus melihat tingkat efektivitas kegiatan filantropi sosial dan kemanusiaan pada lembaga Baitul Maal Hidayatullah Bengkulu. Sementara itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian serupa pada objek penelitian yang sama dengan menambahkan faktor prediktor lain untuk meningkatkan efektivitas setiap program filantropi yang dilaksanakan. Mehmet, O., Al Ghazzali tentang Keadilan Sosial: Pedoman Tata Dunia Baru dari Sarjana Abad Pertengahan Awal.